Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam negara kesatuan Republik Indonesia Yaitu sebagai suatu negara

hukum sebagaimana yang termuat dalam pasal 1 ayat 3 undang-undang Dasar

tahun 1945, yang artinya bahwa di dalam negara kesatuan Republik Indonesia

hukum merupakan instrument-instrumen atau sarana dalam melakukan

aktivitas pada segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara hukum

menurut Abdul Aziz Hakim1 adalah

“Negara berlandaskan atas hukum dan keadilan bagi warganya, artinya


segala kewenangan dan tindakan alat-alat negara atau penguasa, semata-
mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain diatur oleh hukum
sehingga dapat mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup warga
negaranya”.

Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari keseluruhan hukum yang

berlaku di masyarakat atau dalam suatu negara yang mengadakan dasar-dasar

dan aturan-aturan untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana yang dilarang

yang disertai ancaman berupa nestapa atau penderitaan bagi barangsiapa yang

melanggar larangan tersebut.2 Aturan-aturan tesebut mengatur tentang

pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum. Pelanggaran dan

kejahatan tersebut disertai dengan ancaman berupa pidana atau penderitaan bagi

mereka yang melanggar aturan tersebut.

1
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, (Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Pelajar, 2011), halaman 8.
2
Moeljatno. 2008. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 1

1
Kejahatan yang berkembang di masyarakat terdiri dari berbagai macam

bentuk dan jenis. Di Indonesia kejahatan secara umum diatur dalam buku kedua

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), salah satu bentuknya adalah

pembunuhan. Dalam KUHP pembunuhan tergolong sebagai kejahatan terhadap

nyawa yang pengaturannya secara khusus diatur dalam Bab XIX KUHP yang

terdiri dari 13 pasal yakni Pasal 338 sampai dengan Pasal 350. Lebih lanjut,

kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP digolongkan dalam dua golongan, yang

pertama berdasarkan unsur kesalahan dan yang kedua berdasarkan objeknya.

Pembunuhan berencana atau moord merupakan salah satu bentuk dari

kejahatan terhadap nyawa yang diatur dalam Pasal 340 KUHP. Delik

pembunuhan berencana merupakan delik yang berdiri sendiri sebagaimana

dengan delik pembunuhan biasa yang diatur dalam Pasal 338 KUHP. Rumusan

yang terdapat dalam delik pembunuhan berencana merupakan pengulangan dari

delik pembunuhan dalam Pasal 338 KUHP, kemudian ditambah satu unsur lagi

yakni “dengan rencana lebih dahulu”. Hal ini berbeda dengan pembunuhan

dengan pemberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 339 KUHP yang

menggunakan pengertian dari pembunuhan secara langsung dari delik

pembunuhan.3

Beberapa para ahli berpendapat seperti Moeljatno mengemukakan

perilaku yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum yang

3
Adami Chazawi. 2013. Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa. Jakarta: Rajawali Pers, hlm.
82

2
berhubungan dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang mampu

bertanggung jawab.4 Wirjono Prodjodikoro mengemukakan tindak pidana

berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.5 Dari

sini dapat dilihat bahwa tindak pidana mencakup unsur perbuatan dan unsur

Pertanggung jawaban pidana atau kesalahan. Yaitu adanya perbuatan yang

mengandung selain tingkah laku atau bertindak lalaikan terutama dalam

kejahatan ditunjuk kepada kesehatan niat atau kesengajaan ini dapat disebut

kurang hati-hati atau yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai kesalahan

perilaku sikap tersebut dapat disebut sebagai perbuatan sengaja atau perbuatan

ceroboh.

Di dalam Tindak Pidana pembunuhan yang menjadi sasaran si pelaku

adalah jiwa nyawa seseorang yang tidak dapat diganti dengan apapun dan

perampasan itu sangat bertentangan dengan UUD NKRI Tahun 1945 yang

berbunyi:

“setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup


dan kehidupannya.”

Apabila kita melihat kedalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(selanjutnya disingkat KUH Pidana), segera dapat diketahui bahwa pembentuk

Undang-Undang telah bermaksud mengatur ketentuan-ketentuan pidana tentang

kejahatan-kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang itu dalam Buku Ke II

4
Wirjono Prodjodikoro, 1981, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Erasco, Cetakan Ke-3,
Jakarta, hal. 50
5
Marlina, Hukum Penitensir, (Bandung:PT. Reflika Aditama, 2011) halaman 15.)

3
Bab-XIX KUH Pidana yang terdiri dari tiga belas Pasal, yakni dari Pasal 338

sampai Pasal 350.

Salah satu pembunuhan yang pernah berproses di Pengadilan Negeri

Depok adalah kasus pembunuhan. Pada April 2009, Majelis hakim Pengadilan

Negeri Depok menjatuhkan vonis hukuman mati kepada Ryan. Menurut

keterangan majelis hakim, Ryan terbukti bersalah atas pembunuhan berantai

dengan 11 korban. Kasus Ryan Jombang dilator belakangi tentang cinta buta,

tuntutan ekonomi.

Kasus Ryan pertama kali terkuak pada Juli 2008 ketika tujuh potongan

tubuh manusia dalam dua tas serta kantong plastik ditemukan di dekat Kebun

Binatang Ragunan, Jakarta Selatan. Potongan tubuh tersebut diketahui milik

Heri Santoso, 40 tahun, manajer penjualan di sebuah perusahaan swasta. Heri

adalah gebetan Ryan yang dibunuh di sebuah apartemen yang terletak di

kawasan Margonda Raya Depok.

Bahwa keputusan Ryan untuk menghabisi Heri didorong oleh faktor

cemburu. Satu hari sebelum pembunuhan, Heri datang ke apartemen Ryan.

Setibanya di sana, Heri melihat foto Noval, yaitu pacar Ryan. Heri, yang tertarik

dengan ketampanan Noval, menggoda Ryan agar merelakan sang kekasih dapat

berhubungan dengannya. Mendengar celetukan tersebut, Ryan langsung murka.

Keduanya lantas terlibat adu mulut sebelum akhirnya berlanjut ke baku hantam.

Merasa terdesak, kemudian Ryan pergi ke dapur dan mengambil pisau dan

menusuk Heri tepat di ulu hati. Heri ambruk dan merintih kesakitan. Dalam

4
kondisi tak berdaya, Ryan menyeret Heri ke kamar mandi. Tubuhnya

ditelentangkan, kepalanya dihajar dengan tongkat besi. Heri pun tewas.

Dilanda kepanikan dan keinginan menghilangkan jejak, Ryan lalu

memutilasi atau memotong tubuh Heri. Berbekal pisau, Ryan memutilasi Heri

ke dalam beberapa bagian: lutut, paha, tangan, alat vital, dan leher. Potongan-

potongan itu lantas dimasukkan ke dalam tas dan kantong plastik. Ryan

kemudian memanggil taksi dan meminta sang supir mengantarnya ke Ragunan.

Di sanalah kemudian ia membuang potongan tubuh korbannya.

Usai melakukan aksi sadisnya, Noval datang ke apartemen Ryan. Kepada

sang pacar, Ryan mengaku baru membunuh Heri. Tak hanya membunuh,

setelah diintrogasi ternyata Ryan juga mengaku memboyong barang-barang

berharga Heri, dari dompet hingga laptop. Keduanya lantas foya-foya dengan

barang hasil rampasan itu. Selang beberapa hari kemudian, tim reserse Polda

Metro Jaya menangkap Noval. Pasalnya, Noval teridentifikasi menggunakan

kartu ATM milik Heri dan wajahnya terekam kamera ATM, dari kesalahan

Noval ini pula polisi berhasil menciduk Ryan.

Setelah diselidiki kepolisian Ryan kemudian dicurigai karena saat

diintrogasi tidak ada rasa penyesalan setelah melakukan pembunuhan terhadap

korbannya Heri, Ryan menyampaikan bahwa sangat puas telah menghabisi

korbannya Heri. Setelah didesak kembali oleh Kepolisian ternyata benar saja

Heri bukanlah korban Ryan yang pertama. Setelah didesak dengan berbagai

5
cara, Ryan mengaku telah menghabisi sekitar 10 orang di kampung

halamannya, Jombang. Semua korban dikubur di halaman belakang rumah.

Setelah kejadian yang gempar ini terkuak kasus baru yaitu terhadap 10

korban yang dilakukan oleh terdakwah Ryan yang didasari motif ekonomi, yang

menjadi beberapa korbannya merupakan orang 6 orang dari kampung

halamannya, Jombang.

Pembunuhan pertama yang dilakukan oleh terdakwa Ryan terhadap

korban bernama Gruh Setyo Pramono alias Guntur kemudian, Agustinus F

Setyawan, Muhammad Aksoni dan Zainal Abidin alias Zaki, Nanik Hidayati

dan anaknya, Silvia Dewi Ramadhani yang masih berusia 3 tahun, Aril Somba

Sitanggang, Vincenstius Yudi Priyono, Asrori dan Grady.

Mengingat begitu banyak korban yang dibunuh secara sadis oleh

Terdakwa Ryan, maka Majelis Hakim menjatuhkan Hukuman Mati

terhadapnya.

Dengan demikian maka Penulis mengambil judul skripsi Pertimbangan

Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Mati (Analisa Putusan Hakim Nomor

1036/PID/B/2008/PN.Dpk Pst alias very Idham henyansyah). Dengan Putusan

Hakim Pengadilan Negeri Depok yang memvonis terdakwa dengan hukuman

mati yang berarti hukuman mati Indonesia berlaku secara de facto dan de jure.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Dasar Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana mati

terhadap pelaku pembunuhan berencana pada Putusan Nomor:

1036/PID/B/2008/PN.DPK ?

2. Bagaimana Putusan Hakim Nomor: 1036/PID/B/2008/PN.DPK ditinjau dari

aspek keadilan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mengkaji dasar pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan sanksi pidana mati terhadap pelaku pembunuhan berencana

pada Putusan Nomor: 1036/PID/B/2008/PN.DPK

2. Untuk mengetahui Putusan Hakim Nomor: 1036/PID/B/2008/PN.DPK

ditinjau dari aspek keadilan

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penulis, maka manfaat dari penelitian ini

adalah : Adapun hasil penelitian diharapkan akan berguna antara lain di bawah

ini :

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis mengenai penerapan sanksi pidana terhadap

tindak pidana pembunuhan berencana dan untuk selanjutnya dijadikan

sebagai acuan dalam menyikapi problem dalam pemidanaanya. Dan untuk

memenuhi tugas dan syarat kelulusan mendapat gelar Sarjana Strata 1 (S1)

di bidang Ilmu Hukum.

7
2. Bagi Pemerintah

Hasil dari pada penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan

Pemerintah dalam mengkaji hukum pidana mati bagi pembunuh berencana,

dan dapat untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dalam

melakukan proses penyidikan untuk menentukan unsur berencana dalam

tindak pidana pembunuhan berencana sehingga dapat meminimalisir

kesalahan agar dapat tercapainya asas keadilan, asas kemanfaatan dan asas

kepastian hukum.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang konkrit

atas studI kasus yang diteliti oleh penulis, sehingga masyarakat mampu

memahami tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana adalah

perbuatan yang bertentangan dengan hukum, sekaligus memberikan

pengetahuan mengenai aspek-aspek atas kasus yang serupa dikemudian

hari berhubungan dengan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana.

4. Bagi Peneliti Berikutnya

Dapat dijadikan sesbagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih

lanjut, serta referensi terhadap penelitian sejenis.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah menambah wawasan tentang hukuman mati bagi

pembunuh berencana dan sebagai suatu kegiatan ilmiah dengan harapan dengan

penelitian ini nantinya mampu memberi kontribusi besar dalam gagasan terkait

8
Pidana hukuman mati dan dapat memperluas daya berfikir serta untuk

menunjang proses belajar mengajar dan penelitian lanjutan di Perguruan Tinggi.

Dan secara kegunaan praktis hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan

input kepada penegak hukum khususnya hakim dalam menerapkan pidana

hukuman mati.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Permasalahan Hukum yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana mati terhadap kasus

pembunuhan berencana. Dalam hal ini penulis akan meneliti Putusan

Nomor 1036/PID/B/2008/PN Dpk Pst dengan Terdakwa Ryan alias Very

Idham Henyamsyah dikaitkan dengan teori-teori hukum tentang

pemidanaan tindak pidana Pembunuhan berencana. Maka jenis penelitian

pada penelitian ini adalah penelitian hukum, yaitu suatu proses

menemukan atuan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-

doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi6.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

perundang-undangan (Statuta Approach) dan pendekatan kasus (case

approach). Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan dengan

6
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup,
hlm. 35.

9
menggunakan legislasi dan regulasi7, dalam penelitian ini akan dilakukan

pendekatan dengan peraturan dalam KUHP khususnya mengenai tindak

pidana pembunuhan berencana dan ketentuan pemidanaan. Sedangkan

pendekatan kasus adalah pendekatan yang menggunakan kasus sebagai

objek penelitian. Dalam hal ini adalah Kasus Pembunuhan berencana

yang dilakukan oleh Ryan dalam putusan nomor 1036/PID/B/2008/PN

Dpk Pst.

3. Sumber bahan hukum

Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa sumber bahan

hukum sebagai berikut :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berasal dari

peraturan perundang-undangan, adapun peraturan perundang-

undangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

b. Bahan Hukum Sekunder

Sumber bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang berasal dari

buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu, artikel ilmiah, makalah,

dokumen resmi, informasi media cetak maupun elektronik yang

berkaitan dengan objek penelitian.


7
Ibid., hlm. 97.

10
c. Bahan Hukum Tersier

Sumber bahan hukum tersier adalah yang berasal dari kamus

hukum, ensiklopedia hukum.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu dengan studi kepustakaan, dengan mengumpulkan peraturan

perundang-undangan dan engumpulkan literatur yang berkaitan dengan

permasalahan kemudian oleh penulis dipetakan dan disusun.

5. Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang sudah didapat kemudian dianalisis menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan menganalisis kasus

pembunuhan berencana beserta pemidanaan yang dijatuhkan kepada

Ryan oleh Hakim pemeriksa perkara dikaitkan dengan ketentuan dalam

KUHP dan KUHAP.

G. Sistematika Penulisan

Pada penelitian yang akan dibuat oleh penulis terdapat 4 Bab yang akan

membantu penulis dan pembaca untuk memahami isi dari penelitian yang

diangkat oleh penulis. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi penulis dalam

memilih judul skripsi serta menjadi dasar pengantar umum dalam

memahami penulisan skripsi ini. Pada bab I berisikan latar belakang,

11
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian

dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian-kajian teoritik yang berkaitan dengan

permasalahan yang diangkat, antara lain: Dasar Tentang Pertimbangan

Hakim ;Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana ;Pengertian dan Jenis

Tindak Pidana Pembunuhan dalam KUHP ;Penegakan Hukum Pidana

;Tujuan Pemidanaan

3. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ketiga, pada bab ini nantinya penulis akan menjabarkan terkiat apa yang

menjadi permasalahan yang telah ada pada rumusan masalah yang diangkat

diantaranya adalah, Bagaiman dasar pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan pidana mati terhadap pelaku pembunuhan berencana pada

Putusan Nomor: 1036/PID/B/2008/PN.DPK, dan Bagaimana Putusan

Hakim Nomor: 1036/PID/B/2008/PN.DPK ditinjau dari aspek keadilan?,

tentu dengan data-data yang sudah disiapkan oleh penulis.

4. BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana berisi

kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran penulis

dalam menanggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian.

12

Anda mungkin juga menyukai