Lapkas
Lapkas
SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh:
Ferdie Sundjoyo
07120120064
Pembimbing:
dr. Dharmady Agus, Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Z
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Bangsa/Suku : Indonesia/Betawi
Agama : Katolik
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Akuntan Publik
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Citra Garden 3 blok B17 no. 7, Cengkareng, Kalideres
A. Keluhan Utama
Pasien dirawat atas permintaan keluarga karena pasien sering terlihat berbicara
sendiri, mendengar suara yang tidak terlihat. Pasien keras kepala, sulit diatur, dan
sempat memukul kakaknya.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien mulai dirawat di Sanatorium Dharmawangsa pada tanggal 5 Agustus 2013.
Sejak tahun 1996, pasien mulai mendengar suara yang dianggap pasien sebagai
Jehovah (Allah Bapa). Jehovah mengatakan bahwa pasien adalah anak-Nya dan
pasien mempercayai dan taat kepada Jehovah sejak saat itu. Pasien juga menceritakan
bahwa ia adalah kakak dari Yesus. Pasien sampai hari ini masih mendengar suara
Jehovah, namun suara Yesus sudah tidak pernah terdengar. Suara Yesus pertama kali
terdengar oleh pasien saat tahun 2000, memang suara Yesus sangat jarang terdengar
dibandingkan suara Jehovah. Adapun peristiwa yang terjadi saat tahun 1996 adalah
kematian dari ayah kandung pasien. Pasien juga percaya bahwa sejak ia kehilangan
ayah duniawi, ia langsung diangkat oleh Jehovah, Allah dan ayah yang sesungguhnya.
Hubungan pasien dengan Yesus pun kurang dekat, pasien merasa Yesus sering ikut
campur urusannya dengan hal yang tidak penting.
Pasien mengaku saat pertama kali mendengar suara, ia berusaha mencari tahu
sumber suara tersebut, namun tidak berhasil ditemukan. Pasien mengatakan bahwa
suara tersebut muncul terus menerus sepanjang hari kecuali ketika pasien tertidur, dan
pekerjaan pasien menjadi sangat terganggu karena tidak mampu berkonsentrasi.
Pasien juga menyatakan bahwa teman-teman nya menganggapnya aneh karena sering
berbicara sendiri. Pasien mengaku pekerjaan pasien sampai sebelum mendengar suara
baik dan tidak terdapat masalah atau konflik antar teman kantor maupun pekerjaan
kantor. Pasien juga menyangkal sering emosi, marah, dan melakukan kekerasan.
Halusinasi auditorik pasien pun tidak berhenti sampai disitu. Pasien mengaku
mendengar suara paranormal. Suara ini diyakini pasien sebagai suara yang jahat.
Suara tersebut seperti suara orang dewasa, kadang suara perempuan, kadang suara
laki-laki. Suara tersebut sangat mengganggu pasien. Suara tersebut sering
menjatuhkan pasien
dan membuat pasien putus asa dan tidak ada gairah untuk melakukan aktivitas. Suara
paranormal juga diyakini pasien sebagai kekuatan gaib dari pastur Yohanes, pastur
dari Gereja Bunda Karmel. Pasien mengaku juga bahwa pastur Yohanes merupakan
alasan mengapa ia dirawat di rumah sakit ini. Pastur Yohanes menyuruh keluarga
pasien untuk memasukan pasien ke rumah sakit dan keluarga pasien mengikut saran
dari pastur Yohanes.
Selain mendengar halusinasi suara, pasien juga pernah mengalami halusinasi visual
berupa sosok Jehovah pada tahun 2000. Kejadian tersebut sangat diingat oleh pasien
karena berkesan bagi pasien. Pasien mengatakan kejadian tersebut adalah kejadian
yang paling membahagiakan pasien seumur hidup karena dapat melihat sosok ayah
(Jehovah). Sosok Jehovah digambarkan pasien seperti orang tua normal berusia kira-
kira 55 tahun. Pasien juga pernah melihat sosok Yesus 1 kali sekitar tahun 2000.
Pasien mengatakan bahwa sosok Yesus tinggi dan tampan dengan menggunakan baju
selempang seperti baju orang Yahudi.
Pada saat alloanamnesis dengan perawat dan juga rekam medis, didapatkan
informasi bahwa pasien masuk ke rumah sakit karena diantar keluarganya.
Sebelumnya pasien memang sudah keluar masuk ganti-ganti rumah sakit. Di rumah,
pasien sangat sulit diatur dan terdapat riwayat pernah memukul kakaknya. Perjalan
penyakit pasien selama dua tahun dirawat sangat stabil, tidak ada kemunduran
ataupun kemajuan yang bermakna. Pasien menkonsumsi obat secara teratur. Pasien
sudah tidak pernah dikunjungi lagi oleh keluarganya. Pasien sangat terkendali dan
sangat pendiam, berbicara seperlunya namun tidak memiliki masalah sosial antar
pasien di rumah sakit.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatri
Dari rekam medis dan alloanamnesis, diketahui pasien sudah beberapa kali, sekitar
lima kali keluar masuk rumah sakit jiwa. Pasien mengatakan didiagnosis skizofrenia
oleh dokter dan juga dibacakan apa yang dimaksud dengan penyakit tersebut termasuk
tanda dan gejalanya. Pasien sempat dirawat di RSJ Dharma Jaya selama 1 bulan,
kemudian keluar dan masuk lagi dan dirawat selama 2 bulan pada 5 tahun yang lalu.
Pasien mengatakan ia tidak pernah dirawat selama seperti di RS Dharmawangsa, yang
sudah jalan dua tahun lebih.
Prestasi pasien pada masa sekolah biasa-biasa saja namun tidak pernah gagal ataupun
tinggal kelas. Pasien tidak pernah berhenti maupun pindah sekolah. Pasien mengakui
hubungan dengan teman-teman semasa sekolah dan kuliah baik.
b. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja di perusahaan Arthur Andersen dimana pasien bekerja sebagai akuntan
publik sejak sekitar tahun 90an. Pasien mengatakan bahwa pekerjaannya adalah
memeriksa keadaan keuangan perusahaan. Pasien mengakui hubungan dengan teman-
teman maupun atasan sangat baik ketika bekerja. Pasien berhenti bekerja karena
masuk ke Rumah Sakit Jiwa Dharmajaya pada tahun 2000.
c. Riwayat kehidupan beragama
Pasien mengatakan bahwa ia beragama Katolik dan rajin ke gereja sejak kecil. Namun
sejak mendengar suara-suara, pasien mengaku tidak pernah berdoa lagi dan tidak
pernah ke gereja karena merasa sudah setiap hari bercakap-cakap dengan Tuhan.
Pasien sangat menghormati Allah / Jehovah namun tidak kepada Yesus karena pasien
mempercayai Yesus hanya manusia biasa yang tidak layak disembah.
d. Riwayat kehidupan sosial
Pasien mengaku memiliki hubungan yang baik antar sesama teman-temannya sejak
kecil dan tidak pernah memiliki konflik yang serius. Pasien mengatakan pernah
dijenguk oleh teman kuliahnya sekitar tiga tahun yang lalu saat masih di RSJ Dharma
Jaya untuk menanyakan kabar.
e. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien mengaku pernah ditangkap polisi sementara karena memukul orang yang
menabrak adiknya.
6. Riwayat psikoseksual / pernikahan
Pasien belum menikah. Pasien mengaku pernah berhubungan seksual dengan
perempuan yang tidak dikenalnya, terjadi karena pergaulan pasien pada saat bekerja
yaitu sekitar tahun 90 an, namun berhenti sejak mendengar halusinasi.
E. Riwayat Keluarga
SILSILAH KELUARGA
Keterangan :
Ayah : Tn. K
Ibu : Ny. B
Tidak diketahui adanya riwayat psikiatrik / gangguan jiwa pada keluarga pasien
selain pasien.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi visual dan auditorik
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
5. Waham : Waham kebesaran.
E. Proses Pikir
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Normal
b. Kontinuitas : Normal
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
Waham : Waham kebesaran. Pasien merasa anak dari Jehovah dan kakak dari Yesus.
F. Sensorium dan Kognisi
1. Kesadaran
a. Kesadaran Neurologis : Kompos Mentis
b. Kesadaran Psikiatrik : Terganggu (ada halusinasi dan waham)
2. Inteligensia : Rata-rata, sesuai pendidikan
3. Orientasi
a. Orientasi waktu: Tidak ada gangguan
Pasien mengetahui hari serta tanggal saat wawancara.
b. Orientasi tempat: Tidak ada gangguan
Pasien mengetahui bahwa ia sedang dirawat di Sanatorium Dharmawangsa.
c. Orientasi orang: Tidak ada gangguan
Pasien mengingat dokter yang merawatnya dan nama pasien lain, juga mengingat
nama pewawancara.
4. Memori
a. Jangka panjang: Tidak ada gangguan
Pasien dapat mengingat kejadian-kejadian tentang masa lalunya seperti masa
SMA dan kuliah serta dan nama anggota keluarganya dengan baik.
b. Jangka menengah: Tidak ada gangguan
Pasien mampu menceritakan kegiatan yang dilakukan beberapa bulan sebelumnya
mengenai teman-teman pasien di Sanatorium Dharmawangsa dan ketika pasien
menjalani operasi katarak satu tahun yang lalu.
c. Jangka pendek: Tidak ada gangguan
Pasien dapat menceritakan apa yang dia lakukan kemarin.
d. Daya ingat segera: Tidak ada gangguan
Pasien dapat mengucapkan kembali apa yang ditanyakan sebelumnya.
5. Konsentrasi dan perhatian : Tidak ada gangguan
Pasien dapat melakukan 7 jump test dengan mengurangi 100 dengan 7 dan
seterusnya (sampai 65).
6. Kemampuan membaca dan menulis : Tidak ada gangguan
Pasien dapat membaca apa yang pemeriksa tulis dan dapat menulis nama sendiri
dengan baik.
7. Kemampuan visuospasial : Tidak ada gangguan
Pasien dapat menggambarkan jam 10.10 dengan benar. Pasien dapat menggambar
2 pentagon yang tumpang tindih dengan 2 sisi nya saling bersinggungan.
B. Status Neurologik
1. Saraf kranialis : Tidak dilakukan
2. Gejala rangsang selaput otak : Kaku kuduk (-)
3. Gejala tekanan intrakranial : Nyeri kepala (-), muntah proyektil (-)
4. Mata : Gerakan bola mata normal
5. Pupil : Isokor, refleks cahaya (+/+)
6. Pemeriksaan oftalmoskopik : Tidak dilakukan
7. Motorik : Tidak ada gangguan
8. Sensorik : Tidak ada gangguan
9. Sistem saraf autonom Tidak ada gangguan
10. Fungsi luhur : Bahasa dan kognitif tidak ada gangguan
11. Gangguan khusus lain : Tidak ditemukan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Desember 2015.
Hemoglobin : 16,5 mg/dl
Leukosit : 6 rb/ul
Hitung jenis:
Basofil : 0%
Eosinofil : 3%
Neutrofil batang : 2%
Neutrofil segmen : 55%
Limfosit : 36%
Monosit : 4%
LED : 10 mm/jam
Trombosit : 310 rb/ul
Trigliserida : 130 mg/dl
Total cholesterol : 191 mg/dl
HDL : 46 mg/dl
LDL : 119mg/dl
SGOT : 26 mg/dl
SGPT : 23 mg/dl
Glukosa puasa : 69 mg/dl
Ureum : 43 mg/dl
BUN : 20 mg/dl
Creatinine : 1,09 mg/dl
Asam urat : 7,8 mg/dl
VII.FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I : Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, kasus ini menurut PPDGJ-III / DSM-IV
TR digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa Skizofrenia Paranoid karena adanya gejala
kejiwaan berupa halusinasi auditorik dan visual, serta waham kebesaran. Keluhan ini sudah
menetap selama kurang lebih 20 tahun.
Aksis II : Tidak ada diagnosis.
Aksis III : Tidak ada diagnosis.
Aksis IV : Problem psikososial dan lingkungan pada kasus ini berupa masalah keluarga dan
penggunaan alkohol
Z63.4 - Disappearance and death of family member
Z72.1 - Alcohol use
Aksis V : Berdasarkan skala Global Assessment of Functioning (GAF), kasus ini pada saat
dievaluasi mempunyai skala GAF 70 - 61 (Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
XI. TERAPI
Terapi yang diberikan oleh dokter yaitu berupa:
A. Psikofarmaka
a. Luften 100mg 1 x 1 tab
b. Neripros 2mg 1 x 1 tab
c. Hexymer 2mg 3 x 2 tab
XII.DISKUSI
Diagnosis penyakit pasien ini adalah Skizofrenia Paranoid. Hal yang mendukung ke arah
diagnosis adalah adanya halusinasi auditorik dan visual serta waham kebesaran.
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut DSM IV-TR :
A. Gejala-gejala yang khas: Dua atau lebih dari gejala berikut yang bermakna
dalam periode satu bulan (atau kurang jika berhasil diterapi), yaitu waham,
halusinasi, pembicaraan yang janggal (mis. Sering derailment atau
inkoherensia), perilaku janggal atau katatonik, dan adanya gejala negatif (spt
afek datar, alogia, abulia).
Catatan : Hanya satu dari kriteria A yang diperlukan jika waham-nya janggal
atau jika halusinasinya berupa suara yang terus menerus mengomentari
tingkah laku atau pikiran yang bersangkutan atau berisi dua (atau lebih) suara-
suara yang saling bercakap-cakap.
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan: Satu atau lebih dari area fungsional utama
menunjukkan penurunan nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset
dalam suatu rentang waktu yang bermakna sejak onset gangguan (atau bila
onset pada masa anak-anak atau remaja terdapat kegagalan pencapaian tingkat
interpersonal, akademik atau okupasi lainnya) seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal atau perawatan diri.
C. Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya enam
bulan. Periode enam bulan ini meliputi satu bulan gejala-gejala fase aktif yang
memenuhi kriteria A (atau kurang bila berhasil diterapi) dan dapat juga
mencakup fase prodromal atau residual. Selama berlangsung. fase prodormal
atau residual ini, tanda-tanda gangguan dapat bermanifestasi hanya sebagai
gejala-gejala negatif saja atau lebih dari atau dua dari gejala-gejala dalam
kriteria A dalam bentuk yang lebih ringan (seperti kepercayaan –kepercayaan
ganjil, pengalaman perseptual yang tidak biasa).
D. Penyingkiran skizofektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan
mood dengan gambaran psikotik dikesampingkan karena: (1) tidak ada
episode depresi, mania atau campuran keduanya yang terjadi bersamaan
dengan gejala- gelala fase aktif, (2) jika episode mood terjadi intra fase aktif
maka perlangsungannya relatif singkat dibanding periode fase aktif dan
residual.
E. Penyingkiran kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang
disalah gunakan) atau oleh suatu kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat
riwayat autistik atau gangguan pervasif lainnya maka tambahan diagnosa
skizofernia hanya dibuat bila juga terdapat delusi atau halusinasi yang
menonjol dalam waktu sedikitnya satu bulan (atau kurang jika berhasil
diterapi). Skizofrenia paranoid jika preokupasi pada satu waham atau lebih
atau sering berhalusinasi auditorik. Pada pasien ini terdapat waham yang
dominan.
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ III :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b. – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan
khusus);
- “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c. halusinasi auditorik :
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e. halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
f. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu, atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h. gejala-gejala ‘negatif’, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.
Pada pasien ditemukan gejala positif, yaitu halusinasi dan waham. Karena itu pasien
diberikan pada pasien obat-obatan yang diberikan yaitu Luften (Clozapine) yang merupakan
obat antipsikotik atipikal/second generation. Dosis maksimal untuk clozapine adalah 150-600
mg/hari, dimana sediaan Luften adalah antara 25-100 mg. Obat lainnya yang diberikan adalah
Neripros (Risperidone) yang juga merupakan obat antipsikotik atipikal/second generation.
Dosis anjuran untuk risperidone adalah 2-8 mg/h, sedangkan sediaan neripros adalah 1-3mg.
Hexymer (Trihexyphenydyl HCl), yaitu obat yang diberikan untuk gejala ekstrapiramidal
yang mungkin disebabkan oleh efek samping obat-obatan antipsikotik. Metformin diberikan
untuk mengontrol gula darah pasien dan amlodipine digunakan untuk mengontrol tekanan
darah pasien.