Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI

DENGAN PLATTING MANDIBULA


ATAS INDIKASI CF PARASIMPISIS MANDIBULA SINISTRA
DI OK 7 (BEDAH PLASTIK) RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH:
HIKMATIAR INDRAWANSYAH
NIM. 1601410024

PELATIHAN PERAWAT INSTRUMENT KAMAR OPERASI


INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESUME INSTRUMENT TEKNIK
DI OK 7 ( BEDAH PLASTIK )
INSTALASI BEDAH SENTRAL RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Malang, Maret 2016


Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing OK 7 RSSA
Akademik Malang

………………………………………… DEVI FATMAWATI, Amd.Kep


LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI
PADA Tn. S DENGAN PLATTING MANDIBULA
ATAS INDIKASI CF PARASIMPISIS MANDIBULA SINISTRA

1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentuka sesuai jenis dan luasnya,
terjadinya jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
(Smeltzer, 2001:184).
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat
disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung
(www.nursecerdas.wordpress.com)
Instek platting mandibula adalah suatu tata cara menyiapkan alat instrument untuk
operasi pemasangan mini plat pada pasien fraktur mandibula. yang bertujuan untuk
menyatukan tulang yang fraktur sehingga penyembuhan tulang sesuai dengan garis fraktur
atau bentuk asli tersebut untuk menentukan oklusi.

2. Indikasi
Pasien yang mengalami fraktur mandibular

3. Tujuan
 Mengatur alat secara sistematis di meja instrument
 Memperlancar handling instrument
 Mempertahankan kesterilan alat-alat selama operasi

4. Etiologi
Benturan yang keras pada wajah dapat menimbulkan fraktur mandibula. Toleransi
mandibula terhadap benturan lebih tinggi daripada tulang-tulang wajah yang lain. Fraktur
mandibula lebih sering terjadi daripada fraktur tulang wajah yang lain karena bentuk
mandibula yang menonjol sehingga sensitif terhadap benturan. Pada umumnya fraktur
mandibula disebabkan oleh karena trauma langsung. (
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34224/3/Chapter%20II.pdf)

5. Anatomi
Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pa da daerah muka.
Dibentuk oleh dua bagian simetris yang mengadakan fusi dalam tahun pertama kehidupan.
Tulang ini terdiri dari korpus, yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan sepasang ramus yang
pipih dan lebar yang mengarah keatas pada bagian belakang dari korpus. Pada ujung dari
masing-masing ramus didapatkan dua buah penonjolan disebut prosesus kondiloideus dan
prosesus koronoideus. Prosessus kondiloideus terdiri dari kaput dan kolum. Permukaan
luar dari korpus mandibula pada garis median, didapatkan tonjolan tulang halus yang
disebut simfisis mentum yang merupakan tempat pertemuan embriologis dari dua buah
tulang.
Bagian korpus mandibula membentuk tonjolan disebut prosesus alveolaris yang
mempunyai 16 buah lubang untuk tempat gigi. Bagian bawah korpus mandibula
mempunyai tepi yang lengkung dan halus. Pada pertengahan korpus mandibula kurang
lebih 1 nchi dari simfisis didapatkan foramen mentalis yang dilalui oleh vasa dan nervus
mentalis. Permukaan dalam dari korpus mandibula cekung dan didapatkan linea
milohiodea yang merupakan origo m. Milohioid. Angulus mandibula adalah pertemuan
antara tepi belakang ramus mandibula dan tepi bawah korpus mandibula. Angulus
mandibula terletak subkutan dan mudah diraba pada 2-3 jari dibawah lobulus aurikularis.
Secara keseluruhan tulang mandibula ini berbentuk tapal kuda melebar di belakang,
memipih dan meninggi pada bagian ramus kanan dan kiri sehingga membentuk pilar,
ramus membentuk sudut 1200 terhadap korpus pada orang dewasa. Pada yang lebih muda
sudutnya lebih besar dan ramusnya nampak lebih divergens.
Dari aspek fungsinya, merupakan gabungan tulang berbentuk L bekerja untuk
mengunyah dengan dominasi (terkuat) m. Temporalis yang berinsersi disisi medial pada
ujung prosesus koronoideus dan m. Masseter yang berinsersi pada sisi lateral angulus dan
ramus mandibula. M. Pterigodeus medial berinsersi pada sisi medial bawah dari ramus
dan angulus mandibula. M masseter bersama m temporalis merupakan kekuatan untuk
menggerakkan mandibula dalam proses menutup mulut. M pterigoideus lateral berinsersi
pada bagian depan kapsul sendi temporo-mandibular, diskus artikularis berperan untuk
membuka mandibula. Fungsi m pterigoid sangat penting dalam proses penyembuhan pada
fraktur intrakapsuler.
Pada potongan melintang tulang mandibula dewasa level molar II berbentuk seperti
”U” dengan komposisi korteks dalam dan korteks luar yang cukup kuat. Ditengahnya
ditancapi oleh akar-akar geligi yang terbungkus oleh tulang kanselus yang membentuk
sistem haversian (osteons) diantara dua korteks tersebut ditengahnya terdapat kanal
mandibularis yang dilewati oleh syaraf dan pembuluh darah yang masuk dari foramen
mandibularis dan keluar kedepan melalui foramen mentalis.
Lebar kanalis mandibula tersebut sekitar 3 mm ( terbesar) dan ketebalan korteks sisi
bukal yang tertipis sekitar 2.7mm sedang pada potongan level gigi kaninus kanalnya
berdiameter sekitar 1mm dengan ketebalan korteks sekitar 2.5-3mm. Posisis jalur kanalis
mandibula ini perlu diingat dan dihindari saat melakukan instrumentasi waktu reposisi dan
memasang fiksasi interna pada fraktur mandibular
6. Persiapan
6.1 Persiapan Pasien
 Persetujuan tindakan operasi
 Pasien diposisikan pada posisi supine di meja operasi
 Memasang catether urine (jika operasi lebih dari 2 jam)
 Pasien dilakukan general anasthesi
 Memasang plat diathermi pada betis kaki kanan
 Mencuci area insisi dengan povidone iodine

6.2 Persiapan Lingkungan


 Memastikan mesin ESU berfungsi dengan baik
 Memastikan mesin suction berfungsi dengan baik
 Memastikan lampu operasi berfungsi dengan baik
 Memastikan tersedianya tiang infus
 Menyiapkan tempat sampah medis
 Menyiapkan peralatan non steril seperti gunting verband, arde, dll.
 Menyiapkan meja instrumen, meja mayo, dan troli baskom
 Sikat gigi

6.3 Persiapan Alat


a. Alat non Steril
 Meja operasi
 Lampu operasi
 Meja mayo
 Meja instrumen
 Gunting untuk menggunting hipafix dan lain-lain
 Tempat sampah medis
 Mesin suction
 Troli baskom
 Mesin elektro surgery unit (ESU)

b. Alat Steril
 Meja Instrumen
 Doek besar : 2 buah
 Doek kecil : 4 buah
 Doek sedang : 3 buah
 Sarung meja mayo : 1 buah
 Scoret steril : 6 buah
 Pensil ESU : 1 buah
 Selang suction : 1 buah
 Bengkok/cucing/kom : 2/1/1 buah
 Kotak implant (mini plate + screw) : 1 Set
 Handuk kecil steril : 5 buah
 Deppers/kassa : 10/30 lembar
 Bor/mata bor 1,6 mm & kuncinya (charkey): 1/1 buah
 Antibiotik (tabur) : 1 gram
 Roll tampon : secukupnya

 Meja Mayo
 Doek klem (towel klem) :5
 Disinfeksi klem (washing & dressing forcep :1
 Pinset cirurgis (dissecting forcep) :2
 Pinset anatomis (tissue forcep) :1
 Gunting kasar (surgical scissor) :1
 Gunting metzenbaum (metzenboum scissor) :1
 Handvast (sclap blade and handle) no.3 :1
 Baby mosquito (baby mosquito pean klem) :2
 Klem pean (delicate haemostatic forcep) :1
 Kocker (kocher klem) :2
 Nald foeder (needle holder) :2
 Gunting wire :1
 Langenback (US army retractor) :1
 Haak kombinasi (sanmiller) :2
 Raspatoris (raspatorium) :1
 Elevator (elevatorium) :1
 Twister :1
 Bone curret (scrappleaple) :1
 Knable tang (bone rogeurs) :1
 Spetel lidah :1
 Bine haak :2
 Dingman (reduction tang) :2
 Knife tang :1
 Screw driver 2-0 :1
 Canul section :2
 Pinset bionet :1
 Mouthgage :1
 Askbar : secukupnya
 Suture wire 0,5 mm : secukupnya
c. Bahan Habis Pakai
 Handscone no.6,5/7/7,5/8 : secukupnya
 Mess no.15 : 1 buah
 Kateter no. 16 : 1 buah
 Urine bag : 1 buah
 NS 0,9% 1 liter : 1 liter
 EMP : 1 buah
 Pehacain : 2 ampul
 Antibiotic injeksi (anestesi) : 1 vial
 methiline blue : secukupnya
 spuit 10cc/3cc : 1/1 buah
 Sufratulle : 1 buah
 Hipafix : secukupnya
 Under pad on / sterille : 1/2 buah
 tusuk gigi : 1 buah
 Vicril no.4-0 : 1 buah
 Mersilk 2-0 (untuk septumnasi / fiksasi) : 1 buah
 Mini plate 2,0 (panjang tergantung kebutuhan) : secukupnya
 Screw no.14/10/8 (sesuai kebutuhan) : secukupnya

7. Instrumentasi Teknik
1. Pasien datang, mengecek kelengkapan pasien
2. Perawat sirkuler membacakan Sign In (Identitas pasien, area operasi, tindakan
operasi, lembar persetujuan, penandaan area operasi,kesiapan mesin, obat-obatan
anastesi, pulse oksimetri, riwayat alergi serta penyulit airway atau resiko operasi)
3. Menulis Identitas pasien di buku register dan buku kegiatan
4. Mengatur posisi pasien (supine), ganjal bahu pasien dengan bantal dan pasang arde di
betis kanan pasien
5. Tim anasthesi melakukan induksi (general anesthesi)
6. Perawat instrumen melakukan scrubbing (cuci tangan), gowning (memakai gaun
steril), dan gloving (memakai handscone)
7. Desinfeksi area septum nasi dengan betadine, kemudian jahit dengan jarum tumpul +
lindungi septum nasi dengan sufratule
8. Berikan nald foeder dan mersilk 2/0 pada operator untuk menjahit septum nasi
9. Anestesi melakukan pemasangan roll tampon
10. Perawat sirkuler melakukan pencucian area operasi / membersihkan gigi dan mulut
dengan menggosok menggunakan sikat gigi, cairan capucino (NS 0,9 % + betadine +
pehidrol, 1:1:1) dan spatel lidah, sedangkan asisten mensuction cairan dalam mulut,
lalu dikeringkan dengan lap bersih.
11. Kemudian perawat instrumen membantu memakaikan scoret dan handscone pada
operator dan asisten operator.
12. Berikan desinfeksi klem dan deppers dalam cucing yang berisi bethadine 10% kepada
operator atau asisten untuk mendesinfeksi area operasi
13. Draping: semua area wajah ditampakkan
 berikan 2 duk kecil dibawah kepala untuk dibulatkan ke kepala lalu difiksasi dengan
duk klem (1).
 Tambahkan (1) duk kecil di bawah dagu menutupi leher dan membungkus ETT, lalu
digabung dengan duk dibawah kepala dan difiksasi dengan duk klem.
 Lalu berikan duk besar di atas duk kecil (dibawah dagu) menutupi sampai kaki, (kalau
kurang, bisa ditambah dengan duk sedang. Kemudian duk sedang steril untuk
menutupi bahu kanan dan kiri dan difiksasi dengan duk klem agar lebih rapi).
14. Dekatkan meja mayo dan meja instrument, pasang kabel ESU dan selang suction lalu
diikat dan difiksasi dengan kasa dan duk klem
15. Perawat sirkuler membacakan Time Out
16. Operator memimpin doa
17. Dilakukan penutupan mulut (oklusi) ditentukan secara lover eye lips untuk
menyatukan gigi (fiksasi)
18. Berikan cairan metiline blue + tusuk gigi pada operator untuk menandai area operasi
(extra oral dan intra oral).
19. Berikan spuit 3 cc + pehacain yang dioplos dengan NS 0,9 %, 1 : 1 pada operator
untuk dilakukan injeksi agar tidak banyak perdarahan. (lapor pada anesthesi sebelum
tindakan), tunggu 5 – 15 menit.
20. Berikan hanvat mess no.3 dengan mess no.15 untuk menginsisi (lapor kepada
anesthesi terlebih dahulu sebelum incisi dimulai), Berikan kasa kering dan suction
untuk merawat perdarahan
21. Setelah tulang yang mengalami fraktur terlihat, lakukan spoeling dengan NS 0,9%
(dengan menggunakan spuit 10cc yang jarumnya dipotong) dan disuction, kemudian
berikan haak kombinasi untuk memperlebar area operasi
22. Kemudian berikan raspatorium pada operator untuk membersihkan sisa musculus yang
menempel di tulang
23. Berikan kanable tang pada operator untuk membersihkan kalus yang menempel pada
tulang
24. Berikan bine haak dan kurret pada operator untuk membersihkan tulang dan disemprot
dengan NS 0,9% dan disuction
25. Setelah bersih, berikan raspatorium pada operator untuk mendekatkan tulang, dan
asisten melakukan spoeling dengan NS 0,9% + mensuction cairan/ perdarahan agar
garis fraktur terlihat jelas
26. Berikan mini plate 6 hole / sesuai kebutuhan, pada operator untuk mengukur fraktur
pada mandibula, (bila kepanjangan, bisa dipotong menggunakan knife tang)
27. Berikan bor yang sudah terpasang mata bor 1,6 mm pada operator untuk membuat
lubang sesuai hole pada plate dengan kedalaman 2 korteks
28. Berikan spatel lidah untuk melindungi lidah pada saat dilakukan pengeboran
29. Kemudian perawat instrument mengambil screw nomor 14 dengan menggunakan
screw driver dan memberikan kepada operator (harus tegak lurus, screw berada diatas)
untuk memfiksasi mini plate pada tulang yang patah. Lakukan sampai semua lubang
pada mini plate terpasang screw (kedalaman 2 korteks)
30. Cek kembali screw dan mini plat jangan sampai goyang
31. Tambahkan mini plate 3 hole pada bagian atasnya
32. Berikan bor dengan mata bor 1,6 mm pada operator untuk membuat lubang sesuai
hole pada mini plate dengan kedalaman 1 korteks
33. Lalu beri screw no 8 menggunakan screw driver untuk memfiksasi mini plate pada
tulang yang patah (kedalaman 1 korteks)
34. Cek ulang + pastikan bahwa semua hole telah terisi dan berikan screw driver pada
operator untuk memperkuat lagi fiksasi screw
35. Setelah semua selesai, luka dicuci dengan NS 0,9% untuk membersihkan luka operasi
dan asisten mensuctionnya sampai bersih dan dikeringkan dengan menggunakan kasa
kering dan sambil merawat perdarahan jika ada
36. Perawat sirkuler membacakan Sign Out
37. Berikan serbuk antibiotic pada operator, untuk ditaburkan pada luka operasi
38. Kemudian berikan nald voeder dan vicryl 4-0 dan pinset chirurgis pada operator untuk
menjahit mukosa dalam
39. Berikan kasa kering pada asisten untuk rawat perdarahan dan gunting benang untuk
memotong benang
40. Kemudian untuk menjahit kulit, berikan nald voeder + premiline no.6-0 pada operator
→ jahit secara one by one ( satu-satu)
41. Bersihkan luka operasi dengan kasa basah dan dikeringkan dengan kasa kering
42. Tutup luka dengan menggunaka sufratull, kemudian tutup dengan kasa basa dan
dilapisi dengan kasa kering dan fiksasi dengan hipafix
43. Berikan spatel lidah dan pinset pada operator untuk mengambil roll tampon / packing
44. Berikan gunting benang pada operator untuk melepas fiksasi septum nasi (lapor
anastesi)
45. Rapikan pasien, ambil ganjal di bahu pasien
46. Operasi selesai
47. cuci alat yang telah dipakai dan setting kembali instrument.
48. Bersihkan ruangan dan inventaris bahan habis pakai pada depo farmasi
49. Lengkapi status pasien dan operkan ke RR

DAFTAR PUSTAKA

http://bodong2.blogspot.com/2013/04/fraktur-mandibula.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34224/3/Chapter%20II.pdf

www.nursecerdas.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai