Anda di halaman 1dari 3

Teruntuk Penghuni Palung Hati Abadi

Nur Annisa Rahman

: Untuk rasa yang dipaksa lindap


Untuk sajak yang diendap
Untuk prosa yang sengaja senyap

Kepada renjana yang lahir di tanah Utara

Apakah kau mengingatnya? Serupa senja di tengah malam. Cahayanya teduh tertutup
bintang. Penghuni bentala gempar dibuatnya. Sebab kamu datang bak nelayan hilang sabitah.
Mencipta ambigu dalam benak wanita lugu. Sehari, dua hari, seminggu, lenyap sudah
jejakmu. Sayangnya, sisa harap masih mengendap. Berhajat kapan-kapan bisa kembali.

Apakah kau mengingatnya? Serupa kota tertimbun salju, tatkala sanubari bak belantara Craco
Italia, tatkala manusia mulai amnesia, kamu pulang. Binarmu mengalahkan arunika dari
Timur. Menjanjikan asa abadi namun semu. Seolah sungguh bercampur ragu.

: Kata mereka, rasa perdana selalu bertanda

(Apakah patah arang termasuk tanda?)

Kepada derana teramat raya

Apakah kau melihatnya? Gemuruh gempita di tengah hening mencekam, serupa bintang
terakhir seantero bumi. Tatapan hangat memandangnya lekat, tak mau lepas, hilang, dan
lenyap. Di ujung hati tersirat lengkara, sebentar lagi lonceng kematian kan berbunyi.
Waktunya merangkai elegi persarakan, dan melepas tilik ke jumantara.

Apakah kau melihatnya? Serupa dongeng kisah nyata. Kamu telah menunjuk seorang
maharani nirmala. Wanita ini akan pamit menjura. Bukan ke nirwana, entalah sungguh
niskala rasanya.

: Kata mereka, curigamu tak berakar


(Apakah lebam qalbuku tak cukup mekar?)

Kepada lelaki tegar di pinggir kota

Apakah kau menyadarinya? Serupa sebuah dadu berharap angka tujuh, atau pendosa yang
memohon dihidupkan kembali. Kita sudah tamat. Jauh sebelum scriptwriter menuliskan
lembar terakhir. Dalam, sedalam bangkai titanic, dan tinggi, setinggi Everest di Tibet.
Gerhana akan sembunyi tanpa bumi, diksimu tak akurat tanpa bukti. Maka mari sudahi!

Apakah kau menyadarinya? Afeksiku selesa dirgantara, serupa bima sakti, sedalam mariana.
Karsa untuk menjelma kanigara sudah pupus dari lama. Sedari dua nama ditautkan yang
katanya tidak sengaja. Atensimu mencipta taksa, padahal tak lebih dari canda. Tak mau lagi
jadi nuraga sepihak dan tumbuh menjadi perisak. Maka mari beranjak!

Teruntuk penghuni palung hati abadi


Selamat kekal dalam sajak penyair awam
Selamat melangit dalam ambang tanpa batas.

Makassar, 14 Mei 2021


Identitas Penulis

Nama : Nur Annisa Rahman


Alamat : Jl. Merdeka, Blok D/19, Kel. Samalewa, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep,
Sulawesi Selatan.
No. WA/HP : 085397915730
Email : nurannisarahman31@gmail.com
Instagram : @nrannsarh._

Anda mungkin juga menyukai