Diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Apresiasi
Ucapan terimakasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
pelaksanaan penyusunan Jurnal Perencanaan, yaitu Tim Penerbitan Jurnal Perencana
Tahun 2017.
Penanggungjawab
Tavip Agus Rayanto
Penyunting
Mudagdo, SH.
Siti Asiyah, S.S
Mitra Bestari
Dr. Bevaola Kusumasari – Universitas Gadjah Mada
Penulis Naskah
Antarikso Trisno Bawono, ST. MT.
Emy Kusparyati, SE., MSc., MEng.
Ester Rufariza, ST.
Ir. Ika Warakasih Puspitawati, MT.
Imam Budidharma, ST., Mec. Dev.
Muh. Taufiq Ar Rahman, SIP.
Pangky Arbindarta Kusuma, SE.
Pinkan Mariskania Pasuhuk, SE., MA..
Sri Giyanti, SE. MT.
Penata Letak/Layout
Imam Karyadi Aryanto, SIP., MPA.
Juru Gambar
Iwan Sutardi Budi Santoso, ST., MEng.
Sekretariat
Dwi Endah Cahyani, ST.
Purnama
[i]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga Jurnal
Perencanaan Volume IV dapat terselesaikan. Jurnal ini disusun sebagai bagian
dari proses memberikan ruang akademik sekaligus mempublikasikan hasil
penulisan artikel para Pejabat Fungsional Perencana pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BAPPEDA DIY).
Penulisan artikel pada jurnal ini merupakan upaya BAPPEDA DIY mendorong
peningkatan kompetensi pejabat fungsional perencana dalam penulisan artikel
perencanaan.
Buku Jurnal Perencanaan ini memuat 9 (sembilan) artikel dari berbagai isu dan
sejumlah alternatif solusi untuk bahan pengambilan kebijakan strategis.
Bahkan, beberapa substansi yang disampaikan tersebut memuat konsep dan
pendekatan perencanaan multidimensi yang diharapkan dapat memperkaya
khazanah perencanaan bagi publik dan menjadi bahan masukan dalam proses
perencanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka
panjang oleh para pemangku kepentingan di DIY.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan jurnal ini. Semoga Jurnal Perencanaan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
KEPALA
[ ii ]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... vi
A DIFUSI TEKNOLOGI KAPAL INKA MINA 30 GT DALAM
PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU USAHA
PERIKANAN DI DIY
Antarikso Trisno Bawono ....................................................................................... 1
B KETAHANAN EKONOMI KLASTER KERAJINAN PERAK DI
KOTAGEDE, YOGYAKARTA, INDONESIA
Emy Kusparyati ...................................................................................................... 14
C DILEMA KONTRADIKSI POTENSI DAN ARAH
PEMBANGUNAN KAWASAN SELATAN DIY
Ester Rufariza .......................................................................................................... 23
D KEBERLANJUTAN KARST DI DIY SEBAGAI BAGIAN DARI
POTENSI ALAM DI DIY STUDI KABUPATEN
GUNUNGKIDUL
Ika Warakasih Puspitawati ................................................................................... 34
E DEKOMPOSISI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Imam Budidharma ................................................................................................. 45
F URGENSI PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN
RISIKO BENCANA DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Muh.Taufiq AR ...................................................................................................... 54
G WISATA HALAL: KONSEP, PRAKTIK, TANTANGAN, DAN
MASA DEPAN
Pangky Arbindarta Kusuma ................................................................................. 65
H KONTRIBUSI PEMBANGUNAN SEKTOR KEUANGAN
TERHADAP PENURUNAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Pinkan Mariskania Pasuhuk ................................................................................. 77
[ iii ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ iv ]
DAFTAR TABEL
[v]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
DAFTAR GAMBAR
[ vi ]
Gambar 22. Kinerja Triwulan I Tahun 2015-2017 ............................................... 92
Gambar 23. Kinerja Triwulan II Tahun 2015-2017 ............................................. 92
Gambar 24. Kinerja Triwulan III Tahun 2015-2017 ............................................ 93
Gambar 25. Kinerja Triwulan IV Tahun 2015-2017 ............................................ 93
[ vii ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ viii ]
DIFUSI TEKNOLOGI KAPAL INKA MINA 30 GT DALAM PENINGKATAN KAPASITAS
PELAKU USAHA PERIKANAN DI DIY - Antarikso Trisno Bawono
Oleh:
Abstrak
Paradigma baru dalam pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu perubahan orientasi
pembangunan yang selama ini berbasis daratan menuju pembangunan berbasis kemaritiman memiliki
keselarasan arah dengan Program Inka Mina yang memperkenalkan teknologi baru berupa kapal 30 GT
kepada masyarakat pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun di sisi lain, kehadiran teknologi baru
tentunya membutuhkan kemampuan manajemen usaha yang berbeda.Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh pemahaman lebih mendalam terkait dengan difusi teknologi kapal Inka Mina dalam
peningkatan kapasitas pelaku usaha perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta. Metodologi yang digunakan
adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan penelusuran terhadap aktor dan relasi yang terjadi untuk
kemudian dianalisis menggunakan Teori Jaringan-Aktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku
usaha perikanan yang memiliki orientasi pengembangan bisnis yang kuat semata tidak cukup menjamin
suatu difusi teknologi dapat bermanfaat bagi masyarakat. Difusi terjadi secara relatif cepat karena
terdapat kondisi-kondisi yang memungkinkan, diantaranya faktor permintaan pasar yang meningkat
pesat seiring berkembangnya obyek destinasi wisata pantai serta tergabungnya kelompok usaha perikanan
tersebut ke dalam suatu usaha perikanan terpadu. Selain itu, fasilitasi pemerintah lebih lanjut dalam
meningkatkan kapasitas kelompok menyebabkan kelompok lebih mempunyai beragam pilihan.
Kata kunci: difusi, teknologi, kapasitas, perikanan
[1]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
pantai ±113 km, wilayah pesisir dan baru muncul di DIY pada pertengahan
laut DIY memiliki sumberdaya tahun 1980-an sehingga budaya melaut
potensial perikanan dan kelautan yang masih tergolong baru bagi masyarakat
mempunyai nilai ekonomi tinggi, tetapi DIY. Minat masyarakat untuk
belum dimanfaatkan secara menekuni usaha kenelayanan masih
optimal.Wilayah pesisir DIY juga kaya kecil. Sebagian besar masyarakat pesisir
dengan potensi wisata bahari. Obyek lebih memilih untuk bertani dengan
destinasi wisata di tiga kabupaten pendapatan yang lebih stabil.
pesisir yang menyerap jumlah
Di sisi lain, kelompok sasaran program
wisatawan terbesar merupakan obyek
sebagai pengadopsi sering mengalami
wisata pantai.
keterkejutan (shock) terhadap kehadiran
Dengan berpijak pada hal tersebut, teknologi baru yang mengharuskan
Gubernur DIY pada tahun 2012 mereka beradaptasi. Teknologi
menyampaikan paradigma baru dalam memungkinkan mereka untuk
pembangunan DIY yaitu perubahan memperluas jangkauan mereka dan
orientasi pembangunan yang selama ini meningkatkan perolehan hasil. Namun
berbasis daratan menuju pembangunan di sisi lain, kehadiran teknologi baru
berbasis kemaritiman. Hal ini juga tentunya membutuhkan kemampuan
dilandaskan pada pemikiran bahwa manajemen usaha dan manajemen
pembangunan yang fokus di bagian kelompok yang berbeda. Hal ini
utara dikhawatirkan akan menambah dikarenakan aset yang dikelola jauh
beban hingga pada suatu titik akan berbeda dengan aset tradisional yang
melebihi daya dukung wilayahnya. kemampuannya terbatas.
Oleh sebab itu, paradigma baru
Dengan adanya keselarasan arah antara
tersebut menyiratkan bahwa DIY ingin
Program Inka Mina dengan Visi
mengalihkan pusat pertumbuhan ke
Maritim DIY yang diinisiasi oleh
Pantai Selatan (Pansela).
pemerintah, pengalokasian
Sementara itu, Pemerintah melalui sumberdaya untuk memanfaatkan
Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi kelautan dan perikanan yang
mengadakan Program Inka Mina dalam dimiliki oleh DIY seharusnya dapat
rangka mendukung percepatan dilakukan. Namun baik pelaku
pelaksanaan prioritas pembangunan penginisiasi (Pemerintah) maupun
nasional, terutama prioritas ketahanan kelompok nelayan pengadopsi
pangan serta mengakselerasi teknologi merupakan bagian dari suatu
penanggulangan kemiskinan. Program jejaring relasi-relasi. Para pelaku
Inka Mina ditargetkan untuk masing-masing mempunyai tujuan,
menyalurkan bantuan sejumlah 1000 nilai-nilai, tatanan, serta pengetahuan.
unit kapal penangkap ikan berkapasitas Hal tersebut kemudian menyiratkan
30 GT ke seluruh Indonesia, termasuk pentingnya tercipta suatu ruang
DIY. DIY sendiri sejak tahun 2011 pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
hingga 2013 telah menerima bantuan penelitian ini perlu dikaji bagaimana
total 13 unit kapal 30 GT. mewujudkan suatu sistem inovasi yang
dapat meningkatkan kapasitas pelaku
Bila dikaitkan dengan Program Inka
usaha perikanan di pesisir DIY.
Mina tersebut, situasinya menjadi lebih
Penelitian ini bertujuan untuk
kompleks karena kegiatan melaut juga
mengetahui faktor-faktor apa yang
[2]
DIFUSI TEKNOLOGI KAPAL INKA MINA 30 GT DALAM PENINGKATAN KAPASITAS
PELAKU USAHA PERIKANAN DI DIY - Antarikso Trisno Bawono
[3]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[4]
DIFUSI TEKNOLOGI KAPAL INKA MINA 30 GT DALAM PENINGKATAN KAPASITAS
PELAKU USAHA PERIKANAN DI DIY - Antarikso Trisno Bawono
[5]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[6]
DIFUSI TEKNOLOGI KAPAL INKA MINA 30 GT DALAM PENINGKATAN KAPASITAS
PELAKU USAHA PERIKANAN DI DIY - Antarikso Trisno Bawono
perjanjian, dapat memiliki aset, serta pemasok input, ikan dipandang sebagai
dapat mempunyai hutang. Selain itu, komoditas yang dapat diperdagangkan
koperasi yang telah berbadan hukum untuk mendapatkan keuntungan.
meningkatkan daya tawar mereka Masing-masing pihak menganggap
kepada pihak ketiga. Dengan berbagai bahwa pihak lain merupakan pihak
keuntungan tersebut, koperasi dapat yang berada di luar dirinya.
terus mengembangkan potensinya ke Eksternalitas tersebut baru bisa hilang
arah usaha yang lebih besar melalui ketika poklahsar membeli ikan dari
perluasan jaringan usaha koperasi dan nelayan atau pembudidaya sehingga
keterkaitan dengan usaha negara dan poklahsar menjadi bagian dari jaringan
swasta. yang mereka kembangkan.
Sebagai konsekuensi dari
A.4.2 Menata Kembali Relasi
ketersambungan jaringan, maka
Bidang perikanan merupakan bagian timbullah kausalitas dalam hubungan
dari pertanian dalam arti luas, sehingga antar aktor. Ketika pasokan ikan lebih
bekerja sesuai prinsip yang dianut oleh banyak bersumber dari luar DIY,
sistem pertanian. Suatu praktek di makabeberapa permasalahan
bidang perikanan merupakan asosiasi berpotensi mengemuka disebabkan
dari unsur sosial (nelayan, rantai pasokan yang makin panjang,
pembudidaya, pemasar, pengolah), diantaranya akan ada inkonsistensi
unsur teknikal (kolam ikan, pakan ikan, mutu produk yang mungkin timbul
karamba, kapal, alat pengolahan, alat karena lamanya waktu transportasi
tangkap, sarana pemasaran), serta serta ketidaklancaran saluran
unsur biologis (ikan, distribusi. Kendala jarak juga
plankton).Bersama itu maka mempersulit untuk dilakukannya
terbentuklah suatu jejaring heterogen pemantauan ketersediaan secara
yang disebut jaringan perikanan. langsung. Belum lagi biaya-biaya
sampingan yang berpotensi untuk
Proses kehadiran jaringan-aktor
bangkit sebagai konsekuensi dari jarak
melalui peran agen-agen heterogen
yang jauh, sehingga harga ikan sebagai
sebagaimana diungkapkan oleh Callon
bahan baku menjadi relatif lebih mahal
(1986) bertumpu pada translasi.
karena diperlukan upaya tambahan
Translasi merupakan penjajakan dan
untuk memperolehnya.
penyesuaian aksi-aksi yang
berlangsung di antara aktor hingga Berangkat dari hal tersebut, poklahsar
suatu relasi yang stabil tercapai. yang masih mempunyai hubungan
Melalui translasi tersebut, baik manusia yang asimetris dengan penyedia bahan
maupun obyek teknis berubah.Proses baku kemudian memutuskan untuk
translasi terdiri atas empat tahapan menata ulang relasi tersebut dalam
yaitu problematisasi, interessement, rangka mendapatkan kemanfaatan
enrollement, dan mobilisasi. yang lebih. Oleh karena itu, ketika
hadir kesempatan untuk memperoleh
Dalam perspektif poklahsar, ikan segar
bahan baku dengan usaha sendiri
dipandang sebagai bahan baku yang
melalui program pengadaan kapal 30
ketersediaannya harus terjamin.
GT, asosiasi pun menerimanya.Setelah
Sedangkan bagi nelayan maupun
melalui tahapan translasi, asosiasi Projo
pembudidaya yang merupakan
Mino kemudian membentuk
[7]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[8]
DIFUSI TEKNOLOGI KAPAL INKA MINA 30 GT DALAM PENINGKATAN KAPASITAS
PELAKU USAHA PERIKANAN DI DIY - Antarikso Trisno Bawono
syahbandar
supplier logistik
logistik SPBU
Gambar 2. Jejaring Relasi KUB Projo Mino pelabuhan
[9]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
menyebabkan nilai ekonomis produk Hal yang dilakukan pertama kali oleh
tersebut berkurang bahkan hilang. KUB dalam hal ini adalah tidak
melibatkan tauke dalam upaya untuk
Pada dasarnya kualitas ikan dari waktu
memperoleh modal. Pemenuhan
ke waktu akan mengalami penurunan
kebutuhan modal awal dibiayai dengan
sebagai akibat adanya waktu yang
melakukan peminjaman uang kepada
dihabiskan di setiap titik dalam rantai
bank. Anggota kelompok bersepakat
pasok. Semakin banyak titik mitra
untuk secara individu mengajukan
pasok, semakin banyak waktu yang
kredit kepada bank dengan
terpakai. Siklus kesegaran ikan yang
mengagunkan aset pribadi mereka
pendek menuntut adanya saluran
masing-masing untuk kemudian
distribusi yang lancar dan agen
dikumpulkan.Dengan ditinggalkannya
pemasaran yang banyak dengan
tauke dalam proses pengumpulan
kemampuan untuk bergerak cepat.
kapital, maka terputuslah relasi patron-
Peran agen pemasaranyang disebut
klien. Akibatnya, KUB tidak berada di
“armada semut”yang dimiliki oleh
bawah kendali tauke, sehingga lebih
asosiasi berperan dalam memotong
mempunyai otonomi dalam
rantai pasok, sehingga mendekatkan
pengambilan keputusan.
relasi dengan konsumen. Hal ini berarti
pula menguatkan relasi dengan KUB, Selanjutnya KUB ingin membina relasi
sehingga dengan demikian terjadi dengan tauke dalam kedudukan yang
perambatan relasi. lebih setara. Keberadaan artefak baru
berupa gudang penyimpanan yang
Selain pelemahan relasi dengan
difasilitasi oleh Dinas Kelautan dan
penyedia bahan baku input dan
Perikanan DIY membantu menguatkan
penjalinan relasi baru dengan berbagai
posisi tawar KUB terhadap tauke
pihak, KUB Projo Mino dalam
(bakul). Gudang yang dilengkapi
perjalanannya juga melakukan
dengan fasilitas pendingin
redefinisi terhadap relasi patron-klien
memperbaiki penanganan terhadap
yang lazim terjadi pada nelayan DIY.
ikan hasil tangkapan sehingga
KUB Projo Mino berusaha
kualitasnya dapat terjaga. Gudang
membongkar relasi yang tidak simetris
memperluas perspektif bahwa mereka
dimana seorang patron (tauke/pemilik
dapat melakukan lebih banyak hal
modal) memberikan pinjaman uang
dengan lebih baik.Gudang membuat
untuk biaya operasional melaut
hubungan kerja antara KUB sebagai
dansebagai imbalannya klien (nelayan)
produsen dengan bakul sebagai
harus menjual hasil tangkapan ikan
konsumen berjalan dengan posisi yang
mereka ke tauke dengan harga yang
lebih sejajar; tidak ada hegemoni suatu
telah ditentukan secara sepihak oleh
pihak atas pihak lain. Akhirnya,
tauke, di samping tentunya tetap harus
hubungan yang terjalin adalah
membayar bunga pinjaman yang relatif
hubungan profesional antara satu
besar. Hubungan tersebut memiliki
lembaga usaha ke lembaga usaha
kecenderungan bersifat tidak adil dan
lainnya (bussiness to bussiness).
eksploitatif karena nelayan tidak
Hubungan tersebut mengakui
memiliki bargaining position dalam
persamaan hak dan kewajiban masing-
pembentukan harga.
masing pihak serta bekerja dengan
prinsip saling menguntungkan.
[ 10 ]
DIFUSI TEKNOLOGI KAPAL INKA MINA 30 GT DALAM PENINGKATAN KAPASITAS
PELAKU USAHA PERIKANAN DI DIY - Antarikso Trisno Bawono
[ 11 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 12 ]
DIFUSI TEKNOLOGI KAPAL INKA MINA 30 GT DALAM PENINGKATAN KAPASITAS
PELAKU USAHA PERIKANAN DI DIY - Antarikso Trisno Bawono
[ 13 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
Oleh:
Emy Kusparyati
Abstrak
Artikel ini mempelajari klaster kerajinan perak Kotagede dengan semua aktor dan interaksi di dalamnya
yang mempengaruhi ketahanan ekonomi klaster setelah gempa bumi 2006. Analisis klaster dilakukan
dengan menggunakan pendekatan self-organization theory. Strategi penelitian studi kasus digunakan
karena bertujuan untuk mencari penjelasan dan pemahaman mendalam mengenai subjek yang dipelajari.
Klaster sebagai unit analisis dalam penelitian ini tidak dapat dipisahkan dengan lingkungannya. Studi
kasus dipilih karena pendekatan ini lebih tepat digunakan bila kondisi kontekstual lingkungan penting
untuk memahami kasus yang diteliti. Pengumpulan dan analisis data dilakukan secara kualitatif karena
opini dan pendapat responden penting untuk dianalisis. Hal tersebut tidak dapat diukur secara
kuantitatif karena kompleksitas jawaban dari para responden. Berdasarkan temuan yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa untuk mencapai ketahanan ekonomi diperlukan peran dari berbagai aktor. Artikel ini
menunjukkan kemampuan penerapan teori klaster dan self-organization di negara berkembang. Oleh
karena itu, pemerintah perlu mendukung sifat self-organization dalam klaster. Perlu adanya kombinasi
pendekatan top-down dan bottom-up untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembangunan.
Kata kunci: Klaster, Kerajinan Perak, Kotagede, Ketahanan Ekonomi
[ 14 ]
KETAHANAN EKONOMI KLASTER KERAJINAN PERAK DI KOTAGEDE, YOGYAKARTA,
INDONESIA - Emy Kusparyati
[ 15 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 16 ]
KETAHANAN EKONOMI KLASTER KERAJINAN PERAK DI KOTAGEDE, YOGYAKARTA,
INDONESIA - Emy Kusparyati
[ 17 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
Semua data yang diperoleh Tabel 2. Data Potensi Industri Kerajinan Perak
dianalisis menggunakan metode
kualitatif. Unit analisis yang TAHUN 2005 2006 2007 2008
digunakan adalah klaster dengan Jumlah unit 107 86 152 155
produksi
semua aktor yang terlibat di Jumlah 1.162 929 1.645 1.810
dalamnya sebagai sub-unit tenaga kerja
analisis.Wawancara semi struktural Kapasitas 146.9 119.9 212.0 233.2
untuk mengumpulkan data direkam produksi 60 68 36 40
dan kemudian dibuat transkripnya. (dalam kg)
Nilai 2.478 1.983 3.681 4.344
Data kualitatif dari wawancara dan
produksi .838 .870 .694 .399
data sekunder kemudian dianalisis (dalam
menggunakan program Atlas Ti. ribuan Rp.)
Software ini digunakan untuk Nilai bahan 2.194 1.755 3.257 3.583
melakukan koding terhadap mentah .448 .558 .989 .788
(dalam
informasi yang dikumpulkan.
ribuanRp.)
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan,
B.3 Hasil dan Pembahasan Koperasi, dan UKM Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2014
Kotagede adalah salah satu dari
wilayah di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang menderita kerusakan Sebagaimana terlihat dalam tabel di
paling parah akibat gempa 2006. Hal ini atas, pada tahun 2006 jumlah unit
disebabkan karena lokasinya yang produksi perak jauh lebih sedikit
dekat dengan Bantul sebagai pusat daripada tahun 2005. Pada saat itu,
gempa. Selain itu, di Kotagede banyak banyak perusahaan perak berhenti
terdapat bangunan tua yang tidak berproduksi karena mengalami
memiliki konstruksi tahan gempa. kerusakan pada bangunan rumah dan
tempat kerjanya. Kondisi ini secara
langsung berpengaruh pada
menurunnya kapasitas produksi pada
[ 18 ]
KETAHANAN EKONOMI KLASTER KERAJINAN PERAK DI KOTAGEDE, YOGYAKARTA,
INDONESIA - Emy Kusparyati
tahun tersebut. Penurunan jumlah gempa bumi. Jumlah tenaga kerja dan
tenaga kerja juga merupakan salah satu kapasitas produksi juga meningkat
dampak gempa bumi. Karena banyak hingga melebihi nilainya pada tahun
perusahaan perak yang tidak 2005.Hal ini menunjukkan kemampuan
berproduksi, pengrajin perak beralih klaster untuk pulih dari dampak
profesi menjadi pekerja konstruksi. gempa bumi secara cepat.
Namun, setahun kemudian ada Aktor-aktor utama yang terlibat di
peningkatan jumlah unit produksi klaster selama periode gempa bumi
melebihi jumlahnya pada tahun 2005. 2006 berdasarkan urutan perannya
Hal ini berarti bahwa ada perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.
baru yang memulai usaha setelah
[ 19 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
Kerja sama antar aktor yang dianggap boundary spanners. Faktor-faktor yang
berhasil melibatkan the external membuat kerja sama tersebut berhasil
actorsyang datang untuk menangani adalah adanya kepercayaan dan
dampak langsung goncangan pada pembagian informasi dan sumber daya
klaster. Mereka bekerja sama dengan ekonomi antar aktor tersebut.
the collective influential actors dan the
[ 20 ]
KETAHANAN EKONOMI KLASTER KERAJINAN PERAK DI KOTAGEDE, YOGYAKARTA,
INDONESIA - Emy Kusparyati
Ada beberapa faktor yang membuat dapat mencapai kondisi yang lebih baik
kerja sama antar aktor tidak berhasil. pada tahun berikutnya, dalam hal
Tidak adanya keterlibatan the collective kapasitas produksi, jumlah tenaga
influential actors yang mewakili tujuan kerja, dan jumlah unit usaha di klaster
bersama dari anggota klaster ini. Kemampuan untuk pulih setelah
merupakan salah satunya. Selain itu, terjadi goncangan menunjukkan
the rules makers menjalankan perannya ketahanan ekonomi klaster kerajinan
dengan pendekatan top-downsehingga perak Kotagede.
tidak dapat menampung kepetingan
Peran aktor yang terlibat dalam klaster
semua anggota klaster. Adanya konflik
menjadi salah satu faktor yang
selama interaksi antar aktor terjadi
menentukan ketahanan ekonomi suatu
karena the rules makers tidak dapat
klaster. Interaksi antar aktor adalah
memperoleh kepercayaan dan tidak
faktor lain yang berkontribusi terhadap
memiliki reputasi yang baik dari semua
ketahanan ekonomi. Keberadaan
anggota klaster.
hubungan kerja sama dan kompetisi
yang simultan merupakan salah satu
B.4 Kesimpulan dan Saran
karakter yang dimiliki oleh suatu.
Klaster kerajinan perak Kotagede Keberadaan kedua komponen tersebut
menunjukkan respons yang cepat menstimulasi pembagian informasi dan
terhadap dampak negatif gempa bumi pengembangan pasar dalam suatu
dan mampu bangkit kembali dalam klaster.
waktu yang relatif singkat. Usaha Kecil
Artikel ini berkontribusi terhadap
dan Menengah (UKM) di klaster ini
sedikitnya penelitian yang berfokus
dapat mencapai kondisi seperti
pada teori klaster dan self-organization
sebelum terjadi gempa dalam waktu 3
dalam kaitannya dengan ketahanan
bulan sampai 1 tahun. Mereka bahkan
ekonomi. Artikel ini merupakan suatu
[ 21 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 22 ]
DILEMA KONTRADIKSI POTENSI DAN ARAH PEMBANGUNAN KAWASAN SELATAN DIY -
Ester Rufariza
Oleh:
Ester Rufariza
Abstrak
Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan gambaran analisis keruangan pada sisi selatan Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan
keputusan pemerintah. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data sekunder dan kemudian
dilanjutkan dengan analisis spasial menggunakan software ARC GIS. Hasil yang diharapkan didapat
dari analisis tersebut di antaranya adalah : pertama, luasan area lindung yang sama sekali sudah tidak
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan apapun; kedua, luasan lindung yang masih dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan walaupun secara terbatas; ketiga, luasan kawasan budidaya yang dapat dimanfaatkan
secara penuh sesuai keinginan pemerintah; keempat, kesesuaian antara kondisi eksisting yang sudah ada
dengan perencanaan yang sudah dicanangkan oleh pemerintah; kelima, rekomendasi peruntukan apa saja
yang sesuai dengan kondisi lahan yang ada di kawasan selatan; keenam, kawasan-kawasan yang terjadi
multi kebijakan di dalamnya. Diharapkan dengan tersedianya hasil analisis tersebut pemerintah dapat
lebih mendapatkan gambaran terkait program apa saja yang cocok dikembangkan untuk wilayah selatan
yang merupakan win win solution bagi semua, di mana pemerintah dapat mencapai apa yang menjadi
tujuannya tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lindung dari kawasan tersebut. Dengan demikian
aspek pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dapat tercapai di kawasan selatan DIY, untuk
keperluan jangka panjang.
Kata kunci: pembangunan, kawasan selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta
untuk memperbaiki berbagai aspek
C.1 Pendahuluan
kehidupan masyarakat.
Perencanaan menurut Alder (1999)
Pembangunan DIY selama ini masih
dalam Rustiadi (2008 h.339)
terkonsentrasi pada wilayah utara.
menyatakan bahwa “Perencanaan
Kawasan selatan yang meliputi 3
adalah suatu proses menentukan apa
kabupaten masih relatif belum maju,
yang ingin dicapai di masa yang akan
jika dibandingkan dengan kabupaten
datang serta menetapkan tahapan-
dan kota di wilayah tengah dan utara.
tahapan yang dibutuhkan untuk
Hal ini ditunjukkan dengan nilai
mencapainya. Portes (1976)
pertumbuhan ekonomi masing-masing
mendefenisiskan pembangunan
kegiatan seperti yang tercantum dalam
sebagai transformasi ekonomi, sosial
tabel berikut:
dan budaya. Pembangunan adalah
proses perubahan yang direncanakan
[ 23 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
Rata-rata
Kabupaten/kota/provinsi 2012 2013 2014 2015*) 2016**) 2012-
2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kulon Progo 4,37 4,87 4,57 4,62 4,76 4,71
2. Bantul 5,33 5,46 5,04 4,97 5,06 5,13
3. Gunungkidul 4,84 4,97 4,54 4,82 4,89 4,80
4. Sleman 5,79 5,89 5,30 5,18 5,25 5,41
5. Yogyakarta 5,40 5,47 5,28 5,09 5,11 5,24
DIY 5,37 5,47 5,17 4,95 5,05 5,16
Sumber : BPS Provinsi DIY
Ket : *angka sementara; **angka sangat sementara
Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang kawasan lindung, seperti : pertama,
semakin disadari oleh Pemerintah DIY kawasan Bentang Alam Karst (KBAK)
untuk segera ditindaklanjuti. Sejalan Gunung Sewu menurut Keputusan
dengan hal tersebut belum lama ini Menteri Energy dan Sumber Daya
telah disampaikan Visi Misi Gubernur Mineral Republik Indonesia Nomor :
DIY dalam rangka memberikan arah 3045 K/ 40 / MEM / 2014 tentang
pada Rencana Pembangunan Jangka Penetapan Bentang Alam Karst
Menengah Daerah Daerah Istimewa Gunung Sewu. Selain itu Kawasan
Yogyakarta (RPJMD DIY) terbaru yang Bentang Alam Karst Gunung Sewu
disampaikan dalam sidang paripurna telah resmi masuk Global Geopark
keistimewaan pada bulan Oktober Network yang dihelat di Jepang
2017. Visi baru tersebut adalah pertengahan September 2015 sehingga
“Menyongsong Abad Samudera Hindia telah diakui oleh UNESCO; kedua,
Untuk Kemuliaan Martabat Manusia Keputusan Kepala Dinas Kehutanan
Jogja”, yang kemudian berfokus pada dan Perkebunan Nomor 188.4/3710
wilayah selatan untuk mengurangi tanggal 22 Oktober 2003 Tentang
kemiskinan dan meningkatkan Luasan Kawasan Hutan di DIY dan
martabat masyarakat Jogja. Persebarannya; ketiga, Kawasan
lindung yang ditetapkan pada RTRW
Semangat tersebut tentunya perlu
DIY melalui Peraturan Daerah nomor 2
ditindaklanjuti dengan analisis terkait
Tahun 2010.
program apa saja yang sesuai dan
dapat dengan cepat mengungkit Hal ini perlu menjadi perhatian terkait
perekonomian di sana yang selama ini seberapa banyak area yang dapat
menjadi akar permasalahan. Penulis digunakan secara maksimal, terbatas,
melakukan inisiasi terhadap potensi dan mana saja yang benar-benar tidak
apa saja yang sebenarnya terdapat di dapat dimanfaatkan. Kemudian
wilayah selatan DIY secara keruangan bagaimanakah rancangankebijakan
dan kemudian menampalkannya pemerintah terhadap hal tersebut?
dengan arahan kebijakan yang saat ini Apakah sudah sesuai? Dengan
sedang disusun oleh pemerintah, dan banyaknya rencana mega proyek yang
melihat kesesuaiannya. akan diselenggarakan di wilayah
selatan, bagaimanakah kesesuaiannya
Beberapa area pada wilayah selatan
dengan rencana tata ruang dikawasan
DIY diketahui telah ditetapkan sebagai
[ 24 ]
DILEMA KONTRADIKSI POTENSI DAN ARAH PEMBANGUNAN KAWASAN SELATAN DIY -
Ester Rufariza
[ 25 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
C.4 Analisis
Secara umum kawasan selatan yang
masih dapat dimanfaatkan sesuai
dengan arahan pemanfaatan ruang
yang ada di Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW), seperti yang
terdapat pada gambar 1. Untuk
wilayah kabupaten Kulon Progo
mayoritas arahan pemanfaatan
ruangnya adalah untuk pertanian baik
lahan basah maupun kering dan
kawasan permukiman perdesaan. Gambar 5. Peta Pemanfaatan Budidaya di
Terkait dengan wacana akan Kawasan Selatan Yogyakarta
dibangunnya bandara di kecamatan
Temon, hal itu tentunya akan
mengubah pola ruang yang ada.
Namun demikian bukan tidak
mungkin. Hanya saja perlu benar-
benar dikaji dari segi keamanan dan
daya dukung daya tampung
lingkungan.
Untuk Kabupaten Bantul mayoritas
peruntukan ruang adalah untuk
kawasan pariwisata, pertanian, dan
permukiman perdesaan. Sedangkan
kawasan Gunungkidul mayoritas
peruntukan lahannya adalah kawasan Gambar 6. Peta Keseuaian Lahan di Kawasan
Selatan Yogyakarta
hutan rakyat dan pertanian pangan
dengan sedikit permukiman desa. Bila
dianalogikan, maka kabupaten
Gunungkidul merupakan area
[ 26 ]
DILEMA KONTRADIKSI POTENSI DAN ARAH PEMBANGUNAN KAWASAN SELATAN DIY -
Ester Rufariza
[ 27 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 28 ]
DILEMA KONTRADIKSI POTENSI DAN ARAH PEMBANGUNAN KAWASAN SELATAN DIY -
Ester Rufariza
Dalam peta tersebut terlihat bahwa pertambangan dan kegiatan lain, yaitu
Hampir seluruh kawasan selatan setelah kegiatan tersebut dilengkapi
kabupaten Gunungkidul merupakan dengan studi lingkungan (Amdal atau
kawasan lindung. Seluruh kecamatan UKL dan UPL) sesuai dengan
Tanjungsari dan Girisubo merupakan ketentuan peraturan perundang-
kawasan lindung karst dan kawasan undangan yang berlaku, (4) Di dalam
hutan rakyat, sehingga arahan Kawasan Kars Kelas III dapat
pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan kegiatan-kegiatan sesuai
dilakukan disana menjadi sangat dengan ketentuan peraturan
terbatas. Hanya sebagian kecil saja perundang-undangan yang berlaku.
kawasan yang dapat dimanfaatkan Pemerintah Daerah sesuai dengan
dengan leluasa. kewenangan masing-masing
memberikan izin pemanfaatan kawasan
Kawasan karst memiliki fungsi
kars. Selain kawasan lindung geologi
penyimpan air dan pengontrol proses
berupa karst, di sisi selatan kabupaten
karstifikasi pada kawasan karst
Gunungkidul juga banyak terdapat
terutama bagian antara 5-30 meter
kawasan hutan rakyat. Pemanfaatan
bagian atas cawan karst, dimana zona
kawasan hutan dapat dilakukan pada
epikarst berada. Pada prinsipnya
semua kawasan hutan kecuali pada
pembangunan boleh dilakukan selama
hutan cagar alam serta zona inti dan
tidak mengganggu atau mengubah
zona rimba pada taman nasional.
morfologi karst. Perubahan lahan dan
Pemanfaatan hutan lindung dapat
morfologi karst, dapat menyebabkan
berupa pemanfaatan kawasan,
fungsi penyimpan air yang mengontrol
pemanfaatan jasa lingkungan, dan
proses karstifikasi hilang. Saat hujan,
pemungutan hasil hutan bukan kayu.
debit air meningkat drastis dan
Jika ditinjau dari segi kebijakan secara
kemarau justru sungai bawah tanah
umum kawasan hutan rakyat dapat
alami penurunan debit yang signifikan.
digunakan hanya saja kegiatan tersebut
Dampak perusakan karst tidak akan
adalah kegiatan yang tidak merubah
terasa seketika, tetapi perlahan dalam
fungsi kawasan tersebut dan hanya
jangka waktu tahunan.
diperbolehkan sebanyak 10% dari total
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi luasan. Dari luasan 10% tersebut yang
Dan Sumber Daya Mineral Nomor: dapat dibangun kelengkapan
1456 K/20/Mem/2000 Tentang infrastruktur hanya 10% saja.
Pedoman Pengelolaan Kawasan Kars,
Berdasarkan tinjauan kedua kebijakan
maka kebijakan pemanfaatan kawasan
tersebut, maka kegiatan yang paling
karst dapat dibagi menjadi: (1) Di
mungkin untuk dilakukan disana
dalam Kawasan Kars Kelas I tidak
adalah kegiatan pariwisata kerakyatan
boleh ada kegiatan pertambangan, (2)
dengan konsep ecogeowisata. konsep
Di dalam Kawasan Kars Kelas I dapat
ini menggabungkan konsep ekologi
dilakukan kegiatan lain, asal tidak
geosite yang digabungkan dengan
berpotensi mengganggu proses
pariwisata. Konsep ini memiliki
karstifikasi, merusak bentuk-bentuk
keunggulan seperti segmen pasar jelas
kars di bawah dan di atas permukaan,
dan terbatas sehingga jelas fasilitas apa
serta merusak fungsi kawasan kars, (3)
yang perlu disediakan dan standard
Di dalam Kawasan Kars Kelas II dapat
yang harus dipenuhi; tidak
dilakukan kegiatan usaha
[ 29 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
Gambar 10. Peta Daya Dukung Lingkungan Kabupaten Gambar 11. Peta Daya Dukung Lingkungan Kabupaten
Kulon Progo dan sebagian Bantul Gunungkidul dan sebagian Bantul
[ 30 ]
DILEMA KONTRADIKSI POTENSI DAN ARAH PEMBANGUNAN KAWASAN SELATAN DIY -
Ester Rufariza
Kebijakan Pemanfatan
Kabupaten/ Penggunaan arahan
Nilai Skoring
Kecamatan Lahan strategis Arahan eksisting
RTRW (1) tambah
ekonomi Riparda (1) (1)
(1)
(1)
Gunungkidul/ Tegalan/ Kawasan pelabuhan - pelabuhan ekonomi
3
Girisubo Ladang hutan rakyat sadeng sadeng
Tegalan/ Kawasan bengawan bengawan tegalan wisata
Ladang lindung solo purba solo purba 4
setempat
Gunungkidul/ Tegalan/Ladang Kawasan pariwisata Kawasan wisata wisata
Tepus hutan rakyat Siung- pantai
4
Wediombo
dskt ksp iii
Bantul/Kretek Tanah Terbuka Sempadan wisata - wisata wisata
3
Pantai dirgantara dirgantara
Tubuh Air Sempadan - - - wisata
Pantai konservasi konservasi
4
mangrove mangrove
baros baros
Tubuh Air Sempadan - penataan - - penataan wisata
4
Pantai samas samas
Tubuh Air Sempadan - relokasi - - tambak ekonomi
2
Pantai tambak
Tubuh Air Sempadan - penataan Kawasan - penataan wisata
Pantai kuliner Parangtritis- kuliner
4
depok Depok- depok
kuwaru dskt
Kulon Progo/ Tegalan/Ladang Suaka Alam - pantai trisik konservasi wisata
3
Galur penyu
Kulon Progo/ Tegalan/Ladang Pertanian LP2B & pertanian -
Panjatan Lahan Kering Pertanian
3
sistem
surjan
Tegalan/Ladang Suaka Alam - - konservasi wisata
3
penyu
Kulon Progo/ Sawah Perikanan sempadan wisata
Panjatan Darat pantai mangrove 2
congot
Kulon Progo/ Kebun Sempadan pelabuhan pantai glagah pelabuhan, wisata
Temon Campuran Pantai tanjung wisata 4
adikarto
Tubuh Air Sempadan konservasi Kawasan mangrove wisata
Pantai mangrove Congot mangrove 4
congot
Tegalan/Ladang Pertanian - pantai wisata
Lahan Kering pasir 2
kadilangu
Sumber : analisis penulis
[ 31 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 32 ]
DILEMA KONTRADIKSI POTENSI DAN ARAH PEMBANGUNAN KAWASAN SELATAN DIY -
Ester Rufariza
[ 33 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
Oleh:
Abstrak
Kawasan karst di DIY di Kabupaten Gunungkidul dikenal sebagai kawasan tandus dan gersang karena
hampir semua topografi wilayahnya terdiri dari perbukitan kapur, namun demikian perbukitan karst
Gunungkidul menyimpan berbagai potensi wisata yang jarang ditemui di tempat lain yaitu gua-gua dan
air sungai bawah tanah. Potensi karst ini sangat beragam dan membutuhkan sumberdaya manusia
(human resources) yang adaptif dari aspek ekologis, ekonomi dan sosiokultur yang khas. Namun
demikian banyak permasalahan di area karst ini salah satunya masalah penambangan karst. Kawasan
kars merupakan ekosistem yang rentan, apabila dikembangkan harus memperhitungkan daya dukungnya
terkait dengan keberlanjutan karst tersebut Pengumpulan data-data sekunder yaitu pengumpulan data
artikel dan laporan ilmiah tematik yang berkaitan dengan potensi karst. Metode penulisan jurnal bersifat
deskriptif analitis menggunakan metode analisis data sekunder. Untuk memperoleh fenomena persebaran,
digunakan pendekatan analisis keruangan. Sebagian besar data sekunder diperoleh dari jurnal dan artikel
ilmiah Analisa data menggunakan cara penilaian berbagai komponen pembentuk, berdasar prinsip teknik
analisis kuantitatif dan kuantifikasi data. Teknik kuantifikasi data kualitatif menekankan pada pemilihan
data untuk memperoleh beberapa potensi sumberdaya fisik, sumberdaya biotik, dan potensi sumberdaya
budaya penduduk. Analisis tingkat perkembangan setiap potensi menggunakan analisis deskriptif
kualitaif. Melihat potensi Karst di DIY terutama di kabupaten Gunungkidul maka perlu dilakukan kajian
mengenai bagaimana Keberlanjutan Karst di DIY sebagai bagian dari potensi Alam di DIY. Pengelolaan
kawasan karst yang berkelanjutan tidak harus diartikan sebagai kegiatan yang sifatnya memperkecil arti
dan manfaat nilai ekonominya. Kegiatan pemanfaatan harus adil dan selaras, diimbangi dengan usaha
perlindungan terhadap aspek sosial dan lingkungan hidup yang lestari dan akan diwariskan kepada
generasi mendatang
Kata Kunci: Karst, Keberlanjutan, Potensi
[ 34 ]
KEBERLANJUTAN KARST DI DIY SEBAGAI BAGIAN DARI POTENSI ALAM DI DIY STUDI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL - Ika Warakasih Puspitawati
[ 35 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 36 ]
KEBERLANJUTAN KARST DI DIY SEBAGAI BAGIAN DARI POTENSI ALAM DI DIY STUDI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL - Ika Warakasih Puspitawati
Gambar 12. Peta Kawasan Bentang Alam Karst Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten
Bantul
Sumber: Dinas PUP dan ESDM DIY
[ 37 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 38 ]
KEBERLANJUTAN KARST DI DIY SEBAGAI BAGIAN DARI POTENSI ALAM DI DIY STUDI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL - Ika Warakasih Puspitawati
[ 39 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 40 ]
KEBERLANJUTAN KARST DI DIY SEBAGAI BAGIAN DARI POTENSI ALAM DI DIY STUDI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL - Ika Warakasih Puspitawati
yang sangat kecil tetap dapat sebagai peladang atau petani lahan
masuk melalui pori-pori tanah dan kering. Bahaya atau ancaman
bercampur dengan sistem sungai yang muncul lingkungan karst
bawah tanah. Kondisi eksisting di yang ditandai oleh adanya bencana
lapangan telah terjadi kerusakan kekeringan secara periodik (5 – 9
perbukitan karst di Gunungkidul, bulan) yang berakibat pada
disebabkan aktivitas kesulitan air untuk tanaman,
pertambangan yang dilakukan hewan dan manusia. Kekurangan
oleh penambangan berijin maupun pangan dan gizi bisa terjadi dan
penambangan rakyat yang tidak mengganggu kesehatan manusia
berijin yang menyebabkan terutama di musim kemarau
kerusakan bentang lahan,yang panjang. Produktivitas lahan
diperparah dengan cara pertanian sangat terbatas dan
menambang yang menggali lobang pendapatan masyarakat rendah
didinding tebing, sehingga rawan sehngga dijumpai beberapa
longsor dan bekas penambangan keluarga prasejahtera (miskin)
menjadi lubang-lubang gua di
dinding. Pengembangan wisata Banyaknya permasalahan dalam
yang tidak ramah lingkungan juga pemanfaatan potensi karst sangat
menambah kerusakan ekosistem dipengaruhi oleh tingkat kesadaran
yang ada. lingkungan penduduk dan masyarakat
dikarenakan tingkat pendidikan yang
2) Keterbatasan SDM untuk relatif rendah sehingga pemahaman
Pengembangan dan pengetahuan juga minim dan
Permasalahan keterbatasan SDM faktor penyebab utamanya adalah
untuk pengembangan kondisi kemiskinan warga yang
permukiman dan pertanian, krisis memaksa mereka untuk memanfaatkan
air bersih, banyaknya penduduk sumberdaya karst secara maksimal
migrasi keluar khususnya tanpa menyadari bahwa aktivita yang
penduduk usia produktif sehingga dilakukan ini merugikan atau tidak.
pengembangan ekonomi sangat Dampak Negatif penambangan,
lambat, dan juga banyaknya kasus Aktivitas penambangan batugamping
bunuh diri karena tekanan baik skala besar maupun secara kecil
ekonomi. Apabila penduduk di masih menjadi ancaman terbesar bagi
lingkungan karst mengalami kelestarian kawasan karst. Daya rusak
kesulitan air, pangan, dan kegiatan penambangan ini berdampak
penghasilan maka ada sistemik terhadap ekosistem karst dan
kemungkinan mengalami stres dan sekitarnya serta bersifat permanen.
rentan terhadap penyakit dan Kawasan Karst Gunungsewu pun tidak
kematian. Tingkat ekonomi luput dari ancaman penambangan.
didaerah ini tergolong masih Dari segi skala memang tidak terlalu
rendah karena banyaknya besar jika dibandingkan dengan yang
penduduk yang keluar daerah telah terjadi di kawasan karst lain.
untuk mencari pekerjaan dengan Namun jika dicermati lebih jauh,
pendapatan yang lebih layak aktivitas pertambangan di Karst
karena mata pencaharian Gunungsewu sudah cukup
penduduk yang utama adalah mengkhawatirkan.
[ 41 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 42 ]
KEBERLANJUTAN KARST DI DIY SEBAGAI BAGIAN DARI POTENSI ALAM DI DIY STUDI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL - Ika Warakasih Puspitawati
[ 43 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
DAFTAR PUSTAKA
Fak.Geografi UGM. 2003. Kajian
Pengelolaan dan Pengembangan
Kawasan Karst di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta: BAPEDALDA D.I.
Yogyakarta dan Fakultas
Geografi UGM
Su Ritohardoyo.(2003); Perubahan
Permukiman Perdesaan Pesisir
Kabupaten Gunung kidul Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 1996-
2003 Artikel ilmiah Fakultas
Geografi Universitas Gadjah
Mada
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010
Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi DIY 2010 – 2029
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
Peraturan Menteri ESDM No 17 Tahun
2012 Tentang Penetapan Kawasan
Bentang Alam Karst.
Keputusan Menteri Energi Dan Sumber
Daya Mineral Nomor
3045K/40/MEM/2014 tentang
Penetapan Kawasan Bentang
Alam Karst Gunungsewu;
Peraturan Daerah Kabupaten
Gunungkidul Nomor 6 Tahun
2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2010 – 2030
[ 44 ]
DEKOMPOSISI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA-
Imam Budidharma
Oleh:
Imam Budidharma
Abstrak
Ketimpangan pendapatan masih menjadi permasalahan utama pembangunan di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Bahkan ketimpangan pendapatan di DIY cenderung memiliki trend yang meningkat dan
pada angka di atas rata-rata nasional. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menjelaskan mengapa
ketimpangan pendapatan di DIY terjadi, dalam penelitian ini akan dilakukan dekomposisi indeks
ketimpangan pendapatan. Dekomposisi dilakukan berdasarkan latar belakang rumah tangga yaitu lokasi,
gender, lapangan usaha serta latar belakang pendidikan.Dari hasil setiap dekomposisi indeks Theil,
ditemukan bahwa dekomposisi berdasarkan latar belakang pendidikan menghasilkan kontribusi
ketimpangan antar kelompok (betweengroup) tertinggi yaitu 43,27%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perbedaan jenjang pendidikan berkaitan.
Kata Kunci: Ketimpangan Pendapatan, Dekomposisi, Theil
[ 45 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 46 ]
DEKOMPOSISI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA-
Imam Budidharma
[ 47 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 48 ]
DEKOMPOSISI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA-
Imam Budidharma
Within Rerata
Group %
Theil Theil pengelu
0,335 0,305 Pendidikan Jumlah
(% T L aran
Sampel
share) (97,95) (97,76) (Rp)
[ 49 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 50 ]
DEKOMPOSISI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA-
Imam Budidharma
[ 51 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 52 ]
DEKOMPOSISI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA-
Imam Budidharma
[ 53 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
Oleh:
Muh.Taufiq AR
Abstrak
Artikel ini memberikan deskripsi analitik tentang agenda mendesak pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana dalam perencanaan pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang
digunakan dalam penulisan artikel adalah metode kualitatif-deskriptif. Data dari dokumen-dokumen
kebijakan, kajian risiko dan kajian kesiapsiaagaan, Data dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan
gambaran tentang urgensi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan
pembangunan. Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam perencanaan pembangunan
merupakan suatu proses yang tidak terpisah dari sistem perencanaan pembangunan yang sudah ada.
Pemaduan atau integrasi menjadi gagasan agar urusan kebencanaan mampu memberi warna dalam
setiap kebijakan yang ada sehingga tidak menempatkan bencana sebagai suatu program atau kegiatan
yang parsial.
Kata kunci: pengarusutamaan, integrasi, perencanaan, pembangunan, risiko
[ 54 ]
URGENSI PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - Muh.Taufiq AR
Tabel 15. Catatan Data Bencana di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1885-2014
RUMAH RUMAH
JUMLAH LUKA-
KEJADIAN MENINGGAL HILANG MENDERITA MENGUNGSI RUSAK RUSAK
KEJADIAN LUKA
BERAT RINGAN
Gelombang 1 - - - - - - 29
Pasang / Abrasi
Gempa Bumi 10 4.923 22.406 - - 1.403.617 95.903 107.048
Tsunami 1 3 3 - - - - -
Kegagalan
2 75 119 - - - - -
Teknologi
Kekeringan 34 - - - - - - -
Letusan Gunung
7 4.249 186 - - 10.759 2 -
Api
Cuaca Ekstrim 24 16 83 - - 790 226 1.417
Tanah Longsor 12 32 5 - - 589 47 500
TOTAL 127 9.316 22.807 - 3.090 1.416.624 96.317 108.994
Sumber : Data & Informasi Bencana Indonesia 1885-2014
[ 55 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 56 ]
URGENSI PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - Muh.Taufiq AR
F.2 Pembahasan
F.2.1 Kerangka Konseptual
Pengarusutamaan
Pengurangan Risiko Bencana
Gambar 17. Kelas Kesiapsiagaan SKPD Pemda
DIY dalam Penanggulangan Bencana Subtansi UU No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana telah
Sumber: Biro Administrasi Pembangunan Setda memberikan landasan yang kuat untuk
DIY, 2014
melakukan upaya penanggulangan
Kurangnya kesiapsiagaan birokrasi bencana secara terpadu mulai dari
dapat dijelaskan menjadi beberapa pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap
aspek. Pertama, kurangnya distribusi darurat hingga pascabencana.
[ 57 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 58 ]
URGENSI PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - Muh.Taufiq AR
Pokok
No Permasalahan yang melingkupi
Permasalahan
1 Rendahnya Existing kondisi fisik wilayah DIY rawan bencana
Pengarusutamaan Rendahnya komitmen implementasi regulasi yang sudah ada & law
Kebijakan PRB enforcement
Belum ada pemaduserasian dengan peraturan perundangan baru
(UU 23/2014, PP 18/2006)
Belum ada panduan PU-PRB dalam formulasi regulasi daerah
Belum ada standar pelayanan minimum PRB
Pemahaman PRB di kalangan SKPD dan pejabat daerah masih
rendah
koordinasi antar wilayah, yurisdiksi dan komunikasi antar lembaga
PB belum cukup padu
data dan kajian PB dan PRB masih minim, belum terdokumentasi &
terintegrasi dengan baik
Kapasitas kelembagaan dalam penyelenggaraan PB belum memadai.
[ 59 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
Pokok
No Permasalahan yang melingkupi
Permasalahan
2 Belum 301 desa dari 438 desa di DIY terkategorikan rawan bencana
Optimalnya Baru 136 desa dari 301 desa (40%) dari total desa yang terkategori
Jejaring- dalam desa tangguh bencana (2015)
Kolaborasi PRB RPJMD DIY 2012-2017 tidak muncul secara eksplisit kondisi PRB
yang dituju.
RPJMN 2015-2019 dan agenda PRB di dalamnya belum diadopsi
detail di DIY.
Adanya Dana desa yang bisa dialokasikan untuk PRB, namun belum
terdeskripsi dengan baik
Tidak mudahnya penerapan PRB di tingkat desa karena model
desentralistik seperti di desa belum mudah dimodifikasi
Sektor usaha masih sangat lemah dalam PRB
Dunia akademik (kampus) belum cukup aware dengan agenda PRB
Keterbatasan dana PB yang bersumber dari dana daerah, masih
tingginya ketergantungan pendanaan PB pada pemerintah pusat;
Masih rendahnya kesadaran terhadap risiko bencana dan masih
rendahnya pemahaman terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana;
Keterbatasan jaringan informasi dan komunikasi yang efektif dalam
penyebaran informasi kebencanaan kepada masyarakat
[ 60 ]
URGENSI PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - Muh.Taufiq AR
[ 62 ]
URGENSI PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - Muh.Taufiq AR
[ 63 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 64 ]
WISATA HALAL: KONSEP, PRAKTIK, TANTANGAN, DAN MASA DEPAN - Pangky Arbindarta
Kusuma
Oleh:
Abstrak
Dunia pariwisata saat ini mengakui adanya peningkatan minat terhadap wisata halal, baik dari sudut
pandang industri maupun digunakan sebagai bahan penelitian. Pariwisata halal merupakan suatu objek
atau tindakan yang diperbolehkan untuk dilakukan, digunakan, dikembangkan atau dimanfaatkan dalam
industri pariwisata, menurut ajaran Islam. Oleh karena itu, keberhasilan pengembangan dan pemasaran
tujuan wisata halal harus diikuti dengan penerapan ajaran dan prinsip Islam dalam semua aspek
kegiatan pariwisata. Artikel ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengeksplorasi konsep
pariwisata halal bersama dengan berbagai komponen yang merupakan bagian dari industri pariwisata.
Selain itu artikel ini akan memberikan contoh pariwisata halal di seluruh dunia dari beberapa praktik
terbaik saat ini. Peluang dan tantangan dalam pengembangan serta pemasaran wisata halal juga akan
dibahas untuk memberikan gambaran bahwa segmentasi pariwisata halal bisa jadi berbeda dengan
pariwisata yang bersifat umum.
Kata kunci: Halal, Pariwisata, Muslim
[ 65 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 66 ]
WISATA HALAL: KONSEP, PRAKTIK, TANTANGAN, DAN MASA DEPAN - Pangky Arbindarta
Kusuma
adalah 'wisata halal' dan 'wisata Islami'. dengan iman dan doktrinnya (seperti
Karena cakupan materi pelajaran hukum Islam / syariah, nilai, prinsip,
multidisiplin, ada kebingungan kepercayaan dan kepercayaan Islam)
mengenai kedua istilah tersebut. (Douglass & Shaikh, 2004). Oleh karena
Akibatnya istilah tersebut sering itu kata ‘Islam’ lebih dekat dengan
digunakan secara bergantian oleh para istilah Arab 'Mu'minoon' (Ibn Kathir,
peneliti baik dalam artikel konseptual 2000). Hal ini karena Islam
maupun empiris seolah-olah kedua menunjukkan iman sebagai cita-cita
konsep itu serupa (lihat, misalnya berdasarkan sumber-sumber inti Islam
Battour, Battor, & Bhatti, 2013; Jafari & yaitu Alquran dan Sunnah Nabi (Arjan,
Scott, 2014; Stephenson, 2014; Zamani- 2014). Selain itu, elemen lain perlu
Farahani & Henderson, 2010). Namun, hadir untuk melakukan aktivitas 'Islam'
dengan menggunakan istilah 'Wisata yang bersifat niyyah atau niat.
halal' dan 'Wisata Islami' secara Tindakan atau aktifitas yang diterima
bergantian membuat kerancuan oleh Tuhan menjadi Islami saat niat
berbagai pihak sebenarnya istilah baku orang yang melakukan itu adalah
yang akan dipakai mana. untuk mencari ridha Tuhan (Arjan,
2014). Hal ini didasarkan pada hadist
Menurut sebuah buku yang banyak di
yang sangat terkenal oleh Nabi
gunakan sebagai panduan umat Islam
Muhammad SAW:
berjudul 'Yang Sah dan Terlarang
dalam Islam', buku tersebut ditulis oleh "Sesungguhnya tindakan itu dilakukan
Sheikh Yusuf al-Qaradawi, seorang dengan niat, dan setiap orang akan
ilmuwan Islam yang dihormati secara mendapatkan apa yang diniatkan dan
global dan ketua Persatuan apa yang dia inginkan. Jadi, orang yang
Cendekiawan Muslim Internasional, 'hijrah' (migrasi) kepada Allah dan
istilah Halal didefinisikan sebagai "Apa Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah
yang diizinkan, yang dengannya tidak untuk Allah dan Rasul-Nya"(Al-
ada batasan, dan tindakan yang Bukhārī dan Muslim).
diperbolehkan Allah" (Al-Qaradawi,
Latar belakang adanya hadits di atas
2013; hal. XXV). Oleh karena itu, istilah
adalah ketika para sahabat Nabi sedang
halal berarti 'diperbolehkan' menurut
mendiskusikan kegiatan kaum Muslim
ajaran Islam (hukum syariah). Halal
yang sedang melakukan hijrah (pindah
juga merupakan salah satu dari lima
dari kota suci Makkah ke Madinah).
tindakan (al-ahkam al-khamsah) yang
Nabi SAW membagi tindakan menjadi
mengkategorikan moralitas tindakan
dua kategori : yang diterima oleh Allah
manusia dalam Islam, yang lainnya
dan yang tidak. Yang pertama adalah
adalah Fard (wajib), Mustahabb
ketika niatnya untuk mencari ridha
(disarankan), Makruh (tidak disukai),
Allah, sementara yang kedua adalah
dan Haram (terlarang) (Faruki, 1966).
saat niat atau motifnya selain untuk
Dari perspektif Islam, halal
menyenangkan Allah (Arjan, 2014).
sebagaimana didefinisikan di atas
Oleh karena itu, suatu kegiatan yang
mengacu pada praktik atau aktifitas
diterima oleh Allah dan layak
apapun dalam pariwisata yang
mendapatkan pahala dari-Nya
'diperbolehkan' sesuai ajaran Islam.
dikategorikan sebagai 'Islam'.
Istilah 'Islam' justru diterapkan untuk Berdasarkan penjelasan di atas, dengan
hal yang berhubungan langsung menggunakan istilah 'Islam' dan 'Halal'
[ 67 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 68 ]
WISATA HALAL: KONSEP, PRAKTIK, TANTANGAN, DAN MASA DEPAN - Pangky Arbindarta
Kusuma
aktifitas (atribut tujuan belum spesifik dengan menu makanan halal seperti di
disebutkan), produk dan layanan yang Jepang.
ditawarkan (yaitu makanan, fasilitas
Aktifitas yang terkait dengan wisata
yang didapatkan), dan tujuan
halal telah disadari banyak pihak dan
perjalanan.
sudah mulai dijalankan di berbagai
Singkatnya, wisata halal adalah "objek negara. Aktifitas tersebut dilaksanakan
wisata atau tindakan yang di tempat atau destinasi sebagai sarana
diperbolehkan menurut ajaran Islam untuk mendatangkan wisatawan
untuk digunakan atau dilakukan oleh muslim dan/atau sebagai media yang
umat Islam dalam industri pariwisata". berfungsi memasarkan destinasi wisata
Definisi tersebut mempertimbangkan sebagai 'tempat tujuan muslim yang
hukum Islam (syariah) sebagai dasar ramah'. Misalnya, jumlah hotel yang
untuk menentukan produk dan sesuai dengan prinsip syariah tumbuh
layanan pariwisata yang akan di beberapa tempat yang dijadikan
diberikan kepada wisatawan yang destinasi tujuan Muslim dan non-
terutama beragama Islam, seperti hotel muslim (Carboni et al., 2014). Hotel-
halal (hotel shariah), halal resorts, hotel islami yang ramah memberikan
restoran halal, dan perjalanan wisata fasilitas kepada para tamu muslim
halal. Definisi tersebut juga dengan semua layanan yang sesuai
menjelaskan bahwa lokasi kegiatan dengan ajaran Islam seperti petunjuk
tidak terbatas pada dunia muslim, kiblat, makanan halal, minuman bebas
melainkan mencakup seluruh layanan alkohol, dan ruang shalat dengan
dan produk pariwisata yang dirancang seruan untuk shalat (Battour et al.,
untuk wisatawan muslim di negara- 2010; Henderson, 2010; Javed , 2007;
negara muslim dan non-muslim. Stephenson, 2014). Sebagai contoh
adalah Aerostar Hotel di Moskwa
Kondisi saat ini mencatat bahwa
sebagai salah satu hotel yang ramah
wisatawan muslim menjadi lebih
buat wisatawan khususnya wisatawan
tertarik terhadap produk dan layanan
muslim karena berbagai fasilitas yang
yang sesuai dengan Syariah (Battour,
ditawarkan sudah memenuhi berbagai
Battor, & Ismail, 2012; Battour et al.,
syarat hotel syari, mulai dari dapur
2010; Jafari & Scott, 2014). Selain itu,
hotel ini yang sudah bersertifikat halal
kesadaran di kalangan umat Islam
(Sboros, 2014), menyediakan salinan
untuk memilih pilihan halal dalam
Al-Quran, sebuah sajadah dan arah
memenuhi kebutuhan mereka semakin
kiblat di 20 kamar mereka, sampo dan
meningkat daripada pilihan umum
sabun yang disediakan di kamar
yang saat ini ditawarkan (Battour &
bersertifikat halal, tempat Sholat juga
Ismail, 2014; Muhammad, 1989, hal 24).
dibagi menjadi dua ruangan yang
Oleh karena itu, beberapa negara
terpisah satu untuk pria dan satu untuk
tujuan non-Muslim seperti Jepang,
wanita. Hotel Fairmont Makati dan
Filipina, dan Brasil menawarkan
Raffles Makati di Filipina juga bisa
solusi/pilihan destinasi wisata yang
dijadikan alternatif pilihan menginap
menarik untuk wisatawan muslim.
yang nyaman untuk wisatawan muslim
Selain itu, fasilitas lain yang dapat
dengan fasilitas adanya salinan Al
ditambahkan dalam aspek kenyamanan
Quran, ruang sholat, dan saluran TV
wisata halal adalah ketersediaan
berbahasa Arab (TTG Asia, 2014).
tempat sholat di bandara dan restoran
[ 69 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 70 ]
WISATA HALAL: KONSEP, PRAKTIK, TANTANGAN, DAN MASA DEPAN - Pangky Arbindarta
Kusuma
[ 71 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 72 ]
WISATA HALAL: KONSEP, PRAKTIK, TANTANGAN, DAN MASA DEPAN - Pangky Arbindarta
Kusuma
Reuters bekerja sama dengan Dinar dengan membuat paket tur halal yang
Standard, pasar perjalanan Muslim telah disesuaikan dengan keinginan
global bernilai $ 140 miliar pada tahun wisatawan yang meliputi: ketersediaan
2013, yang menghasilkan 11,5% dari makanan halal, jadwal perjalanan yang
pengeluaran global. Laporan yang disesuaikandan memperhatikan waktu
sama memprediksi bahwa segmen sholat, kunjungan ke masjid dan
tersebut diperkirakan bernilai $ 238 tempat tempat bersejarah Islam,
miliar pada tahun 2019 dan mewakili pemandu wisata muslim, dan
13% dari pengeluaran global. Industri menawarkan hotel syari. Agen
pariwisata semakin hari semakin perjalanan juga bisa membuat paket
kompetitif, oleh karena itu adanya wisata untuk mengunjungi negara-
banyak inovasi produk dan layanan negara yang minoritas muslim tapi
merupakan salah satu faktor dengan berbagai daya tarik yang
keberhasilan di pasar yang sangat besar ditawarkan misalnya mengunjungi
ini. Dalam mengembangkan gagasan situs-situs keagamaan dan budaya
dan inovasi baru, teknologi memainkan Islam dengan belajar tentang kebiasaan
peran penting dalam pariwisata halal. komunitas lain serta berbagai latar
Salah satuhal yang sudah diterapkan belakang keagamaan mereka. Secara
adalah adanya destinasi wisata dengan umum, agen perjalanan memiliki
konsep Muslim friendlydan aplikasi banyak peluang wisata halal di
ramah muslim. Daerah tujuan wisata berbagai bidang seperti perjalanan
perlu banyak berbenah, berinovasi bisnis halal, paket keluarga yang
supaya tidak semakin tertinggal ramah, layanan muslim-friendly, paket
dengan destinasi wisata yang lain, perjalanan wisata untuk wisatawan
salah satu konsep pengembangan muslim (Haji, Umroh) dan cinderamata
destinasi wisata yang bisa dipilih warisan budaya Islam.
adalah menjadi destinasi wisata halal .
Jumlah hotel yang sesuai dengan
Diharapkan industri pariwisata halal Syariah dan resort halal masih terbatas
bisa kompetitif di tahun depan baik di destinasi wisata non-muslim.
dari sisi daya tarik, hotel dan resort, Dengan melihat kondisi tersebut ini
maskapai penerbangan, dan agen adalah peluang bisnis untuk investasi
perjalanan yangdirekomendasikan lebih lanjut di industri pariwisata
untuk memposisikan diri di pasar secara global, terutama di negara-
pariwisata halal. Inisiatif yang diambil negara yang memiliki wisatawan
untuk membuat tujuan muslim friendly muslim dengan jumlah yang tinggi.
oleh beberapa negara non-muslim Program pelatihan dibutuhkan
dapat diharapkan mampu memotivasi diindustri perhotelan untuk memahami
destinasi lain untuk menjadi destinasi bagaimana konsep halal yang tepat dan
yang lebih ramah terhadap wisatawan bisa dilakukan untuk melayani
muslim. Di negara-negara minoritas wisatawan muslim dengan konsep
muslim seperti Taiwan, Vietnam, wisata halal. Program pelatihan
China, dan Korea Selatan, pariwisata tersebut bisa menjadi peluang
halal dianggap sebagai peluang bisnis universitas dan pusat pelatihan untuk
yang baik dan menguntungkan. menawarkan program pelatihan yang
diperlukan perhotelan.
Agen perjalanan wisata dapat
menargetkan wisatawan Muslim
[ 73 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
Tidak diragukan lagi, ada tantangan agen perjalanan wisata. Namun, ini
yang tidak mudah dalam bisa menjadi peluang dari sisi bisnis
mengembangkan dan memasarkan untuk menggunakan kreatifitas dan
pariwisata yang ramah-muslim atau fleksibilitas mereka dalam memenuhi
halal. Tantangan potensial terkait kebutuhanyang berbedadari
dengan istilah yang digunakan dalam wisatawan Muslim dan non-Muslim.
pariwisata halal seperti yang telah
dibahas sebelumnya dalam artikel ini. G.4 Kesimpulan
Ada banyak istilah yang digunakan
Dari hal-hal yang telah penulis bahas di
seperti 'Halal travel' 'Wisata halal,'
atas, disimpulkan sementara bahwa
'Muslim friendly',dan 'perjalanan
Salah satu cara yang efektif untuk
Islam'. Oleh karena itu, sistem
menarik pasar wisatawan muslim
standardisasi sangat dibutuhkan dalam
adalah pembangunan restoran yang
pegembangan pariwisata halal,
menyediakan makanan sebaiknya
standarisasi perlu dilakukan untuk
tersedia secara luas di destinasi wisata.
mengesahkan fasilitas halal meliputi
Selanjutnya, keberadaan hotel syari
apa saja baik di hotel, resort, tempat
harus tersedia di tempat tujuan wisata
kuliner, tempat oleh-oleh, cruise,
atau setidaknya dipisahkan bagian
restaurant, airport dan taman.
hotel yang terdapat minuman
Dalam memasarkan wisata halal juga beralkohol, tidak ada daging babi, dan
bukanlah tugas yang mudah karena makanan halal disediakan. Adanya
adanya ketertarikan yang berbeda bandara ramah Muslim yang
antara wisatawan non-muslim dan memberikan fasilitas tempat sholat
wisatawan muslim. Wisatawan non- dianggap sebagai titik awal yang bisa
muslim dapat memutuskan untuk tidak digunakan sebagai media
bepergian ke tempat tujuan tertentu penyambutan dan promosi untuk
dan tanpa adanya atribut tertentu yang memasarkan suatu daerah sebagai
memberatkan atau membuat tidak tempat tujuan yang nyaman bagi orang
nyaman (Battour et al., 2011; Battour et Muslim yang sedang menikmati wisata
al., 2014). Dengan melihat kondisi saat halal
ini, tantangan bagi destinasi Muslim
Faktor lain yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana melayani turis non-
dalam pengembangan wisata halal
Muslim dan memenuhi kebutuhan
adalah pembangunan infrastruktur di
mereka tanpa adanya benturan dengan
destinasi wisata yang ramah muslim
ajaran Islam dan tetap membuat
sangat dibutuhkan. Wisata halal
mereka nyaman. Misalnya, beberapa
merupakan konsep baru yang masih
hotel menyatakan di situs mereka
banyak perlu penataan dan standarisasi
bahwa mereka adalah hotel yang sesuai
di berbagai aspek dan yang tidak kalah
dengan syariah dan ini mungkin tidak
penting adalah bagaimana membuat
menarik bagi tamu nom muslim. Oleh
destinasi wisata non-Muslim
karena itu, praktik pariwisata halal
bersahabat bagi wisatawan Muslim.
dapat dilihat sebagai kendala
pembangunan destinasi wisata.
DAFTAR PUSTAKA
Kendala ini sangat penting untuk
difahami dan merupakan tantangan Al Arabiya News (2014). No Burkinis!
besar bagi perencanaan pariwisata dan Morocco hotels ban ‘halal’ suit. Al
[ 74 ]
WISATA HALAL: KONSEP, PRAKTIK, TANTANGAN, DAN MASA DEPAN - Pangky Arbindarta
Kusuma
[ 75 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 76 ]
KONTRIBUSI PEMBANGUNAN SEKTOR KEUANGAN TERHADAP PENURUNAN
KEMISKINAN DI INDONESIA - Pinkan Mariskania Pasuhuk
Oleh:
Abstrak
Penelitian ini mencoba menganalisis hubungan antara indikator kedalaman keuangan dan akses
keuangan dengan kemiskinan di Indonesia. Indikator kedalaman keuangan meliputi rasio simpanan
terhadap PDB dan rasio pinjaman terhadap PDB. Indikator akses keuangan meliputi jumlah bank dan
jumlah koperasi, dan kemiskinan diukur dengan persentase jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Penelitian ini menggunakan data panel level provinsi di Indonesia yang meliputi 33 provinsi
dari tahun 2007 hingga tahun 2015, menggunakan metode estimasi OLS, atau pangkat kuadrat terkecil.
Hasil utama dari penelitian ini adalah variabel-variabel pembangunan sektor keuangan terbukti
signifikan dan berpengaruh negatif terhadap penurunan kemiskinan. Tetapi, variabel rasio simpanan
terhadap PDB menunjukkan hasil yang kontradiktif, yaitu adanya kecenderungan provinsi dengan rasio
simpanan yang tinggi memiliki tingkat kemiskinan yang juga tinggi. Penjelasan yang memungkinkan
adalah konsumsi dari sektor bisnis dan sektor rumah tangga pada periode penelitian berkontribusi
signifikan terhadap PDB, sementara simpanan yang masuk ke bank sebagai lembaga intermediasi
keuangan tidak disalurkan melalui pinjaman ke investasi yang pro-poor, sehingga efek dari konsumsi
dalam menurunkan kemiskinan lebih efektif daripada efek dari simpanan.
Kata Kunci: keuangan, kemiskinan, simpanan, konsumsi
[ 77 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 78 ]
KONTRIBUSI PEMBANGUNAN SEKTOR KEUANGAN TERHADAP PENURUNAN
KEMISKINAN DI INDONESIA - Pinkan Mariskania Pasuhuk
[ 79 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 80 ]
KONTRIBUSI PEMBANGUNAN SEKTOR KEUANGAN TERHADAP PENURUNAN
KEMISKINAN DI INDONESIA - Pinkan Mariskania Pasuhuk
[ 81 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 82 ]
DAMPAK PENERAPAN SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI PEMDA DIY - Sri Giyanti
[ 83 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 84 ]
DAMPAK PENERAPAN SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI PEMDA DIY - Sri Giyanti
[ 85 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 86 ]
DAMPAK PENERAPAN SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI PEMDA DIY - Sri Giyanti
Oleh:
Sri Giyanti
Abstrak
Penyelenggaraan reformasi birokrasi bertujuan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dengan
birokrasi pemerintah yang profesional, berintegritas dan berkinerja tinggi, serta menjadi pelayan
masyarakat. Reformasi birokrasi dilakukan pada beberapa aspek dalam penyelenggaraan pemerintah yaitu
kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumberdaya manusia. Salah satu strategi yang ditempuh untuk
mewujudkan pemerintahan yang berkinerja tinggi adalah melalui penerapan sistem reward dan
punishment di sektor publik. Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menerapkan sistem
reward dan punishment baik di tingkat individu maupun organisasi secara berjenjang. Kajian ini
mengukur dampak sistem reward dan punishment terhadap kinerja organisasi di Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam mencapai tujuan dan sasaran. Analisis dilakukan dengan pendekatan kualitatif
terhadap data primer dan sekunder. Hasil kajian menunjukkan bahwa penerapan sistem reward dan
punishment di Daerah Istimewa Yogyakarta telah berdampak pada peningkatan kinerja individu dan
organisasi. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan sistem reward dan punishment antara
lain komitmen pimpinan dan seluruh jajaran di organisasi, adanya payung hukum yang melingkupi
sistem, dan pemanfaatan sistem teknologi informasi yang memudahkan dalam pengumpulan data,
penyusunan alternatif kebijakan dan pengambilan keputusan.
Kata kunci: Sistem, Kinerja, Reward dan Punishment
[ 87 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 88 ]
DAMPAK PENERAPAN SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI PEMDA DIY - Sri Giyanti
tetapi kinerja organisasi juga harus DIY telah mencadangkan uang sekian
diukur sebagai akibat lanjutan dari ratus juta untuk memberikan sistem
peningkatan kinerja individu tersebut. insentif bagi PNS. Hanya yang menjadi
Pengukuran kinerja organisasi kajian dan belum selesai adalah siapa
dilakukan dengan melihat capaian yang bisa dikategorikan berprestasi
tujuan dan sasaran organisasi secara untuk diberikan reward tersebut”
berkesinambungan. (Bappeda DIY, 2017:20). Seiring dengan
perkembangan tuntutan masyarakat
Tuntutan peningkatan kinerja sektor
serta keistimewaan DIY, sistem
publik mendorong pemerintah baik di
penilaian kinerja menjadi semakin
tingkat pusat maupun daerah
urgen untuk diwujudkan sebagai
menerapkan sistem reward dan
bagian dari penerapan asas
punishment yang bermacam-macam
akuntabilitas bahwa setiap kegiatan
sesuai dengan kebutuhan masing-
dan hasil akhir penyelenggaraan
masing. Inovasi sistem reward dan
negara harus dapat
punishment muncul dilatarbelakangi
dipertanggungjawabkan kepada
oleh pemahaman bahwa tidak ada satu
masyarakat.
sistem yang dapat diterapkan di
berbagai wilayah dengan karakteristik Sistem reward dan punishment mulai
yang berbeda-beda. diterapkan di DIY dengan adanya
pemberian Tambahan Penghasilan
Tulisan ini membahas sistem reward
Pegawai (TPP) yang diatur melalui
dan punishment yang diterapkan di
Peraturan Gubernur Nomor 60 Tahun
Pemerintah Daerah DIY dan
2010 tentang Tambahan Penghasilan
dampaknya terhadap kinerja
Pegawai. Pemberian TPP dipandang
penyelenggaraan pemerintahan. Kajian
perlu untuk mendorong prestasi kerja,
dilakukan menggunakan pendekatan
produktivitas dan kesejahteraan
kualitatif. Data diperoleh melalui studi
pegawai. Dasar hukum bagi pemberian
dokumen, wawancara, dan
tambahan penghasilan pegawai adalah
penelusuran data sekunder pada
pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah
aplikasi monitoring dan pengendalian
Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pemerintah Daerah DIY
Pengelolaan Keuangan Daerah dan
http://monevapbd.jogjaprov.go.id.
pasal 39 ayat (1) Permendagri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman
I.2 Pembahasan
Pengelolaan Keuangan Daerah
I.2.1 Sistem Reward and sebagaimana terakhir diubah dengan
Punishment di DIY Permendagri Nomor 21 Tahun 2011,
Pelaksanaan reformasi birokrasi di yang menyebutkan bahwa “Pemerintah
Pemerintah Daerah DIY di awal era daerah dapat memberikan tambahan
otonomi daerah telah memunculkan penghasilan kepada pegawai negeri
gagasan sistem reward dan punishment sipil daerah berdasarkan pertimbangan
yang didasarkan pada penilaian kinerja yang obyektif dengan memperhatikan
baik di level organisasi maupun kemampuan keuangan daerah dan
individu. Hanya saja, gagasan tersebut memperoleh persetujuan DPRD sesuai
belum dapat dilaksanakan dengan baik dengan ketentuan peraturan
karena belum memiliki instrumen perundang-undangan”.
penilaian kinerja yang jelas. “Pemda
[ 89 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 90 ]
DAMPAK PENERAPAN SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI PEMDA DIY - Sri Giyanti
[ 91 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 92 ]
DAMPAK PENERAPAN SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI PEMDA DIY - Sri Giyanti
[ 93 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
informasi dimulai dari proses dan target yang harus dicapai. Setiap
perencanaan (e-planning), keuangan (e- kegiatan tugas jabatan yang akan
budgeting), monitoring dan evaluasi (e- dilakukan harus berdasarkan pada
monev), e-skp, dan sistem berbasis IT tugas dan fungsi, wewenang,
lainnya yang memberikan kemudahan tanggungjawab, dan uraian tugas yang
dalam pengumpulan data, penyusunan telah ditetapkan dalam stuktur
alternatif kebijakan dan pengambilan organisasi dan tata kerja (SOTK). Secara
keputusan. ringkas, kinerja yang diperjanjikan oleh
semua pegawai (baik staf dan pejabat
Meski telah terbukti berdampak positif
struktural) dalam SKP masih pada
pada kinerja baik pada level individu
tataran aktivitas dan output dari
maupun organisasi, penerapan sistem
aktivitas tersebut.
reward dan punishment di Pemerintah
Daerah DIY masih perlu Sementara itu, PK diatur melalui
disempurnakan. Dua sistem reward Permenpan dan RB Nomor 53 Tahun
dan punishment yang diterapkan yaitu 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
TPP dan PKKI belum sepenuhnya Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata
selaras, khususnya dalam hal penilaian Cara Reviu atas Laporan Kinerja
kinerja pegawai. Pada sistem TPP, Instansi Pemerintah. PK merupakan
penilaian kinerja individu (baik staf dokumen yang berisikan penugasan
maupun pejabat struktural) salah dari pimpinan instansi yang lebih
satunya didasarkan pada SKP tinggi kepada pimpinan instansi yang
sedangkan pada sistem PKKI penilaian lebih rendah untuk melaksanakan
kinerja pejabat struktural didasarkan program/kegiatan yang disertai
pada PK. Persamaan SKP dan PK dengan indikator kinerja. Kinerja yang
adalah keduanya disusun secara diperjanjikan didasarkan pada tugas,
berjenjang mulai dari pimpinan fungsi, dan wewenang serta
organisasi sampai ke individu. sumberdaya yang tersedia. PK
Dokumen SKP dan PK meskipun sama- merupakan tolok ukur sebagai dasar
sama memuat target kinerja yang evaluasi kinerja aparatur yaitu
diperjanjikan akan dicapai di akhir dijadikan dasar untuk penilaian
tahun, namun basis indikator yang keberhasilan/kegagalan pencapaian
diperjanjikan berbeda. tujuan dan sasaran organisasi dan
sebagai dasar pemberian penghargaan
Adanya SKP dan PK dengan konsep
dan sanksi. Berbeda dengan SKP,
penyusunan yang berbeda membuat
kinerja yang diperjanjikan dalam PK
pegawai memiliki perjanjian kinerja
ditentukan oleh jenjang jabatan dalam
ganda (khususnya bagi pejabat
struktur organisasi. Pegawai (staf)
struktural), yang keduanya sama-sama
menjanjikan kinerja pada tataran proses
digunakan dalam penilaian kinerja.
(aktivitas) kegiatan, pejabat eselon IV
Ketidaksinkronan antara SKP dan PK
menjanjikan kinerja output kegiatan,
bersumber dari kebijakan pusat.
pejabat eslon III menjanjikan kinerja
Penyusunan SKP didasarkan pada
hasil program (outcome), dan eselon II
Peraturan Kepala BKN Nomor 1 Tahun
menjanjikan minimal kinerja outcome.
2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun Menyikapi permasalahan tersebut,
2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pemerintah Daerah DIY telah
PNS memuat kegiatan tugas jabatan mengupayakan langkah sinkronisasi
[ 94 ]
DAMPAK PENERAPAN SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI PEMDA DIY - Sri Giyanti
[ 95 ]
Jurnal Perencanaan Volume IV, Tahun 2017 | ISSN: 2443-1575
[ 96 ]