Makalah Tanaman Transgenik
Makalah Tanaman Transgenik
GENETIK”
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ABSTRAK
pangan terutama bahan pokok yang saat ini pasokannya mulai menipis. Krisis pangan
Sampul………………………………………………………………………… 1
Abastrak………………………………………………………………………. 2
Daftar isi………………………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang………………………………………………………………… 4
Rumusan Masalah……………………………………………………………... 5
Rekayasa Genetika…………………………………………………………..…
Tanaman Transgenik…………………………………………………………...
Kesimpulan…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Jepang, dan Italia menunjukkan angka yang sangat rendah. Disisi lain, Negara-negara
diperkirakan mencapai lebih setengah milyar manusia Cina pada tahun 2030.
penduduk sekitar 307 juta. Gambaran tersebut tentunya akan menjadi perhatian yang
serius bagi kita semua jika penduduk tersebut mengkonsumsi bahan pangan padi-
padian.
Pada tahun 1950-an hampir semua Negara di dunia baik kala itu berstatus
sebagai Negara masih belum maju dan maju hampir boleh dikatakan tidak mempunyai
masalah tentang pangan mereka. Bahkan Indonesia pada tahun 1984-an Negara kita
swasembada pangan. Demikian juga pada tahun 1990-an ada beberapa Negara
negara Afrika. Kelanjutan akan difisit pangan dunia tersebut, nampaknya akan tetap
berlanjut pada tahun 2030, sehingga antisipasi tentang hal itu harus sedini mungkin
diantisipasi secara positif. Hal ini tidak boleh hanya menyangkut departemen
padian tidak akan berarti apa-apa manakala laju pertumbuhan penduduk tidak dapat
dikendalikan (diatur) dengan baik. Ini berarti jumlah penduduk harus tumbuh, tetapi
Indonesia dari sisi pendidikan dan kesehatan juga harus dilakukan secara bersama-
terjadinya krisis pangan dikarenakan jumlah penduduk yang akan meningkat dimasa
datang, maka keluarga berencana akan menjadi salah satu alternatif yang cukup
penyakit yang sulit di basmi, seperti virus, maka kita sebaiknya tidak alergi untuk
TINJAUAN PUSTAKA
biakan mikroba, sel, atau jaringan di bidang industri, kesehatan, dan pertanian.
biologi oleh mikroorganisme yang dimanfaatkan oleh dan untuk kepentingan manusia.
Definisi bioteknologi yang lebih luas dinyatakan oleh Bul,et,al, (1982), yaitu
biologi seperti mokroorganisme, sel tumbuhan, sel hewan, manusia, dan enzim untuk
menghasilkan barang dan jasa. Pada tahun 1981, Federasi Bioteknologi Eropa
teknologi dengan kapasutas biakan mikroba, sel, atau jaringan di bidang industri,
Definisi bioteknologi yang lebih luas dinyatakan oleh Bul,et,al, (1982), yaitu
biologi seperti mokroorganisme, sel tumbuhan, sel hewan, manusia, dan enzim untuk
proses transkripsi dan translasi. Sedangkan pada tahun 1970 ditemukan enzim restriksi
endonuklease (enzim pemotong gen), enzim ligase (enzim penyambung gen) dan
disusul pada tahun 1973 ditemukan metode DNA rekombinan atau rekayasa genetika
dengan teknologhi rekayasa genetika pada agen-agen biologi tingkat molekuler. Yang
Rekayasa genetika adalah suatu proses manipulasi gen yang bertujuan untuk
mendapatkan organisme yang unggul. Manipulasi gen dapat dilakukan dengan teknik
kombinasi baru materi yang dapat diturunkan dengan penyisipan (insertion) molekul-
molekul asam nukleat, yang dihasilkan dengan cara apapun diluar sel, ke dalam suatu
virus, plasmid bakteri atau sistem pembawa lainnya yang memungkinkan terjadinya
Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat melalui tiga
cara, yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel
bakteri selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga
terbentuk kromosom rekombinan. Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu
sel (sel donor) ke dalam sel bakteri lainnya (sel resepien) melalui kontak fisik antara
kedua sel. Sel donor memasukkan sebagian DNA-nya ke dalam sel resepien. Transfer
DNA ini melalui pili seks yang dimiliki oleh sel donor. Sel resepien tidak memiliki
pili seks. DNA dari sel resepie berpindah ke sel resipien secara replikatif sehingga
setelah proses ini selesai, sel jantan tidak kehilangan DNA. Ke dua sel tidak
mengalami peningkatan jumlah sel dan tidak dihasilkan sel anak. Oleh karena itu,
proses konjugasi disebut juga sebagai proses atau mekanisme seksual yang tidak
reproduktif.
sekelilingnya. DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa
potongan DNA atau fragmen DNA yang berasal dari sel bakteri yang lain atau
organisme yang lain. Masuknya DNA dari lingkungan ke dalam sel bakteri ini dapat
terjadi secara alami. Pada tahun 1928 ditemukan strain bakteri yang tidak virulen
dapat berubah sifatnya menjadi virulen disebabkan adanya strain yang tidak virulen
dicampur dengan sel-sel bakteri strain virulen yang telah dimatikan. Tahun 1944
ditemukan bahwa perubahan sifat atau transformasi dari bakteri yang tidak virulen
menjadi virulen disebabkan oleh adanya DNA dari sel bakteri strain virulen yang
melalui perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam sel
bakteri. Virus-virus yang inangnya adalah bakteri sering disebut bakteriofag atau fage.
Ketika virus menginfeksi bakteri, fage memasukkan DNA-nya ke dalam sel bakteri.
DNA tersebut kemudian akan bereplikasi di dalam sel bakteri atau berintegrasi dengan
kromosom baketri. DNA fage yang dikemas ketika membentuk partikel fage baru
akan membawa sebagian DNA bakteri yang menjadi inangnya. Selanjutnya jika fage
tersebut menginfeksi bakteri yang lain, maka fage akan memasukkan DNAnya yang
secara alami fage memindahkan DNA dari satu sle bakteri ke bakteri yang lain.
Transduksi adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel lainnya melalui
perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam sel bakteri.
Virus-virus yang inangnya adalah bakteri sering disebut bakteriofag atau fage. Ketika
virus menginfeksi bakteri, fage memasukkan DNA-nya ke dalam sel bakteri. DNA
tersebut kemudian akan bereplikasi di dalam sel bakteri atau berintegrasi dengan
kromosom baketri. DNA fage yang dikemas ketika membentuk partikel fage baru
akan membawa sebagian DNA bakteri yang menjadi inangnya. Selanjutnya jika fage
tersebut menginfeksi bakteri yang lain, maka fage akan memasukkan DNAnya yang
sebagian mengandung DNA sel inang sebelumnya. Jadi, secara alami fage
enzim restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung DNA dan
vektor untuk menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup, transposon
sebagai alat untuk melakukan mutagenesis dan untuk menyisipkan penanda, pustaka
genom untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan, enzim
transkripsi balik untuk membuat DNA berdasarkan RNA, pelacak DNA atau RNA
untuk mendeteksi gen atau fragmen DNA yang diinginkan atau untuk mendeteksi klon
yang benar. Vektor yang sering digunakan diantarnya plasmid, kosmid dan
bakteriofag.
memotong DNA pada sekuens spesifik yang panjangnya empat sampai enam pasang
basa. Enzim tersebut dikenal dengan nama enzim endonuklease restriksi. Berikut ini
Tabel 1. Enzim restriksi yang sering digunakan pada proses rekombinasi DNA
Ada beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika.Yang
pertama adalah enzim seluler dan yang kedua adalah vektor. Hal tersebut akan dibahas
sebagai berikut:
Enzim seluler
sekuen nukleotida spesifik dan berfungsi dalam proses restriction atau pemotongan
bahan-bahan genetik. Penggunaan enzim ini yang paling umum antara lain pada
sekuen palindromik. Enzim ini dibentuk dari bakteri yang dibuat sedemikian rupa
DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-copy DNA. Enzim ini
mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA yang sama persis ke sel
induk barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari berbagai jenis organisme, yang
tidak mengherankan, karena semua organisme pasti harus meng-copy DNA mereka.
Selain DNA polimerisasi, ada juga enzim RNA polimerisasi yang berfungsi untuk
yang akan dibahas adalah enzim DNA ligase. Enzim DNA ligase merupakan suatu
enzim yang berfungsi untuk menyambungkan suatu bahan genetik dengan bahan
genetik yang lain. Contohnya saja, enzim DNA ligase ini dapat bergabung dengan
DNA (atau RNA) dan membentuk ikatan phosphodiester baru antara DNA (atau
RNA) yang satu dengan lainnya.Kemudian, ada pula enzim reverse transcriptases
yang berfungsi membentuk blue-print dari molekul RNA membentuk cDNA (DNA
komplementer). Enzim ini dibuat dari virus RNA yang mengubah genom RNA virus
menjadi DNA ketika virus menginfeksi inangnya. Enzim ini biasa dipakai ketika
bertemu dengan gen eukariotik yang biasanya terpisah-pisah menjadi potongan kecil
Vektor Natural
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan dalam
bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil dan cocok
dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Sekali lagi, alam telah memberikan solusi
dari masalah ini. Vektor disini bisa diartikan sebagai alat yang membawa DNA ke
dalam sel induk barunya. Agar suatu metode dalam rekayasa genetika dianggap
melalui enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA rekombinan tidak termutasi lagi
membentuk DNA dengan sifat baru. Contoh dari vektor natural dari alam adalah
vaksin, insulin, antibodi dan sebagainya. Misalkan saja insulin yang digunakan untuk
insulin yang berasal dari sapi kemudian ditentukan urutan DNA-nya setelah itu
direkombinasikan di dalam suatu vektor misal plasmid kemu dian dimasukan dalam
sel bakteri. Selanjutnya bakteri ini mengalami transformasi dan bisa menghasilkan
insulin. Ini adalah salah satu contoh aplikasi teknik DNA rekombinan dalam
manusia, diantaranya :
Beberapa interleukin
immunodeficiency (scid)
Hormon paratiroid
yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA
binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik
Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus,
hewan, atau tanaman lain. Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama
dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat
yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan,
cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan
perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen,
DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA),
kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring
diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing
tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah
bagian daun.
Teknologi transfer gen dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak
langsung (Herman, 1996). Contoh transfer gen secara langsung adalah penembakan
eksplan gen dengan gene gun atau divortex dengan silicon carbide (karbid silikon) dan
Agrobacterium.
Penembakan Partikel
Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi.Untuk melakukannya,
dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk
ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan
metode penembakan partikel atau gene gun. Metode transfer gen ini dioperasikan
secara fisik dengan menembakkan partikel DNA-coated langsung ke sel atau jaringan
tanaman (Klein et al., 1988). Dengan cara demikian, partikel dan DNA yang
ditambahkan menembus dinding sel dan membran, kemudian DNA melarut dan
tersebar dalam sel secara independen. Telah didemonstrasikan bahwa teknik ini efektif
turfgrass.
Tahap Metode Penembakan
Karbid silikon
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi tanaman
penggunaan karbid silikon. Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur
dengan serat karbid silikon dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan
vortex (Kaeppler et al., 1990). Serat silicon carbide berfungsi sebagai jarum injeksi
Elektroporasi
Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil adalah
elektroporasi dari protoplas, perlakuan poly-ethylene glycol (PEG) pada protoplas dan
kombinasi antara dua perlakuan tersebut (Joersbo dan Brunstedt, 1991). PEG
memudahkan presipitasi DNA dan membuat kontak lebih baik dengan protoplas, juga
melindungi DNA plasmid mengalami degradasi dari enzim nuclease (Mass dan Werr,
1989). Sedangkan elektroporasi dengan perlakuan listrik voltase tinggi menyebabkan
permiabilitas tinggi untuk sementara pada membran sel dengan membentuk pori-pori
membaik seperti semula dalam beberapa detik sampai semenit setelah perlakuan
listrik. Jagung dan padi telah berhasil ditransformasi melalui elektroporasi dengan
transformasi adalah sulitnya regenerasi dari protoplas, dan ekstra komplikasi, serta
membran untuk sementara tidak stabil dengan membentuk pori-pori kecil. Melalui
pori-pori sementara ini, DNA gen donor dapat disuntikkan. DNA diinjeksikan dalam
bentuk transfer plasmid yang dipindahkan ke kromosom dan menjadi satu dalam DNA
tanaman. Tidak lama setelah pemberian kejutan listrik dan injeksi, sel membran
Sel-sel yang baru saja diubah tersebut kemudian dikultur untuk menghasilkan jenis sel
yang unik yang membentuk organisme. Sel-sel yang dihasilkan kemudian dipindahkan
sel melepaskan dinding sel dari selnya. Kemudian sel-sel akan menjadi protoplas,
yaitu sel-sel tumbuhan yang dilucut dinding selnya tetapi masih dilapisi membran
selular.
eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf discs) atau bagian lain dari jaringan
1988; Mullins et al., 1990). Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor
inducing). Segmen spesifik DNA plasmid Ti disebut DNA T (transfer DNA) yang
berpindah dari bakteri ke inti sel tanaman dan berintegrasi ke dalam genom tanaman.
vektor yang digunakan untuk transformasi tanaman adalah bakteri dari jenis plasmid
oleh Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu tanaman
sehat hasil rekayasa genetik. Tanaman tersebut akan menurunkan DNA T yang
disarmed dan gen asing (dari sifat yang diinginkan) ke keturunannya. Teknik
transformasi melalui media vector Agrobacterium pada tanaman dikotil telah berhasil
tumefaciens) dapat menyebabkan tumor pada tanaman yang disebut crown gall,
terutama tanaman dikotil. Pada sebagian besar plasmid Ti, terdapat lima kompleks
gen, yaitu T-DNA (bagian yang ditransfer dan menyatu dengan genom tanaman), gen
virulen (vir) yang terdiri dari 50 kilo basa untuk mengatur proses transfer T-DNA ke
dalam DNA tanaman, gen tra/trb yang mengatur perpindahan plasmid Ti antarbakteri,
bagian yang mengatur sistem replikasi plasmid, dan bagian gen yang menyandikan
molekul opin. Molekul opin ini akan dihasilkan oleh jaringan tanaman yang terinfeksi
1) Melakukan skuensing pada DNA untuk gen yang akan diubah diidentifikasi
urutan dari gen yang akan dipilih. Selanjutnya diikuti dengan pemindahan gen
dari organisme donor. Gen yang diinginkan dikeluarkan dari organisme donor
3) Setelah diperoleh, ada beberapa cara untuk mentransfer gen donor ke dalam sel
ligase.
tumbuhan dengan sifat yang baru berikut gambar lain yang bisa mendukung
Gen ketahanan terhadap serangga hama dan sumbernya disajikan pada Tabel 1.
Sebagian dari gen tersebut akan diuraikan dalam makalah ini dengan fokus uraian ke
gen Bt. Sebagian besar penelitian transformasi untuk memproduksi tanaman tahan
serangga difokus-kan pada protein yang mengan-dung kode gen tunggal, seperti Bt
endotoxins (Cheng et al., 1992), proteinase inhibitor (Hilder et al., 1993; Johnson et
al., 1989; Ryan, 1990), cowpea trypsin inhibitor (Hoffman et al., 1993), pea seed
lectin (Gatehouse et al., 1991), snow drop lectin (Rao et al., 1999), amylose inhibitor
(Ishimoto et al., 1996 Schroeder et al., 1995; Shade et al., 1994). Protein dengan kode
Gen Bt
Gen Bt adalah hasil isolasi bakteri tanah B. thuringiensis dan telah digunakan oleh
petani di Negara maju sebagai pestisida hayati yang aman sejak puluhan tahun yang
lalu (Shadduck, 1983; McClintock et al., 1995). Istilah populer cry (Held et al., 1982)
merupakan singkatan dari crystal sebagai representasi gen dari strain Bt yang
protein) yang dapat mematikan serangga hama (MacIntosh et al., 1990). Sampai saat
ini, telah diisolasi gen Bt yang dimasukkan ke dalam 8 kelompo atau kelas Cry
(Rajamohan dan Dean, 1995; Krattiger, 1997; Crickmore et al., 1998). Kelas cry
serangga sasaran. Sebagai contoh cryI, cryIX, dan cryX mematikan serangga golongan
Semua gen yang menyandi 130-140 kDa protoxin dan aktif terhadap larva Lepidoptera
digolongkan ke dalam klas cryI yang selanjutnya dibagi dalam beberapa subklas A
sampai G. Berdasarkan pada identitas asam aminonya (>80%), sub-klas gen cryIA
dibagi menjadi IA(a), IA(b), dan IA(c). Tipe gen subklas cryII yang memproduksi 66
kDa protoxin aktif pada Lepidoptera (cryIIB) saja atau pada larva Lepi-doptera dan
Diptera (cryIIA). Gen cryIII menghasilkan 73 kDa protein aktif terhadap larva
Coleoptera. Gen tipe cryIV telah diisolasi dari subspesies israelensis dan
menghasilkan 135, 128, 74, dan 72 kDa protein aktif terhadap larva Diptera. Gen baru
telah diisolasi dari B. thuringiensis subsp. thompsoni dan diberi nama cryV. Gen
tersebut menghasilkan toxin 80 kDa dan aktif terhadap Lepidoptera dan Coleoptera.
Gen yang aktif terhadap nematode dimasukkan ke dalam klas cryVI. Dari penelitian
yang ada, umumnya tanaman tahan serangga yang berhasil ditransformasi berasal dari
gen cryBt yang bersifat meracuni hama serangga dari kelompok Coleoptera atau
Lepidoptera (Barton et al., 1987; Cheng et al., 1992; Delannay et al., 1989; Perlak et
al., 1990; Warren et al., 1992; Wilson et al., 1992). Racun Bt akan melekat pada
epithelial glycopro-tein dalam usus serangga, khusus-nya pada usus tengah. Keadaan
tersebut akan menyebabkan bocornya usus sehingga cairan yang ada akan merembes
ke luar ke daerah antara usus dan hemocoel dan mengakibatkan matinya serangga
(Hilder et al., 1993). Ada beberapa gen cry yang ditransformasikan ke kapas
transgenik, yaitu cryIA(a), cryIA(b), cryIA(c), cryIF, dan cryIIA(b) (Benedict dan
Altman, 2001; James, 2002). Akhir-akhir ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa gen
cryBt tipe liar (wild type) yang ditransformasi ke tanaman ternyata berekspresikan
ketahanan yang rendah terhadap serangga (Cheng et al., 1992). Hal tersebut
dihipotesiskan bahwa penggunaan codon dari gen cryBt (yang diisolasi dari bakteri)
dikelabui oleh keharusan untuk mengekspresi dalam sel bakteri sehingga tidak
optimum untuk diekspresikan dalam sel tanaman (Cheng et al., 1992). Cara yang
(sequence) gen secara kimiawi untuk menghilangkan banyaknya motif urutan adenin
thymine (AT) rich. Banyaknya urutan (AT) inilah yang menyebabkan tidak stabilnya
mRNA dari tanaman transgenik. Hasil percobaan tanaman transgenik dengan gen Bt
jaringan tanaman pada bagian yang diserang. Gen proteinase inhibitor II (dari
transgenik terhadap serangga Manduca sexta (Johnson et al., 1989). Gen lain yang
zea adalah cowpea trypsin inhibitor (Hoffman et al., 1993). Azuki bean transgenik
yang dimasuki gen α-amylase inhibitor yang diperoleh dari common bean, telah
Penelitian lain oleh Schroeder et al. (1995) dan Shade et al. (1994) gen α-amylase
inhibitor dari common bean berhasil ditransformasikan ke kacang pea (Pisum sativum
L.) dan menunjukkan ketahanan terhadap kumbang Bruchus (Bruchus pisorum). Hasil
penelitian Powel et al. (1993) tentang bioasai dengan menggunakan makanan buatan
dari lectin, tanaman menunjukkan bahwa lectin beracun terhadap wereng coklat dan
wereng hijau. Dibandingkan dengan lectin tanaman yang lain, snowdrop lectin dari
serangga hama, dengan menurunkan tingkat hidup wereng coklat sampai 50% pada
telah dihasilkan melalui sistem transformasi particle bombardment dari embrio muda
dan elektropora-si dari protoplas (Rao et al., 1999). Dalam uji bioasai, padi transgenik
Tahun 2001 merupakan tahun yang pertama di mana luas area pertanaman
transgenik di dunia melebihi 50 juta ha, yaitu 52,6 juta ha (James, 2001b). Luasan ini
adalah kenaikan 8,4 juta atau 19 % dari luasan tahun 2000 dan merupakan kenaikan
hampir dua kali lipat peningkatan luas dari tahun 1999 ke tahun 2000 seluas 4,3 juta
ha (Tabel 2). Selama periode tujuh tahun dari 1996 sampai 2002, telah terjadi
peningkatan luas area pertanaman yang begitu tajam, yaitu luas yang hanya 1,7 juta ha
pada tahun 1996 menjadi 58,7 juta ha pada tahun 2002. Peningkatan luas tersebut
melebihi dari 30 kali lipat (Tabel 2). Pada tahun 2001, distribusi luas pertanaman
tanaman transgenik 26 % atau 13,5 juta ha berada di negara berkembang (Tabel 3).
Luasan tersebut meningkat 2,8 % dari tahun 2000 yang 10,7 juta ha (Tabel 3). Di
negara berkembang, telah terjadi peningkatan luas area tanaman transgenik yang
konsisten sejak tahun 1997, yaitu 14 %, 16 % pada 1998, 18 % pada 1999, 23 % pada
2000, dan 26 % pada 2001 (James, 2001b). Dibandingkan dengan negara berkembang
(2,8 juta ha), pertumbuhan tanaman transgenic di negara industri (5,6 juta ha) dua kali
lipat lebih tinggi dari tahun 2000 ke tahun 2001 (James, 2001b). Meskipun demikian,
dibandingkan negara industri (17%) (Tabel 3). Dari 16 negara yang menanam tanaman
transgenik, sejak tahun 1997 hanya 3 negara yang mendominasi luasan area
predator dan parasit sehingga populasi musuh alami tersebut tetap terpelihara yang
tanaman transgenik tahan serangga hama. Hal ini diduga diakibatkan oleh
mengandung gen Bt bisa menghasilkan pengaruh lain yang positif. Hasil penelitian
lapang di Iowa State University, Amerika Serikat pada jagung Bt menunjukkan bahwa
jagung nontransgenik terserang parah oleh penyakit busuk tongkol yang disebabkan
oleh jamur Fusarium dibandingkan jagung Bt. (Fuller, 1999). Dari pengujian tingkat
fumonisin 14,5 ppm dibandingkan hanya 1,5 ppm pada jagung Bt (Fuller, 1999).
Selain manfaat dan keuntungan dari jagung Bt, dikhawatirkan bahwa jagung tersebut
akan berdampak negatif terhadap organisme bukan sasaran seperti predator, parasit,
lebah madu, dan hewan ternak. Selain penelitian laboratorium, selama tiga musim
tanam 1993-1995 telah dilakukan pada studi lapang tentang pengaruh penanaman
jagung Bt terhadap serangga berguna di Nebraska dan Iowa, AS. Studi lapang yang
sama juga dilakukan di Perancis pada tahun 1995. Data hasil penelitian menunjukkan
tanaman transgenik dan dan nontransgenik baik di Fasilitas Uji Terbatas (FUT)
maupun Lapangan Uji Terbatas (LUT) (TTKH, 1999; TTKHKP, 2000). Hasil
pengamatan di Fasilitas Uji Terbatas menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jagung
yang diuji tidak berpengaruh terhadap predator (kumbang Coccinella, larva dan
imagonya; kepik, green lacewing, laba-laba, bela-lang, semut merah), dan parasitoid
hal feed performance, kenaikan berat badan, produksi susu, dan komposisi susu antara
hewan ternak dan ikan yang diberi makanan dari tanaman transgenic dibandingkan
dengan nontransgenik. Folmer et al. (2000b) meneliti pengaruh pemberian makanan
dari jagung Bt dan nonBt pada sapi perah dengan hasil tidak adanya perbedaan dalam
hal feed performance, kenaikan berat badan, produksi susu, dan komposisi susu.
Feeding study lain dilakukan oleh Folmer et al (2000a) dan Russell et al (2000),
terhadap sapi potong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam
hal feed performance dan kenaikan berat badan sapi potong yang diberi makan jagung
Bt dan nonBt (Folmer et al., 2000a; Russell et al., 2000). Sanders et al. (1998) dan
McLean dan MacKenzie (2001) melaporkan bahwa gen cryIAb yang dikandung dalam
jagung Bt aman terhadap burung puyuh Northern Bobwhite. Gen-gen Bt atau cry yang
mendapatkan izin dari Environmental Protection Agency (EPA), AS. Sebagai contoh,
cryIA(b) (EPA, 1997; 1998a) dan cryIA(c) (EPA, 1998b) yang digunakan dalam
jagung Bt, cryIA(c) dalam kapas Bt (EPA, 1995a), dan cryIIIA dalam kentang (EPA,
1995b) telah diteliti dan dizinkan oleh EPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di
dalam tanaman, ketiga cry tersebut terkandung dalam konsentrasi rendah. Selain itu,
ketiga cry tersebut labil dan tidak tahan didegradasi dengan pemanasan (suhu >65 oC),
perlakuan asam (pH <5), dan protease. Data mengenai ketiga cry tersebut berbeda
dengan cry9C di dalam jagung Starlink. Ternyata cry9C di dalam cairan lambung
tidak terdegradasi dengan cepat dan relative lebih tahan dalam pemanasan (EPA,
transgenik yang mengandung cry9C tersebut dimakan oleh manusia, oleh karena itu
EPA hanya mengizinkan untuk bahan pakan tidak untuk pangan. Produsen jagung
Starlink mengajukan hasil penelitian terakhir tentang cry9C ke EPA sebagai informasi
tambahan untuk pengkajian risiko alerginisitas yang berpotensi pada produk pangan
olahan yang berasal dari jagung Starlink (GKCCB, 2001). Hasilnya menunjukkan
bahwa tingkat kandungan protein cry9C di dalam produk cair seperti minyak goreng,
sirup, alkohol, dan tajin jagung berada di bawah batas ambang untuk bisa dideteksi
melalui metode analitikal (GKCCB, 2001). Sedangkan di dalam produk kering seperti
tepung jagung halus dan kasar, protein cry9C mengalami denature tetapi tidak sampai
tanaman untuk merakit tanaman transgenik tahan serangga hama telah dilakukan di
berbagai lembaga penelitian seperti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dan Balai
sudah tidak mampu dilaksanakan atau mengalami kendala sepert tidak adanya sumber
gen ketahanan terhadap serangga hama atau patogen tumbuhan, misalnya penggerek
batang padi, penggerek polong kedelai, hama boleng pada ubi jalar, dan penggerek
jagung. Serangga hama merupakan cekaman biotis yang utama pada komoditas
tanaman transgenik seperti jagung dan padi tahan hama penggerek batang dan wereng
(Tabel 8). Selain itu, melalui kerja sama dengan lembaga penelitian di luar negeri juga
sudah menghasilkan tanaman transgenik seperti kentang tahan Potato Tuber Moth
(PTM).
Perbandingan jagung Bt dengan jagung non-Bt
Kendala
Penelitian rekayasa genetik untuk merakit tanaman transgenik tidak semudah yang
peralatan laboratorium yang modern, juga sumber daya manusia yang tangguh dan
handal. Disamping itu, ada keterbatasan lain, yaitu jumlah gen yang diisolasi dan yang
sifat agronominya menarik masih sangat terbatas dan pengetahuan kita tentang
regulasi dari ekspresi gen masih terbatas, serta metode kultur jaringan untuk
regenerasi tanaman masih belum mencukupi. Masalah lain yang kita hadapi adalah
Hak Kekayaan Intelektual. Sebagai contoh adalah gen interes seperti gen Bt dan
masih dimiliki dan dipatenkan oleh penemunya yang rata-rata dari negara maju.
memanfatkan gen-gen interes. Contoh program kerja sama yang sudah berjalan baik
dan sukses adalah program rekayasa genetik tanaman transgenik tahan OPT seperti
kentang Bt tahan PTM (potato tuber moth) oleh ABSP dan papaya transgenik tahan
penyakit virus ring-spot oleh ISAAA. Di samping itu, ada kendala lain, yaitu peneliti
kita masih belum memiliki kemampuan dalam mengisolasi gen dan mensintesisnya
secara kimia. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan sumber daya manusia,
khususnya pembinaan tenaga usia muda dalam bidang kultur jaringan dengan
penekanan pada efisiensi regenerasi tanaman dan biologi molekuler khususnya teknik
kultur in vitro pada tanaman anggrek untuk pengupayaan penyediaan PLB sebagai
tumefaciens EHA 105 cukup dilaksanakan dalam waktu 2 hari. Hal ini disebabkan
semakin lama waktu ko kultivasi yang dilakukan akan semakin memacu dan
hal ini akan mengganggu tahapan mematikan bakteri dalam proses transformasi
tersebut.
Bahan kimia yang diperlukan antara lain : bahan untuk sterilisasi (etanol,
spiritus, dll), media kultur in vitro anggrek (Media Vacin and Went modifikasi Lin),
Agrobacterium (400 mg/l antibiotik cefotaxime), media antibiotik I (Media Vacin and
Went modifikasi Lin + 250 mg/ Cefotaxime), media antibiotik II (Media Vacin and
Went modifikasi Lin + 100 mg/l Cefotaxime), media regenerasi (Media Vacin and
Went modifikasi Lin), serta bahan-bahan uji Gus berdasarkan metode Rueb dan
Hensgens (1989) antara lain X-gluc, triton X, NaHPO4, dll. Peralatan yang
laminar air flow cabinet, analitical balance, autoclave, hot plate, spektrometer, micro
lain-lain.
dipergunakan media Vacint and Went modifikasi Lin dengan penambahan air kelapa,
gula 30 gram dan agar 8 gram untuk setiap liter media. Media dituangkan ke dalam
Kultur dipelihara di ruang kultur dengan temperatur 25±3°C. Setelah PLB cukup besar
maka dilakukan sub kultur terhadap PLB yang telah tumbuh pada media baru yang
komposisinya sama dengan media induksi PLB tersebut. Untuk botol kultur dengan
media padat diletak pada rak dan untuk media cair diletakan pada shaker.
membawa pCambia 1303) dikulturkan di media AB padat (Chilton et al. 1974) dengan
inkubator pada suhu 370C selama 2 malam. Dalam proses ko-kultivasi, sejumlah
koloni bakteri yang telah tumbuh diambil menggunakan spatula dan disuspensikan
Setelah proses ko-kultivasi kalus dicuci dengan 400 mg/l cefotaxime. Sebagian
kalus diambil untuk uji Gus berdasarkan metode Rueb dan Hensgens (1989).
Kemudian kalus yang telah dicuci ditumbuhkan pada media antibiotik I (Media Vacin
and Went modifikasi Lin yang ditambah antibiotik Cefotaxime 250 mg/l). Inkubasi
dalam media antibiotik pertama dilakukan pada suhu 250 - 260C diruang gelap selama
2 minggu. Kalus yang hidup dari media atibiotik pertama selanjutnya dikulturkan
lagi pada media antibiotik kedua (Media Vacin and Went modifikasi Lin yang
ditambah antibiotik Cefotaxime 100 mg/l), dan kultur diinkubasi kembali pada suhu
2 hari menghasilkan julah PLB positif GUS mencapai 100% dan tidak berbeda dengan
waktu ko kultivasi 3 hari. Disamping itu, dalam perlakuan waktu ko kultivasi 2 hari
ekspresi gen hasil uji GUS sudah cukup merata di permukaan PLB target transformasi.
Waktu ko kultivasi selama 2 hari menghasilkan jumlah PLB hidup di media antibiotik.
gen dapat berpindah dari satu organisme ke organisme lain. Persitiwa tersebut
biasanya terjadi diantara organisme yang memiliki kekerabatan yang dekat. Dengan
Untuk membuat DNA rekombinan digunakan dua macam enzim yaitu enzim
restriksi yang berfungsi memotong molekul DNA dan enzim ligase yang berfungsi
antara DNA vektor dan DNA asing yang merupakan gen target. Selanjutnya adalah
memasukkan DNA vektor yang telah mengandung DNA asing ke dalam sel bakteri.
Proses masuknya DNA rekombinan ke sel bakteri disebut transformasi, dan proses ini
sangat ditentukan oleh berbagai hal antara lain kesesuaian antara strain Agrobacterium
tumefaciens dengan jenis tanaman dan plasmid vektor yang dipergunakan, adanya
kerapatan sel A. tumefaciens yang digunakan pada saat proses tranformasi genetik,
lama waktu ko-kultivasi, tingkat kemasaman media, kondisi kultur in vitro dan
sebagainya.
jenis tanaman monokotil masih memerlukan berbagai jalan penyesuaian dalam upaya
meningkatkan efisiensi transformasi. Hal ini disebabkan secara alami bakteri patogen
tanah tersebut hanya menginfeksi tanaman dikotil dengan cara mengintroduksi T DNA
101 (pIG121Hm) yang membawa gen-gen β-glucuronidase serta gen yang memilki
oleh kesesuaian antara strain Agrobacterium dengan jenis maupun varietas tanaman.
menginfeksi tanaman.
2. Komponen kedua adalah virulence (vir) region, dimana gen vir berekspresi
galaktosa.
-1,2 glukan.
jumlah salinan gen yang relatif sedikit dalam kromosom sehingga mengurangi
yang relatif besar serta menghasilkan tanaman transgenik dengan fertilitas tinggi.
2. Ketahanan tanaman terhadap hama dan jamur toksin dari Fusarium penyebab
biasa.
BAB III
PENUTUP
Tanaman tahan serangga hama dapat dirakit melalui teknologi rekayasa
genetik dengan menggunakan gen yang berasal dari berbagai jenis organisme. Pada
tahun 2002, secara global luas tanaman transgenik tahan serangga hama dan sifat
gabungan dengan toleran herbisida adalah 14,5 juta ha atau 25 % dari total luas area
tanaman transgenik. Teknologi rekayasa genetik dan produknya yang berupa tanaman
transgenik tahan serangga hama telah dimanfaatkan oleh petani dan para peneliti. Di
dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian baik perguruan tinggi, departemen teknis,
maupun non departemen. Manfaat tanaman transgenik tahan serangga hama berupa
DAFTAR PUSTAKA
Herman, M., 2002, Perakitan Tanaman Tahan Serangga melalui Rekayasa Genetik,
Jurnal Agrobio, (online), (http://muhammadherman.blogspot.com, diakses
tanggal 8 Oktober 2013 pukul 23:02 WITA).
Krisna, A., 2012, Aplikasi Teknologi Rekayasa Genetika pada Bidang Florikultur
dalam Pembudidayaan Anggrek Transgenik melalui Bakteri Agrobacterium,
(online), (http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/13/aplikasi-teknologi-
rekayasa-genetika-pada-bidang-florikultur-dalam-pembudidayaan-anggrek-
transgenik-melalui-agrobacterium-tumefaciens/, diakses tanggal 6 Desember
2013 pukul 17:15 WITA).
Usyati, N., Buchori, D., Manuwoto, S., dkk., 2009, Keefektivan Padi Transgenik
terhadap Hama Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas
(Lepidoptera : Crambidae Walker), Jurnal Entomol Indonesia, (6) 1, hal 30-
41, (http://journal.com/bioteknologi, diakses tanggal 22 November 2013 pukul
21:16 WITA).
Yuni, 2010, Bioteknologi, (online), (http://yunie160.blogspot.com/bioteknologi.html,
diakses tanggal 27 September 2013 pukul 10:42 WITA).
id.wikipedia.org/wiki/bioteknologi