KITA-KITA
DEFINISI
Dibetes melitus (DM) merupakan sekumpulan sindrom metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan gula
darah di atas normal.
Ketoasidosis diabetik (KAD) adanlah keadaan dekompensasi/kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias:
Hiperglikemia
Asidosis
ketosis
PATOFISIOLOGI
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Anamnesis:
• Riwayat DM
• Riwayat pemakaian insulin ( tidak compliance dalam pemakaian)
• Keluhan infeksi seperti ISK dan Pneumonia (Pencetus paling sering di Indonesia)
Pemeriksaan fisik:
• Airway dan Breathing: Pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul)
• Circulation: Dehiderasi (Turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering), kadang-kadang disertai hipovolemia dan syok
• Disability: Derajat kesadaran dapat dijumpai kompos mentis, delirium, atau depresi sampai koma.
Laboratorium:
Kriteria diagnosis KAD adalah
• Kadar glukosa: > 250 mg%
• PH: < 7,35
• Anion gap meningkat
• Keton serum positif
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DITEMUKAN PADA
PASIEN KAD
DIAGNOSIS BANDING
Hiperglikemia: HHS
Ketosis: Alkoholisme dan Kelaparan
Asidosis: Asidosis laktat, keracunan salisilat dan keracunan metanol.
PENATALAKSANAAN
a. Cairan b. Insulin
Cairan yang digunakan adalah garam fisiologis Untuk mencapai kadar gula darah normal
Pemberian berdasarkan perkiraan hilangnya cairan pada KAD
Mengatasi keadaan ketonemia
mencapai 100 ml/kgBB
Pemberian cairan pada 1 jam pertama diberikan 1-2 liter, jam Pemberian insulin optimal adalah dengan pemberian
kedua diberikan 1 liter awal jalur IV dan digabungkan dengan jalur
Keuntungan rehiderasi pada KAD: subkutan atau intramuskular
Memperbaiki perfusi jaringan
Menurunkan hormon kontraregulator insulin
c. Kalium d. Glukosa
Kondisi KAD ion K bergerak ke luar sel dan di Setelah rehiderasi 2 jam pertama biasanya KGD
ekskresi melalui urin turun
Total defisit K yang terjadi selama KAD Dengan pemberian insulin diharapkan terjadi
diperkirakan mencapai 3-5 meq/kgBB penurunan KGD sekitar 60 mg%/jam
Selama terapi KAD ino K bergerak masuk kedalam Bila KGD mencapai <200 mg% maka dapat dimulai
sel (Diperlukan suplementasi kalium) infus cairan mengandung glukosa
Tujuan utama terapi KAD untuk menekan
ketogenesis
PENATALAKSANAAN
e. Bikarbonat f. Fosfat
Hanya dianjurkan pada KAD berat Fisher dan Wilson melaporkan suplementasi fosfat
Pemberian harus hati-hati dengan alasan: (15 atau 45 mmol) tidak mempengaruhi laju koreksi
glukosa, bikarbonat, maupun pH.
1. Menurunkan PH intraseluler
2. Efek negatif pada disosiasi oksigen jaringan
3. Hipertonis dan kelebihan natrium
4. Meningkatkan insiden hipokalemia
5. Gangguan fungsi serebral
6. Terjadi alkalemia
Saat ini bikarbonat hanya diberikan pada PH <7,1
Komplikasi asidosis laktat dan hiperkalemia yang
mengancam tetap merupakan indikasi pemberian
bikarbonat
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Ukur nilai glukosa kapiler setiap 1-2 jam; ukur elektrolit (terutama K, bikarbonat, fosfat) dan anion gap setiap 4 jam selama 24 jam pertama
Monitor tekanan darah, nadi, nafas, status mental, intake-outtake cairan setiap 1-4 jam
suplementasiK : 10 meq/jam jika K plasma <5,5 meq/L, EKG normal, aliran urin dan kreatinin darah normal sudah didokumentasikan;
berikan 40-80 meq/jam jika K plasma <3,5 meq/jam atau jika bikarbonat diberikan
Serum K Jumlah Suplementasi K per 1000cc
< 3,0 40 mmol
3-4 30 mmol
4-5 20 mmol
Lanjutkan terapi jika pasien stabil, target glukosa 150-250 mg/dl, dan asidosis tertangani, Insulin IV bisa diturunkan hingga 0,05-0,1
unit/kg/jam
Berikan insulin intermediate atau long-acting segera setelah pasien bisa makan. Berikan kesempatan overlap pada pemberian insulin IV dan
injeksi insulin subkutan.
KOMPLIKASI
Edema paru
Hipertrigliseridemia
Infark miokard akut
Komplikasi iatrogenik :
Hipoglikemia
Hipokalemia
Edema otak
hipokalsemia