Anda di halaman 1dari 4

Geofoam

Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan banyak pembangunan termasuk
pembangunan infrastruktur seperti konstruksi jalan sebagai jalus distribusi dalam memeratakan
pembangunan. Namun, Kondisi tanah dasar yang realtif lunak menimbulkan banyak permasalahan yang
umum ditemukan pada konstruksi jalan atau timbunan di atas tanah lunak diantaranya adalah masalah
stabilitas timbunan dan masalah penurunan konsolidasi yang besar dalam waktu yang relative lama.
Inovasi teknologi terutama yang terkait dengan bidang konstruksi tersebut terus berjalan dan
berkembang sangat pesat. Kecepatan dan ketepatan menjadi fokus utama dalam inovasi, karena akan
sangat terkait dengan kualitas dan biaya dalam setiap pekerjaan. Salah satu inovasi metode teknologi
untuk bidang konstruksi adalah dengan menggunakan Styrofoam. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah dan mempercepat pekerjaan proyek, baik untuk skala kecil maupun besar. Istilah
Styrofoam ini sebenarnya adalah merek dagang milik Dow Chemical Corp dari Amerika Serikat, atau
dikenal dengan nama umum EPS (Expanded Polystyrene). Untungnya,dengan berkembangnya
penelitian, penggunaan EPS sudah jauh lebih berwawasan dan bertanggung jawab. Pandangan
Styrofoam sebagai limbah yang semakin hari semakin menjadi masalah lingkungan yang berat, karena
Styrofoam ini tidak membusuk, sehingga timbunan sampah Styrofoam akan terus bertambah apabila
tidak didaur ulang (recycling) secara professional.

Karakteristik
Expanded polystyrene (EPS) Geofoam telah digunakan dalam dunia Geoteknik sejak tahun 1960-an.
Beratnya sangat ringan, ±1-2% dari berat urugan konvensional, dan ≤10% dari teknologi alternatif
urugan ringan lainya. Maka penggunaan geofoam akan mengurangi beban pada tanah dasar, dan
mencegah/mengurangi settlement secara signifikan. Geofoam juga mempunyai kuat tekan per-m 2 yang
besar, yaitu pada regangan 1% atau wilayah elastis, sebesar 15 Kpa – 75 Kpa (1,5-7,5 ton/m 2) . Pada
regangan 5%, kuat tekan Geofoam adalah sebesar 35 Kpa-241 Kpa (3,4-24 ton/m 2). Hasil pengujian
tekan dilakukan dengan sampel ukuran 50mm x 50mm x 50mm. Kuat tekan ini diperlukan untuk
mendesain tipe-tipe geofoam yang akan dipakai pada embankment. Tipe yang paling umum dipakai
adalah ASTM D6817 EPS-22 yang memiliki kuat tekan elastis 50 Kpa(5 ton/m2). Hasil uji lentur (Flextural
strength) dengan sampel berukuran 25mm x 100mm x 300mm memilki nilai dari 69 Kpa – 345 Kpa (6,9-
34,5 ton/m2). Nilai kuat lentur ini adalah nilai untuk pengujian bagus tidaknya pembuatan balok EPS di
pabrik. Nilai yang baik menunjukkan fusion yang baik antar butir-butir pembentuk balok EPS. Kuat lentur
ini tidak merupakan syarat untuk perencanaan struktur embankment dengan geofoam, karena kasus
beban pada embankment geofoam dominan bersifat tekan, beban lentur sangat kecil.
Figure 1-Perbandingan berat jenis Geofoam dengan bahan lainnya

Figure 2-Pengujian Geofoam


Ketahanan Geofoam

Figure 3-Grafik ketahanan geofoam selama beberapa tahun

Pada gambar 3 terlihat bahwa kuat tekan dari geofoam masih berada pada standar kuat tekan
selama 20 puluhan tahun dimana jembatan loenga dan lokkeberg menjadi contoh dari penggunaan
geofoam sebagai pengganti timbunan pada jembatan.Kuat tekan geofoam pada kedua jembatan masih
berada di kisaran 11-12 ton/m 2.Hal serupa juga terjadi pada kadar air yang terkandung dalam geofoam
dimana dalam waktu 20 tahun kadar air yang terdapat pada geofoam hanya sekitar < 1% saja sehingga
tidak perlu khawatir akan kerusakan bangunan akibat kadar air yang berlebihan (Gambar 4)

Figure 4-Kadar air pada geofoam selama 20 tahun


Figure 5-Grafik perbandingan bahan bangunan lain dengan geofoam terhadap gempa

Geofoam juga memiliki kemampuan untuk menahan gaya horizontal akibat gempa.Pada gambar 5
terdapat grafik yang menujukkan perbandingan sebuah dinding yang menggunakan dan tanpa
menggunakan EPS sebagai peredam.terlihat pada percepatan gempa 0,2-0,4g gaya horizontal yang
diterima dinsing berada di kisaran 4-6 kN sedangkan pada dinding yang tak menggunakan EPS sebagai
peredam menerima beban horizontal gempa sebesar 7-8 kN sehingga dapat mereduksi sekitar 12-25%
gaya horizontal gempa.

Anda mungkin juga menyukai