Anda di halaman 1dari 29

Profesi Kesehatan

dalam
Pelaksanaan MTBS dan Upaya Penurunan
Angka Kematian Bayi
di Puskesmas

DR. Dr. Sudung O. Pardede, Sp.A(K)


Ketua Bidang Gizi, KB, dan KIA, PB Ikatan Dokter Indonesia/
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
• Januari 2021 BPS merilis: jumlah penduduk Indonesia
per September 2020 sebanyak 270,2 juta jiwa

• Indonesia: data susenas:


• angka kematian bayi tahun 2017 sebesar 24 per
1.000 kelahiran hidup
• Tahun 2030, dunia mendorong target penurunan:
• angka kematian bayi dan balita turun hingga 12 per
1000 kelahiran hidup
UU tentang Kesehatan nomor 36 tahun
2009
Bagian Kesatu
Kesehatan ibu, bayi, dan anak
Pasal 128
1. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis
2. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara
penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus
3. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum
Pasal 129
1. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka
menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah

Pasal 130
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi
dan anak
Pasal 131
1. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
2. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan
belas) tahun
3. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama
bagi orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan pemerintah daerah
Pasal 132
1. Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung
jawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat
dan optimal
2. Ketentuan mengenai anak yang dilahirkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
3. Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari
melalui imunisasi
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis-jenis imunisasi dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak
Pasal 4
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi

Pasal 8
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial
Pasal 44
1. Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh
derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan
2. Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya kesehatan secara
komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didukung oleh peran
serta masyarakat
3. Upaya Kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk
pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan

Pasal 46
Negara, pemerintah, keluarga, dan orangtua wajib mengusahakan agar anak yang
lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan/atau
menimbulkan kecacatan
Intervensi untuk mencegah kematian balita

Langkah preventif Intervensi pengobatan


• IMD • Oralit
• ASI • Antibiotik pada sepsis
• ITN • Antibiotik untuk pneumonia
• Imunisasi • Obat antimalaria
• MP – ASI • Zinc pada diare
• Mikronutrien, misal: zinc • Antibiotik untuk disentri
• Vitamin A • Tata laksana gizi buruk
Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS)
 Integrated Management of Childhood Illness (IMCI)
 suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu
dalam tata laksana balita sakit yang datang di pelayanan
kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit,
status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit
tersebut dan konseling yang diberikan

Surjono et al, ; Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008


• Salah satu upaya menurunkan angka kematian balita: peningkatan
keterampilan tenaga kesehatan di puskesmas melalui pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
• Dengan menerapkan MTBS  peningkatan penemuan kasus  semakin
banyak balita sakit yang dapat dicegah dari kematian
• Penerapan MTBS di puskesmas:
• memperkuat sistem pelayanan kesehatan agar penanganan balita sakit lebih efektif,
• meningkatkan kualitas pelayanan
• meningkatkan peran keluarga dan masyarakat
• melindungi yankes (perawat/bidan) bila menjumpai masalah setelah memberikan
pelayanan.
Strategi tata laksana balita sakit secara
terpadu
1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tata
laksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan
non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien
apabila sudah dilatih)
2. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan
terintegrasinya banyak program kesehatan dalam
pemeriksaan MTBS)
3. Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus
balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan)
Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008
Tujuan MTBS
Memperkuat
sistem
kesehatan
Pe↑
Pemberdayaan
kemampuan
keluarga &
tenaga
masyarakat
kesehatan
Menurunkan
morbiditas
dan
mortalitas
 World Health Organization (WHO): MTBS cocok diterapkan negara
berkembang untuk menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada
bayi dan balita

 MTBS telah digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:
1. Menurunkan angka kematian balita
2. Memperbaiki status gizi
3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan
4. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan
5. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah
Peran profesi
• Mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada tenaga
kesehatan
• Sebagai nara sumber/pelatih/fasilittor
• Ikut menyediakan materi atau membuat modul
• Menjawab konsultasi
• Membantu pelaksanaan pelatihan
• Melakukan tindakan dan pengobatan
• dll
Mencapai tujuan MTBS
Perlu kolaborasi atau kerjasama:
• Pemerintah (pusat/daerah)
• Kementerian kesehatan
• Dinas kesehatan
• Instansi lain
• Tenaga kesehatan: berbagai profesi:
• IDI
• IBI
• PPNI
• IPANI
• organisasi profesi lain
• Masyarakat
• Keluarga

Masing-masing kelompok mengambil peran masing-masing dalam koordinasi


UU 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan:
a. tenaga medis: Dr, Drg, Dr spesialis, Drg spesialis
b. tenaga psikologi klinis
c. tenaga keperawatan
d. tenaga kebidanan
e. tenaga kefarmasian
f. tenaga kesehatan masyarakat
g. tenaga kesehatan lingkungan
h. tenaga gizi
i. tenaga keterapian fisik
j. tenaga keteknisian medis
k. tenaga teknik biomedika
l. tenaga kesehatan tradisional
m. tenaga kesehatan lain
Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
• PB IDI
• IDI Wilayah di setiap provinsi
• IDI Cabang di setiap kabupaten/kota
• MKEK (Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia)
• MKKI (Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia
• MPPK (Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian):
• Perhimpunan Dokter Pelayanan Primer (PDPP)
• PDUI
• .......
• Perhimpunan Dokter Seminat (PDSM)
• Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSP)
• IDAI
• POGI
• PAPDI
• ….
Simpulan
• Dalam menerapkan MTBS dibutuhkan:
• kebijakan pemerintah daerah untuk MTBS
• sistem kesehatan yang berfungsi baik
• kemampuan melatih petugas kesehatan secara berkesinambungan
• dukungan logistik
• supervisi yang berkualitas
• Perlu peningkatan kemitraan pemerintah dengan swasta
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai