Anda di halaman 1dari 2

Biografi Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati adalah seorang ulama yang menjadi salah satu anggota dari dewan da’wah atau
dewan mubaligh Walisongo. Beliau berperan sebagai salah satu penyebar agama Islam di Jawa Barat,
utamanya di wilayah Cirebon. Raden Syarif Hidayatullah adalah nama asli dari Sunan Gunung Jati, lahir
pada 1448 Masehi dengan ayah bernama Syarif Abdullah Udatuddih bin Ali Nurul Alim dengan Nyai Rara
Santang, putri dari Kerajaan Padjajaran dengan ayah Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi. Saat Nyai
Rara Santang masuk islam, beliau merubah nama menjadi Syarifah Mudaim.

Cara dakwah

Cara berdakwah Sunan Gunung Jati dengan menggunakan jalur perkawinan, menurut sejumlah catatan
sejarah tidak kurang dari 6 perempuan sebagai isteri. Dikisahkan, Sunan Gunung Jati menikah pertama
kali dengan Nyai Babadan, puteri Ki Ageng Gedeng Babadan. Pengaruhnya meluas hingga Gunung
Sembung dan wilayah Babadan, tetapi dikisahkan wafat sebelum dikaruniai putra. Selain itu, strategi
dakwah yang dijalankan Sunan Gunung Jati adalah dengan memperkuat kedudukan politis sekaligus
memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon, Banten dan Demak.

Biografi Sunan Gunung Drajat

Menurut buku-buku sejarah walisongo, nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qosim. Beliau lahir sekitar
tahun 1470 M, dan merupakan putra dari Sunan Ampel bersama Nyai Ageng Manila atau Dewi
Condrowati. Sunan Drajat merupakan anak kedua dari lima bersaudara, bersama dengan Sunan Bonang,
Siti Muntisiyah (istri dari Sunan Giri), Nyai Ageng Maloka (istri dari Raden Patah), dan istri dari Sunan
Kalijaga. Sunan Drajat Terkenal dengan Kecerdasannya, masa kecil beliau di habiskan untuk menimba
ilmu agama kepada guru gurunya, salah satunya adalah ayahandanya.

Cara dakwah

Sunan Drajat terkenal akan kearifan dan kedermawanannya. Sunan Drajat memperkenalkan Islam
melalui konsep dakwah bil-hikmah, dengan cara-cara bijak, tanpa memaksa. Dalam menyampaikan
dakwahnnya, Sunan Drajat menggunakan lima cara. Pertama, lewat pengajian secara langsung di masjid
atau langgar. Kedua, melalui penyelenggaraan pendidikan di pesantren. Ketiga, memberi fatwa atau
petuah dalam menyelesaikan suatu masalah. Dan cara keempat, melalui kesenian tradisional. Sunan
Drajat kerap berdakwah lewat tembang pangkur dengan iringan gending. Terakhir, beliau juga
menyampaikan ajaran agama melalui ritual adat tradisional, sepanjang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam.

Anda mungkin juga menyukai