Anda di halaman 1dari 145

2020

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan Kinerja Pemerintahan Kabupaten Bantaeng yang di


dokumentasikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) atau Laporan Kinerja (LKj) Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 disusun
sebagai perwujudan atas komitmen pemerintah daerah untuk memberikan
akuntabilitas kepada para pemangku kepentingan. Komitmen ini juga didasari
pada keinginan luhur untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) yang akan memberikan dampak kepada peningkatan kualitas
pelayanan kepada publik
Penyusunan Laporan Kinerja (LKj) tidak hanya sebagai media
pertanggungjawaban namun lebih dari itu sebagai media untuk terus
meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Untuk itu Pemerintah Kabupaten
Bantaeng terus mengadakan perbaikan dalam implementasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Laporan Kinerja (LKj) Pemerintah Kabupaten
Bantaeng Tahun 2020 ini merupakan Tahun Kedua pelaksanaan pemerintahan
hasil Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023 yang telah
menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun
2018-2023 dengan memuat Visi Kabupaten Bantaeng “Terwujudnya Masyarakat
Bantaeng Yang Sejahtera Lahir Batin Berorientasi Pada Kemajuan, Keadilan,
Kelestarian, Dan Keunggulan Berbasis Agama Dan Budaya Lokal”
Dalam penyajiannya Laporan Kinerja (LKj) Kabupaten Bantaeng
merupakan dokumen yang menggambarkan hasil-hasil yang telah dicapai dari
realisasi pelaksanaan program/kegiatan yang berpedoman pada Indikator Kinerja
Sasaran/Utama (IKU) sehingga analisis yang dilakukan menggunakan
perbandingan antara target dan realisasi yang telah dicapai..
Kami berharap Laporan Kinerja (LKj) Pemerintah Kabupaten Bantaeng
Tahun 2020 ini dapat memberikan gambaran yang objektif tentang kinerja yang
telah dicapai pemerintah daerah dan sebagai bahan evaluasi bagi pemangku
kepentingan untuk melakukan perbaikan kinerja dimasa yang akan datang.

Hal | i
2020

Kami juga berterima kasih kepada Bapak Bupati dan Wakil Bupati
Bantaeng, atas dukungan dan perhatiannya serta kepada para Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang telah membantu menyampaikan dokumen
Laporan Kinerja SKPD dengan tepat waktu, sehingga penyusunan Laporan Kinerja
Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 ini dapat diselesaikan sesuai target yang telah
ditentukan.

UtÇàtxÇz? EH `tÜxà ECED


BUPATI BANTAENG

DR. H. ILHAM SYAH AZIKIN, M.Si

Hal | ii
2020

RINGKASAN EKSKUTIF

Pemerintah Kabupaten Bantaeng telah menyusun Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng Tahun
2018 s/d 2023 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng
Nomor 1 Tahun 2019. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bantaeng Tahun 2018 s/d 2023, selanjutnya dijabarkan menjadi Visi
dan Misi serta Agenda dan Kebijakan Umum Pembangunan Daerah Kabupaten
Bantaeng Tahun 2018-2023. Adapun Visi Pembangunan Kabupaten Bantaeng
Tahun 2018-2023 adalah “Terwujudnya Masyarakat Bantaeng Yang Sejahtera
Lahir Batin Berorientasi Pada Kemajuan, Keadilan, Kelestarian, Dan
Keunggulan Berbasis Agama Dan Budaya Lokal”. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantaeng sesuai Peraturan
Daerah Nomor 86 Tahun 2017 tentang RPJMD Kabupaten Bantaeng 2018-2023,
terdapat 6 misi pembangunan yang ditetapkan dengan 14 sasaran strategis
dengan 21 indikator kinerja utama (IKU) untuk mengukur keberhasilan
pencapaian sasaran RPJMD dimaksud. Untuk itu, mengingat IKU merupakan
komponen yang sangat penting dalam mengukur pencapaian sasaran dalam
RPJMD Kabupaten Bantaeng, maka telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati
Bantaeng Nomor 061/531/XII/2018 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) merupakan
sistem manajemen pemerintahan berfokus pada peningkatan akuntabilitas yang
berorientasi pada hasil (Outcomes oriented). Sistem AKIP diimplementasikan
secara “self assesment” oleh masing-masing instansi pemerintah. Self assesment
maksudnya, instansi pemerintah membuat perencanaan dan pelaksanaan, serta
mengukur/mengevaluasi kinerjanya sendiri dan melaporkannya kepada instansi
yang lebih tinggi. Sistem AKIP menghendaki transformasi sektor pemerintahan
yang mengubah fokus akuntabilitas dari orientasi pada masukan-masukan
(inputs oriented accountabillity) dan proses ke arah akuntabilitas pada hasil
(result oriented accountabillity). Laporan Kinerja (LKj) memuat penjelasan tentang
realisasi kegiatan dengan rencana serta keberhasilan dan kegagalan dalam
pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, dimulai dari perencanaan
strategis sampai pada pengukuran kinerja.

Hal | iii
2020

Pengukuran keberhasilan maupun kegagalan capaian kinerja dalam


penyusunan LAKIP Kabupaten Bantaeng telah menggunakan Indikator Kinerja
Utama (IKU). IKU yang sering pula disebut Key Performance Indicator
merupakan acuan untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan capaian kinerja
prioritas program yang bersifat strategis. IKU ditetapkan secara mandiri oleh
instansi pemerintah pusat maupun daerah dan SKPD di lingkungannya. Dalam
ketentuan umum Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 disebutkan Kinerja Instansi Pemerintah
merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan instansi
pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.
Dalam Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Tahun 2019 ditetapkan
sasaran sebanyak 14 (empat belas) dan 21 indikator kinerja sasaran. Berdasarkan
hasil pengukuran indikator kinerja pemerintah Kabupaten Bantaeng Tahun 2020,
rata-rata pencapaian kinerja sebesar 91%. Pencapaian kinerja ini merupakan
evaluasi pencapaian kinerja sasaran dalam pelaksanaan tahun pertama RPJMD
Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023.
Disamping keberhasilan pencapaian sasaran berdasarkan hasil
pengukuran indikator kinerja, masih terdapat 1 (satu) indikator kinerja yakni
Indikator Nilai Investasi yang belum mencapai realisasi yang maskimal. Hal ini
disebabkan belum adanya program atau kegiatan yang mendukung pencapaian
indikator kinerja dan masih terbatasnya kemampuan pendanaan dalam
merealisasikan target kinerja.
Sedangkan analisis pencapaian keuangan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 dibiayai dengan anggaran yang
tertuang dalam APBD Tahun 2020 yang secara garis besar terdiri dari tiga bagian
yaitu, pendapatan, belanja dan pembiayaan. Pendapatan diuraikan menurut
sumber-sumber perolehan dana, belanja diuraikan menurut penggunaan dana,
sedangkan pembiayaan diuraikan menurut penerimaan dan pengeluaran daerah.
Garis besar APBD Tahun 2020 dan realisasinya berdasarkan Laporan Realisasi
Anggaran.
Dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah dapat direalisasikan sebesar
67,54% dari target pendapatan sebesar Rp. Rp. 110.456.145.457.71. Tidak
tercapainya target Pendapatan Asli Daerah tersebut dipengaruhi oleh pencapaian
target pendapatan dari Hasil Pajak Daerah hanya sebesar 48.00%, Hasil Retribusi

Hal | iv
2020

Daerah sebesar 25.32%, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan


hanya sebesar 63,26% dan Lain-Lain Pendapatan Asli yang sah sebesar 87.49%
Khusus dari Dana Perimbangan, dari target sebesar Rp.
673.431.586.077.00, yang dapat direalisasikan sampai akhir Tahun 2020
sebesar Rp. 672.034.687.056,00 atau 99.79%.
Sedangkan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dari target sebesar
174.188.291.500.00, yang dapat direalisasikan sampai akhir tahun 2020 sebesar
154.890.108.044.63 atau 88.92%.

Hal | v
2020

DAFTAR ISI

................................................................................................... i
KATA PENGANTAR
................................................................................................... iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
................................................................................................... Vi
DAFTAR ISI
................................................................................................... Vii
DAFTAR TABEL
................................................................................................... X
DAFTAR GAMBAR
................................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK
................................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA

BAB I PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan Laporan Kinerja (LKj) ........................................... 1
B. Dasar Hukum Penyusunan Laporan Kinerja (LKj)
Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 ............................................................. 4
C. Profil Kabupaten Bantaeng .............................................................................. 6
D. Penduduk .................................................................................................................... 8
E. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Bantaeng ................ 31
F. Sistematika Penyajian Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bantaeng 2020 ............. 39

BAB II PERENCANAAN KINERJA


A. Perencanaan Kinerja ............................................................................................. 41

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 ..................................................................... 52

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA


A. Kerangka Pengukuran Capaian Kinerja .................................................. 58

B. Analisis Pengukuran ............................................................................................. 59

C. Analisis Capaian Keuangan ............................................................................. 123

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 127

B. Saran- Saran ............................................................................................................. 129

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Hal | vi
2020

DAFTAR TABEL

Jumlah Penduduk, Distribusi dan Kepadatan Penduduk


Tabel 1.1
Menurut Kecamatan Kabupaten Bantaeng .................................. 9
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan
Tabel 1.2
Jenis Kelamin Kabupaten Bantaeng ....................................................... 10
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan
Tabel 1.3
Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng...................................... 11
Angka Pertambahan Penduduk
Tabel 1.4
Kabupaten Bantaeng ........................................................................................ 12
Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan
Tabel 1.5
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ....................................................... 13
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 1.6
Yang Ditamatkan ................................................................................................. 15
Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Tabel 1.7
Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 ......................................................... 16
Prosentase Penduduk Menurut Agama
Tabel 1.8
Kabupaten Bantaeng ........................................................................................ 18
Proporsi Kepala Keluarga Menurut Kelompok umur
Tabel 1.9
dan Status Perkawinan Kabupaten Bantaeng ................................. 19
Jumlah Penduduk, Jumlah Keluarga,
Tabel 1.10
Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga .................................................... 22
Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha
Tabel 1.11
Kabupaten Bantaeng, ...................................................................................... 25
Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
Tabel 1.12
Kabupaten Bantaeng......................................................................................... 26
Tabel 1.13 Perkembangan Inflasi Kabupaten Bantaeng...................................... 28

Tabel 1.14 Komponen IPM Kabupaten Bantaeng ................................................... 31

Jumlah Kelurahan/Desa, RW dan RT dalam


Tabel 1.15
Wilayah Kabupaten Bantaeng .................................................................... 34
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Bantaeng
Tabel 1.16
Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin .................................................... 37
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Tabel 1.17
Kabupaten Bantaeng Tahun 2020............................................................ 38
Indikator Makro Pengembangan
Tabel 2.1
Kabupaten Bantaeng .........................................................................................
47
Rumusan Tujuan dan Indikator
Tabel 2.2
Kabupaten Bantaeng ......................................................................................... 49
Kinerja Tahun 2020 Pemerintah
Tabel 2.3
Kabupaten Bantaeng ........................................................................................
53

Hal | vii
2020

Tujuan, Sasaran, Indikator dan


Tabel 3.1
Target Pengukuran Kinerja Tahun 2020 ............................................ 60
Tabel 3.2 Evaluasi Pencapaian Sasaran 1 ............................................................... 62

Tabel 3.3 Perbandingan Capaian Sasaran dari tahun sebelumnya ........ 63

Tabel 3.4 Pencapaian sasaran bidang pendidikan .............................................. 64

Tabel 3.5 Pencapaian Sasaran I Bidang Pendidikan Tahun 2020 ............ 65

Tabel 3.6 Perbandingan Pencapaian Sasaran I Bidang Pendidikan ........ 66

Perbandingan Kinerja dalam


Tabel 3.7 66
Perencanaan Strategis Organisasi ..........................................................

Tabel 3.8 Pencapaian Sasaran 2 Bidang Penidikan Tahun 2020 ............. 69

Perbandingan Kinerja dalam perencanaan strategis


Tabel 3.9 70
organisasi ............................................................................................ ....................

Tabel 3.10 Realisasi pencapaian sasaran 3 bidang pendidikan .................... 73

Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini


Tabel 3.11 74
dengan beberapa tahun terakhir ..............................................................

Tabel 3.12 Pencapaian sasaran angka literasi .......................................................... 75

Realisasi pencapaian sasaran kualitas


Tabel 3.13 77
dan kuantitas pelaku seni ............................................................................

Tabel 3.14 Evaluasi Pencapaian sasaran 2 ................................................................ 82

Tabel 3.15 Evaluasi Pencapaian Sasaran 3 ............................................................... 83

Tabel 3.16 Capaian Kinerja Bidang Ketenagakerjaan ......................................... 83

Tabel 3.17 Perbandingan realisasi capaian kinerja indikator ........................ 84

Tabel 3.18 Evaluasi Pencapaian Sasaran 4 ............................................................... 88

Tabel 3.19 Capaian Indikator Kinerja DPMPTSP Tahun 2020 ...................... 89

Tabel 3.20 Evaluasi Pencapaian Sasaran 5 ............................................................... 92

Tabel 3.21 Evaluasi Pencapaian Sasaran 6 ............................................................... 94

Tabel 3.22 Evaluasi Pencapaian Sasaran 7 ............................................................... 95

Tabel 3.23 Pencapaian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2020 ..................... 96

Tabel 3.24 Perbandingan capaian kinerja Dinas Kesehatan .......................... 98

Tabel 3.25 Perbandingan target kinerja dengan RPJM Tahun 2020 ......... 100

Hal | viii
2020

Evaluasi Pencapaian sasaran meningkatkan aksebilitas


Tabel 3.26 106
antar dan inter wilayah....................................................................................

Tabel 3.27 Capaian Bidang Pekerjaan Umum dan PR ......................................... 107

Tabel 3.28 Perbandingan capaian kinerja tahun sebelumnya ....................... 107


Perbandingan capaian kinerja dengan kondisi
Tabel 3.29 108
kinerja target RPJMD .......................................................................................

Tabel 3.30 Evaluasi Kinerja pencapaian sasaran 9 ............................................... 111

Tabel 3.31 Evaluasi Kinerja Pencapaian Sasaran 10 ........................................... 112

Tabel 3.32 Capaian Kinerja Dinas Pertanian Tahun 2020 ............................... 113

Target dengan realisasi capaian kinerja Dinas


Tabel 3.33 116
Perikanan dan Kelautan Tahun 2020 ...................................................

Tabel 3.34 Evaluasi Kinerja sasaran 11 ........................................................................ 119

Tabel 3.35 Evaluasi Kinerja sasaran 12 ........................................................................ 121

Tabel 3.36 Evaluasi Kinerja Sasaran 13 ....................................................................... 123

Opini BPK Terhadap Laporan keuangan Daerah


Tabel 3.37 123
Kabupaten Bantaeng ........................................................................................

Tabel 3.38 Capaian Indikator Kinerja Inspektorat ................................................. 124

Tabel 3.39 Evaluasi Kinerja Sasaran 14 ....................................................................... 125

Tabel 3.40 Analisis atas Capaian Keuangan .............................................................. 126

Target dan Realisasi Belanja Daerah


Tabel 3.41 127
Kabupaten Bantaeng Tahun Anggaran 2020 .................................

Pencapaian Sasaran Strategis RPJMD dengan


Tabel 4.1 130
Indikator Kinerja Sasaran .............................................................................

Hal | ix
2020

DAFTAR GAMBAR

Peta Administrasi Kabupaten Bantaeng


Gambar 1.1 7
Provinsi Sulawesi Selatan .........................................................................

Gambar 2.1 Keterkaitan Antara Elemen Pokok Visi ............................................. 42

Gambar 2.2 Keterkaitan Antara Visi Pokok Misi ..................................................... 46

Gambar 2.3 Arsitektur Kinerja Pembangunan Daerah ....................................... 47

Gambar 3.1 Indeks Gini Kabupaten Bantaeng ......................................................... 92

Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan


Gambar 3.2 93
Gender Kabupaten Bantaeng ...................................................................

Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan


Gambar 3.3 93
anak dari tindakan kekerasan kabaupaten bantaeng ..........

Gambar 3.4 Angka Harapan Hidup Kabupaten Bantaeng ................................ 95

Gambar 3.5 Nilai Sakip Kabupaten Bantaeng ........................................................... 121

Hal | x
2020

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng .... 8

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga


Grafik 1.2 24
Berlaku Kabupaten Bantaeng ...............................................................

Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kabupaten


Grafik 1.3 27
Bantaeng .............................................................................................................

Grafik 1.4 Indeks Gini Kabupaten Bantaeng ..................................................... 29

Indeks Pembangunan Manuasia (IPM) Kabupaten


Grafik 1.5 30
Bantaeng ...........................................................................................................

Grafik 3.1 Pencapaian APK PAUD, SD dan SMP .............................................. 70

Grafik 3.2 Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Indikator 1 ........... 85

Grafik 3.3 Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Indikator 2 ........... 85

Grafik 3.4 Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Indikator 3 ........... 86

Hal | xi
2020

DAFTAR SKEMA

Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten


Skema 1.1 36
Bantaeng ............................................................................................. ................

Hal | xii
2020

0
2020

BAB I
cxÇwt{âÄâtÇ
A. MAKSUD DAN TUJUAN LAPORAN KINERJA (LKj)

Sistem pertanggungjawaban berbentuk pengukuran kinerja merupakan


salah satu sisi penting dari pelaksanaan pemerintahan daerah. Pengukuran
kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan sesuai dengan kebijakan, program, tujuan, dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam mewujudkan visi Pemerintah Kabupaten Bantaeng sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Penilaian kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk
menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel,
efisien dan efektif. Upaya ini juga selaras dengan tujuan perbaikan pelayanan
publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Untuk itu,
pelaksanaan otonomi daerah perlu mendapatkan dorongan yang lebih besar dari
berbagai elemen masyarakat, termasuk dalam pengembangan akuntabilitas
melalui penyusunan dan pelaporan kinerja pemerintah daerah.
Penyusunan Laporan Kinerja (LKJ) merupakan amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LKJ dilakukan dengan
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah, di mana pelaporan capaian kinerja organisasi secara transparan dan
akuntabel merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kinerja orgnisasi.
Salah satu asas umum penyelenggaraan negara adalah adanya
akuntabilitas yang lebih berorientasi pada hasil. Hal ini sejalan dengan best
practices dalam pengelolaan keuangan negara adalah akuntabilitas yang
beriorientasi pada hasil atau dengan kata lain manajemen pemerintahan kita telah
memasuki era performace-based management.
1
2020

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan


dan Kinerja Instansi Pemerintah mempertegas bahwa selain akuntabilitas
keuangan juga dibutuhkan adanya akuntabilitas kinerja. Peraturan Pemerintah ini
mendefinisikan bahwa kinerja sebagai “keluaran/hasil dari kegiatan/program yang
hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan
kualitas dan kuantitas terukur”. Hal ini juga merubah paradigma dari pemerintah
yang berorientasi input (input oriented) menjadi pemerintahan yang berorientasi
hasil (outcome oriented).
Secara spesifik Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 menekankan
bahwa :
Pengungkapan informasi tentang kinerja relevan dengan perubahan paradigma
penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan secara
jelas keluaran (output) dari setiap kegiatan dan hasi (outcome) dari setiap
program.
Perlu Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang terintegrasi dengan
sistem perencanaan strategis, sistem penganggaran dan sistem akuntabilitas
pemerintahan.
Selain kewajiban penyusunan Laporan Keuangan, setiap Instansi Pemerintah
juga diwajibkan menyusun Laporan Kinerja yang dihasilkan dari suatu Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang diselenggarakan oleh
masing-masing Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
Sistem AKIP merupakan sistem manajemen pemerintahan berfokus pada
peningkatan akuntabilitas yang berorientasi pada hasil (Outcomes oriented).
Sistem AKIP diimplementasikan secara “self assesment” oleh masing-masing
instansi pemerintah. Self assesment maksudnya, instansi pemerintah membuat
perencanaan dan pelaksanaan, serta mengukur/mengevaluasi kinerjanya sendiri
dan melaporkannya kepada instansi yang lebih tinggi.
Sistem AKIP juga adalah manajemen kinerja instansi pemerintah dan
berdasarkan manajemen kinerja tersebut, proses perencanaan, penganggaran,
pengelolaan dan pertanggungjawaban penggunaan uang negara harus didasarkan
pada kinerja (performance-based management).
Sebagai suatu managemen, Sistem AKIP merupakan siklus dari proses
perencanaan, penganggaran, pengukuran, pelaporan dan evaluasi kinerja yang
terintegrasi dengan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan.

2
2020

Penerapan manajemen pemerintahan berbasis kinerja pada dasarnya


adalah mengubah mind-set para birokrat dari sistem yang birokratis ke arah
sistem yang bertujuan untuk lebih mewirausahakan birokrasi pemerintah. Dalam
bahasa lain, transformasi sektor pemerintahan yang mengubah fokus
akuntabilitas dari orientasi pada masukan-masukan (inputs oriented
accountabillity) dan proses ke arah akuntabilitas pada hasil (result oriented
accountabillity), terutama berupa outcomes.
Salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan
manajemen pemerintahan adalah dengan melakukan reformasi pengelolaan dan
pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah. Prioritas strategis pemerintah
harus ditetapkan didasarkan kebutuhan masyarakat. Instansi pemerintah
menetapkan sasaran strategis di instansi masing-masing dengan ukuran-
ukuran kinerja yang jelas dan terukur. Berbagai peraturan perundang-undangan
yang saat ini telah mengharuskan penerapan manajemen berbasis kinerja, seperti
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang- Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, serta
berbagai peraturan pelaksanaannya. Sementara itu kondisi global serta tuntutan
agar suatu instansi pemerintah mampu memberikan manfaat nyata bagi
masyarakat juga mengharuskan pemerintah menerapkan manajemen
pemerintahan yang lebih berorientasi pada hasil.
Untuk mengukur keberhasilan maupun kegagalan dalam melaksanakan
Rencana Pembangunan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng perlu adanya Indikator
Kinerja Utama (IKU). Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana amanat
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/09/M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan
Indikator Kinerja Utama. IKU merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan instansi pemerintah yang mengindikasikan
tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program
dan kebijakan yang ditetapkan. Oleh karena itu dalam penyusunan Laporan
Kinerja Pemerintah Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 ini, pengukuran kinerja
menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU) sudah diformalkan dalam bentuk
Keputusan Bupati Bantaeng tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng.
3
2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja atau Laporan Kinerja (LKJ) Pemerintah


Kabupaten memiliki 2 (dua) fungsi utama yaitu:
a. Sebagai sarana menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh
stakeholders (Bupati, DPRD dan masyarakat).
b. Sebagai sarana evaluasi atas pencapaian kinerja, sebagai upaya untuk
memperbaiki kinerja di masa datang.
c. Sebagai sarana pengawasan bagi kepela daerah untuk menilai kinerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
Dengan demikian, maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian
Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 mencakup hal-hal
berikut ini:
a. Aspek Akuntabilitas Kinerja, bagi keperluan eksternal organisasi dengan
menjadikan Laporan Kinerja (LKJ) 2020 sebagai sarana pertanggungjawaban
Pemerintah Kabupaten Bantaeng atas capaian kinerja yang diperoleh selama
tahun 2018. Esensi capaian kinerja yang dilaporkan merujuk pada sampai
sejauh mana visi, misi dan tujuan/sasaran strategis dalam RPJMD Tahun
2018-2023 telah dicapai khususnya pada akhir periode tahun 2020.
b. Aspek Manajemen Kinerja bagi keperluan internal organisasi dengan
menjadikan Laporan Kinerja (LKJ) 2020 sebagai sarana evaluasi pencapaian
kinerja oleh manajemen Pemerintah Kabupaten Bantaeng untuk upaya
perbaikan kinerja di masa datang. Untuk setiap celah kinerja yang ditemukan,
manajemen Pemerintah Kabupaten Bantaeng dapat merumuskan strategi
pemecahan masalahnya sehingga capaian kinerja Pemerintah Kabupaten
Bantaeng dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.

B. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA KABUPATEN


BANTAENG TAHUN 2020

Laporan Kinerja (LKJ) Kabupaten Bantaeng sebagai salah satu bentuk


pertanggungjawaban kegiatan tahunan yang telah disusun dalam Rencana Kerja
(Renja) dan perjanjian kinerja dipakai sebagai salah satu tolok ukur untuk
mengukur keberhasilan maupun kegagalan dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan. Laporan Kinerja (LKJ) Kabupaten Bantaeng Tahun 2020
disusun berdasarkan beberapa landasan sebagai berikut :
a. Landasan Idiil yaitu Pancasila Pancasila,
b. Landasan Konstitusional yaitu UUD 1945,
c. Landasan Operasional:

4
2020

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-


Daerah Tingkat II di Sulawesi ;
2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2000 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ;
4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara ;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman penyusunan
dan penerapan standar pelayanan minimal;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Bantaeng;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
13. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004
tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bantaeng;

5
2020

18. Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 1 Tahun 2020 tentang


Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023.
19. Keputusan Bupati Bantaeng Nomor 061/531/XII/2018 tentang Penetapan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng..

C. PROFIL KABUPATEN BANTAENG

Sebagai salah satu kabupaten yang terletak di bagian pesisir selatan


Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Bantaeng merupakan kabupaten tertua dari
kabupaten-kabupaten lain dibagian selatan. Kabupaten Bantaeng berjarak 120
km dari Kota Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah
tercatat 395,83 km2 (39.583 ha) yang terbagi atas 8 kecamatan, 21 kelurahan dan
46 desa. Secara geografis berada pada posisi 50 21’13” - 50 35’26” Lintang Selatan
dan 1190 51’42” - 1200 05’27” Bujur Timur, memiliki wilayah pantai yang
memanjang pada bagian barat ke timur kota dan wilayah daratannya mulai dari
tepi laut Flores sampai pegunungan sekitar Gunung Lompobattang dengan
ketinggian tempat dari permukaaan laut 0-25 m sampai ketinggian lebih dari
1.000m diatas permukaan laut.
Pada ketinggian 100-500 m dari permukaan laut, Kabupaten Bantaeng
merupakan wilayah terluas atau 29,6 % dari luas wilayah seluruhnya dan terkecil
adalah wilayah dengan ketinggian dari permukaan laut 0 – 25 m atau hanya 10,3
% dari luas wilayahnya.
Secara administratif Wilayah Kabupaten Bantaeng berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Kabupaten
Bulukumba dan Kabupaten Sinjai
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Flores
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto
Dalam peta Sulawesi, wilayah Kabupaten Bantaeng berada tepat di kaki
Sulawesi Selatan, dan dijuluki sebagai Tanah Toa atau Tanah Tua, karena secara
histori Kabupaten Bantaeng merupakan Kabupaten tertua di wilayah Sulawesi
Selatan. Adapun wilayah administrasi Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada
gambar 1.1 dibawah ini :

6
2020

Gambar 1.1
Peta Adminitrasi Kabupaten Bantaeng
Provinsi Sulawesi Selatan

Kabupaten Bantaeng biasanya disebut juga Butta Toa oleh penduduk


kabupaten-kabupaten dan sekitarnya, karena kabupaten ini dulunya menjadi
pusat kerajaan Bantaeng. Pada jaman kemerdekaan, Kabupaten Bantaeng
menjadi pusat dari kresidenan Wilayah Selatan selatan, dan ketika masa
pemerintahan Orde Baru, status Kabupaten Bantaeng tidak lagi menjadi pusat
Kresidenan karena dihapus oleh pemerintah. Sampai sekarang sebutan tersebut
masih ada dan masih menjadi pusat budaya maupun spiritual bagi masyarakat
Kabupaten Bantaeng dan sekitarnya

D. PENDUDUK

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantaeng secara umum dipengaruhi


oleh tiga komponen, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Kebijakan Pemerintah
dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk berorientasi pada penurunan
tingkat kelahiran dan kematian serta meningkatkan mobilitas penduduk. Upaya
untuk menurunkan tingkat kelahiran antara lain seperti penundaan usia
perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, dan kampanye program Keluarga
Berencana.
7
2020

Sementara upaya menurunkan kematian dengan peningkatan derajat


kesehatan masyarakat. Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng mengalami
peningkatan secara konsisten dalam waktu lima tahun terakhir dimana pada
tahun 2019 jumlah penduduk mencapai 201,688 jiwa dengan pertumbuhan
penduduk dari 2018-2019 sebesar 0,63 persen.

Grafik 1.1
Perkembangan Jumlah Penduduk
Kabupaten Bantaeng Tahun 2015-2019

205,000
201,115 201,688
200,234
200,000

195,000

190,000

184,517
185,000 183,386

180,000

175,000

170,000
2015 2016 2017 2018 2019
Series1 183,386 184,517 200,234 201,115 201,688

Sumber Data : Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2020

Secara administratif, Kabupaten Bantaeng terbagi atas 8 wilayah


kecamatan dengan 21 kelurahan dan 46 desa. Berdasarkan data terakhir, jumlah
penduduk Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 sebanyak 201,688 jiwa yang terdiri
dari laki-laki 99,721 jiwa dan perempuan 101,967 jiwa dengan rincian jumlah
penduduk, dapat dilihat pada tabel berikut.

8
2020

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk, Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan Kabupaten Bantaeng Tahun 2019

Kepadatan
No Kecamatan Luas Area Jumlah Penduduk Distribusi Penduduk
Penduduk

1 Bissappu 32,84 35,966 21,53 11.69

2 Uluere 67,29 11,775 3,86 2.5

3 Sinoa 43,00 13,347 6,69 1,71

4 Bantaeng 28,85 40,700 39,78 14.05

5 Eremerasa 45,01 21,659 7,65 4.76

6 Tompobulu 76,99 25,564 24,97 3.29

7 Pajukukang 48,90 33,753 28,42 6.97

8 Gantarangkeke 52,95 18,924 11,99 3.6

Total 395,83 201,688 201,688 51,21

Sumber Data : Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2020

Kabupaten Bantaeng terletak didaerah pantai yang memanjang pada


bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi untuk perikanan.
Potensi lainnya adalah sektor pertanian oleh karena wilayah daratannya mulai dari
tepi Laut Flores sampai kepegunungan sekitar Gunung Lompo Battang dengan
ketinggian tempat dari permukaan laut 0 – 25 m sampai dengan ketinggian lebih
dari 1.000 m diatas permukaan laut.
Disamping itu Kabupaten Bantaeng memiliki alam tiga dimensi yakni
bukit pegunungan, lembah daratan dan pasir pantai, dengan dua musim. Iklim
didaerah ini tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata setiap
bulan 14 mm.
Kabupaten Bantaeng dengan luas wilayah 395,83 km2 didiami penduduk
sebanyak 201.688 jiwa,terdiri dari 99.721 jiwa laki-laki dan 101,967 jiwa
perempuan, Penduduk ini tersebar di 8 (Delapan) kecamatan yaitu Kecamatan
Bissappu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa, Kecamatan Tompobulu,
Kecamatan Pajukukang, Kecamatan Uluere, Kecamatan Gantarangkeke dan
Kecamatan Sinoa. Dari tabel 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat
di Kecamatan Bantaeng yaitu 40.700 (39,78%), sedangkan Kecamatan Uluere
memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 11.775 Jiwa (3,86%).
9
2020

Tabel 1.2
Jumlah Penduduk menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin Kabupaten Bantaeng

Penduduk (jiwa)
Rasio Jenis
No Kecamatan
Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk

1 Bissappu 35,966 93,91


17,772 18,194

2 Uluere 11,775 96,16


5,905 5,870

3 Sinoa 13,347 93,89


6,611 5,415

4 Bantaeng 40,700 94,61


20,266 20,474

5 Eremerasa 21,659 90,11


10,717 10,942

6 Tompobulu 25,564 88,99


12,473 13,091

7 Pajukukang 33,753 95,33


16,743 17,010

8 Gantarangkeke 18,924 89,28


9,274 9,650
Total 99,721 101,967 201,688 92,94
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantaeng, Tahun 2019, diolah 2020

Berdasarkan tabel jumlah penduduk tersebut, bahwa jumlah penduduk


lebih banyak di Kecamatan Bantaeng sekitar 21,128% dari jumlah penduduk.
Sedangkan Kecamatan Uluere merupakan wilayah yang penduduknya paling
sedikit. Dari tabel tersebut juga diketahui penduduk jenis kelamin laki-laki lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Gambaran ini terlihat
hampir diseluruh kecamatan.

a. Kepadatan Penduduk

Kabupaten Bantaeng tergolong kabupaten yang tidak padat, hal ini dapat
dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini. Tabel 1.2 memperlihatkan kepadatan penduduk
di Kabupaten Bantaeng dengan luas 395,83 km2, Kabupaten Bantaeng didiami
oleh 201.688 jiwa atau dengan kepadatan sebesar 408 jiwa/km2.. Dengan kata lain
rata-rata setiap km2 Kabupaten Bantaeng didiami sebanyak 485 jiwa.

10
2020

Tabel 1.3
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan
Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng

No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Distribusi Penduduk Kepadatan Penduduk

1 Bissappu 32,84 35,966 0,63 1 000

2 Uluere 67,29 11,775 0,63 171

3 Sinoa 43,00 13,347 0,63 292

4 Bantaeng 28,85 40,700 0,64 1351

5 Eremerasa 45,01 21,659 0,64 439

6 Tompobulu 76,99 25,564 0,64 316

7 Pajukukang 48,90 33,753 0,63 630

8 Gantarangkeke 52,95 18,924 0,62 318

Total 395,83 201,688 0,63 474


Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantaeng, Tahun 2019, diolah 2020

Jika dilihat persebaran di setiap kecamatan nampak bahwa Kecamatan


Bantaeng merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan sebesar 1,405 jiwa/km2,
diikuti oleh Kecamatan Bissappu sebesar 1,169 jiwa/km2, Kecamatan Tompobulu
sebesar 329 jiwa/km2, dan Kecamatan Pajukukang sebesar 697 jiwa/km2,
sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah di Kecamatan Sinoa yaitu sebesar
250 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk per wilayah di Kabupaten Bantaeng perlu mulai
diperhatikan, terutama dalam perencanaan persebaran penduduk, tata ruang dan
tata guna tanah. Jika ketiga hal ini tidak diperhatikan dengan baik, maka ke
depan, Kabupaten Bantaeng akan menjadi Kabupaten yang padat dengan implikasi
pada penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan perkotaan.
Pemanfaatan lahan yang lebih cenderung pada pembangunan fisik akan
menyebabkan kabupaten ini mengalami nasib yang sama dengan kabupaten-
kabupaten di wilayah Kalimantan dan Jawa.
b. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan
penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah maupun
migrasi penduduk. Angka pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah dan struktur penduduk beberapa tahun kedepan. Angka
pertambahan penduduk di wilayah Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada Tabel
1.4.

11
2020

Data penduduk tahun 2019 menggunakan data Bulan Desember 2019.


Pertumbuhan penduduk yang dihitung merupakan pertambahan penduduk dalam
kurun waktu satu tahun.
Tabel 1.4
Angka Pertambahan Penduduk Kabupaten Bantaeng

Penduduk Tahun 2018 Penduduk Tahun 2019


Angka Pertumbuhan
Kecamatan
Penduduk
n ( Jiwa ) n ( Jiwa ) n ( Jiwa ) %

(1) (4) (4) (4) (5) (6)


Bissappu 38,395 21,53 35,966 19,53 9,.69%
Bantaeng 40,540 39.78 40,700 39.92 15,05%
Eremerasa 21,447 7,65 21,659 8,65 5,76%
Tompobulu 25,356 22,97 25,564 25,97 5,29%
Pa’jukukang 34,072 28,42 33,753 27,42 3,36%
Uluere 11,511 6,86 11,775 7,86 3,50%
Gantarangkeke 19,72 11,99 18,24 10,99 5,97%
Sinoa 10,767 6,69 13,347 9,69 4,71%
Jumlah 201,115 12,29 201,688 14,17 5,97%
Sumber :Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantaeng, Tahun 2019,diolah Tahun 2020

Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantaeng tergolong rendah


selama kurun waktu Desember 2019 sampai dengan Desember 2020,
pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantaeng mencapai 3,25 persen. Angka
pertumbuhan penduduk ini dihitung berdasarkan data hasil SIAK. Olehnya itu
apabila pertumbuhan penduduk tidak terkendali, maka implikasi dari hal tersebut
adalah munculnya berbagai masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan,
pertumbuhan daerah kumuh, kriminalitas dan lain sebagainya. Tingginya
pertumbuhan penduduk diduga bukan disebabkan tingkat kelahiran yang cukup
tinggi, tapi lebih banyak disebabkan faktor migrasi karena Kabupaten Bantaeng
menjadi kawasan industri dan kegiatan wisata menyebabkan daerah ini menarik
bagi migran untuk datang dan menetap di wilayah ini.

c. Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin

Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam


membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk
sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-masing, baik kebutuhan
pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya.

12
2020

Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya


kelompok bayi dan balita, mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan
perawatan kesehatan. Bagi penduduk perempuan remaja misalnya, mempunyai
kebutuhan untuk meningkatkan status kesehatan .

Tabel 1.5 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bantaeng sebagian


besar merupakan penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur antara 15-
64 tahun (75,17%) dengan komposisi terbesar berada pada penduduk berumur
10-14 tahun. Demikian pula dengan komposisi penduduk berdasarkan jenis
kelamin, nampak bahwa penduduk laki-laki yang terbesar berada pada kelompok
umur 10-14 tahun, sedangkan penduduk perempuan berada pada kelompok
umur 25-29 tahun. Kondisi ini sangat menguntungkan karena sebagian besar
(diatas 50%) merupakan penduduk usia kerja (usia produktif), dan sisanya
sebanyak 22,50 persen merupakan penduduk usia muda (berusia dibawah 15
tahun) dan 6,56 persen merupakan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas).
Tabel 1.5.
Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin Kabupaten Bantaeng
Kelompok Umur Laki-Laki Permpuan Laki-Laki + Perempuan
(1) (2) (3) (4)
0‒4 8 021 8 084 16 105

5‒9 8 827 8 598 17 425

10‒14 8 821 8 779 17 600

15‒19 7 706 7 693 15 399

20‒24 7 763 8 193 15 956

25‒29 8 010 8 827 16 837

30‒34 7 098 7 778 14 876

35‒39 6 574 7 578 14 152

40‒44 6 114 7 101 13 215

45‒49 5 957 6 368 12 325


50‒54 4 907 5 095 10 002
55‒59 3 408 3 999 7 407
60‒64 2 680 3 020 5 700
65-70 1 868 2 283 4 151
70-74 1 272 1 794 3 066
75+ 1 354 2 056 3 410
Jumlah/Total 90 380 97 246 187 626

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantaeng, Tahun 2019, diolah Tahun 2020

13
2020

Penduduk berusia kurang dari 15 tahun cukup besar pula yaitu hampir
seperempat penduduk Kabupaten Bantaeng (25,45%).Hal ini harus menjadi
perhatian karena 5 tahun mendatang kelompok ini akan menjadi entry tenaga
kerja baru, yang memerlukan skill dan kualitas SDM yang memadai baik
ketrampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Untuk memperoleh hal tersebut,
diperlukan asupan gizi yang cukup, pendidikan yang memadai serta lingkungan
pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun di masyarakat. Sehingga ketika
mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang tersedia.
Disisi yang lain pemerintah Kabupaten Bantaeng harus mampu pula menciptakan
pasar kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi.
Jika dicermati lebih lanjut, ternyata 6,32% penduduk Kabupaten
Bantaeng merupakan balita. Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah
Kabupaten Bantaeng dalam penanganan penduduk balita terutama dari segi
kesehatan dan investasi bidang pendidikan
Demikian pula jumlah penduduk pada kelompok umur 25-29 tahun
menunjukkan jumlah kedua yang paling besar. Diduga penduduk kelompok umur
ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 1980an yang mulai memasuki usia
tersebut ditambah dengan migran yang masuk ke Kabupaten Bantaeng. Penduduk
umur lansia (65 tahun ke atas), menunjukkan proporsi yang masih kecil yaitu 5,32
persen. Namun dimasa depan proporsi penduduk lansia akan terus merambat
naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia harapan hidup yang semakin
meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia ini harus mulai diantisipasi dari
sekarang, karena kelompok ini akan terus membesar di masa depan, sehingga
diperlukan kebijakan seperti ketenaga kerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta
kebutuhan sosial dasar lainnya
Bila dikaitkan dengan umur median penduduk, maka penduduk
Kabupaten Bantaeng termasuk dalam kategori penduduk intermediate. Dimana
umur median penduduk Kabupaten Bantaeng tahun 2019 adalah 30,00 tahun,
yang berarti setengah penduduk Kabupaten Bantaeng pada tahun 2018 berusia di
bawah 30 tahun dan setengahnya lagi berusia lebih tua dari 30 tahun. Dengan
kata lain, penduduk Kabupaten Bantaeng dikategorikan sebagai penduduk
intermediate (intermediate population).
Jika dilihat menurut wilayah kecamatan, bahwa rasio jenis kelamin (sex
ratio) hampir disetiap kecamatan di bawah 100, hal ini berarti bahwa jumlah
penduduk laki-laki disetiap kecamatan lebih sedikit daripada perempuan. Jika
diamati masing-masing wilayah Kecamatan, maka terlihat bahwa Kecamatan
14
2020

Uluere memiliki Rasio jenis kelamin tertinggi yaitu 101.48, diikuti


Kecamatan Ere merasa sebesar 102,35, sedangkan Rasio jenis kelamin terendah
95,35 terdapat di Kecamatan Tompobulu.
d. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas
penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik
kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah
dengan etos kerja dan ketrampilan baik hard skill maupun soft skill. Beberapa
pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja ketrampilan tetapi
juga kepribadian, karena ketrampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihan-
pelatihan.
Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah
berhasil diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat
tanda tamat belajar. Tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi
merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang.

Tabel 1.6
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

JENIS KELAMIN
KEPALA KELUARGA
NO. PENDIDIKAN TERAKHIR
LAKI-LAKI PEREMPUAN
n(JIWA) (%) n(JIWA) (%) n(JIWA) (%)
1. TIDAK/BLM SEKOLAH 11,168 19.29 3,662 4.47 16,260 27.75

2. BELUM TAMAT SD/SEDERAJAT 5,824 9.74 1,395 2.51 7,149 12.74

3. TAMAT SD/SEDERAJAT 15,319 25.52 2,661 4.43 17,980 29.95


4. SLTP/SEDERAJAT 4,467 7.44 653 1.09 5,120 8.53
5. SLTA/SEDERAJAT 7,539 12.56 1,013 1.69 8,552 14.25
6. DIPLOMA I/II 332 0.55 104 0.17 436 0.73

7. AKADEMI/DIPLOMA III/SARJANA MUDA 306 0.51 93 0.15 399 0.66

8. DIPLOMA IV/STRATA I 2,658 4.43 345 0.57 3,003 5


9. STRATA-II 212 0.35 13 0.02 225 0.37
10. STRATA-III 4 0.01 0 0 4 0.01
. JUMLAH 49,939 83.19 10,089 16.81 60,028 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantaeng, Tahun 2019, diolah Tahun 2020

Data SIAK menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak penduduk


kabupaten Bantaeng jika melihat tabel diatas yang tertinggi yaitu Tidak sekolah
atau Belum sekolah. Kurang dari sepertiga penduduk Kabupaten Bantaeng
(29,75%) Tidak/Belum Sekolah.

15
2020

Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk yang


Tidak/Belum Sekolah untuk penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan
penduduk laki-laki. Permintaan pasar tenaga kerja yang mensyaratkan minimal
pendidikan SLTA, tidak banyak mempengaruhi masyarakat Kabupaten Bantaeng
yang mana lapangan kerja kebanyakan di kebun, bertani dan beternak.
Sedangkan persentase penduduk yang tamat SLTP untuk perempuan
lebih tinggi dibanding dengan persentase penduduk laki-laki. Begitu pula Pada
jenjang pendidikan dasar, proporsi penduduk yang tamat SD untuk penduduk
perempuan lebih tinggi daripada penduduk laki-laki.Ini mengubah pandangan
bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin sedikit perempuan yang berhasil
menamatkan pendidikannya. Sehingga Kabupaten Bantaeng tidak sama dengan
gambaran pendidikan nasional, dimana angka melanjutkan sekolah ke jenjang
pendidikan perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, terutama pada kelompok
penduduk miskin.
Pemerintah Kabupaten Bantaeng perlu memperhatikan kondisi diatas
mengingat bahwa era globalisasi sebentar lagi akan berlangsung dan persaingan
untuk memperoleh lapangan pekerjaan. Peningkatan pendidikan vocasional, akses
ke pendidikan terutama untuk penduduk miskin, perlu dilakukan mengingat
bahwa sebagian besar peluang kerja membutuhkan tenaga terdidik yang memiliki
ketrampilan khusus.

Tabel 1.7
Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Kabupaten Bantaeng Tahun 2020

JENIS KELAMIN
JENIS PEKERJAAN PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN
NO. JENIS PEKERJAAN n(JIWA) (%) n(JIWA) (%) n(JIWA) (%)

1. BELUM/TIDAK BEKERJA 31,147 16.2051 29,997 15.1279 61,131 32.328

2. MENGURUS RUMAH TANGGA 0 0 43,625 21.513 44,623 23.513

3. PELAJAR/MAHASISWA 15,624 7.8802 14,582 7.3547 30,206 15.2349

4. PENSIUNAN 580 0.2925 287 0.1448 867 0.4373

5. PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) 2,264 1.1419 2,486 1.2539 4,750 2.3957

6. TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI) 266 0.1342 0 0 266 0.1342

7. KEPOLISIAN RI (POLRI) 319 0.1609 6 0.003 325 0.1639

8. PERDAGANGAN 72 0.0363 38 0.0192 110 0.0555

9. PETANI/PEKEBUN 31,562 15.9188 1,700 0.8574 33,262 16.7762

10. PETERNAK 17 0.0086 8 0.004 25 0.0126


16
2020

11. NELAYAN/PERIKANAN 1,341 0.6764 7 0.0035 1,348 0.6799

12. INDUSTRI 5 0.0025 6 0.003 11 0.0055

13. KONSTRUKSI 11 0.0055 0 0 11 0.0055

14. TRANSPORTASI 530 0.2673 1 0.0005 531 0.2678

15. KARYAWAN SWASTA 306 0.1543 149 0.0752 455 0.2295

16. KARYAWAN BUMN 125 0.063 30 0.0151 155 0.0782

17. KARYAWAN BUMD 30 0.0151 14 0.0071 44 0.0222

18. KARYAWAN HONORER 1,145 0.5775 1,710 0.8625 2,855 1.44

19. BURUH HARIAN LEPAS 543 0.2739 11 0.0055 554 0.2794

20. BURUH TANI/PERKEBUNAN 105 0.053 57 0.0287 162 0.0817

21. BURUH NELAYAN/PERIKANAN 22 0.0111 1 0.0005 23 0.0116

22. BURUH PETERNAKAN 0 0 1 0.0005 1 0.0005

23. PEMBANTU RUMAH TANGGA 0 0 11 0.0055 11 0.0055

24. TUKANG CUKUR 6 0.003 1 0.0005 7 0.0035

25. TUKANG LISTRIK 1 0.0005 0 0 1 0.0005

26. TUKANG BATU 136 0.0686 0 0 136 0.0686

27. TUKANG KAYU 68 0.0343 0 0 68 0.0343

28. TUKANG SOL SEPATU 2 0.001 0 0 2 0.001

29. TUKANG LAS/PANDAI BESI 8 0.004 1 0.0005 9 0.0045

30. TUKANG JAHIT 3 0.0015 14 0.0071 17 0.0086

31. TUKANG GIGI 2 0.001 0 0 2 0.001

32. PENATA RIAS 1 0.0005 1 0.0005 2 0.001

35. MEKANIK 10 0.005 0 0 10 0.005

36. SENIMAN 2 0.001 0 0 2 0.001

38. PARAJI 0 0 1 0.0005 1 0.0005

41. IMAM MASJID 7 0.0035 0 0 7 0.0035

42. PENDETA 1 0.0005 0 0 1 0.0005

43. PASTOR 1 0.0005 0 0 1 0.0005

44. WARTAWAN 13 0.0066 2 0.001 15 0.0076

45. USTADZ/MUBALIGH 4 0.002 2 0.001 6 0.003

58. BUPATI 1 0.0005 0 0 1 0.0005

59. WAKIL BUPATI 1 0.0005 0 0 1 0.0005

62. ANGGOTA DPRD PROP. 1 0.0005 1 0.0005 2 0.001

63. ANGGOTA DPRD KAB./KOTA 20 0.0101 8 0.004 28 0.0141

64. DOSEN 13 0.0066 18 0.0091 31 0.0156

65. GURU 251 0.1266 592 0.2986 843 0.4252

67. PENGACARA 6 0.003 2 0.001 8 0.004

17
2020

71. KONSULTAN 2 0.001 0 0 2 0.001

72. DOKTER 11 0.0055 15 0.0076 26 0.0131

73. BIDAN 0 0 62 0.0313 62 0.0313

74. PERAWAT 10 0.005 38 0.0192 48 0.0242

75. APOTEKER 0 0 2 0.001 2 0.001

79. PELAUT 62 0.0313 0 0 62 0.0313

81. SOPIR 813 0.41 2 0.001 815 0.4111

84. PEDAGANG 109 0.055 72 0.0363 181 0.0913

85. PERANGKAT DESA 46 0.0232 18 0.0091 64 0.0323

86. KEPALA DESA 31 0.0156 1 0.0005 32 0.0161

88. WIRASWASTA 11,312 5.7054 1,708 0.8615 13,020 6.5668

89. PEKERJAAN LAINNYA 19 0.0096 7 0.0035 26 0.0131

. JUMLAH 95,987 59.4212 100,282 50.5778 198,239 100

e. Komposisi Kepala Keluarga menurut Agama


Informasi tentang jumlah Kepala Keluarga berdasarkan agama
diperlukan untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan
serta merencanakan suatu program kegiatan yang berkaitan dengan kerukunan
antar umat beragama. Penduduk Kabupaten Bantaeng pada umumnya
memeluk agama Islam (99,04 persen), disusul kemudian pemeluk agama
Kristen dan Katholik (0,43 persen). Sedangkan Hindu, Budha dan Konghucu
serta aliran kepercayaan masih sangat sedikit (0,53 persen).

Tabel 1.8
Prosentase Penduduk menurut Agama Kabupaten Bantaeng

JENIS KELAMIN
PENDUDUK
NO. AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN
(JIWA) (%) (JIWA) (%) (JIWA) (%)
1. ISLAM 98,554 49.2 99,779 50.33 197,323 99.52

2. KRISTEN 247 0.15 307 0.15 557 0.28

3. KATHOLIK 120 0.08 120 0.07 234 0.12

4. HINDU 3 0 2 0 5 0

5. BUDHA 53 0.03 60 0.03 113 0.06

6. KHONGHUCU 1 0 0 0 1 0

7. KEPERCAYAAN 8 0 6 0 14 0.01

. JUMLAH 98,997 49.42 100,282 50.58 198,269 100


Sumber : Dinas Dukcapil Kab.Bantaeng Tahun 2019, diolah Tahun 2020

18
2020

Jika dikaitkan dengan wilayah kecamatan, maka agama islam


mendominasi semua wilayah kecamatan di Kabupaten Bantaeng. Kecamatan
Bantaeng merupakan wilayah agama Islam terbesar yaitu 99,67%.
Agama Kristen merupakan kedua terbesar setelah Agama Islam yang
tersebar disetiap kecamatan. Kecamatan Bantaeng merupakan wilayah dengan
aliran kepercayaan terbesar. Karena Kabupaten Bantaeng merupakan kabupaten
yang didominasi agama islam, maka sedikit yang menganut agama Kristen,
Khatolik, Hindu, Budha, Konghucu dan Aliran Kepercayaan.

f. Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan


Informasi tentang struktur perkawinan penduduk pada waktu tertentu
berguna bagi para penentu kebijakan dan pelaksana program kependudukan.
Terutama dalam hal pembangunan keluarga, kelahiran dan upaya-upaya
peningkatan kualitas keluarga. Dari informasi penduduk berstatus kawin, Umur
Perkawinan Pertama, lama kawin akan berguna untuk mengestimasi angka
kelahiran yang akan terjadi.
Umur perkawinan pertama misalnya berkaitan dengan lamanya
seseorang perempuan beresiko untuk hamil dan melahirkan. Perkawinan umur
dini juga akan berakibat pada besarnya angka perceraian, ketidaksiapan orang
tua untuk pengasuhan anak serta kurang matangnya perempuan menjalankan
tugas dan fungsinya dalam rumah tangga.
Tabel 1.9
Proporsi Kepala Keluarga menurut kelompok umur dan
Status Perkawianan Kabupaten Bantaeng

STATUS PERKAWINAN
PENDUDUK
KELOMPOK BELUM KAWIN KAWIN CERAI HIDUP CERAI MATI
UMUR
n(JIWA) (%) n(JIWA) (%) n(JIWA) (%) n(JIWA) (%) n(JIWA) (%)

15-19 18.951 9.55 771 0.59 2 0.00 2 0.00 19.717 9.95

20-25 12.755 7.57 5.55 2.25 55 0.02 17 0.01 17.157 8.75

25-29 7.758 5.55 9.555 5.77 152 0.07 55 0.05 17.289 8.22

50-55 5.595 1.77 15.951 7.05 185 0.09 125 0.07 17.755 8.97

55-59 2.055 1.05 15.897 7.51 220 0.11 189 0.10 17.559 8.77

50-55 1.225 0.72 15.202 7.77 202 0.10 522 0.17 15.95 7.55

55-59 995 0.50 11.971 7.05 185 0.09 575 0.29 15.715 7.92

50-55 751 0.52 9.007 5.55 155 0.07 729 0.57 10.502 5.50

55-59 597 0.20 7.927 5.59 99 0.05 910 0.57 8.551 5.20

19
2020

70-75 221 0.11 5.718 2.55 55 0.05 898 0.55 5.792 2.92

75-79 155 0.08 5.117 1.57 57 0.02 978 0.59 5.297 2.17

70-75 115 0.07 2.158 1.08 57 0.02 951 0.58 5.25 1.75

>= 75 155 0.07 2.509 1.17 59 0.02 1.89 0.95 5.582 2.21

JUMLAH 92.558 57.75 97.802 58.82 1.58 0.70 7.757 5.85 198.279 100.00
Sumber :Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantaeng, Tahun 2018, diolah Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 1.9 diatas, yang menyajikan komposisi penduduk


menurut status kawin penduduk Kabupaten Bantaeng yang berumur 10 tahun ke
atas. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bantaeng
didominasi oleh penduduk berstatus kawin yakni 48,82 persen. Hal ini terlihat,
baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan.
Proporsi penduduk laki-laki yang berstatus kawin lebih rendah
dibanding dengan perempuan. Sementara, penduduk laki-laki berstatus belum
kawin lebih tinggi dibandingkan perempuan, karena biasanya laki-laki masih
meneruskan pendidikan atau baru mulai bekerja, sehingga menunda perkawinan.
Begitu juga laki-laki yang dikonstruksikan sebagai kepala keluarga yang harus
membiayai kebutuhan keluarga, mempunyai keinginan mapan secara ekonomi
sebelum memasuki kehidupan rumah tangga.
Proporsi penduduk dengan status cerai hidup dan cerai mati lebih tinggi
pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan laki-laki yang
bercerai baik karena perceraian maupun karena ditinggal meninggal istri lebih
cepat melakukan perkawinan kembali dibandingkan perempuan. Perempuan lebih
banyak pertimbangan untuk menikah kembali terutama apabila perempuan
tersebut mandiri secara ekonomi.
Menarik untuk diperhatikan pada status cerai hidup, bahwa proporsi
penduduk berstatus cerai hidup lebih besar pada perempuan daripada laki-laki.
Kemandirian perempuan secara ekonomi serta peningkatan kesadaran tentang
hak-hak perempuan dalam rumah tangga, seringkali menjadi penyebab
keberanian perempuan menggungat cerai.
Jika dikaitkan dengan umur nampak bahwa proporsi penduduk yang
berstatus belum kawin pada kelompok umur 10-29 tahun cukup tinggi yakni,
sedangkan yang berstatus kawin proporsi tertinggi pada kelompok umur 30-54
tahun. Banyaknya proporsi penduduk muda yang belum kawin diduga
disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang berada pada umur sekolah
ditambah dengan mereka yang berstatus bekerja.

20
2020

Menarik untuk diperhatikan adalah mereka yang berstatus cerai baik


cerai hidup maupun cerai mati. Proporsi penduduk yang berstatus cerai hidup
lebih banyak berada pada umur 30-54 tahun, sementara penduduk yang
berstatus cerai mati lebih banyak berada pada kelompok umur di atasnya yakni
55 tahun ke atas. Penduduk berumur muda yang cerai hidup biasanya segera
melakukan perkawinan kembali sehingga proporsi mereka lebih rendah
dibandingkan dengan penduduk yang berstatus cerai mati.
Menarik untuk diperhatikan adalah adanya penduduk usia remaja (10-
29 Tahun) yang sudah berstatus kawin yang jumlahnya yakni 13.202 orang, Ini
menunjukkan bahwa usia muda Kabupaten Bantaeng rata-rata cepat berkeluarga
(menikah) meskipun masih dibawah umur atau belum cukup umur untuk
menikah adapun berstatus cerai hidup sebesar 185 orang dan cerai mati sebesar
189 orang. Hal ini memerlukan perhatian pemerintah Kabupaten Bantaeng yang
berkaitan masalah kehamilan, persalinan dan paska melahirkan (kesehatan
reproduksi) dan pelayanan KB tanpa mengesampingkan prinsip hidup orang islam
yaitu “Banyak Anak Banyak Rezeki”, Adapun yang harus jadi perhatian serius
bagi pemerintah yaitu cerai hidup yang mencapai 1.388 orang dari keseluruhan
penduduk kabupaten Bantaeng, kami menghimbau dari kalangan ulama,
ustads/pengajar dari kalangan umat Islam agar sekiranya dapat lebih giat
menda’wahkan tentang larangan cerai hidup tanpa alasan yang kuat, karena hal
semacam itu sangat di benci dalam ajaran Islam itu sendiri.

g. Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga


Keluarga dibentuk dari sekelompok orang yang terikat dan mempunyai
hubungan kekerabatan karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain
sebagainya. Unit keluarga menjadi hal penting untuk berbagai intervensi seperti
penanganan kemiskinan, keluarga berencana, kesehatan dan lain sebagainya.
Keluarga terbagi menjadi dua yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga
luas (extended family). Besarnya jumlah anggota keluarga biasanya digunakan
untuk menggambarkan kesejahteraan keluarga, dimana semakin kecil jumlah
anggota keluarga diasumsikan akan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya.
Pada saat sekarang ini sudah mulai muncul adanya keluarga yang terdiri
dari 3 generasi yaitu generasi orang tua, anak dan menantu dan cucu atau yang
biasa disebut dengansandwiches family, dimana pasangan suami istri harus
menanggung orang tua/mertua dan anak-anak mereka sendiri.

21
2020

Persoalan yang muncul adalah bagaimana dengan kesejahteraan mereka,


bagaimana dengan beban yang mereka tanggung dan bagaimana sistem
pengasuhan baik orang tua maupun anak bisa berlangsung dalam keluarga
semacam ini.

Tabel 1.10
Jumlah Penduduk, Jumlah Keluarga,
Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga Kabupaten Bantaeng

Penduduk Kepala Keluarga Rata-Rata Jumlah


KECAMATAN
n(jiwa) % N(jiwa) % Anggota KK
Bissappu 38,395 21,53 13.225 16,91 4,31
Bantaeng 40,540 39.78 14.476 18,98 3,54
Eremerasa 21,447 7,65 5.992 9,91 3,44
Tompobulu 25,356 22,97 9.216 14,63 3,26
Pajukukang 34,072 28,42 11.426 17,25 3,43
Uluere 11,511 6,86 4.627 5,83 3,40
Gantarangkeke 19,072 11,99 6.865 10,53 3,15
Sinoa 10,767 6,69 3.328 7,98 3,27

TOTAL 201,115 100 63.569 100,00 4,23


Sumber : Dinas Dukcapil Kab. Bantaeng Tahun 2018, diolah Tahun 2020

Jumlah keluarga di Kabupaten Bantaeng sebanyak 63.569 keluarga yang


tersebar di 8 kecamatan. Kecamatan Bantaeng memiliki jumlah keluarga terbesar
Kecamatan Bantaeng yaitu 14.476 keluarga (19,98%) kemudian disusul oleh
kecamatan Pa’jukukang sebanyak 11.426 keluarga (18,26%) dan Kecamatan
Bisappu sebanyak 13.225 keluarga (17,91%), dan Kecamatan Tompobulu
sebanyak 9.216 keluarga (14.63%). Sedangkan jumlah keluarga terkecil berada di
Kecamatan Sinoa yaitu 3.328 keluarga (7,98%).
Rata-rata jumlah anggota keluarga di Kabupaten Bantaeng sebanyak
4,28 per keluarga. Ini menunjukkan bahwa keluarga di Kabupaten Bantaeng lebih
banyak merupakan keluarga inti dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4
orang. Bila diperhatikan menurut kecamatan, rata-rata jumlah anggota keluarga
di setiap Kecamatan juga terdiri dari 3-4 orang per keluarga.

22
2020

Informasi tentang rata-rata jumlah anggota keluarga ini dapat digunakan


sebagai tolok ukur keberhasilan program keluarga berencana di wilayah
Kabupaten Bantaeng dan dapat digunakan pemerintah kabupeten dalam
merencanakan kebutuhan perumahan, seperti untuk menentukan ukuran rumah
dengan berbagai tipe agar dapat memenuhi kebutuhan perumahan bagi
masyarakat yang beranggota 3-4 orang.

GAMBARAN EKONOMI KABUPATEN BANTAENG

1. Struktur Ekonomi
Perekonomian suatu wilayah bergantung pada sumber daya alam dan sektor
produksi yang dimilikinya. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam suatu
periode tertentu tidak terlepas dari perkembangan masing-masing sektor yang ikut
membantu nilai tambah perekonomian wilayah yang bersangkutan. Kesanggupan
mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan refleksi dari kondisi
ekonomi pada periode tertentu tersebut.

Indikator yang umum dipakai untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi


suatu daerah adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
daerah yang bersangkutan. PDRB merupakan suatu indikator yang memiliki
peranan penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan yang telah dicapai,
selain menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang.

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Bruto sebagai salah satu indikator ekonomi memuat


berbagai instrumen ekonomi yang di dalamnya memuat kondisi makro ekonomi,
pertumbuhan ekonomi, income per kapita dan instrumen ekonomi lainnya dalam
suatu daerah. PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto yang timbul akibat
adanya berbagai kegiatan ekonomi atau proses produksi yang tercipta di suatu
daerah atau region dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah
faktor produksi dimiliki daerah tersebut atau tidak.

Relevansi data-data tersebut akan membantu pengambilan kebijaksanaan


dalam perencanaan dan evaluasi perekonomian daerah sehingga pembangunan
terarah. Angka PDRB diperlukan karena, selain dapat digunakan sebagai bahan
analisis perencanaan pembangunan, juga digunakan sebagai barometer untuk
mengukur hasilpembangunan yang telah dilaksanakan.

23
2020

Semakin tinggi PDRB suatu wilayah, semakin tinggi pula hasil atau kinerja
pembangunan di wilayah tersebut.

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten


Bantaeng mengalami peningkatan secara signifikan di setiap tahunnya dalam
kurun waktu empat tahun terakhir. Kondisi ini terlihat dari gambar di bawah,
dimana pada tahun 2017 Kabupaten Bantaeng memiliki nilai tambah produk bruto
sebesar Rp.6,95 trilyun meningkat tajam hingga mencapai Rp.7,76 trilyun.

Grafik 1.2
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Bantaeng, 2015-2018 (Juta Rupiah)

9,000,000,000.00
7,765,007,000
8,000,000,000.00

7,000,000,000.00
6,000,000,000.00

5,000,000,000.00
4,000,000,000.00

3,000,000,000.00

2,000,000,000.00
1,000,000,000.00
5,579,335.48 6,283,514.26 6,951,076.49
0.00
2015 2016 2017 2018

Sumber Data: Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2020

Sebagai wilayah agraris, struktur lapangan usaha sebagian masyarakat


Bantaeng tidak mengalami pergeseran dari lapangan usaha pertanian, kehutanan,
dan perikanan ke lapangan usaha ekonomilainnya,hal ini terlihat dari besarnya
peranan lapangan usaha tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pembentukan PDRB Bantaeng. Kontribusi sektor lapangan usaha terbesar pada
perekonomian Bantaeng pada tahun 2018 adalah pertanian, kehutanan dan
perikanan.Meskipun mengalami penurunan,namun masih mendominasi hingga
mencapai 30,47 persen. sektor lain yang mendominasi perekonomian Bantaeng
adalah sektor konstruksi dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor dengan kontribusi masing-masing 17,31 persen dan 14,65
persen. Sedangkan sektor lapangan usaha yang minim kontribusi terhadap
perekonomian daerah adalah sektor pengadaan listrik dan gas (0,09%) dan sektor
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang (0,07%).

24
2020

Tabel 1.11
Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha (%)
Kabupaten Bantaeng, Tahun 2015-2018

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 32,16 32,61 31,74 34,92

B Pertambangan dan Penggalian 3,73 3,44 3,38 9,83

C Industri Pengolahan 4,86 4,81 4,76 4,98

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,07 0,09 7,07

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan


E 0,07 0,07 0,07 0,11
Daur Ulang

F Konstruksi 16,83 17,11 17,31 18,07

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan


G 13,57 13,58 14,65 9,94
Sepeda Motor

H Transportasi dan Pergudangan 1,32 1,21 1,12 1,12

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,84 0,85 0,89 0,97

J Informasi dan Komunikasi 2,19 2,20 2,18 2,87

K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,38 2,47 2,41 3,31

L Real Estate 5,43 5,22 5,05 5,50

M,N Jasa Perusahaan 0,17 0,16 0,16 0,19

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan


O 6,57 6,79 6,67 6,72
Sosial Wajib

P Jasa Pendidikan 5,33 5,17 5,36 6,50

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,82 2,65 2,58 3,58

R,S,T,U Jasa Lainnya 1,65 1,58 1,59 1,61

Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber Data : Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2020

Salah satu tolak ukur pembangunan suatu daerah yaitu dengan mengamati
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut dari tahun ke tahun. Pertumbuhan
ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat memang menjadi syarat utama atau
indikator keberhasilan pembangunan itu sendiri. Pembangunan ekonomi diartikan
sebagai proses kenaikan output (tergantung dari jenis output yang
diharapkan/ditetapkan) dalam jangka panjang. Laju pertumbuhan ekonomi
merupakan indikator makro dalam melihat perkembangan perekonomian suatu
daerah, sehingga keberhasilan pembangunan daerah secara umum dapat terukur.
Oleh karena itu, indikator ini dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan
ke depannya, baik dengan melihat pertumbuhan ekonomi secara periodik maupun
pertumbuhan ekonomi sektor lapangan usaha yang potensial.

25
2020

Laju pertumbuhan ekonomi di Bantaeng mengalami fluktuasi dalam


kurun waktu empat tahun terakhir dengan pola perlambatan pertumbuhan
ekonomi. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Bantaeng mencapai 8,33
persen, angka tersebut melambat pada tahun berikutnya hingga mencapai
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,64 persen. Namun pada tahun 2016 dan 2017,
laju perekonomian mulai membaik dimana terjadi peningkatan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2016 sebesar 7,39 persen dan pada tahun 2017 mengalami
penurunan sebesar 7,32 persen.

Tabel 1.12
Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (%)
Kabupaten Bantaeng, Tahun 2015-2018

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,96 5,57 5,57 4,92

B Pertambangan dan Penggalian 29,42 11,24 10,66 9,93

C Industri Pengolahan 8,12 4,61 6,25 17,98

D Pengadaan Listrik dan Gas 10,35 10,53 5,58 7,07

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur


E 1,23 12,35 6,52 5,89
Ulang

F Konstruksi 4,11 7,21 10,42 9,07

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan


G 16,47 5,60 10,11 9,94
Sepeda Motor

H Transportasi dan Pergudangan 18,33 1,79 2,33 10,01

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11,44 3,87 11,17 11,22

J Informasi dan Komunikasi 9,67 12,07 8,11 9,87

K Jasa Keuangan dan Asuransi 5,73 13,45 3,48 5,31

L Real Estate 10,78 3,80 3,00 4,90

M,N Jasa Perusahaan 6,29 5,58 6,42 10,19

Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan


O 3,87 12,67 5,52 10,42
Sosial Wajib

P Jasa Pendidikan 4,50 9,05 10,06 6,50

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17,04 0,53 3,38 9,45

R,S,T,U Jasa Lainnya 10,34 3,40 8,51 13,26

Laju Pertumbuhan Ekonomi 8,33 6,64 7,39 8,08

Sumber Data : Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2020

Jika dilihat pada pertumbuhan ekonomi sektoral tahun 2018,Sektor


Industri Pengolahan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi
paling signifikan dimana mencapai angka 17,98 persen.

26
2020

Selain itu, terdapat beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi


di atas 10 persen seperti Sektor Transportasi dan Pergudangan (10,01%); Sektor
Jasa Perusahaan (10,19%); Sektor Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib (10,42%);.

Seluruh sektor perekonomian mengalami pertumbuhan ekonomi positif,


namun terdapat beberapa sektor lapangan usaha yang rendah pertumbuhannya
seperti Sektor Transportasi dan Pergudangan (2,33%); Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi (5,31%); Sektor Real Estate (4,90%); dan Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial (9,45%).

b. PDRB per Kapita

PDRB merupakan suatu gambaran perekonomian makro suatu wilayah


yang identik dengan peningkatan pembangunan perekonomian. Oleh karena itu,
untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat, dapat dilihat berdasarkan PDRB per kapita, yaitu gambaran rata-rata
pendapatan yang diterima oleh penduduk secara makro, sehingga untuk analisis
lebih lanjut diperlukan analisis ketimpangan pendapatan. Meskipun ukuran ini
memiliki kelemahan karena perlakuan yang dibagi rata tersebut, namun dapat
memberikan gambaran awal perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat
secara makro.

PDRB per kapita di Bantaeng mengalami peningkatan signifikan yang


mengindikasikan tingginya peningkatan PDRB tidak diimbangi dengan
peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2014, PDRB per kapita Bantaeng
sebesar Rp.27,23 juta dan meningkat dalam waktu tiga tahun mencapai Rp.37,46
juta.

Grafik 1.3
Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
Kabupaten Bantaeng, 2017-2019 (Juta Rupiah)
45.00 41.84
40.00
37.46
34.05
35.00 30.42
30.00
25.00
20.00
2016 2017 2018 2019

Sumber Data : Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2020

27
2020

c. Inflasi
Dari Tahun 2013-2017 tidak pernah terjadi inflasi di Kabupaten Bantaeng.
Hal ini berarti tingkat penawaran dan ketersediaan barang dapat terpenuhi dengan
baik (stabil) sehingga tidak pernah terjadi lonjakan harga yang bisa dikategorikan
sebagai inflasi. Sehingga laju inflasi Kabupaten Bantaeng tidak pernah terjadi. Hal
ini berbeda dengan beberapa daerah lain di Sulawesi selatan yang mengalami
inflasi seperti daerah tetangga yaitu Bulukumba yang mengalami inflasi setiap
tahun. Dengan demikian dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1.13
Perkembagan Inflasi Kabupaten Bantaeng Tahun 2013-2017

Tahun
No Nama Inflasi
2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. - 0 0 0 0 0 0

2. - 0 0 0 0 0 0

Sumber Data : Diskominfo Tahun 2020

d. Indeks Gini

Pembangunan baik ekonomi maupun sosial yang dilakukan Pemerintah suatu


wilayah tidak selamanya dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan
masyarakat. Peningkatan pembangunan tidak selalu disertai dengan peningkatan
pendapatan penduduk dan kesejahteraan masyarakat secara horisontal. Beberapa
faktor yang menjadi sumber perbedaan pendapatan antara lain kesempatan,
kualitas pendidikan, dan lainnya. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan
untuk melihat kesenjangan pendapatan penduduk dalam suatu wilayah adalah
“rasio gini”,rasio ini menganalisis nilai dengan interpretasi semakin mendekati nilai
1, maka semakin tidak merata pendapatan penduduk suatu wilayah.Pemerataan
kesejahteraan di Bantaeng masih fluktuatif dan tergolong belum merata secara
baik yang terlihat pada tingginya angka indeks gini sebesar 0,422 pada tahun
2018.

28
2020

Grafik 1.4
Indeks Gini Kabupaten Bantaeng

0.46
0.453
0.44
0.42 0.422
0.4
0.38 0.382
0.36
0.34
2017 2018 2019

Sumber Data : BPS Kabupaten Bantaeng, 2020

1. Fokus Kesejahteraan Sosial

Fokus kesejahteraan sosial menguraikan gambaran umum bidang


pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Fokus ini akan melihat sejauh mana
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bantaeng selama ini berdasarkan indikator
pembangunan yang relevan dengan kesejahteraan sosial.

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara vertikal (menyeluruh di
semua lapisan masyarakat dan horisontal (kehidupan lebih baik dari segala
bidang). Pembangunan suatu daerah akan tercapai apabila setiap orang
memperoleh peluang untuk hidup sehat, berpendidikan dan berketerampilan serta
mampu mencukupi kebutuhan, baik primer, sekunder, maupun tersier. Untuk
melihat keberhasilan pembangunan manusia salah satunya dilakukan dengan
menggunakan IPM sebagai indeks komposit yang dapat diperbandingkan di
seluruh wilayah Indonesia.

Indeks pembangunan manusia atau Human Development Index (HDI) yang


diperkenalkan oleh United Nations Development Programes (UNDP) sejak tahun
1990 adalah sebuah indeks komposit untuk mengukur keberhasilan atau kinerja
suatu negara/wilayah dalam bidang pembangunan manusia. Dengan IPM, kita
bisa melakukan analisis pembandinganpencapaian pembangunan manusia
antarwilayah. Berdasarkan metode penghitungan terbaru, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakupangka harapan hidup (kesehatan),
harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (pendidikan) serta pengeluaran
per kapita yang disesuaikan (standar hidup layak/ekonomi).

29
2020

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bantaeng mengalami kenaikan di setiap


tahunnya hingga mencapai angka 67,76 pada tahun 2018. Capaian positif ini
dikarenakan seluruh komponen penyusun IPM Bantaeng mengalami peningkatan
secara kontinyu. Komponen pendidikan yakni angka rata-rata lama
sekolahmemiliki capaian selama 6,67 tahun dan harapan usia lama sekolah
selama 11,99 tahun. Pada komponen kesehatan, capaian komponen IPM yakni
angka harapan hidup memiliki progress sebesar 69,95 tahun dan komponen
perekonomian yakni paritas daya beli memiliki capaian sebesar 10.892
ribu/tahun.

Grafik 1.5
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Bantaeng Tahun 2014-2018

68.00

67.50 67.76

67.00 67.27

66.50
66.59
66.00
66.20
65.50 65.77

65.00

64.50
2016 2017 2018 2019 2020

Sumber Data : Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2020

Berikut komponen penyusun Indeks Pembangunan Manusia, yakni angka


harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran
per kapita (paritas daya beli) dalam lima tahun terakhir.

30
2020

Tabel 1.14
Komponen IPM Kabupaten Bantaeng Tahun 2015-2019

Komponen IPM Satuan 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Angka rata-rata lama sekolah Tahun 5,92 6,16 6,16 6,17 6,45 6.67
Harapan Usia Lama Sekolah Tahun 11,07 11,48 11,67 11,88 11,99 12.20
Angka Harapan Hidup Tahun 69,65 69,68 69,77 69,84 69,90 69.95
Paritas daya beli Rp 10.226 10.294 10.467 10.596 10.751 10,892
IPM % 64,88 65,77 66,20 66,59 67,27 67.76
Sumber Data : Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2020

E. STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG

Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi kepemerintahan, Pemerintah


Kabupaten Bantaeng telah menetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
(SOTK) instansi pemerintah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng
dengan Peraturan Daerah (Perda) yaitu:
1. Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 24 Tahun 2007, tentang
Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng.
2. Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Kabupaten
Bantaeng
Peraturan-peraturan daerah tersebut, menetapkan kewenangan dan tugas
dari masing-masing organisasi perangkat daerah. Untuk melaksanakan tugas
pokok tersebut, berikut ini diuraikan masing-masing sebagai berikut :

1. Sekretariat Daerah
Sekretariat Daerah Kabupaten Bantaeng mempunyai tugas membantu
Bupati dalam melaksanakan tugas pokok penyelenggaraan pemerintahan,
administrasi, organisasi dan tatalaksana serta memberikan pelayanan
administrasi kepada seluruh perangkat daerah, dengan susunan organisasi
sebagai berikut:
1) Asisten Bidang Administrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat
a. Bagian Pemerintahan
b. Bagian Kesejahteraan Rakyat
c. Bagian Hukum
2) Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan.
a. Bagian Administrasi Pembangunan
b. Bagian Perekonomian dan SDA
c. Bagian Pengadaan Barang dan Jasa
31
2020

3) Asisten Bidang Administrasi Umum


a. Bagian Organisasi
b. Bagian Perencanaan dan Keuangan
c. Bagian Umum dan Protokol
2. Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan
administratif kepada anggota DPRD dalam menyelenggarakan tugas dan
kewenangannya, dengan struktur organisasi sebagai berikut :
1) Bagian Umum
2) Bagian Persidangan dan Risalah
3) Bagian Keuangan dan Perencanaan
3. Inspektorat
Inspektorat Kabupaten Bantaeng mempunyai tugas pokok memberikan
pelayanan administrasi dan pengawasan dalam menyelenggarakan tugas dan
kewenangannya dengan struktur organisasi sebagai berikut :
1) Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian
2 ) Sub. Bagian Perencanaan, pelaporan dan Keuangan
4. Dinas-Dinas Daerah
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana pemerintah kabupaten yang
dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada bupati melalui sekretaris daerah. Dinas daerah ini melaksanakan tugas
dan fungsi operasional untuk bidang-bidang tertentu.
Jumlah dinas yang ada di Kabupaten Bantaeng sebanyak 21 SKPD
dengan rincian sebagai berikut :
a. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
b. Dinas Penanaman Modal dan PTSP
c. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
d. Dinas Pertanian
e. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
f. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
g. Dinas Perhubungan
h. Dinas Pemuda dan Olah Raga
i. Dinas Kesehatan
j. Dinas Perikanan dan Kelautan
k. Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan
32
2020

l. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan


m. Dinas Komonfo, Statistik dan Persandian
n. Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian
o. Dinas Ketahanan Pangan
p. Dinas Pengendalian Penduduk dan KB
q. Dinas Pariwisata
r. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
s. Dinas Sosial
t. Dinas Lingkungan Hidup
u. Satuan Pol PP dan Pemadan Kebakaran.
5. Badan – Badan
Badan sebagai lembaga teknis daerah merupakan unsur penunjang
pemerintah kabupaten dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Badan-badan
daerah di Kabupaten Bantaeng berjumlah 4 SKPD dengan rincian masing-masing
Badan sebagai berikut :
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
b. Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM
c. Badan Pengelola Keuangan Daerah
d. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
e. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
6. Kecamatan dan Kelurahan
Kecamatan merupakan perangkat daerah yang dipimpin seorang camat
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris
daerah. Organisasi kecamatan terdiri atas camat, sekretaris camat dan seksi-
seksi. Jumlah kecamatan di Kabupaten Bantaeng ada 8 kecamatan.
Adapun jumlah kelurahan, desa, RW dan RT yang dimiliki masing-masing
kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

33
2020

Tabel 1.15
Jumlah Kelurahan/Desa, RW dan RT
dalam Wilayah Kabupaten Bantaeng

No Nama Kecamatan Kelurahan/Desa RW/RK RT

1 Bissappu 11 64 163

2 Uluere 6 45 92

3 Sinoa 6 50 100

4 Bantaeng 9 76 186

5 Eremerasa 9 65 141

6 Tompobulu 10 75 190

7 Pajukukang 10 94 178

8 Gantarang Keke 6 53 120

Jumlah 67 522 1.170


Sumber: Kabupaten Bantaeng dalam Angka Tahun 2018

7. Staf Ahli
Berdasarkan Peraturan Bupati Bantaeng Nomor 84 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Tata Kerja, tugas Pokok dan Uraian Tugas Staf Ahli Bupati Bantaeng,
disebutkan bahwa jumlah staf ahli Bupati sebanyak 5 (lima) staf ahli dengan
nomenklatur sebagai berikut :
1) Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik;
2) Staf Ahli Bidang Ekonomi, Pembangunan, dan Keuangan;
3) Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia.
Selain struktur organisasi perangkat daerah, Pemerintah Kabupaten
Bantaeng juga membentuk unit pelaksana teknis yang menjadi ikon/percontohan
bagi daerah-daerah lain yakni unit Brigade Siaga Bencana. Unit ini merupakan
salah satu unit kesiagaan pada emergency service yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan pertama/darurat yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, trauma, kebakaran dan
sebagainya. Unit ini terdiri dari Ambulance, Pemadam Kebakaran, Tanggap
Bencana (TAGANA), Search And Rescue (SAR), Palang Merah Indonesia (PMI) dan
Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI) dan Satuan Pengamanan.

34
2020

Namun secara kelembagaan Brigade Siaga Bencana (BSB) Kabupaten


Bantaeng masih ditangani oleh beberapa SKPD antara lain Dinas PU dan
Kimpraswil, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantaeng.
Adapun keseluruhan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bantaeng
dapat di gambarkan sebagaimana skema 1.1 berikut ini :

35
2020

Skema 1.1
Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bantaeng

BUPATI
WAKIL
DPRD

STAF AHLI
SETDA
(Unsur Staf)

INSPEKTORAT BAPPEDA
(Unsur Penunjang) (Unsur Penunjang)

BADAN DAERAH DINAS DAERAH LEMBAGA SET. DPRD


(Unsur Penunjang) (Unsur Pelaksana ) (Unsur Penunjang) (Unsur Penunjang)

KECAMATAN

KELURAHAN
Keterangan :
Garis Komando
Garis Peratnggungjawaban
Garis Koordinasi

36
2020

Selanjutnya jumlah aparatur Pemerintah sebagai Pegawai Negeri Sipil


yang menduduki jabatan structural sebanyak 701 orang dapat dilihat pad tabel
1.22 dan jumlah PNS bekerja di Intansi Pemerintah Kabupaten Bantaeng pada
akhir Tahun 2018 sebanyak 4238 orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.19
berikut ini :
Tabel 1.16
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Bantaeng
Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin

Sumber Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM bulan Desember 2020

37
2020

Tabel 1.17
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Bantaeng Tahun 2020

JABATAN JUMLAH
JABATAN FUNGSIONAL
SKPD FUNGSIONAL PEGAWAI
STRUKTURAL UMUM/STAF
TERTENTU
1 2 3 4 5
Sekretariat Daerah 42 - 95 137
Sekretariat DPRD 10 - 15 25
Badan Pengelola Keuangan Daerah 25 - 53 75
Bappeda 15 - 23 38
Badan Kepegawaian dan SDM 11 - 15 26
Badan Penanggulangan Bencana 14 - 8 22
Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil 19 - 10 29
Dinas PMD dan PPPA 19 - 20 39
Dinas Pekerjaan Umum & Penataan Ruang 25 - 56 81
Dinas Sosial 16 - 13 29
Dinas Perikanan & Kelautan 19 - 13 32
Dinas Lingkungan Hidup 19 - 20 39
Dinas Koperasi,Usaha Kecil, Menengah dan 14 - 22 36
Perdagangan
Dinas Perhubungan 16 1 35 52
Dinas Pengendalian Penduduk & KB 20 17 18 55
Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian 17 - 6 23
Dinas Ketahanan Pangan 10 - 11 21
Dinas Infokom, Statistik & Persandian 16 - 11 27
Dinas Pertanian 38 57 47 142
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 34 1624 504 2162
Dinas Perumahan,Kawasan Pemukiman dan Pertanahan 12 - 6 18
Dinas Pemuda dan Olah raga 12 - 9 21
Dinas Satuan Pol PP & Pemadan Kebakaran 20 - 37 57
Dinas Penanaman Modal dan PTS 19 - 7 26
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 16 - 6 22
Dinas Kesehatan 27 230 78 335
Dinas Pariwisata 17 - 10 27
Inspektorat Daerah 7 21 8 36
Kecamatan Bantaeng 43 - 54 97
Kecamatan Bisappu 40 - 52 92
Kecamatan Eremerasa 8 - 31 39
Kecamatan Tompobulu 27 - 23 50
Kecamatan Pa:jukukang 9 - 19 28
Kecamatan Sinoa 9 - 14 23
Kecamatan Uluere 9 - 14 23
Kecamatan Gantarangkeke 16 - 19 35
Kantor RUSD Prof Anwar Makkatutu 7 166 32 205
Kantor Kesbangpol 4 - 7 11
Jumlah : 701 2116 1421 4238
Sumber Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM bulan Desember 2020

Berdasarkan jumlah Pegawai Negeri Sipil pada tabel di atas, dapat


dijelaskan bahwa komposisi Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan fungsional (tenaga
pendidik, Penyuluh dan tenaga kesehatan) berjumlah 2.116 orang (59,95 %),
jabatan fungsional umum/staff sebanyak 1.421 orang (26.30%) dan sisanya
sebanyak 701 orang adalah Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan
struktural baik eselon II, III dan IV.

38
2020

Dilihat dari penyebaran jumlah Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Bantaeng,


SKPD Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga dan SKPD Sekretariat Daerah
memiliki jumlah Pegawai Negeri Sipil yang relatif cukup banyak. Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga lebih didominasi oleh PNS Fungsional Guru sebanyak 2.162
orang PNS dan PNS Fungsional Umum (Staff) sebanyak 504 orang PNS, sedangkan
pada Sekretariat Daerah didominasi oleh PNS Fungsional Umum (Staff) sebanyak
95 orang PNS. Selanjutnya SKPD Dinas Kesehatan Kab. Bantaeng PNS Fungsional
230 Orang dan Staf 78 orang, Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr. H.M.
Makkatutu Kabupaten Bantaeng memiliki jumlah Pegawai Negeri Sipil sebanyak
116 orang PNS Fungsional Kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan, Apoteker,
Sanitarian)dan Staf 32 orang.

F. SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA


INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2020

Laporan Akuntabilitas Kinerja pada dasarnya mengkomunikasikan


pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Bantaeng selama tahun 2020. Capaian
kinerja (performance results) 2020 tersebut diperbandingkan dengan Rencana
Kinerja (performance plan) 2019 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan
organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini akan
memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi
perbaikan kinerja di masa datang.
Adapun sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Bantaeng tahun 2020 adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan secara ringkas tentang Maksud dan Tujuan
Penyusunan LKJ Tahun 2020, Dasar Hukum Penyusunan LKJ Tahun
2020, Profil Pemerintah Kabupaten Bantaeng, Struktur Organisasi
Pemerintah Kabupaten Bantaeng

BAB II PERENCANAAN KINERJA


Bab ini diuraikan mengenai perencanaan kinerja terdiri dari RPJMD
Kabupaten Bantaeng 2018-2023 yang memuat Visi, MIsi, Tujuan Sasaran,
Kebijakan dan indikator kinerja sasaran dan perjanjian kinerja tahun
2020 Pemerintah Kabupaten Bantaeng yang merupakan uraian sasaran
dan indikator kinejra serta target dari perencanaan kinerja masing-masing
Sasaran dalam RPJMD. Didalam Bab ini juga diuraikan Perjanjian Kinerja
Tahun 2020.
39
2020

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA


Bab Akuntabilitas Kinerja memuat pencapaian kinerja masing-masing
sasaran dan indikator kinerja, pengukuran dan analisasi serta evaluasi
analisis, realisasi yang berkaitan dengan sasaran yang telah ditetapkan
dan evaluasi atas capaian kinerja Pemerintah Kabupaten Bantaeng untuk
masa tahun 2020 dalam kaitannya dengan pertanggungjawaban publik
terhadap pencapaian sasaran stratejik.

BAB IV PENUTUP
Bab Penutup memuat kesimpulan LKJ Pemerintah Kabupaten Bantaeng
tahun 2020 dan saran/rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan
kinerja di masa yang akan datang.

40
2020

40
2020

BAB II
cxÜxÇvtÇttÇ ^|ÇxÜ}t
A. PERENCANAAN KINERJA

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bantaeng


(RPJMD) Tahun 2018-2023 telah memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Pembangunan Kabupaten Bantaeng 5 (lima) tahun ke depan. Visi merupakan
suatu rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan, dimana visi mengenai pembangunan daerah dalam RPJMD
merupakan visi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Visi pembangunan
daerah dalam RPJMD Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023 merupakan
penjabaran dari visi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Visi
menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin
dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun.
Dengan mempertimbangkan hasil pelaksanaan pembangunan periode
sebelumnya, potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di
Kabupaten Bantaeng, maka visi yang hendak dicapai dalam periode 2018–2023
adalah:
“Terwujudnya Masyarakat Bantaeng yang Sejahtera Lahir Batin
berorientasi pada Kemajuan, Keadilan, Kelestarian, dan Keunggulan
berbasis Agama dan Budaya Lokal”

Dalam rumusan visi ini terkandung tiga rumusan pokok visi yakni
“Sejahtera Lahir Batin”, “Berorientasi pada Kemajuan, Keadilan dan
Kelestarian”, dan “Keunggulan Berbasis Agama dan Budaya Lokal”. Ketiga
rumusan pokok visi ini merupakan satu kesatuan pernyataan tentang kondisi
ideal yang hendak diwujudkan dalam 5 (lima) tahun kedepan.
Sejahtera Lahir Batin adalah kondisi dimana sektor-sektor
perekonomian memiliki produksi dan produktivitas masyarakat berkeunggulan
dan berdaya saing yang tinggi dalam menghadapi dinamika perubahan sehingga
dapat mendorong perbaikan pendapatan dan kemampuan masyarakat untuk
peningkatan taraf hidupnya.
Berorientasi pada Kemajuan, Keadilan dan Kelestarian masing-
masing dijabarkan secara terpisah. Orientasi pada Kemajuan, yakni peningkatan
kualitas pendidikan, ekonomi masyarakat dan kesehatan yang dibingkai oleh
pelayanan publik yang optimal.

41
2020

Orientasi pada Keadilan yakni menjunjung tinggi kesetaraan bagi


masyarakat dalam hal penegakan hukum, penghormatan terhadap HAM,
mengayomi seluruh lapisan masyarakat agar memiliki posisi dan jarak yang sama
dalam mengakses sumber-sumber ekonomi dan mendorong kehidupan demokrasi
yang sehat dan bermartabat. Menjunjung tinggi orientasi kelestarian
dimaksudkan untuk mengelola sumberdaya alam secara lebih baik dengan
memaksimalkan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta manfaatnya
bagi kesejahteraan rakyat namun tetap berpegah teguh pada pelestarian
lingkungan.
Adapun Keunggulan berbasis Agama dan Budaya Lokal adalah
kondisi dimana keunggulan yang dimiliki adalah keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif dalam memaksimalkan pengelolaan potensi sumber daya
manusia, sumber daya kebudayaan dan sumber daya alam secara lebih baik dan
melipat gandakan pemanfaatannya untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat
yang dibangun atas kesadaran yang berlandaskan nilai-nilai agama dan kearifan
lokal budaya Masyarakat Butta Toa Bantaeng.
Berdasarkan pernyataan visi diatas dengan beberapa elemen pokok visi
yang terkait maka dapat digambarkan hubungan antar elemen visi yang
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Keterkaitan Antar Elemen Pokok Visi

SEJAHTERA LAHIR
BATIN

MAJU

KEADILAN KELESTARIAN

AGAMA BUDAYA LOKAL

Sumber Data: Bappeda Tahun 2020

42
2020

Adapun misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang


akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi yang baik membantu
menggambarkan secara jelas visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-
upaya apa yang harus dilakukan. Dalam suatu dokumen perencanaan, rumusan
misi penting untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah
kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk
mencapai visi. Dengan memperhatikan visi serta perubahan paradigma dan
kondisi yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, maka dalam upaya
mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023, misi
pembangunan sebagai berikut:

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas

Misi ini mencakup pembangunan Sumber Daya Manusia masyarakat


Kabupaten Bantaeng. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset yang
penting dalam pembangunan. Sebagai aset pembangunan diharapkan SDM
memberikan dampak yang cukup signifikan dalam kemajuan daerah. Sehingga
kualitas SDM sangat berkontribusi dalam percepatan pembangunan daerah.
Dengan hal ini dapat dikatakan bahwa SDM berkualitas adalah SDM yang
komperhensif dalam berfikir dan selalu mengantisipasi tuntutan di masa depan,
memiliki sikap positif, berperilaku terpuji, dan berwawasan, serta memiliki
kemampuan, keterampilan, dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan
diberbagai bidang serta sektor pembangunan. Selain kemampuan akademis,
kualitas sumber daya manusia juga perlu memiliki sikap positif, berperilaku
terpuji, dan menerapkan sikap berbudaya dan beragama, karena pada hakekatnya
agama dan budaya menjadi satu kesatuan unsur norma-norma yang ditaati dan
dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat. Dengan SDM yang berkualitas
diharapkan pembangunan di Kabupaten Bantaeng dapat lebih optimal.

2. Meningkatkan Akselarasi Program Pengentasan Kemiskinan dan


Perluasan Kesempatan Kerja

Misi ini merupakan upaya Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat


miskin dan mendorong pihak investor untuk memprioritaskan lapangan kerjan
untuk pekerja lokal daerah dengan pola kerjasama antara Pemerintah, swasta dan
masyarakat. Pembangunan daerah pada hakekatnya bertujuan untuk
mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Salah

43
2020

satu indikasi kesejahteraan masyarakat adalah kemiskinan. Kemiskinan saat ini


menjadi prioritas pembangunan nasional maupun daerah, salah satu cara untuk
mengatasi hal ini adalah dengan akselerasi program pengentasan kemiskinan dan
perluasan kesempatan kerja. Peningkatan perluasan lapangan kerja ini menjadi
salah satu kebijakan untuk membantu masyarakat keluar dari jeratan
kemiskinan. Hal ini perlu dilakukan karena dengan perluasan kesempatan kerja
diharapkan masyarakat akan lebih produktif bukan hanya perekonomian
masyarakat yang meningkat namun juga akan berdampak pada kehidupan sosial
masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan dan kehidupan sosial masyarakat
maka diharapkan masyarakat akan semakin sejahtera.

3. Meningkatkan Akses, Pemerataan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan


dan pelayanan Sosial Dasar Lainnya

Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial dasar merupakan salah satu


kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh Pemerintah Daerah. Misi ini mencakup
terfasilitasinya masyarakat dalam mengakses kualitas pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial dasar lainnya untuk peningkatan taraf hidup masyarakat.
Pelayanan kesehatan dan sosial merupakan hak yang harus diperoleh masyarakat.
Dengan ini, diharapkan pelayanan kesehatan dan sosial dapat dirasakan seluruh
lapisan masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dan sosial yang mampu
menyentuh sasaran yang tepat, diharapkan hal ini akan memperbaiki kualitas
derajat kesehatan dan sosial dalam kehidupan masyarakat.

4. Mengoptimalkan Kualitas dan Pemerataan Pembangunan


Infrastruktur Yang Berbasis Kelestarian Lingkungan

Misi ini mencakup upaya dalam penyediaan infrastruktur yang luas,


penyediaan sarana ruang publik untuk proses edukasi/pembelajaran yang aman
ramah lingkungan sehingga tumbuh kesadaran masyarakat untuk cinta
lingkungan. Pembangunan infrastruktur mampu memberikan multiplier effect
kepada semua aspek pembangunan. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan
secara masif dan menyebar di berbagai wilayah tujuan utama pembangunan
infrastruktur adalah mengatasi kemiskinan dan kesenjangan, sekaligus bentuk
investasi dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing. Bentuk infrastruktur
bukan hanya berupa jalan dan jembatan namun juga penyediaan air bersih,
sanitasi yang layak, dan infrastruktur pendukung kegiatan lainnya seperti
infrastruktur ekonomi itu pasar, tempat berjualan, kemudian infrastruktur

44
2020

pertanian seperti irigasi, sarana dan prasarana pertanian, pengairan, dan lain-
lain. Pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bantaeng mengarah pada
pembangunan infrastruktur sumber daya air, sanitasi, dan infrastruktur pertanian
(irigasi) dan pemeliharaan infrastruktur jalan dan perhubungan. Masifnya
pembangunan infrastruktur ini diharapkan dapat mengakselerasi pemerataan
pembangunan dan bergeraknya ekonomi produktif yang berbasis kerakyatan,
memperlancar pertukaran barang dan jasa antar wilayah. Sehingga selain antar
wilayah dapat terakses dengan mudah, infrastruktur pendukung lainnya juga
dapat menjadi pendorong untuk kemajuan daerah.

5. Mengoptimalkan Pengembangan Pertanian dan Pemberdayaan


Ekonomi Kerakyatan

Misi ini mencakup upaya dalam pengembangan pertanian berbasis


komoditas andalan dengan nilai ekonomi yang tinggi dan keterlibatannya dalam
proses produksi dari hulu ke hilir. Salah satu sektor unggulan Kabupaten
Bantaeng adalah sektor pertanian, dengan berbagai produk pertanian unggulan
seperti padi, jagung, hortikultura dan produk perkebunan seperti coklat dan kopi.
Melihat produk-produk pertanian tersebut perlu upaya untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi melalui pengembangan pertanian. Selanjutnya,
untuk meningkatkan perekonomian yang berkualitas, perlu dilakukan
pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Dengan ekonomi kerakyatan, maka sasaran
yang disentuh adalah mayoritas masyarakat menengah ke bawah. Sehingga
pemberdayaan yang dilakukan sasarannya adalah masyarakat yang
berpendapatan rendah. Diharapkan hal ini mampu mengembangkan usaha yang
lebih produktif, sehingga pendapatan masyarakat meningkat dan merata.

6. Mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik

Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan


dan perubahan yang mendasar, sistematis, dan menyeluruh dalam sistem
pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan, pelayanan publik menjadi salah satu
peranan penting yang harus selalu ditingkatkan untuk mendukung reformasi
birokrasi dalam sistem pemerintahan. Perbaikan sistem pelayanan aparatur saat
ini harus menjadi prioritas, karena pelayanan aparatur akan selalu dibutuhkan
oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam melakukan aktivitas dan kebutuhan
sehari-hari harus melalui perijinan dan Peraturan Pemerintah. Reformasi

45
2020

penyelenggaraan Pemerintah diperlukan agar pelayanan yang diberikan kepada


masyarakat sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan visi dan penjelasan misi diatas maka keterkaitan antara visi dan
misi dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.2
Keterkaitan antara Visi dan Misi

VISI

TERWUJUDNYA MASYARAKAT BANTAENG YANG SEJAHTERA LAHIR BATIN BERORIENTASI PADA KEMAJUAN, KEADILAN,
KELESTARIAN DAN KEUNGGULAN BERBASIS AGAMA DAN BUDAYA LOKAL

Sumber Data: Bappeda tahun 2020


Gambar di atas menunjukkan bahwa visi dan misi RPJMD Kabupaten
Bantaeng menjadi sebuah langkah baru dalam rangka percepatan pembangunan
dalam rangka menuju Kabupaten Bantaeng lebih maju dan sejahtera.
Keberhasilan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bantaeng ini
digambarkan dengan pencapaian indikator makro daerah. Indikator makro
pembangunan daerah ini menjadi salah satu tolok ukur dalam penyelenggaraan
pemerintahan Kabupaten Bantaeng. Penyelenggaraan pemerintahan daerah
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah. Indikator makro
pembangunan Kabupaten Bantaeng dalam pelaksanaan pembangunan periode
2018-2023 adalah sebagai berikut:

46
2020

Tabel 2.1
Indikator Makro Pembangunan Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023
Kondisi Kondisi
No INDIKATOR 2019 2020 2021 2022 2023
Awal Akhir
1 IPM 67,2 69,50 70,61 71,72 72,84 73,95 73,95
46,46- 49,84- 53,22- 56,61- 56,61-
2 PDRB Perkapita (juta) 37,46 43,08-45,22
48,60 51,98 55,36 58,75 58,75
3 Tingkat Kemiskinan 9,66 9,24 8,97 8,79 8,56 8,28 8,28
4 Tingkat Pengangguran 5,23 4,81 4,60 4,38 4,17 3,96 3,96
5 Indeks Gini 0,422 0,414 0,410 0,0405 0,401 0,397 0,397
Indeks Kesenjangan
6 Wilayah/Indeks 0,68 0,65 0,64 0,63 0,61 0,60 0,60
Williamson
Laju Pertumbuhan 7,32 7,55 7,66 7,77 7,89 8,00 8,00-9,00
7
Ekonomi (LPE)
Sumber Data: Bappeda tahun 2019

Tujuan dan Sasaran

Menurut Permendagri Nomor 86 Tahun 2017, tujuan dan sasaran


merupakan hasil perumusan capain strategi yang menunjukkan tingkat kinerja
pembangunan tertinggi sebagai dasar penyusunan arsitektur kinerja
pembangunan daerah secara keseluruhaan. Sasaran RPJMD dapat diterjemahkan
sebagai sasaran tahunan melalui arah kebijakan yang menjadi pedoman dalam
penyusunan prioritas dan sasaran tahunan (prioritas dan sasaran pembangunan
RKPD). melalui arah kebijakan dan dijadikan pedoman dalam penyusunan.
Secara skematik keterkaitan antara visi, misi dengan perumusan tujuan dan
sasaran, program dan kegiatan yang secara totalitas menjadi arsitektur kinerja
pembangunan daerah, dapat kami sajikan sebagai berikut :

Gambar 2.3
Arsitektur Kinerja Pembangunan Daerah

Sumber Data: Bappeda tahun 2020

47
2020

Perumusan tujuan dan sasaran dari visi dan misi kepala daerah dan
wakil kepala daerah juga akan menjadi landasan perumusan tujuan dan sasaran
Renstra Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Tujuan adalah
pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi,
melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah dan permasalahan
pembangunan daerah. Tujuan juga merupakan suatu kondisi yang akan dicapai
atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan. Rumusan tujuan dan
sasaran merupakan dasar dalam menyusun pilihan – pilihan strategi
pembangunan dan sasaran untuk mengevaluasi pilihan tersebut. Kriteria
rumusan tujuan pembangunan sebagai berikut :
1) Diturunkan secara lebih operasional dari masing-masing misi pembangunan
daerah yang telah ditetapkan dengan memperhatikan visi;
2) Untuk mewujudkan misi dapat dicapai melalui beberapa tujuan;
3) Disusun dengan memperhatikan permasalahan dan isu-isu strategis
pembangunan daerah;
4) Dapat diukur dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan; dan
5) Disusun dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
Sasaran adalah rumusan kondisi yang menggambarkan tercapainya
tujuan, berupa hasil pembangunan daerah/perangkat daerah yang diperoleh dari
pencapaian outcome program Perangkat Daerah. Kriteria sasaran memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1) Dirumuskan untuk mencapai atau menjelaskan tujuan;
2) Untuk mencapai satu tujuan dapat dicapai melalui beberapa sasaran;
3) Disusun dengan memperhatikan permasalahan dan isu-isu strategis
pembangunan daerah; dan memenuhi kriteria SMART-C.
Merujuk dari berbagai penjelasan diatas dan untuk mewujudkan visi
pembangunan Kabupaten Bantaeng Tahun 2018 – 2023 maka dirumuskan
tujuan dan indikator beserta target sebagai berikut:

48
2020

Tabel 2.2
Rumusan Tujuan dan Indikator Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023

VISI: TERWUJUDNYA MASYARAKAT BANTAENG YANG SEJAHTERA LAHIR BATIN BERORIENTASI PADA KEMAJUAN, KEADILAN,
KELESTARIAN DAN KEUNGGULAN BERBASIS AGAMA DAN BUDAYA LOKAL
Kondisi Kondisi
MISI TUJUAN INDIKATOR
Awal Akhir
M.1. MEWUJUDKAN SUMBER DAYA MANUSIA T1. Meningkatkan kualitas
IPM 67,2 73,95
YANG BERKUALITAS pembangunan manusia
M.2. MENINGKATKAN AKSELERASI PROGRAM T2. Meningkatkan kesejahteraan
PENGENTASAN KEMISKINAN DAN sosial masyarakat dan Tingkat Kemiskinan 9,66 8,28
PERLUASAN KESEMPATAN KERJA investasi daerah
M.3. MENINGKATKAN AKSES, PEMERATAAN
IPG (Indeks
DAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN T3. Meningkatkan Derajat Sosial 96,38
Pembangunan 98,49
DAN PELAYANAN SOSIAL DASAR Kemasyarakatan (2015)
Gender)
LAINNYA
T4.1. Meningkatkan pemerataan Indeks Kesenjangan
M.4. MENGOPTIMALKAN KUALITAS DAN pembangunan infrastruktur Wilayah/Indeks 0,68 0,60
PEMERATAAN PEMBANGUNAN wilayah Williamson
INFRASTRUKTUR YANG BERBASIS T4.2. Meningkatkan pembangunan
KELESTARIAN LINGKUNGAN IKLH (Indeks Kualitas
yang berbasis kelestarian 73,24 80,00
Lingkungan Hidup)
lingkungan
M.5. MENGOPTIMALKAN PENGEMBANGAN
T5. Meningkatkan pertumbuhan Laju Pertumbuhan
PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN 7,32% 8,00-9,00
ekonomi unggulan daerah Ekonomi (LPE)
EKONOMI KERAKYATAN
T6. Meningkatnya tata kelola Indeks Reformasi
M.6. MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI
pemerintahan yang baik dan Birokrasi (penilaian 48,86 100,00
DAN PELAYANAN PUBLIK
bersih mandiri)
Sumber Data: Bappeda tahun 2019

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan yaitu hasil yang akan dicapai
Kabupaten Bantaeng dari masing-masing tujuan dalam rumusan yang lebih
spesifik dan terukur dalam suatu indikator beserta targetnya. Oleh karena itu,
sasaran dinyatakan sesuai indikator secara spesifik, fokus, terukur, dan dapat
dicapai dengan indikator kinerja atau tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran
yang akan diwujudkan selama 5 (lima) tahun. Setiap sasaran mencerminkan
indikator kinerja yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang.

Merujuk dari berbagai penjelasan diatas dan berdasarkan visi dan misi
Kepala Daerah maka sasaran beserta indikator pada tiap Tujuan yang dijabarkan
sebagai berikut :

1. Meningkatkan Kualitas Pembangunan Manusia

Peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus dilakukan.


Karena dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dapat
memberikan multiplier efect terhadap pembangunan perekonomian, untuk
memaksimalkan pembangunan daerah Kabupaten Bantaeng, tujuan ini dicapai
dengan sasaran sebagai berikut:

49
2020

a. Terwujudnya Kualitas Pendidikan Masyarakat, dengan indikator Angka Rata -


Rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah.
b. Meningkatnya pemerataan pendapatan masyarakat, pencapaian sasaran ini
diukur dengan indikator Pengeluaran per kapita.

2. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat dan Investasi Daerah

Kesejahteraan sosial adalah keadaan dimana masyarakat memperoleh


kebutuhan material, spiritual dan sosial secara baik. Sehingga, dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki secara maksimal.
Dengan begitu, fungsi sosial sebagai manusia dapat terpenuhi. Penanaman modal
atau investasi sudah diketahui bahwa memiliki peran penting bagi kemajuan
daerah. Hal ini dikarenakan investasi merupakan salah satu sektor yang dapat
dijadikan sebagai andalan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dengan adanya investasi turut membentuk jalannya kegiatan perekonomian
sehari-hari. Perkembangan investasi di suatu daerah merupakan salah satu
indikator kemajuan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Investasi yang
dilakukan secara tepat dapat mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat, tujuan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dan investasi
daerah, dicapai dengan sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatkan Lapangan Pekerjaan yang berorientasi pada wirausaha baru,
keberhasilan sasaran ini diukur dengan indikator tingkat pengangguran.
b. Meningkatnya daya saing investasi daerah, keberhasilan sasaran ini diukur
dengan tingkat pertumbuhan nilai investasi.
c. Menurunnya ketimpangan pembangunan wilayah, keberhasilan sasaran ini
diukur dengan indikator indeks gini.

3. Meningkatkan Derajat Sosial Kemasyarakatan

Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang terdiri dari latar


belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari
masyarakat sosial. Kehidupan sosial masyarakat Bantaeng masih perlu
ditingkatkan dengan adanya pemberdayaan perempuan dan meningkatkan
kualitas derajat kesehatan masyarakat. Adapun tujuan ini dapat dicapai melalui
sasaran sebagi berikut:

50
2020

a. Meningkatnya pemberdayaan perempuan didalam pembangunan, pencapaian


sasaran ini diukur dengan indikator IDG (Indeks Pemberdayaan Gender).
b. Meningkatnya kualitas derajat kesehatan masyarakat, pencapaian sasaran ini
diukur dengan indikator usia harapan hidup.

4. Meningkatkan Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Wilayah

Infrastruktur merupakan salah satu pendukung dalam pembangunan


daerah. Pembangunan infrastruktur Kabupaten Bantaeng bertujuan untuk
melengkapi dan mendukung aktivitas masyarakat, terutama mendukung untuk
peningkatan perekonomian masyarakat. Beberapa infrastrukur yang ingin
ditekankan adalah dengan pembangunan seperti pemeliharaan jalan dan
jembatan, sanitasi, penyediaan air baku, perumahan dan pemukiman yang layak,
dsb. Untuk mencapai tujuan dilakukan melalui sasaran sebagai berikut:
Meningkatkan aksesibilitas antar wilayah, pencapaian sasaran ini dapat diukur
dengan indikator panjang jalan (km).

5. Meningkatkan Pembangunan Yang Berbasis Kelestarian Lingkungan

Lingkungan menjadi salah satu bagian dari kehidupan manusia, yang perlu
dijaga dan dilestarikan. Pembangunan yang dilakukan saat ini harus diiringi dan
mempertimbangkan aspek lingkungan hidup. Hal ini diilakukan agar
kelangsungan dan kelestarian alam dalam kseimbangan pembangunan dapat
terjaga, sehingga pembangunan tidak hanya dapat dirasakan pada saat ini namun
sampai masa yang akan datang. Agar tujuan ini tercapai maka dilaksanakan
melalui sasaran sebagai berikut : Meningkatnya kualitas lingkungan hidup,
keberhasilan sasaran ini dapat diukur dengan indikator indeks pencemaran air,
Indeks pencemaran udara, dan tutupan lahan.

6. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Unggulan Daerah

Ekonomi merupakan salah satu pendukung yang cukup krusial dalam


pembangunan daerah. Perekonomian Kabupaten Bantaeng cukup mempunyai
pergerakan yang baik, hal ini terlihat dengan adanya pembangunan infrastruktur
ekonomi bagi masyarakat kecil. Kemudian kontribusi produk unggulan daerah
juga memberikan sumbangsih dalam pendapatan daerah. Tujuan ini dicapai
dengan sasaran sebagai berikut:

51
2020

a. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, keberhasilan sasaran


ini dapat diukur dengan indikator LPE sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan.
b. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata, keberhasilan sasaran
ini dapat diukur dengan indikator LPE sektor pariwisata.

7. Meningkatnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih

Good and clean governance memiliki pengertian segala hal yang berkaitan
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik
dan bersih ini dicapai dengan sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatnya kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, sasaran ini
dapat diukur dengan indikator predikat akuntabilitas kinerja.
b. Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN,
pencapaian sasaran tersebut dapat diukur dengan jumlah kasus korupsi dan
OPINI BPK
c. Meningkatnya kualitas pelayanan publik, sasaran tersebut dapat diukur
dengan indikator Nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat).

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020

Dalam RPJMD Kabupaten Bantaeng 2018-2023, ada 7 (tujuh) tujuan dan


14 (empat belas) sasaran yang hendak dicapai oleh pemerintah Kabupaten
Bantaeng. Pada akhir tahun ini diharapkan tujuan dan sasaran pembangunan
daerah diharapkan dapat terwujud melalui pencapaian target 21 (dua puluh satu)
indikator kinerja utama.

Sejumlah sasaran strategis yang termuat dalam RPJMD Kabupaten


Bantaeng dapat dicapai melalui pencapaian target indikator program dan kegiatan
berdasarkan tugas, pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Selanjutnya, keberhasilan pencapaian sasaran diukur lewat pencapaian


indikator sasaran. Indikator sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan
pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indikator
sasaran memiliki rencana tingkat capaian (target) masing-masing yang diupayakan
untuk dicapai dalam kurun waktu tahunan melalui pencapaian indikator kinerja

52
2020

utama. Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Bantaeng tahun 2018


ditetapkan melalui Keputusan Bupati Bantaeng tentang Penetapan Indikator
Kinerja Utama di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng.

TABEL 2.3
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020
PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG

NO TUJUAN/SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET

1 Meningkatkan kualitas
pembangunan manusia
Tahun 7,59
1.1 Terwujudnya Kualitas Pendidikan 1.1.a. Angka Rata - Rata Lama Sekolah
Tahun 13,14
Masyarakat 1.1.b. Harapan Lama Sekolah
Ribu 1.000.000,-
1.2 Meningkatnya pemerataan 1.2.a. Pengeluaran per kapita
pendapatan masyarakat
2 Meningkatkan kesejahteraan sosial
masyarakat dan investasi daerah
2.1. Meningkatkan Lapangan 2.1.a. Tingkat Pengangguran % 4,81
Pekerjaan Yang Berorientasi
Pada Wirausaha Baru 2.1.b. Jumlah Wirausaha Baru Orang 200

2.2. Meningkatnya daya saing 2.2.a. Nilai Investasi Trilyun 2,50


investasi daerah

2.3. Menurunnya ketimpangan 2.3.a. Indeks Gini % 0,414


pembangunan wilayah

3 Meningkatkan Derajat Sosial


Kemasyarakatan
3.1. Meningkatnya Pemberdayaan 3.1.a.Indeks Pemberdayaan Gender Indeks 82,77
Perempuan di dalam
Pembangunan
3.1.a. Usia Harapan Hidup Tahun 70,68
3.2. Meningkatnya Kualitas Derajat
Kesehatan Masyarakat
4 Meningkatkan Pemerataan
Pembangunan Infrastruktur Wilayah
4.1. Meningkatkan Aksestabilitas Antar 4.1.a. Panjang Jalan dalam Kondisi Baik Km 401,95
dan inter wilayah
5 Meningkatkan Pembangunan yang
berbasis kelestarian lingkungan
5.1. Meningkatnya Kualitas 5.1.a. Indeks Kualitas Air Indeks 80,08
Lingkungan Hidup
5.1.b. Indeks Kualitas Udara Indeks 89,77

5.1.c.Tutupan Lahan % 47,44


6 Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Unggulan Daerah
6.1. Meningkatnya Pertumbuhan 6.1.a. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor % 5,74
Ekonomi Sektor Pertanian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

6.2. Meningkatnya Pertumbuhan 6.2.a. Lama Kunjungan Wisata Hari 3.30


Ekonomi Sektor Pariwisata
6.2.b. Jumlah Kunjungan Wisatawan orang 84.647

53
2020

7 Meningkatnya Tata Kelola


Pemerintahan yang baik dan bersih
7.1. Meningkatnya Kinerja 7.1.a. Predikat Akuntabilitas Kinerja Predikat CC
Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah

1.2. Meningkatnya Penyelenggaraan 7.2.a. Jumlah Kasus Korupsi kali 0


Pemerintahan Yang Bersih dan
Bebas KKN 7.2.b. Opini BPK Predikat WTP

1.3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan 7.3.a. Rata-Rata Nilai IKM Rata-Rata 76.70
Publik
7.3.b. Indeks SPBE Indeks 2.50

54
2020

BAB III

T~âàtu|Ä|àtá ^|ÇxÜ}t
Pengukuran capaian kinerja yang terdiri dari beberapa indikator, dimana
capaian kinerjanya digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan kegiatan dan program yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis.
sesuai dengan dokumen perencanaan Kabupaten Bantaeng.
Perbaikan pemerintahan dan sistem manajemen merupakan agenda
penting dalam reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat
ini. Sistem manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan
akuntabilitas serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil
(outcome). Maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif yang disebut
dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang dapat


diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban dan berupa laporan
akuntabilitas yang disusun secara periodik

Semakin kompleks dan berkembangnya kebutuhan masyarakat dewasa ini,


menjadikan penyelenggaraan pelayanan publik tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, melainkan juga melibatkan sektor swasta di dalamnya. Dalam
konteks pemerintah, istilah akuntabilitas kinerja sudah tidak asing lagi didengar
seiring dengan disusunnya Road Map Reformasi Birokrasi. Road map tersebut
mengamanatkan 3 (tiga) sasaran utama reformasi birokrasi, yaitu (1) birokrasi
yang bersih dan akuntabel; (2) birokrasi yang efektif dan efisien; serta (3) birokrasi
yang memiliki pelayanan publik yang berkualitas.

Akuntabilitas kinerja yang merupakan garda depan menuju good


governance berkaitan dengan bagaimana instansi pemerintah mampu
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran negara untuk sebaik-baiknya
pelayanan publik. Perubahan mindset dan culture-set penyelenggaraan birokrasi

Hal. 55
2020

yang semula berorientasi kerja (output) menjadi berorientasi kinerja (outcome)


merupakan titik berat dalam konsep akuntabilitas kinerja.

Pemerintahan yang berorientasi kinerja atau hasil, mengawali langkah


dengan menentukan tujuan/sasaran, dilanjutkan dengan mengukur tujuan/
sasaran, menentukan target, dan mengaitkan tujuan/sasaran tersebut dengan
program dan kegiatan yang mendukung. Artinya, segala program atau kegiatan
yang dilaksanakan oleh suatu instansi pemerintah harus memiliki hasil dan
dampak yang jelas bagi perbaikan pelayanan publik (program follow result). Ide ini
selaras dengan konsep performance-based budgeting atau biasa kita sebut dengan
anggaran berbasis kinerja. Sebaliknya, pemerintahan yang berorientasi kerja,
hanya berfokus pada penyerapan anggaran, dan terlaksananya program/kegiatan
yang telah dilaksanakan.

Dalam rangka menjamin akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, telah


dikembangkan sistem pertanggungjawaban yang jelas, tepat, teratur, dan efektif
yang dikenal dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
SAKIP tersebut kemudian diterapkan melalui pembuatan target kinerja disertai
dengan indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan instansi pemerintah.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu tatanan,
instrumen, dan metode pertanggungjawaban yang intinya meliputi tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Penetapan perencanaan stratejik, perencanaan kinerja, dan penetapan rencana
kerja, meliputi pembuatan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program.
Pada tahap inilah, instansi pemerintah menghasilkan rencana kerja jangka
menengah lima tahunan (RPJM/RPJMD) yang kemudian diturunkan menjadi
rencana kinerja tahunan (RKP/RKPD), rencana anggrannya (RKA), Perjanjian
Kinerja (PK), SOP, dan lain sebagainya;
2. Pengukuran kinerja, meliputi pengukuran indikator kinerja, pengumpulan data
kinerja, membandingkan realisasi dengan recana kerja, kinerja tahun
sebelumnya, atau membandingkan dengan organisasi lain sejenis yang terbaik
di bidangnya;
3. Pelaporan kinerja, berupa pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan (LAKIP) dengan format standar laporan yang telah ditetapkan
(rinci dengan berbagai indikator, bukti, dan capaiannya);
4. Pemanfaatan informasi kinerja untuk perbaikan kinerja berikutnya secara
berkesinambungan.

Hal. 56
2020

Pada dasarnya, penerapan Sistem AKIP bertujuan agar penyelenggaraan


pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil
guna, bertanggung jawab dan bebas dari praktik-praktik kolusi, korupsi, dan
nepotisme (KKN). Artinya, SAKIP merupakan salah satu instrument dalam
mewujudkan konsep good governance. Meskipun aparat pemerintah telah cukup
memahami perubahan yang dikehendaki dari sistem ini, namun yang menjadi
persoalan besar adalah adanya kesenjangan antara pemahaman tersebut dengan
kemauan untuk berubah. Isu good governance di kalangan pemerintah sudah
mengemuka, akan tetapi dalam praktiknya masih menghadapi banyak resistensi
dan kendala di beberapa instansi pemerintah.
Keberadaan SAKIP sebagai sistem manajemen kinerja instansi pemerintah
di Indonesia sebenarnya merupakan bentuk amanat Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang didalamnya memberikan amanat
untuk mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja dalam sebuah sistem.
Sistem ini dibutuhkan dalam rangka mendorong terciptanya anggaran berbasis
kinerja yang diyakini sebagai paradigma pengelolaan keuangan paling efektif
untuk mendorong terciptanya pemerintahan yang berkinerja tinggi. SAKIP
mencoba mengintegrasikan berbagai sistem dalam manajemen pemerintahan di
Indonesia. Berbagai sistem tersebut antara lain sistem perencanaan, sistem
penganggaran, sistem pengukuran, sistem pelaporan, dan sistem evaluasi yang
kelimanya diatur dengan berbagai peraturan
Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan,
badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan
atau kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang
berwenang menerima pelaporan akuntabilitas/ pemberi amanah
Akuntabilitas Kinerja sebagai komponen manajemen kinerja, merupakan
klarifikasi output dan outcome yang disajikan berdasarkan target-target yang
ditetapkan dalam perjanjian kinerja sesuai dengan indikator-indikator yang sudah
disepakati dalam pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara
kinerja yang (seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran
kinerja ini dilakukan secara berkala (triwulan) dan tahunan. Pengukuran dan
pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup menggambarkan posisi
kinerja instansi pemerintah.
Sedangkan Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan / kegagalan

Hal. 57
2020

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-


sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Tujuan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah untuk mendorong
terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu
prasyarat untuk terciptanya pemerintahan yang baik dan terpercaya.
Laporan Kinerja (LKj) Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 disajikan
berdasarkan pada hasil pengukuran, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja,
yang mencakup perjanjian kinerja tahun 2021, pengukuran pencapaian sasaran
yang merupakan tingkat pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja
sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023.

A. KERANGKA PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten


Bantaeng sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 tentang RPJMD
Kabupaten Bantaeng 2018-2023, terdapat 7 agenda tujuan pembangunan yang
ditetapkan dengan 14 (empat belas) sasaran strategis dengan 21 indikator kinerja
utama (IKU) untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran RPJMD dimaksud.
Untuk itu, mengingat IKU merupakan komponen yang sangat penting
dalam mengukur pencapaian sasaran dalam RPJMD Kabupaten Bantaeng, maka
telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati Bantaeng tentang tentang Penetapan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja dan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka
kinerja Pemerintah Kabupaten Bantaeng diukur berdasarkan tingkat pencapaian
sasaran dari program dan kegiatan.
Untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran dari
pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan melalui :
a. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2020 ;
b. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2020
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;

Hal. 58
2020

c. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun 2020 dengan target


jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis RPJMD
kabupaten Bantaeng tahun 2018-2023;
d. Membandingkan realisasi kinerja tahun 2020 dengan standar nasional;
e. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja
serta altematif solusi yang telah dilakukan;
f. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
g. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja

Untuk pencapaian sasaran diperoleh dengan cara membandingkan target


dengan realisasi indikator sasaran, kemudian dari hasil pengukuran kinerja
tersebut dilakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan
pencapaian sasaran strategis yang terkait dengan pencapaian visi Kabupaten
Bantaeng
“Terwujudnya Masyarakat Bantaeng yang Sejahtera Lahir Batin
berorientasi pada Kemajuan, Keadilan, Kelestarian, dan Keunggulan
berbasis Agama dan Budaya Lokal”

Untuk mempermudah interpretasi atas pencapaian sasaran dari program


dan kegiatan serta indikator makro yang diberlakukan nilai disertai makna dari
nilai tersebut yaitu:
80 – 100 = Sangat Baik
61 – 79 = Baik
51 – 60 = Cukup
< 50 = Kurang

B. ANALISIS PENGUKURAN

Berdasarkan Capaian Indikator Kinerja tersebut diatas, tergambar


bahwa dari 14 capaian sasaran strategis pada tahun pertama Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng
2018-2023, secara umum bermakna baik dan dicapai sesuai dengan target yang
telah ditetapkan sebelumnya hingga akhir tahun 2020, Pemerintah Kabupaten
Bantaeng telah melaksanakan hampir seluruh kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya.

Hal. 59
2020

Adapun Tujuan, Sasaran, Indikator dan Target Pengukuran Kinerja


Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1
Tujuan, Sasaran, Indikator dan Target Pengukuran Kinerja Tahun 2020

NO TUJUAN/SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET REALISASI %

1 Meningkatkan kualitas
pembangunan manusia
1.1 Terwujudnya Kualitas Pendidikan 1.1.a. Angka Rata - Rata Lama Tahun 7,59
Masyarakat Sekolah
1.1.b. Harapan Lama Sekolah Tahun 13,14

1.2 Meningkatnya pemerataan 1.2.a. Pengeluaran per kapita Ribu 1.000.000


pendapatan masyarakat
2 Meningkatkan kesejahteraan sosial 2.1.a. Tingkat Pengangguran % 4,81
masyarakat dan investasi daerah
2.1. Meningkatkan Lapangan 2.1.b. Jumlah Wirausaha Baru Orang 200
Pekerjaan Yang Berorientasi
Pada Wirausaha Baru 2.2.a. Nilai Investasi Trilyun 2,50

2.2. Meningkatnya daya saing investasi


daerah 2.3.a. Indeks Gini % 0,414

2.3. Menurunnya ketimpangan


pembangunan wilayah

3 Meningkatkan Derajat Sosial


Kemasyarakatan
3.1. Meningkatnya Pemberdayaan 3.1.a.Indeks Pemberdayaan Gender Indeks 82,77
Perempuan di dalam
Pembangunan

3.2. Meningkatnya Kualitas Derajat 3.1.a. Usia Harapan Hidup Tahun 70,68
Kesehatan Masyarakat

4 Meningkatkan Pemerataan
Pembangunan Infrastruktur Wilayah
4.1. Meningkatkan Aksestabilitas Antar 4.1.a. Panjang Jalan dalam Kondisi Km 401,95
dan inter wilayah Baik

5 Meningkatkan Pembangunan yang


berbasis kelestarian lingkungan
5.1. Meningkatnya Kualitas Lingkungan 5.1.a. Indeks Kualitas Air Indeks 80,08
Hidup
5.1.b. Indeks Kualitas Udara Indeks 89,77

5.1.c.Tutupan Lahan % 47,44

6 Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Unggulan Daerah
6.1. Meningkatnya Pertumbuhan 6.1.a. Laju Pertumbuhan Ekonomi % 5,74
Ekonomi Sektor Pertanian Sektor Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan

6.2. Meningkatnya Pertumbuhan 6.2.a. Lama Kunjungan Wisata Hari 3.30


Ekonomi Sektor Pariwisata
6.2.b. Jumlah Kunjungan Wisatawan orang 84.647

7 Meningkatnya Tata Kelola


Pemerintahan yang baik dan bersih
7.1. Meningkatnya Kinerja 7.1.a. Predikat Akuntabilitas Kinerja Predikat CC
Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
1.2. Meningkatnya Penyelenggaraan 7.2.a. Jumlah Kasus Korupsi kali 0
Pemerintahan Yang Bersih dan
Bebas KKN 7.2.b. Opini BPK Predikat WTP

Hal. 60
2020

1.3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan


Publik 7.3.a. Rata-Rata Nilai IKM Rata-Rata 76.70

7.3.b. Indeks SPBE Indeks 2.50

Adapun hasil evaluasi dan analisis pada masing-masing sasaran strategis


dapat di uraian sebagai berikut :

SASARAN 1 : TERWUJUDNYA KUALITAS PENDIDIKAN MASYARAKAT

Dalam rangka mewujudkan kualitas pendidikan masyarakat, telah


ditetapkan indikator angka rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah.
Pendidikan dapat menggambarkan kualitas sumber daya manusia dari segi ilmu
pengetahuan. Indikator pendidikan yang menjadi unsur pembentuk IPM yakni
harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) menggambarkan jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan
formal. Angka RLS merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang
pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki, dan pendidikan yang telah
ditamatkan. Angka ini mengindikasikan jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk suatu wilayah dalam mengenyam pendidikan sekolah formal. Adapun
cakupan penduduk yang dihitung dalam RLS adalah penduduk berusia 25 tahun
ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun. Penghitungan ini mengikuti standar
internasional yang digunakan oleh UNDP.
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang
pernah dijalani dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan
terakhir.
Selain Rata-rata Lama Sekolah (RLS), indikator lain yang memperlihatkan
kualitas pendidikan suatu wilayah adalah harapan lama sekolah. Indikator
Harapan Lama Sekolah merupakan indikator yang menggantikan indikator
sebelumnya yaitu Indikator Angka Melek Huruf yang sudah tidak digunakan lagi
karena sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Harapan Lama Sekolah
(HLS) dapat didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan
akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang Nilai HLS yang
semakin tinggi, dapat menggambarkan bahwa rata-rata lamanya sekolah
seseorang diharapkan akan semakin besar (semakin tinggi pendidikan yang

Hal. 61
2020

ditempuh). HLS ini dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti
Kebijakan Pemerintah yaitu program Wajib Belajar.

Peningkatan harapan lama sekolah ini mengindikasikan meningkatnya


berbagai fasilitas pendidikan di Bantaeng ataupun aksesibilitas pendidikan lebih
mudah untuk mengenyam pendidikan.
Adapun evaluasi pencapaian sasaran terwujudnya kualitas pendidikan
masyarakat dengan indikator angka rata-rata lama sekolah dan harapan lama
sekolah. Angka rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk
usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak
termasuk tahun yang mengulang). Sedangkan Harapan Lama Sekolah adalah
Lamanya sekolah (dalam setahun yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada
umur tertentu dimasa mendatang HLS dapat digunakan untuk mengetahhui
kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang).
Pencapaian indikator angka rata-rata lama sekolah dan harapan lama
sekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2
Evaluasi Pencapaian Sasaran 1

TAHUN 2020
CAPAIAN
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
TARGET REALISASI (%)
1 2 3 4 5 6 7

1 Terwujudnya kualitas
1 Angka Rata-rata Lama Sekolah Tahun 7,59 6.48 85.30
pendidikan masyarakat

2 Harapan Lama Sekolah Tahun 13,14 12,03 91,55

Rata-Rata Tingkat Pencapaian Sasaran 88,42

Sumber Data : BPS Tahun 2020

Berdasarkan tabel evaluasi pencapaian sasaran terwujudnya kualitas


pendidikan masyarakat, terlihat bahwa realisasi pencapaian angka rata-rata lama
sekolah pada tahun 2020 ini sebesar 6.48 tahun atau 85.30%. Sedangkan
harapan lama sekolah pencapaiannya dapat direalisasikan sebesar 12,03 Tahun
atau 91.55%.
Rata-Rata Lama Sekolah merupakan kombinasi angka partisipasi sekolah,
jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki dan pendidikan yang
ditamatkan. Sedangkan definisi Lama Sekolah adalah banyaknya tahun seorang
menjalankan pendidikan formal hingga saat dilakukan survey, baik yang sedang

Hal. 62
2020

dijalani saat ini (sedang bersekolah) atau pun pendidikan yang ditamatkan.
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bantaeng Tahun 2018 – 2023 target untuk rata-
rata lama sekolah di tahun 2020 sebesar 7,59 tahun.
Sedangkan realisasi tahun 2020 sebesar 6,48 tahun dengan angka
ketercapaian sebesar 85,37%. Dibandingkan pada tahun 2019 realisasi untuk
rata-rata lama sekolah sebesar 6,47 tahun.Dengan realisasi angka 6,48 tahun
tersebut dapat diartikan bahwa masyarakat di Kabupaten Bantaeng rata-rata
sudah dapat menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar , ketercapaian rata-rata
lama sekolah sudah mendekati Wajar Pendidikan pendidikan Dasar 9 Tahun pada
tingkat Wajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, pemenuhannya sebesar 2,52 tahun
akan kita intervensi melalui program bersama dengan Pemerintah Propinsi
Sulawesi Selatan.
Harapan Lama Sekolah dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam
bentuk lamanya Pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh
setiap anak. Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bantaeng Tahun 2018 - 2023 target
untuk angka Harapan Lama Sekolah di Tahun 2020 sebesar 13,14
tahun.Sedangkan realisasi tahun 2020 sebesar 12,03 tahun dengan angka
ketercapaian sebesar 91,55%. Dibandingkan pada tahun 2018 realisasi untuk
rata-rata lama sekolah sebesar 12,01 tahun. Hal tersebut bisa dikategorikan ada
kenaikan sebesar 0,02 tahun. Dengan realisasi angka 12,03 tahun tersebut dapat
diartikan bahwa peserta didik lulusan SD sekarang di Kabupaten Bantaeng punya
potensi untuk bisa melanjutkan pada tingkat perguruan Tinggi (S.I).
Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah sampai dengan tahun 2020.
Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, angka rata-rata
lama sekolah dan harapan lama sekolah terjadi peningkatan. Hal ini dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3
Perbandingan Capaian Sasaran dari tahun sebelumnya

REALISASI TARGET REALISASI


CAPAIAN
NO INDIKATOR SASARAN
2016 2017 2018 2019 2020 2020 KINERJA (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Angka Rata-Rata Lama Sekolah 6,16 6,16 6,17 6,45 7,59 6,48 85.30

2 Harapan Lama Sekolah 11,48 11,67 11,88 11,99 13,14 12,03 91,55

RATA – RATA PENCAPAIAN 88,42

Hal. 63
2020

Dari capaian kinerja sasaran dengan indikator angka rata-rata lama


sekolah dan harapan lama sekolah dari tahun tahun sebelumnya rara-rata
pencapaian indikator sebesar 98,2%.
Pencapaian sasaran terwujudnya kualitas pendidikan masyarakat dengan
indikator angka rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah didukung
dengan berbagai pencapaian sasaran dan indikator yang telah ditetapkan
Perangkat Daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang dapat diuraikan
sebagai berikut :

Tabel 3.4
Pencapaian Sasaran Bidang Pendidikan Tahun 2020

Capaian
No. Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi
(%)

1. Angka partisipasi pendidikan anak usia dini % 70,00 83,57 119,38


2. Guru PAUD yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV % 80,00 63,32 79,15
3. Guru PAUD yang bersertifikat Pendidik % 42,00 42,64 101,54
4. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A % 115,00 97,24 84,55
5. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A % 98,00 95,39 97,33
6. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B % 90,00 96,45 107,16
7. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B % 90,00 90,43 100,47
8. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs % 100,00 114,72 114,72
Guru jenjang pendidikan dasar yang memenuhi
9. % 95,00 88,11 92,74
kualifikasi S1/D-IV
10. Guru SD/MI, SMP/MTs yang bersertifikat Pendidik % 45,00 43,23 96,06
11. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI % 1,00 0,43 0,43
12. Angka Kelulusan (AL) SD/MI % 100 92,90 92,90
13. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs % 1.00 0,52 0,52
14. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs % 100,00 97,69 97,69
Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak
15. % 95,00 96,55 101,63
buta aksara)
16. Pelaku, organisasi dan komunitas seni berkarya % 45,00 45,00 100,00
Nilai sejarah dan karya budaya yang diaktualisasikan
17. % 50,00 50,00 100,00
kedalam masyarakat
18. cagar budaya yang dilestarikan % 50,00 50,00 100,00

Indikator Kinerja yang mendukung sasaran strategis dalam Renstra Dinas


Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 sebanyak 18
indikator, dan dari jumlah tersebut dapat dibagi berdasarkan kriteria sebagai
berIndikator Kinerja Utama (IKU)

Dari 18 Indikator Kinerja Utama, di atas, kinerja yang dicapai menunjukkan


bahwa 85 % persen telah memenuhi kriteria sangat memuaskan, 5% persen telah
memenuhi kriteria memuaskan, 5 % persen telah memenuhi kriteria cukup
memuaskan, 5 % (persen) telah memenuhi kriteria kurang memuaskan. Analisis

Hal. 64
2020

keberhasilan dan kegagalan pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas


Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 akan dijelaskan
pada analisis capaian kinerja sasaran strategis di bawah.

Dari hasil pengukuran dan evaluasi kinerja Secara umum Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 dapat dikemukakan bahwa
sebagian besar sasaran-sasaran strategis yang telah ditargetkan dapat dicapai,
namun demikian masih terdapat sasaran strategis yang belum mencapai target
yang diharapkan tahun 2020 dengan berbagai kendala. Rincian analisis capaian
masing-masing sasaran strategis dapat diuraikan sebagai berIndikator Kinerja
Utama (IKU)
Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan akan
dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja.
Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
tahun 2020.
Pencapaian Indikator tahun 2020 secara ringkas ditunjukkan oleh tabel
berikut ini :

Tabel 3.5
Pencapaian Sasaran I Bidang Pendidikan Tahun 2020

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
Tersedia dan Angka Partisipasi
Terjangkaunya 1. Pendidikan Anak Usia % 70,00 83,57 119,38
Layanan PAUD yang Dini
berkualitas dengan Guru PAUD yang
memperhatikan 2. memenuhi kualifikasi % 80,00 76,06 95,07
inklusifitas bagi anak S1/D-IVpendidikan
usia prasekolah di Guru PAUD yang
3. % 42,00 33,67 80,16
semua kecamatan bersertifikat Pendidik

Rata-rata capaian 98,20

Dari 3 (tiga) indikator kinerja yang ditetapkan sebagai tolok ukur


keberhasilan sasaran ini, untuk indikator kinerja utama dan pertama (Angka
Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini), Prosentase pencapaian target sebesar
83,57 %. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2019 sebesar 57,83 % maka
terdapat kenaikan APK PAUD sebesar 25.74 %. Kenaikan APK disebabkan
bertambahnya lembaga PAUD dengan jumlah peserta didik sebanyak 4126 siswa
pada PAUD Formal yang tersebar pada TK/RA dan 1490 siswa pada PAUD Non
formal (KB,Tempat Penitipan Anak(TPA) dan Satuan PAUD Sejenis). Tetapi secara

Hal. 65
2020

umum rata-rata pencapaian sasaran Tersedia dan Terjangkaunya Layanan


PAUD yang berkualitas dengan memperhatikan inklusifitas bagi anak usia
prasekolah di semua kecamatan ini telah berhasil melampaui target yaitu
dengan capaian 98,20 persen akan tetapi APK yang telah melampaui target yang
telah ditetapkan antara lain disebabkan adanya siswa diluar kelompok penduduk
usia 5-6 tahun yang telah bersekolah pada jenjang TK/RA . Hal ini ditunjukkan
dengan adanya siswa pada jenjang TK dan jenjang RA yang belum berumur 5-6
tahun.

Tabel 3.6
Perbandingan Pencapaian Sasaran I Bidang Pendidikan

Capaian (%)
Indikator Kinerja
2016 2017 2018 2019 2020

Angka Partisipasi Pendidikan


1. 64,10 55,52 62,71 57,83 83,57
Anak Usia Dini

Jika dilihat capaian kinerja tahun ini dengan beberapa tahun terakhir, maka
secara umum rata-rata capaian kinerja pada sasaran Tersedia dan
Terjangkaunya Layanan PAUD yang berkualitas dengan memperhatikan
inklusifitas bagi anak usia prasekolah di semua kecamatan ini mengalami
peningkatan. Rata-rata capaian kinerja tahun 2019 mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun lalu.

Tabel 3.7
Perbandingan kinerja dalam perencanaan strategis organisasi.

Rata-rata
Kondisi kinerja
realisasi Capaian
Indikator Kinerja Satuan target jangka
sampai dengan (%)
menengah
tahun ini
Angka Partisipasi Pendidikan Anak Usia
1. % 95,00 83,57 87,97
Dini
Guru PAUD yang memenuhi kualifikasi
2. % 100,00 63,32 63.32
S1/D-IV

3. Guru PAUD yang bersertifikat Pendidik % 70,00 42,64 60.91

Jika melihat perbandingan rata-rata realisasi indikator kinerja sampai


dengan tahun 2020 terhadap target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam
Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan maka terdapat 3 indikator yang telah
mencapai target jangka menengah target tersebut dioptimalkan agar di Tahun
Hal. 66
2020

2020 (tahun terakhir periode Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan


Kabupaten Bantaeng ) telah melampaui dari target yang ditetapkan.
Keberhasilan / peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran
Tersedia dan Terjangkaunya Layanan PAUD yang berkualitas dengan
memperhatikan inklusifitas bagi anak usia prasekolah di semua kecamatan ini
didukung dengan adanya program pendidikan gratis, dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOP) bagi sekolah jenjang TK dan PAUD dan Bantuan Siswa Miskin
(BSM) bagi siswa yang masuk kategori tidak mampu, serta terpenuhinya alokasi
anggaran baik APBD,APBN maupun DAK dalam rangka menunjang Program
Pendidikan Anak Usia Dini pelaksanaan kegiatan dijenjang Pendidikan PAUD .
Tahun 2020 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng
melaksanakan beberapa kegiatan Program Pendidikan Anak Usia Dini sesuai
anggaran yang tersedia, sebagai indikator Kinerja Utama (IKU) :
1. Pengadaan Perlengkapan Sekolah
2. Pengembangan pendidikan Anak Usia Dini
3. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
4. Pengembangan Kurikulum, Bahan Ajar dan Model Pembelajaran Pendidikan
Anak Usia Dini
5. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan
6. Pembangunan Gedung Sekolah
7. Pengadaan Buku – buku dan Alat Tulis Siswa
8. Pengadaan Alat Praktek dan Peraga Siswa
9. Rehabilitasi Sedang / Berat Ruang Kelas Sekolah
10. BOP Paud TK Negeri Pembina
11. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Bisaappu
12. BOP Paud TK Negeri Idhata
13. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Bantaeng
14. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Letta
15. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Banyorang
16. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Biangkeke
17. BOP Paud TK Negeri Pertiwi Pullaweng
18. BOP Paud TK Negeri Kartini

Sedangkan beberapa indikator yang belum mencapai target lebih


disebabkan pada dinamika penganggaran yang ada di Kabupaten Bantaeng,
anggaran untuk perbaikan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan
Sarana dan Prasarana dan meubiler sekolah yang tentunya membutuhkan
Hal. 67
2020

anggaran yang sangat besar dan waktu yang lama untuk menuntaskan, sehingga
target ini memang tidak untuk pencapaian jangka pendek tetapi dibutuhkan
waktu jangka panjang untuk dapat memasimalkan pencapaian target tersebut.

Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja


tahun 2020 untuk pencapaian sasaran Tersedia dan Terjangkaunya Layanan
PAUD yang berkualitas dengan memperhatikan inklusifitas bagi anak usia
prasekolah di semua kecamatan ini adalah Dana APBD sebesar Rp.
1.138.092.800 (anggaran pokok) dan setelah perubahan anggaran meningkat
menjadi Rp. 1.302.293.300 dan dari anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp.
985.109.000 atau 94 persen dan Dana DAK Sebesar Rp. 2.234.232.000 (Anggaran
Pokok) dan setelah perubahan anggaran meningkat menjadi Rp. 2.388.370.000
dan dari anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp. 2.089.122.582 atau 87.47
persen.

Program / kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian sasaran


Tersedia dan Terjangkaunya Layanan PAUD yang berkualitas dengan
memperhatikan inklusifitas bagi anak usia prasekolah di semua kecamatan ini
adalah sebanyak 1 program dan 9 kegiatan.

Sasaran Strategis II :
Tersedia, terjangkaunya dan terjaminnya kepastian memperoleh layanan
pendidikan dasar berkualitas dengan memperhatikan inklusifitas dalam rangka
penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan


akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
tahun 2020 Pencapaian Indikator tahun 2020 secara ringkas ditunjukkan oleh
tabel berindikator Kinerja Utama (IKU) berikut ini :

Hal. 68
2020

Tabel 3.8
Pencapaian Sasaran II Bidang Pendidikan Tahun 2020

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
Angka Partisipasi Kasar
1. % 115 97,24 84,56
(APK) SD/MI Paket A
Tersedia, Angka Partisipasi Murni
2. % 98 95,39 97,34
terjangkaunya dan (APM) SD/MI Paket A
terjaminnya kepastian Angka Partisipasi Kasar
3. % 90 96,45 107,17
memperoleh layanan (APK) SMP/MTs Paket B
pendidikan dasar Angka Partisipasi Murni
4. % 90 90,43 100,48
berkualitas dengan (APM) SMP/MTs Paket B
memperhatikan Angka Melanjutkan (AM)
5. % 100 114,72 114,72
inklusifitas dalam dari SD/MI ke SMP/MTs
rangka penuntasan Angka Melanjutkan (AM)
wajib belajar 6. dari SMP/MTs ke % 0 0 0
pendidikan dasar 9 SMA/SMK/MA
tahun Guru Jenjang Pendidikan
7 Dasar yang Memnuhi % 95 88,11 92,75
kualifikasi S1
Guru SD/MI, SMP/MTs
8 % 45 43,23 96,07
yang bersertifikat pendidik
Rata-rata capaian 90,43 89,37 99,01

Dari 8 (delapan) indikator kinerja yang ditetapkan sebagai tolok ukur


keberhasilan sasaran ini, untuk indikator kinerja pertama (APK SD/MI paket A) ,
Prosentase pencapaian target sebesar 84,56% yakni APK SD/MI / Paket A telah
mencapai 97,24 % dengan target 115,00 % atau sedikit menurun dibanding
dengan tahun 2019 yang telah mencapai 100,82%. APK yang telah melampaui
target yang telah ditetapkan antara lain disebabkan adanya siswa diluar kelompok
penduduk usia 7-12 tahun yang telah bersekolah pada jenjang SD/MI dan Paket A
Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa pada jenjang SD dan jenjang MI yang
belum berumur 7 tahun. Indikator Angka melanjutkan juga cukup segnifikan
pencapaiannya pada tahun 2020. Angka melanjutkan dari jenjang SD/MI ke
SMP/MTs mencapai 114,72 %, tampak bahwa jumlah siswa SMP/MTs lebih
banyak dari lulusan SD/MI. Hal in disebabkan beberapa sekolah menerima siswa
baru yang berasal dari luar kabupaten, serta menerima siswa yang merupakan
lulusan tahun – tahun sebelumnya.

Hal. 69
2020

Grafik 3. 1
Pencapaian APK PAUD, SD dan SMP

Grafik APK Jenjang PAUD, SD, SMP, 2016 – 2020


120.00 110.60 110.57
100.82
95.05 97.24 96.45
100.00 87.51 90.10
85.78 85.67 83.57
80.00
64.10
59.91 57.83
55.52 Angka Partisipasi Kasar (APK) Paud
60.00
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI
40.00 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI2

20.00

0.00
2016 2017 2018 2019 2020

Tabel 3.9
Perbandingan kinerja dengan perencanaan strategis organisasi

Kondisi kinerja Rata-rata realisasi


Capaian
Indikator Kinerja Satuan target Tahun sampai dengan
(%)
ini tahun ini
Angka Partisipasi Kasar (APK)
1. % 115,00 97,24 84,55
SD/MI Paket A
Angka Partisipasi Murni (APM)
2. % 98,00 95,39 97,33
SD/MI Paket A
Angka Partisipasi Kasar (APK)
3. % 90,00 96,45 107,16
SMP/MTs Paket B
Angka Partisipasi Murni (APM)
4. % 90,00 90,43 100,47
SMP/MTs Paket B
Angka Melanjutkan (AM) dari
5. % 100,00 114,72 114,72
SD/MI ke SMP/MTs
Angka Melanjutkan (AM) dari
6. % 0,00 0,00 0,00
SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
Guru Jenjang Pendidikan Dasar
7. % 95,00 88,11 92,74
yang Memenuhi kualifikasi S1
Guru SD/MI, SMP/MTs yang
8. % 45,00 43,23 96,06
bersertifikat pendidik

Jika melihat perbandingan rata-rata realisasi indikator kinerja sampai


dengan tahun 2020 terhadap target kinerja tahun 2020 yang terdapat dalam
Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan maka terdapat 3 indikator yang telah
mencapai target dan 4 indikator tidak mencapai target .
Belum Tercapainya Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI Paket A ,Belum
Tercapainya Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI Paket A hal ini disebabkan
masih rendanya Tingkat Pemahaman Orang Tua Siswa terkait Peraturan
Permendikbud No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.
Hal. 70
2020

Kurangnya Guru Jenjang Pendidikan Dasar yang Memenuhi kualifikasi S1


dan Kurangnya tenaga pendidik guru SD/MI dan SMP/MTs yang bersertifikat
pendidik ini menunjukan rendahnya tingkat kesadaran Tenaga Pendidik untuk
meningkatkan Kualifikasi S.1 atau D4 serta diperlukan Kerjasama dengan
lembaga pendidikan Tinggi dalam peningkatan kualifikasi pendidik.
Keberhasilan / peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran
Tersedia, terjangkaunya dan terjaminnya kepastian memperoleh layanan
pendidikan dasar berkualitas dengan memperhatikan inklusifitas dalam rangka
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun ini didukung dengan adanya
program pendidikan gratis, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
Bantuan Siswa Miskin (BSM) bagi siswa yang masuk kategori tidak mampu,
fasilitasi bus sekolah bagi anak sekolah, serta terpenuhinya alokasi anggaran baik
APBN maupun APBD untuk perbaikan sarana dan prasarana Sekolah yang
sumber dananya baik dana Alokasi Khusus (DAK) maupun dari Dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bantaeng.
Tahun 2020 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng
melaksanakan beberapa kegiatan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun, sebagai berIndikator Kinerja Utama (IKU) :
1. BOS SD Kecamatan Bissappu
2. BOS SD Kecamatan Bantaeng
3. BOS SD Kecamatan Tompobulu
4. BOS SD Kecamatan Uluere
5. BOS SD Kecamatan Eremerasa
6. BOS SD Kecamatan Pa’jukukang
7. BOS SD Kecamatan Sinoa
8. BOS SD Kecamatan Gantarangkeke
9. BOS SMP Kabupaten Bantaeng
10. Pelatihan Penyusunan Kurikulum
11. Penyelenggaraan Akreditasi Sekolah Dasar
12. Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah SD
13. Pengadaan Perlengkapan Sekolah SD
14. Operasional SD
15. Pembinaan Minat, Bakat dan Kreatifitas Siswa SD
16. Penyelenggaraan Ujian Sekolah SD
17. Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah SMP
18. Operasional SMP

Hal. 71
2020

19. Pembinaan Minat, Bakat dan Kreatifitas Siswa SMP


20. Penyelenggaraan Ujian Sekolah SMP
21. Pengadaan Buku – buku dan Alat Tulis Siswa SD
22. Pengadaan Alat Praktek dan Peraga Siswa SD
23. Pengadaan Moubiler Sekolah SD
24. Rehabiltasi Sedamg / Berat Ruang Kelas Sekolah SD
25. Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitary SD
26. Rehabilitasi Sedang / Berat Sarana Air Bersih dan Sanitary SD
27. Rehabiltasi Sedang / Berat Perpustakaan Sekolah SD
28. Rehabilitasi Sedang / Berat Ruang Guru Sekolah SD
29. Rehabilitasi Sedang / Berat Laboratorium dan Praktikum Sekolah SMP
30. Pengadaan Buku – Buku dan Alat Tulis Siswa SMP
31. Pengadaan Alat Praktek dan Peraga Siswa SMP
32. Pengadaan Perlengkapan Sekolah SMP
33. Pembangunan Ruang Kelas Sekolah SMP
34. Pembangunan Laboratorium dan Ruang Praktikum Sekolah SMP
35. Pembangunan Perpustakaan Sekolah SMP
36. Pembangunan Sarana Air Bersih dan Saniraty SMP
37. Rehabilitasi Sedang / Berat Sarana Air Bersih dan Sanitary SMP
38. Rehabilitasi Sedang / Berat Perpustakaan Sekolah SMP
39. Rehabiltasy Sedang / Berat Ruang Guru Sekolah SMP
Penurunan Kinerja ini disebabkan pencapaian beberapa indikator pada
sasaran Tersedia, disebabkan Tingkat Pemahaman Orang Tua Siswa terkait
Peraturan Permendikbud No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik
Baru.Orang Tua siswa lebih memilih menunggu anaknya genap berusia 7 tahun
baru menyekolahkannya ke jenjang pendidikan SD/MI dengan alasan Anak Didik
mereka belum bisa masuk ke sistem Dapodik Apabila belum Genap 7 Tahun ,
sementara untuk indikator Pada Kualifikasi Tenaga Pendidikan masih rendahnya
kesadaran Tenaga Pendidikan untuk meningkatkan Kualifikasi S.1 atau D4.
Alternatif Solusi yang telah dilakukan
1. Melakukan Sosialisasi terkait Peraturan Permendikbud No. 14 Tahun 2018
Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.
2. Melakukan Diklat dan Pelatihan Bagi Pendidik dalam Meningkatkan
Profesionalis Guru/Tenaga Pendidik
Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja
tahun 2019 untuk pencapaian sasaran Tersedia, terjangkaunya dan terjaminnya

Hal. 72
2020

kepastian memperoleh layanan pendidikan dasar berkualitas dengan


memperhatikan inklusifitas dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun ini adalah Dana APBD sebesar Rp. 6.691.466.000,- untuk
(Anggaran Pokok) dan setelah perubahan menjadi Rp. 6.767.021.000,- dan dari
anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp. 6.311.866.000 atau 93,27 persen dan
Dana APBN sebesar Rp. 21.948.001.500,- (Anggaran Pokok) dan setelah
perubahan anggaran meningkat menjadi Rp. 22.270.360.000,- dan dari anggaran
tersebut terealisasi Rp. 22.270.360.000,- atau 100 persen dan Dana DAK sebesar
Rp. 18.865.486.475,- untuk (Anggaran Pokok) dan setelah perubahan menjadi
Rp.21.145.426.200,- dan dari anggaran tersebut terealisasi sebesar
Rp.20.312.733.446,- atau 94,85 persen.

Sasaran : Meningkatnya kualitas / mutu layanan pendidikan


Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan
akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
tahun 2020 Pencapaian Indikator tahun 2020 secara ringkas ditunjukkan oleh
tabel berikut ini:

Tabel 3.10
Realisasi Pencapaian Sasaran III Bidang Pendidikan

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
Angka Putus Sekolah
1. % 1,00 0,43 232,56
(APS) SD/MI
Angka Kelulusan (AL)
Meningkatnya kualitas 2. % 100,00 92,90 92.90
SD/MI)
/ mutu layanan
Angka Putus Sekolah
pendidikan pendidikan 3. % 1,00 0,52 192,31
(APS) SMP/MTs
Angka Kelulusan (AL)
4. % 100,00 97,69 97,69
SMP/MTs
Rata-rata capaian 50,5 47,88 123,09

Indikator kualitas / mutu layanan pendidikan ditunjukkan oleh nilai Angka


Putus Sekolah (APTs) dan Angka Kelulusan (AL). APTs jenjang SD/MI mencapai
232,56% dari target hanya 100 %. Angka Putus terbilang rendah pada jenjang SD
yakni 94 orang siswa putus sekolah dari 21832 orang siswa pada tahun ajaran
sebelumnya. Sementara APTs untuk jenjang SMP/MTs mencapai 192,31 % dari
target 100 % pada jenjang SMP/Mts yakni 52 orang siswa putus sekolah dari 9946
orang siswa.

Hal. 73
2020

Tabel 3.11
Perbandingan Antara Capaian Kinerja Tahun ini
6 dengan beberapa tahun terakhir.

Capaian (%)
Indikator Kinerja
2016 2017 2018 2019 2020

1. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0,76 0,52 0,52 0,62 0,43

2. Angka Kelulusan (AL) SD/MI) 95,49 93,89 93,45 91.23 92,90

3. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs 0,85 0,86 0,99 0,58 0,52

4. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs 95,65 93,02 91,80 92,63 97,69

Rata-rata capaian 38,74 38,04 46,69 46,26 47,88

Berdasarkan dari tabel diatas secara umum dapat dikatakan bahwa terjadi
fluktuasi mutu pada seluruh jenjang pendidikan, bahkan pada jenjang SMP/MTs
cenderung meningkat pada 2 (dua) tahun terakhir, meskipun persentase kelulusan
masih stabil mendekati angka 100%. Rendahnya sosialisasi dalam menyikapi
perubahan kurikulum melihat kecenderungan rata – rata nilai ujian yang
menurun pada jenjang SMP/MTs, maka perlu pembenahan proses pembelajaran
hingga proses penilaian peserta didik terutama jika dikaitkan dengan potensi
peserta didik. Jika nilai rata – rata ujian cenderung rendah, maka peluang untuk
bersaing dengan lulusan SMA/MA dari daerah lain untuk masuk ke Perguruan
Tinggi akan semakin berat, baik melalui jalur undangan maupun melalui jalur
seleksi peneirmaan mahasiswa baru. Perlu perhatian yang lebih besar terhadap
siswa pada tingkat terakhir di SMP/MTs dan SMA/MA terutama kesiapan dalam
menghadapi ujian nasional baik melalui optimalisasi pembelajaran maupun
melalui proses remedial dan pengayaan mata pelajaran, khususnya mata pelajaran
yang diujikan secara nasional.

Tahun 2020 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng


melaksanakan beberapa kegiatan Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan sesuai anggaran yang tersedia :

1. Pengembangan Sistem perencanaan dan pengendalian program profesi pendidik


dan tenaga kependidikan
2. Pengembangan Sistem penghargaan dan Perlindungan Terhadap Profesi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD
3. Pemberian Jasa Kepada Tenaga Pendidik Non Formal
4. Pengembangan Sistem Penghargaan dan Perlindungan Terhadap Profesi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Hal. 74
2020

5. Pemberian Jasa Tenaga Kebudayaan

Sedangkan beberapa indikator yang belum mencapai target lebih


disebabkan pada dinamika penganggaran yang ada di Kabupaten Bantaeng,
anggaran untuk perbaikan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan yang
tentunya membutuhkan anggaran yang sangat besar dan waktu yang lama untuk
menuntaskan, sehingga target ini memang tidak untuk pencapaian jangka pendek
tetapi dibutuhkan waktu jangka panjang untuk dapat memasimalkan pencapaian
target tersebut.

Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja


tahun 2020 untuk pencapaian sasaran Meningkatnya kualitas / mutu layanan
pendidikan ini adalah sebesar Rp. 1.982.255.000 (anggaran pokok ) dan setelah
perubahan anggaran meningkat menjadi Rp. 2.330.255.000 dan dari anggaran
tersebut terealisasi sebesar Rp. 2.323.247.322 atau 100 persen. Dibandingkan
rata-rata capaian kinerja berarti tingkat efisiensi anggaran.

Sasaran : Meningkatnya Angka Literasi Penduduk Usia > 15 Tahun

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan


akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
tahun 2019 pencapaian indikator tahun 2019 secara ringkas ditunjukkan oleh
tabel berikut ini:

Tabel 3.12
Pencapaian Sasaran Angka Literasi

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)

Meningkatnya Angka Penduduk yang berusia >


Literasi Penduduk 1. 15 tahun melek huruf % 95,00 96,55 101,63
Usia > 15 Tahun (tidak buta aksara )

Rata-rata capaian 95,00 96,55 101,63

Program pemberantasan buta aksara adalah salah satu program


pendidikan yang dilaksanakan pada jalur pendidikan non formal yang merupakan
bagian integral dari upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan,
keterbelakangan dan ketidakberdayaan masyarakat. Program ini bertujuan agar

Hal. 75
2020

masyarakat yang masih menyandang status buta aksara memperoleh keterampila


dasar untuk membaca, menulis dan berhitung dan mampu berbahasa indoensia
serta memperoleh ketermapilan fungsional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pendapatn dalam kehidupan sehari – hari.
Buta Aksara di Kabupaten Bantaeng umur 15 – 59 tahun pada akhir tahun
2020 sejumlah 2650 orang. Angka tersebut diupayakan dapat dituntaskan.
Program pemberantasan Buta Aksara melalui keaksaraan fungsional (KF)
sangatlah diharapkan mampu menurunkan tingkat kebutaaksaraan di Indonesia
khususnya di Kabupaten Bantaeng. Harapan ini dapat menjadi kenyataan, jika
program KF dapat dilakukan secara terus menerus serta berkelanjutan. Dari 1
(satu) indikator kinerja yang mendukung sasaran strategis ini capaian melampaui
dari target yang telah ditetapkan. Tetapi secara umum rata-rata pencapaian
sasaran Meningkatnya Angka Literasi Penduduk Usia > 15 Tahun telah berhasil
melampaui target.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng melaksanakan
beberapa kegiatan Program Pendidikan Non Formal sesuai anggaran yang tersedia,
sebagai berikut :

1. Pembinaan Pendiidkan Kursus dan Kelembagaan


2. Publikasi dan Sosialisasi Pendidikan Non Formal
3. Pekan Olahraga Antar Warga Belajar Menyambut Hari Aksara Internasional

Sedangkan beberapa indikator yang belum mencapai target lebih


disebabkan pada dinamika penganggaran yang ada di Kabupaten Bantaeng,
anggaran untuk perbaikan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan yang
tentunya membutuhkan anggaran yang sangat besar dan waktu yang lama untuk
menuntaskan, sehingga target ini memang tidak untuk pencapaian jangka pendek
tetapi dibutuhkan waktu jangka panjang untuk dapat memasimalkan pencapaian
target tersebut.

Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja


tahun 2020 untuk pencapaian sasaran Meningkatnya Angka Literasi Penduduk
Usia > 15 Tahun ini adalah sebesar Rp. 200.114.500,-( anggaran pokok ) dan
setelah perubahan anggaran menurun menjadi Rp. 188.184.500,- dan dari
anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp. 184.986.500,- atau 99 persen.

Hal. 76
2020

Program / kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian sasaran


Meningkatnya Angka Literasi Penduduk Usia > 15 Tahun ini adalah sebanyak 1
program dan 3 kegiatan.

Sasaran : Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas pelaku Seni

Optimalisasi pembinaan kesenian dalam berbagai aspek kehidupan


berbangsa dan bernegara dalam bentuk pengembangan kesenian, diharapkan
membangitkan kesadaran pemuda akan potensi kewirausahaan yang mereka
miliki, medorong munculnya atau bangkitnya potensi dan peran aktif mendorong
munculnya atau bangkitnya potensi dan peran aktif pengembangan kesenian serta
mendorong kemandirian berksenian bagi pemuda serta menciptakan lapangan
pekerjaan sektor kesenian.
Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan
akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
tahun 2020 Pencapaian Indikator tahun 2 secara ringkas ditunjukkan oleh tabel
berikut ini:

Tabel 3.13
Realisasi Pencapaian Sasaran Kualitas dan Kuantitas Pelaku Seni

Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
(%)
Meningkatnya
Kualitas dan Pelaku, organisasi dan
1. % 45,00 45,00 100
Kuantitas pelaku komunitas seni berkarya
Seni

Rata-rata capaian 45,00 45.00 100

Penyerapan anggaran / Realisasi belanja langsung pada Tahun 2020


sumber dana APBD sebesar Rp. 13.289.579.150,- dari Total Anggaran yang di
Alokasikan sebesar Rp. 12.448.873.858,- jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran,penyerapan anggaran tebesar pada program/kegiatan sebesar 97% dan
Sumber Dana APBN sebesar 22.270.360.000,- dari Total Anggaran yang di
Alokasikan sebesar 22.270.360.000,-Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran,penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan sebesar 100% dan
Sumber Dana DAK Sebesar Rp. 23.939.996.200,- dari Total Anggaran yang di

Hal. 77
2020

Alokasikan sebesar Rp. 22.806.993.149,- jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran, penyerapan anggaran tebesar pada program/kegiatan sebesar 98.88%
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator
yang dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber
daya/input tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk
mencapai keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai
sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada Tahun 2020 secara umum
menunjukkan tingkat efisiensi anggaran yang sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat
bahwa mayoritas dari seluruh sasaran menunjukkan realisasi anggarannya lebih
kecil daripada realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum,
pencapaian kinerja dari aspek program telah dicapai dengan cara yang efisien
karena realiasi anggarannya lebih kecil daripada yang ditargetkan dan juga lebih
kecil daripada realisasi capaian kinerjanya.
Penyelenggaraan asas tugas pembantuan adalah cerminan dari sistem dan
prosedur penugasan Pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten dan/atau desa, serta dari pemerintah
kabupaten kepada desa untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dan
pembangunan yang disertai dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
mempertanggungjawabkannya kepada yang memberi penugasan.
Tugas pembantuan diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan
tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas desentralisasi
dan asas dekonsentrasi. Pemberian tugas pembantuan dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan,
pengelolaan pembangunan, dan pelayanan umum. Tujuan pemberian tugas
pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian
permasalahan, serta membantu penyelenggaraan pemerintahan, dan
pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga Negara yang berusia 7 – 15 tahun
wajib mengIndikator Kinerja Utama (IKU)ti pendidikan dasar. Konsekuensi dari
amanat undang-undang tersebut adalah pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat
pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat.
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005,

Hal. 78
2020

telah berperan besar dalam pencapaian program wajib belajar 9 tahun tersebut.
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang
bermutu.
BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar. Salah satu kebijakan Kementerian
Pendidikan Nasional yakni progam buku murah yang dimulai tahun 2008, tetap
menjadi salah satu acuan utama program BOS Tahun 2020.
Dana alokasi khusus bidang pendidikan yang selanjutnya disebut DAK
bidang pendidikan merupakan salah satu dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Kabupaten
Bantaeng untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program
yang menjadi prioritas Nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana
dan prasarana satuan pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang belum mencapai
standar tertentu atau percepatan pembangunan daerah di bidang pendidikan
dasar. DAK bidang pendidikan tahun Anggaran 2020 adalah dana yang disiapkan
pemerintah dalam upaya peningkatan akses dan mutu pendidikan sebagai salah
satu prioritas pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan peningkatan
akses bagi masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas.
Alokasi DAK bidang pendidikan per daerah dan pedoman umum DAK
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan penetapan alokasi dan pedoman
umum DAK tersebut, Menteri Pendidikan Nasional menyusun petunjuk teknis
penggunaan DAK bidang pendidikan yang berkoordinasi dengan Menteri Dalam
Negeri.
Selain DAK, dana yang bersumber dari APBN yang ditransfer ke APBD
melalui mekanisme transfer daerah adalah Pembayaran Tunjangan Profesi bagi
guru PNS dan Pembayaran Tambahan Penghasilan bagi Guru Pegawai Negeri Sipil
Daerah Tahun 2019.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pusat Tahun 2020 pada Kabupaten
Bantaeng untuk jenjang Pendidikan Dasar dan menengah dialokasikan sebesar
Rp.22.270.360.000,- untuk 149 sekolah Tingkat SD dan 42 sekolah pada jenjang
SMP. Dana yang terserap hingga akhir tahun anggaran 2020 untuk 149 sekolah
pada jenjang SD adalah Rp. 22.270.360.000,- 100 % dari alokasi awal. Serapan
dana yang berbeda dengan alokasi dana awal tahun, karena adanya perubahan-

Hal. 79
2020

perubahan jumlah siswa sehingga transfer dana pada tiap triwulan dilakukan
penyesuaian.
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang pendidikan Tahun 2020, diarahkan
pada Pengadaan Buku – Buku dan Alat Tulis Siswa SD,Pengadaan Alat Praktek
dan Peraga Siswa SD,Pengadaan Moubiler Sekolah SD,Rehabilitasi Sedang / Berat
Ruang Kelas Sekolah SD, Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitary SD,
Rehabilitasi Sedang / Berat Sarana Air Bersih dan Sanitary SD, Rehabiltasi
Sedang / Berat Perpustakaan Sekolah SD, Rehabilitasi Sedang / Berat Ruang
Guru Sekolah SD, Rehabilitasi Sedang / Berat Laboratorium dan Praktikum
Sekolah SMP, Pengadaan Buku – buku dan Alat Tulis Siswa SMP, Pengadaan Alat
Praktek dan Peraga Siswa SMP, Pengadaan Perlengkapan Sekolah SMP,
Pembangunan Ruang Kelas Sekolah SMP, Pembangunan Laboratorium dan Ruang
Praktikum Sekolah SMP, Pembangunan Perpustakaan Sekolah SMP,
Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitary SMP, Rehabilitasi Sedang / Berat
Sarana Bersih dan Sanitary SMP, Rehabilitasi Sedang / Berat Perpustakaan
Sekolah SMP, Rehabilitasi Sedang / Berat Ruang Guru Sekolah SMP.
Alokasi DAK bidang pendidikan pada jenjang SD dan SMP Tahun 2020
adalah Rp. 23.939.996.200,-. Dana yang sudah terserap hingga akhir tahun
Anggaran 2020 adalah Rp. 22.806.993.149,- atau 98,88%.
Program Subsidi Guru Tahun 2020 berupa Tunjangan Profesi, Tambahan
Penghasilan bagi guru PNSD, Tunjangan Khusus, yang dananya berasal dari dana
transfer pusat ke daerah.
Dana Tunjangan Profesi Tahun 2020 bagi guru dan pengawas yang telah
lulus sertifikasi yang berasal dari APBN melalui mekanisme transfer daerah
dialokasikan sebesar Rp. 61.557.899.440 ( Enam Puluh Satu Milyar Lima Ratus
Lima Puluh Tujuh Juta Delapan Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Empat
Ratus Empat Puluh Rupiah ) ,- dan Silpa tahun 2019 sebesar Rp.
18.990.857.960,-. Tunjangan profesi dibayarkan secara Triwulan dengan serapan
hingga akhir Desember 2020 (Triwulan IV) ditambah pembayaran Carry Over (Co)
sebesar Rp. 80.548.133.060,- atau 82,31%, sisa anggaran tahun 2020 Rp.
624.340,-Selain melalui mekanisme transfer daerah, bagi sebagian guru PNS dan
guru non PNS serta guru SLB yang berjumlah 99 orang, dananya dibayarkan
melalui dana APBN dengan mekanisme transfer langsung dari pusat (Direktorat
PAUD, SD dan SMP ) langsung ke masing-masing rekening guru.
Dana tambahan penghasilan bagi guru PNSD yang belum lulus sertifikasi
yang berasal dari APBN dialokasikan sebesar Rp. 250.000/bulan,- atau total

Hal. 80
2020

untuk tahun 2020 sebesar Rp. 679.250.000,-. Tunjangan tersebut telah


dibayarkan dari Triwulan pertama (Januari – Maret) Sebesar Rp. 170.000.000,-
Triwulan Kedua (April – Juni) sebesar Rp. 170.250.000,- Triwulan Ketiga (Juli –
September) sebesar Rp. 168.750.000,- hingga Triwulan IV (Oktober-Desember)
sebesar Rp. 170.250.000,- bagi 224 orang guru PNSD.

Sasaran 2 : Meningkatnya Pemerataan Pendapatan Masyarakat

PDRB merupakan suatu gambaran perekonomian makro suatu wilayah


yang identik dengan peningkatan pembangunan perekonomian. Oleh karena itu,
untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat, dapat dilihat berdasarkan PDRB per kapita, yaitu gambaran rata-rata
pendapatan yang diterima oleh penduduk secara makro, sehingga untuk analisis
lebih lanjut diperlukan analisis ketimpangan pendapatan. Meskipun ukuran ini
memiliki kelemahan karena perlakuan yang dibagi rata tersebut, namun dapat
memberikan gambaran awal perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat
secara makro.
PDRB per kapita di Bantaeng mengalami peningkatan signifikan yang
mengindikasikan tingginya peningkatan PDRB tidak diimbangi dengan
peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2014, PDRB per kapita Bantaeng
sebesar Rp.27,23 juta dan meningkat dalam waktu tiga tahun mencapai Rp.37,46
juta.
Dalam mencapai sasaran meningkatnya pemerataan pendapatan
masyarakat, telah ditetapkan indikator sasaran yaitu Indikator Kinerja (IKU)
Pengeluaran Perkapita. Pengeluaran rata-rata perkapita adalah biaya yang
dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan baik
yang berasal dari pembelian, pemberian maupun produksi sendiri dibagi dengan
banyaknya anggota rumah tangga dalam rumah tangga tersebut.
Adapun pencapaian kinerja sasaran pengeluaran perkapita tahun 2020
dapat dilihat sebagaimana pada tabel tersebut di bawah ini :

Hal. 81
2020

Tabel 3.14
Evaluasi Pencapaian Sasaran 2

TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA


NO INDIKATOR SASARAN
2020 2020 (%)

1 2 7 8 9

1 Pengeluaran Perkapita 1.000.000 950.000 95,00

RATA-RATA PENCAPAIAN SASARAN 95,00

Berdasarkan hasil evaluasi pencapaian sasaran meningkatnya pemerataan


pendapatan masyarakat dengan indikator pengeluaran perkapita, capaian
kinerjanya sebesar 95,00%.

Sasaran 3 : Meningkatkan Lapangan Pekerjaan Yang berorientasi pada


wirausaha baru

Pembangunan ketenagakerjaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 4


Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bertujuan untuk
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerjasecara optimal dan
manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, untuk
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan,
serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Tingkat pengganguran terbuka Kabupaten Bantaeng memiliki tren fluktuatif
naik turun dalam setiap periodenya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
merupakan perbandingan antara jumlah penganggur terbuka dengan jumlah
angkatan kerja. Pengangguran terbuka adalah penduduk usia produktif yang
sama sekali tidak mempunyai pekerjaan.
Ketiadaan pekerjaan itu menurut BPS bisa karena sedang mencari
pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan, serta telah diterima bekerja, namun belum mulai bekerja. TPT bisa
digunakan untuk memantau serta mengevaluasi perkembangan angka
pengangguran.
Dari sasaran meningkatkan lapangan pekerjaan yang berorientasi pada
wira usaha baru, ditetapkan 2 indikator pendukung pencapaian sasaran. Adapun
indikator dimaksud adalah tingkat pengangguran dan jumlah wira usaha
baru. Pencapaian sasaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Hal. 82
2020

Tabel 3.15
Evaluasi Pencapaian Sasaran 3

TAHUN 2020
CAPAIAN
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
TARGET REALISASI (%)
1 2 3 4 5 6 7

3 Meningkatkan Lapangan 1 Tingkat Pengangguran % 4.81 4,01 83.36


Pekerjaan yang
berorientasi pada
wirausaha baru
2 Jumlah Wira Usaha Baru Orang 200 200 100

Rata-Rata Tingkat Pencapaian Sasaran 91,68

Berdasarkan evaluasi pencapaian sasaran pada tahun 2020, dapat dilihat


bahwa rata-rata realisasi pencapaian sasaran sudah cukup baik sebesar 91.68%.
Tingkat pengangguran dari target sebesar 4,81% dapat direalisasikan menjadi
4,01% sehingga dapat dinilai bahwa capaian kinerjanya sangat baik. Demikian
pula dengan penciptaan wira usaha baru capaian kinerjanya sangat baik sebesar
100%.
Capain kinerja yang sangat baik tersebut dapat diuraikan melalui
pencapaian kinerja dibidang ketenagakerjaan dan industri.

Tabel 3.16
Capaian Kinerja Bidang Ketenagakerjaan

No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)

1. Jumlah tenaga kerja yang memperoleh


Orang 400 356 89,00
pelatihan kerja
2. Meningkatnya kesempatan kerja Persen 30 49,70 165,67

3. Jumlah partisipasi angkatan kerja perempuan Persen 90 66,47 73,85

Pelatihan kerja yang dilaksanakan merupakan salah satu jalur untuk


meningkatkan kualitas serta mengembangkan karir tenaga kerja. Pelatihan kerja
merupakan salah satu dari tiga pilar utama peningkatan kualitas tenaga kerja,
yaitu : standar kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi
kompetensi oleh lembaga yang independen. Jumlah tenaga kerja yang memperoleh
pelatihan kerja pada tahun 2020 sebanyak 356 orang atau capaian sebesar
89,00% dari jumlah yang ditargetkan sebanyak 400 orang.

Hal. 83
2020

a) Meningkatnya kesempatan kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam


kemajuan kesejahteraan suatu daerah. Jika terdapat kesempatan kerja yang
tinggi, maka tenaga kerja dapat menyejahterakan dirinya. Banyaknya tenaga
kerja tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja yang memadai hanya akan
menimbulkan masalah dan menjadi beban bagi suatu daerah. Persentase
tingkat kesempatan kerja dapat dihitung dari jumlah penduduk berumur 15
tahun ke atas yang bekerja dibagi dengan jumlah angkatan kerja dikali 100%.
Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja pada tahun 2018
sebanyak 98.947 orang dan jumlah angkatan kerja sebanyak 199.103 orang.
b) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah proporsi penduduk usia kerja
yang sudah bekerja atau masih mencari pekerjaan terhadap penduduk usia
kerja. Berdasarkan data dari BPS tahun 2020, tingkat partisipasi angkatan
kerja perempuan sebesar 66,47%. Dari TPAK ini dapat dijadikan indikator
sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memberikan ruang bagi
partisipasi kesetaraan gender dan peluang kerja bagi perempuan. Serta dapat
terlihat pula seberapa besar motivasi perempuan untuk bekerja.

Sebagai perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun


ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir disajikan pada tabel di bawah
ini.

Tabel 3.17
Capaian Kinerja Indikator Ketenagakerjaan

Realisasi
Realisasi Realisasi Tahun Realisasi Tahun Realisai Tahun
No Indikator Kinerja Satuan Tahun
Tahun 2017 2018 2019 2020
2016

1. Jumlah tenaga kerja yang


Persen 100 100 100 86,86 89,00
memperoleh pelatihan kerja
2. Meningkatnya kesempatan kerja Persen 70 75 80 80 165,67

3. Jumlah partisipasi angkatan kerja


Persen 100 100 100 85,71 73,85
perempuan

Rata-rata capaian (%) 90,00 91,67 93,33 84,19 115,01

Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase rata-rata capaian ketiga


indikator, rata-rata capaian tertinggi terjadi pada 2021 dan yang terendah pada
tahun 2020 sebagaimana tergambar pada grafik berikut :

Hal. 84
2020

Grafik 3.2
Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Indikator 1

PERBANDINGAN REALISASI CAPAIAN INDIKATOR


"JUMLAH TENAGA KERJA YANG MEMPEROLEH PELATIHAN KERJA"

100
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
2016 2017 2018 2019 2020
Grafik Jumlah Tenaga Kerja yang Memperoleh Pelatihan Kerja
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pada tahun 2020 terjadi
peningkatan jumlah tenaga kerja yang memperoleh pelatihan kerja dibandingkan
dengan tahun 2019.

Adapun pencapaian indikator kinerja meningkatnya kesempatan kerja


dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Grafik 3.3
Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Indikator 2

PERBANDINGAN REALISASI CAPAIAN INDIKATOR


"MENINGKATNYA KESEMPATAN KERJA"

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0
2016 2017 2018 2019 2020
Grafik Meningkatnya Kesempatan Kerja

Hal. 85
2020

Sedangkan pada grafik capaian indikator meningkatnya kesempatan kerja,


dapat dilihat peningkatan yang cukup besar dari tahun 2020.

Grafik 3.4
Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Indikator 3

PERBANDINGAN REALISASI CAPAIAN INDIKATOR


"JUMLAH PARTISIPASI ANGKATAN KERJA PEREMPUAN"

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
Grafik Jumlah Partisipasi Angk. Kerja Perempuan

Pada capaian kinerja dengan indikator jumlah partisipasi angkatan kerja


perempuan, berdasarkan grafik diatas mengalami penurunan pada tahun 2020.
Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan atau peningkatan/ penurunan
kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan. Pada tahun 2019 telah
dilaksanakan beberapa pelatihan kerja bagi calon tenaga kerja dan tenaga kerja,
yaitu :
- Pelatihan komputer basis perusahaan yang diikuti oleh 40 orang peserta
- Pelatihan berbasis kompetensi yang dilaksanakan di atas kerjasama Pemerintah
Kabupaten Bantaeng dengan BBLK Bekasi diikuti oleh 26 orang peserta.
- Pelatihan padat karya infrastruktur dan Tenaga Kerja Mandiri diikuti oleh 356
tenaga kerja
- Pelatihan berbasis kompetensi di BLK Bantaeng sebanyak 352 peserta.
- Capacity Building Tenaga Kerja Industri Smelter pada Bidang Furnace di
Kendari yang diikuti oleh 32 orang calon tenaga kerja Industri Smelter
Dari beberapa pelatihan yang dilaksanakan di atas memberikan dampak
positif berupa peningkatan persentase jumlah calon tenaga kerja dan tenaga kerja
yang mendapatkan pelatihan kerja selama tahun 2019 dibandingkan dengan
tahun sebelumnya meskipun belum mencapai 100%. Selain pelatihan, para

Hal. 86
2020

peserta pelatihan padat karya infrastruktur dan Tenaga Kerja Mandiri juga
diberikan bantuan berupa peralatan penunjang kerja.
a) Adanya perusahaan smelter yang beroperasi di Kabupaten Bantaeng menjadi
salah satu penyebab meningkatnya kesempatan kerja di Kabupaten Bantaeng.
Pada bulan Mei dan Juni tahun 2020 dilaksanakan Capacity Building Tenaga
Kerja Industri Smelter pada Bidang Furnace di Kendari yang diikuti oleh 32
orang calon tenaga kerja Industri Smelter. Beberapa perusahaan, swalayan dan
minimarket, instansi swasta dan pemerintah juga banyak membuka
penerimaan tenaga kerja/pegawai selama kurun waktu tahun 2019.
Selain itu, penyebarluasan dan kemudahan akses informasi bursa tenaga kerja
bagi para pencari kerja juga menjadi penyebab peningkatan kesempatan kerja.
b) Berdasarkan data BPS tahun 2020, tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki
lebih tinggi dari perempuan yaitu 90,16% berbanding 66,47%. Hal ini
disebabkan pada umumnya perempuan lebih memilih untuk menjadi ibu
rumah tangga daripada menjadi seorang pekerja di luar. Selain itu mereka juga
kebanyakan lebih memilih melanjutkan pendidikan.
Adapun program yang menunjang pencapaian kinerja sasaran tersebut
adalah :
a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, dengan
kegiatan antara lain :
- Pendidikan dan Pelatihan ketramplan Bagi Pencari Kerja
- Pelatihan komputer basis perusahaan yang diikuti oleh 40 orang peserta.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan calon tenaga kerja yang terampil
mengoperasikan komputer.
b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja, dengan kegiatan antara lain :
- Penyebarluasan Informasi Bursa Tenaga Kerja
Penyediaan informasi bursa tenaga kerja dan pelayanan pembuatan kartu
pencari kerja kerja / kartu kuning (AK.1) bagi masyarakat pencari kerja.
Informasi bursa tenaga kerja disebarluaskan melalui berbagai media yang
mudah diakses oleh masyarakat. Selain informasi kerja, informasi yang
disebarluaskan juga ada yang dalam bentuk magang atau pelatihan. Untuk
kartu kuning (AK.1), jumlah pemohon pembuatan kartu kuning (AK.1) dari
bulan Januari s/d Desember 2020 mencapai 252 orang dengan jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat usia yang berbeda-beda.

Hal. 87
2020

Sasaran 4 : Meningkatnya Daya Saing Investasi Daerah

Iklim investasi di Kabupaten Bantaeng menunjukkan “trend positif”. Hal ini


menunjukkan adanya potensi besar Kabupaten Bantaeng untuk dapat menarik
minat para investor berbagai industri dan pelaku bisnis beragam sektor untuk
turut memajukan perekonomian daerah. Kemudahan berinvestasi di Kabupaten
Bantaeng tidak lepas dariupaya Pemerintah KabupatenBantaeng untuk
menyederhanakan pelayanan perijinan serta mengedepankan pelayanan yang
bersih dan bebas pungli. Terlihat peningkatan yang sangat signifikan pada
perkembangan investasi di Kabupaten Bantaeng.
Pada tahun 2013, realisasi investasi yang diusahakan di Kabupaten
Bantaeng hanya sebesar 52 milyar rupiah, namun seiring berjalannya waktu,
investasi meningkat tajam hingga mencapai hampir 1 trilyun rupiah pada tahun
2020. Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan akan
dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja.
Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja SKPD Dinas Penanaman Modal dan PTSP
untuk tahun 2020.
Pencapaian Indikator tahun 2020 secara ringkas ditunjukkan oleh tabel
berikut ini:

Tabel 3.18
Evaluasi Pencapaian Sasaran 4

TAHUN 2021
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
STRATEGIS TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7
4 Meningkatnya Daya
Saing Investasi 1 Nilai Investasi Trilyun 2.50 1,00 40,0%
Daerah

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 40,0%

Berdasarkan evaluasi sasaran meningkatnya daya saing investasi daerah,


terlihat rata-rata tingkat pencapaian indikator Nilai Investasi yang ditargetkan 2,5
Trilyun berhasil secara optimal dan dapat direalisasikan sebesar 40,0% atau
sebesar 1,00 Trilyun.

Hal. 88
2020

Adapun faktor-faktor yng mempengaruhi keadaan tersebut dapat dijelaskan


melalui pencapaian kinerja sasaran satuan kerja Dinas Penanaman Modal dan
PTSP Kabupaten Bantaeng Tahun 2020 sebagai berikut :

SASARAN : Meningkatnya realisasi penanaman modal yang berorientasi pada


pembinaan, pengawasan dan pemantauan

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan


akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja SKPD DPMPTSP untuk tahun 2020
Pencapaian Indikator tahun 2020 secara ringkas ditunjukkan oleh tabel berikut
ini:

Tabel 3.19
Capaian Indikator Kinerja DPMPTSP Tahun 2021

Indikator
No Sasaran Strategis Satuan Target Realisasi Capaian
Kinerja
1.
Meningkatnya Jumlah realisasi Rp 100 Milyar 179.968.038.22 180 %
realisasi pelayanan investasi PMDN
penanaman modal
yang berorientasi
pada pembinaan,
pengawasan dan Jumlah realisasi Rp 900 Milyar 586.132.101.369 65,1 %
pemantauan investasi PMA

Rata-rata capaian

Dari 2 indikator kinerja yang mendukung sasaran strategis ini, indikator


kinerja sasaran mencapai target dan secara umum rata-rata pencapaian sasaran
meningkatnya realisasi investasi ini melalui indikator jumlah realisasi PMDN
telah berhasil melampaui target yaitu dengan capaian 180% dan capaian
indikator jumlah realisasi investasi PMA hanya mencapai 65,1%.
Dalam pelaksanaan kegiatan Pelayanan Perizinan DPMPTSP kabupaten
Bantaeng telah menyelenggarakan 61 jenis pelayanan perizinan dan non perizinan
yang terdiri dari beberapa sektor, dan telah mengeluarkan sebanyak 1441 lembar
izin yang terbit dan 287 lembar non perizinan yang terbit.
Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan peningkatan realisasi
PMDN di Kabupaten Bantaeng pada tahun 2020, antara lain:
1. Terbitnya Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Penanaman Modal
yang diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif,

Hal. 89
2020

dimana sinergitas pelayanan penanaman modal dapat diwujudkan sehingga


mampu meningkatkan penyerapan investasi di Kabupaten Bantaeng.
2. Terbitnya Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan tentang Rencana Umum
Penanaman Modal (RUPM) BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2014–2025 serta naskah akademik RUPM Tahun 2014–2025 yang merupakan
pedoman/acuan dalam membuat perencanan jangka panjang baik BKPMD
sendiri maupun intansi penanaman modal kabupaten / kota dan BKPM RI
dalam perencanaan investasi kurun waktu 2014–2025.
3. Keikutsertaan dalam event pameran promosi investasi yang dilaksanakan di
dalam negeri mampu menarik minat banyak calon investor untuk berinvestasi,
baik pada sektor infrastruktur, industri hasil pertanian, industri hasil
perikanan dan juga pertambangan.
4. Pro aktifnya Bidang Pengendalian dan Pengawasan dalam menjemput Laporan
Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dan segera menangani setiap
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan PMDN dan PMA.
5. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh calon investor mengenai potensi
dan peluang investasi di Kabupaten Bantaeng.
Faktor yang menyebabkan kurangnya minat Penanaman Modal Asing di
Kabupaten Bantaeng adalah karena untuk keluarnya izin Penanaman Modal Asing
masih menjadi kewenangan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat di
Jakarta, sedangkan DPMPTSP Kabupaten Bantaeng sebatas berfungsi untuk
memfasilitasi.
Penyerapan anggaran belanja langsung pada Tahun 2020 sebesar 99,49%
dari total anggaran yang dialokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran, penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan di sasaran
Meningkatnya realisasi pelayanan Penanaman modal yang berorientasi pada
pembinaan, pengawasan dan pemantauan 99,95%. Sedangkan penyerapan terkecil
pada program/kegiatan di sasaran Peningkatan kualitas pelayanan perizinan yang
terpadu 99,81%.
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator
yang dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input
tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai
keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai
sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.

Hal. 90
2020

Pencapaian kinerja dan anggaran pada Tahun 2020 secara umum


menunjukkan tingkat efisiensi anggaran yang sangat tinggi.Hal ini bisa dilihat
bahwa mayoritas dari seluruh sasaran menunjukkan realisasi anggarannya lebih
kecil daripada realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum,
pencapaian kinerja dari aspek program telah dicapai dengan cara yang efisien
karena realiasi anggarannya lebih kecil daripada yang ditargetkan dan juga lebih
kecil daripada realisasi capaian kinerjanya.Memang terdapat sasaran yang
realisasi kinerjanya lebih rendah daripada realisasi anggarannya, seperti sasaran
Meningkatnya realisasi pelayanan penanaman modal yang berorientasi pada
pembinaan, pengawasan dan pemantauanyang realisasi anggarannya mencapai
99,99% namun realisasi kinerjanya baru mencapai %. Untuk sasaran semacam
ini, perlu mengkaji lebih jauh faktor apa sajakah yang menyumbang kepada
situasi di atas, seperti menguji seberapa baik koordinasi dan sinergi dengan
stakeholder terkait untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Juga
mengidentifikasi, bagaimana membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan
menjadi lebih baik.

Sasaran 5 : Menurunnya Ketimpangan Pembangunan Wilayah

Pembangunan baik ekonomi maupun sosial yang dilakukan Pemerintah


suatu wilayah tidak selamanya dapat dinikmati secara merata oleh seluruh
lapisan masyarakat. Peningkatan pembangunan tidak selalu disertai dengan
peningkatan pendapatan penduduk dan kesejahteraan masyarakat secara
horisontal. Beberapa faktor yang menjadi sumber perbedaan pendapatan antara
lain kesempatan, kualitas pendidikan, dan lainnya. Salah satu alat ukur yang
dapat digunakan untuk melihat kesenjangan pendapatan penduduk dalam suatu
wilayah adalah “rasio gini”,rasio ini menganalisis nilai dengan interpretasi semakin
mendekati nilai 1, maka semakin tidak merata pendapatan penduduk suatu
wilayah.Pemerataan kesejahteraan di Bantaeng masih fluktuatif dan tergolong
belum merata secara baik yang terlihat pada tingginya angka indeks gini sebesar
0,422 pada tahun 2017.

Hal. 91
2020

Gambar 3.1
Indeks Gini Kabupaten Bantaeng Tahun 2015-2017

0.44
0.435
0.43

0.42 0.422

0.41

0.4

0.39

0.38 0.382

0.37

0.36

0.35
2015 2016 2017

Sumber Data : BPS Kabupaten Bantaeng, 2021

Untuk mengukur pencapaian sasaran menurunnya ketimpangan


pembangunan wilayah ditetapkan indikator sasaran indeks gini sebagai indikator
kinerja utama.

Tabel 3.20
Evaluasi Pencapaian Sasaran 5

TAHUN 2020
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET REALISASI KINERJA
STRATEGIS
(%)
1 2 3 4 5 6 7
5 Menurunnya
ketimpangan 1 Indeks Gini % 0.414 0.420 98,57%
pembangunan
wilayah

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 98,57%

Sasaran 6 : Meningkatnya Pemberdayaan Perempuan dalam


pembangunan

Pemberdayaan perempuan dan anak masih menjadi perhatian Pemerintah


Daerah Kabupaten Bantaeng dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender. Kesetaraan dan keadilan gender dapat terjadi apabila porsi dan siklus
sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis.

Hal. 92
2020

Perlindungan anak adalah kegiatan untuk menjamin danmelindungi anak dan


hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan, diskriminasi, eksploitasi, pelecehan dan tindakan
salah lainnya.

Capaian pemberdayaan perempuan di Kabupaten Bantaeng mengalami


sedikit fluktuasi dimana pada Indeks Pembangunan Gender (IPG) Bantaeng tahun
2015 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebanyak 0,48 poin menjadi
96,38 dibanding tahun 2014 sebesar 96,86. Namun jika dilihat dari segi Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG), maka setiap tahun mengalami peningkatan hingga
pada tahun 2015 mencapai nilai sebesar 79,24.

Gambar 3.2
Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender
Kabupaten Bantaeng Tahun 2011-2015

100 96.24 96.56 96.62 96.86 96.38


95

90

85

80

75 78.41 79.24
74.73 75.69
70 74.50
2011 2012 2013 2014 2015

IPG IDG

Sumber Data : Kementerian PP dan PA tahun 2020

Gambar 3.3
Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan Dan Anak
Dari Tindakan Kekerasan Kabupaten Bantaeng Tahun 2013-2017

30
25 26
22
20
15 15
10 11
5
3
0
2013 2014 2015 2016 2017

Sumber Data : PP-PA tahun 2020

Hal. 93
2020

Jika menilik pada kasus terkait perlindungan perempuan dan anak dari tindak
kekerasan, maka terlihat fluktuasi kasus di setiap tahunnya hingga sebesar 15
kasus pada tahun 2021.

Tabel 3.21
Evaluasi Pencapaian Sasaran 6

TAHUN 2021
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
STRATEGIS TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7
6 Meningkatnya
Pemberdayaan Indeks Pemberdayaan Indeks 82,77 80,00 96.65
1
Perempuan di dalam Gender
pembangunan

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 96,65

Sasaran 7 : Meningkatknya Kualitas Derajat Kesehatan

Angka harapan hidup adalah rata-rata lama hidup penduduk di suatu


daerah. Angka harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
daerah dalam pembangunan kesejahteraan rakyat di suatu daerah terutama di
sektor kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan angka usia harapan hidup
dipengaruhi dari beberapa faktor yang dalam hal ini faktor kesehatan lebih
berperan penting selain faktor lain seperti ekonomi, budaya, dan pendidikan.
Peran sektor kesehatan mempengaruhimasyarakat dalam menurunkan angka
kesakitan, peningkatan gizi masyarakat, dan pelayanan kesehatan yang baik.

Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup di Kabupaten Bantaeng dalam


kurun waktu 2013-2017 menunjukkan peningkatan dari sebesar 69,65 tahun
pada tahun 2013 menjadi selama 69,90 tahun pada tahun 2017. Angka ini
mengindikasikan bahwa setiap bayi yang baru lahir pada tahun 2017 memiliki
harapan hidup hingga mencapai usia 69-70 tahun.

Hal. 94
2020

Gambar 3.4
Angka Harapan Hidup
Kabupaten Bantaeng Tahun 2013-2017

69.90
69.84
69.77
69.68
69.65

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber Data : Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2019

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan


akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Kesehatan Kab. Bantaeng untuk
tahun 2020 Pencapaian Indikator tahun 2020 secara ringkas ditunjukkan oleh
tabel berikut ini:

Tabel 3.22
Evaluasi Pencapaian Sasaran 7

TAHUN 2020
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
STRATEGIS TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7
Meningkatnya
Kualitas Derajat
7 1 Usia Harapan Hidup Tahun 70,68 69.00 97.62
Kesehatan

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 97.62

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pencapaian sasaran meningkatnya


kualitas derajat kesehatan dengan indikator usia harapan hidup[, pencapaian
kinerja yang direalisasikan sebesar 97.62%.
Pencapaian kinerja sasaran meningkatnya kualitas derajat kesehatan
dipengaruhi oleh pencapaian kinerja satuan kerja Dinas Kesehatan yang dapat
diuraikan sebagai berikut ;

Hal. 95
2020

Tabel 3.23
Pencapaian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2021

TINGKAT
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI
CAPAIAN

Cakupan kunjungan ibu hamil


98 92,72 94,61
Meningkatnya Meningkatnya K4
pelayanan pelayanan
Cakupan pertolongan persalinan
kesehatan kesehatan ibu
oleh tenaga kesehatan yang 92 90,14 97,9
berdasarkan dan anak
memiliki kompetensi kebidanan
zonasi wilayah
untuk Cakupan pelayanan nifas 96 82,95 86,40
peningkatan
layanan Cakupan neonatus dengan
kesehatan ibu 92 100 108
komplikasi yang ditangani
dan anak serta
gizi Cakupan kunjungan bayi 96 112,06 116

Cakupan Pelayanan anak balita 96 55,42 57,72

Cakupan peserta KB aktif 88 88,47 100

Cakupan kunjungan ibu hamil


98 103,54 105
K1

Cakupan kunjungan neonatus


92 99,27 107
lengkap

Cakupan KB pasca salin 88 35,76 42,90


Pemberantasan Cakupan Desa/ kelurahan
dan 100 73,1 73,1
Universal Child
Pencegahan Immunization (UCI)
Penyakit
Penemuan AFP (Accute Flaccid
Paralysis) Rate per 100.000 100 100,00 100,00
penduduk < 15 tahun

Penemuan dan penanganan


100 100,00 100,00
penderita pneumonia balita

Penemuan dan penanganan


100 100,00 100,00
pasien baru TB BTA positif

Penemuan dan penanganan


100 100,00 100,00
penderita DBD

Penemuan dan penanganan


100 100,00 100,00
penderita diare

Cakupan pelayanan kesehatan


100 100,00 100,00
dasar masyarakat miskin
Meningkatnya Peningkatan Cakupan pemantauan
pelayanan status Gizi 100 100 100,00
pertumbuhan balita BGM
kesehatan masyarakat
berdasarkan Cakupan pemberian ASI
50 62,25 124
zonasi wilayah eksklusif 0-6 bulan
untuk
peningkatan Cakupan pemberian kapsul
layanan vitamin A dosis tinggi pada bayi 87 95,26 105
kesehatan ibu usia 6-11 bulan
dan anak serta
Cakupan pemberian kapsul
gizi
vitamin A dosis tinggi pada 87 95,1 109
balita usia 6-59 bulan

Cakupan pemberian vitamin A


95 100 100,00
dosis tinggi pada ibu nifas

Hal. 96
2020

Cakupan pemberian Fe 90
92 92,55 100
tablet pada ibu hamil

Cakupan balita gizi buruk


100 100,00 100,00
mendapat perawatan
Peningkatan Cakupan penjaringan kesehatan
pelayanan 100 59,67 59,67
siswa SD
kesehatan gigi
dan mulut Cakupan penjaringan kesehatan
100 63,91 63,91
siswa SMP setingkat

Cakupan penjaringan kesehatan 45,10


100 45,10
siswa SMA setingkat
Cakupan pembinaan kelompok
92 83,33
lanjut usia
Optimalisasi Fasilitas Cakupan persalinan di fasilitas
sarana dan pelayanan yang 92 99,40 108
kesehatan
prasarana sesuai standar
kesehatan Capaian pembuatan profil
100 100,00 100,00
kesehatan puskesmas
Sarana pelayanan kesehatan
100 92 92
yang terakreditasi
Mewujujudkan Peningkatan Cakupan Desa Siaga aktif 92 100 100,00
pola hidup kesehatan
bersih dan lingkungan Persentase rumah yang
60 71,89 119
sehat berbasis memenuhi syarat kesehatan
pemberdayaan Persentase air minum yang
sebagai upaya 86 86,15 100
memenuhi syarat kesehatan
preventif
dibidang Persentase air bersih yang
kesehatan 86 77,9 90,5
memenuhi syarat kesehatan

Persentase keluarga
64 74,5 116
menggunakan jamban sehat

Persentase Desa SBS 34 100 100,00


Persentase cakupan tempat-
tempat umum (TTU) yang 68 67,9 99,8
memenuhi syarat kesehatan
Persentase cakupan Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM)
68 39,66 58,32
yang memenuhi syarat
kesehatan
Peningkatan Cakupan Desa Siaga aktif 92 100 100
Promosi
Kesehatan
Cakupan rumah tangga PHBS 70 71,01 71,01

Keberhasilan/peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran


peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ini didukung dengan adanya
pembiayaan Operasional Kesehatan yang menunjang pelaksanaan kegiatan
program preventif dan promotif, dana Kapitasi JKN untuk penunjang pelayanan
kuratif, Brigade Siaga Bencana /PSC untuk melayani rujukan dan Emergency,
serta kerjasama dengan SKPD lain seperti program Pansimas yang mempunyai
pegaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan di Kabupaten Bantaeng

Hal. 97
2020

Tabel 3.24
Perbandingan Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 s/d 2021

SASARAN
INDIKATOR KINERJA 2017 2018 2019 2020
STRATEGIS

Cakupan kunjungan ibu


90,4 94 88,76 92,72
hamil K4
Meningkatnya Cakupan pertolongan
pelayanan persalinan oleh tenaga
kesehatan ibu 102 109,22 95,78 90,14
kesehatan yang memiliki
Meningkatnya dan anak kompetensi kebidanan
pelayanan
kesehatan Cakupan pelayanan nifas 91,84 98,7 95,78 82,95
berdasarkan
zonasi wilayah Cakupan kunjungan bayi 109,2 107,67 96,67 112,05
untuk
peningkatan Cakupan Pelayanan anak
99,7 99,5 85,67 55,42
layanan balita
kesehatan ibu Cakupan peserta KB aktif 72,73 82,5 74,16 88,47
dan anak serta
Cakupan kunjungan ibu
gizi 95,85 100 96,77 103,54
hamil K1
Cakupan kunjungan
99,4 96,8 90,56 99,27
neonatus lengkap

Cakupan KB pasca salin 35,77 35,76

Cakupan
Desa/kelurahan Universal 95,5 98,5 100 73,1
Child Immunization (UCI)
Pemberantasan Penemuan AFP (Accute
dan Pencegahan Flaccid Paralysis) Rate per
Penyakit 100 100 100 100
100.000 penduduk < 15
tahun
Penemuan dan penanganan
100,0 100 100 100
penderita pneumonia balita
Penemuan dan penanganan
88,4 110,5 100 100
pasien baru TB BTA positif
Penemuan dan penanganan
100,0 100 100 100
penderita DBD
Penemuan dan penanganan
100,0 100 100 100
penderita diare
Cakupan pelayanan
kesehatan dasar masyarakat 100,0 100 100 100
miskin
Meningkatnya Pemberantasan Cakupan desa/kelurahan
pelayanan dan Pencegahan mengalami KLB yang
kesehatan Penyakit 100,0 100 100 100
dilakukan penyelidikan
berdasarkan epidemiologi < 24 jam
zonasi wilayah
Peningkatan Cakupan pemantauan
untuk 100,0 100 100 1000
status Gizi pertumbuhan balita BGM
peningkatan
masyarakat
layanan Cakupan pemberian ASI
kesehatan ibu 65,2 65,9 70,17 65,25
eksklusif 0-6 bulan
dan anak serta
gizi Cakupan pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada 94,0 94,1 94 95,26
bayi usia 6-11 bulan

Cakupan pemberian kapsul


vitamin A dosis tinggi pada 93,9 94,81 94,7 95
balita usia 6-59 bulan

Cakupan pemberian vitamin


91,8 98,7 100 100
A dosis tinggi pada ibu nifas

Hal. 98
2020

Cakupan pemberian Fe 90
90,4 92,34 88,76 92,55
tablet pada ibu hamil

Cakupan balita gizi buruk


100,0 100 100 100
mendapat perawatan
Peningkatan
pelayanan Cakupan penjaringan
90,2 71 88,9 59,67
kesehatan gigi kesehatan siswa SD
dan mulut Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SMP 77,11 63,91
setingkat
Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SMA 74,82 45,10
setingkat
Cakupan pembinaan
35,1 87,93 83,33
kelompok lanjut usia
Optimalisasi Fasilitas
Cakupan persalinan di
sarana dan pelayanan yang 88,77 99,40
fasilitas kesehatan
prasarana sesuai standar
kesehatan
Capaian pembuatan profil
100,0 100 100 100
kesehatan puskesmas

Sarana pelayanan kesehatan


7,7 46,15 92 100
yang terakreditasi

Cakupan Desa Siaga aktif 100,0 100 100 100


Peningkatan
Persentase rumah yang
kesehatan 71,9 79,85 67,6 71,89
memenuhi syarat kesehatan
lingkungan
Persentase air minum yang
86,15 92,55 86,15
Mewujujudkan memenuhi syarat kesehatan
pola hidup Persentase air bersih yang
95,2 101,35 74,65 77,9
bersih dan sehat memenuhi syarat kesehatan
berbasis
pemberdayaan Persentase keluarga
104,4 84,7 89,96 74,5
sebagai upaya menggunakan jamban sehat
preventif Persentase Desa SBS 46,3 100
dibidang Persentase cakupan tempat-
kesehatan tempat umum (TTU) yang 87,0 69,38 64,96 67.9
memenuhi syarat kesehatan
Persentase cakupan Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM)
67,25 39,66
yang memenuhi syarat
kesehatan
Peningkatan Cakupan Desa Siaga aktif 100,0 100 100 100
Promosi
Kesehatan Cakupan rumah tangga
68,2 69,4 60,08 71,01
PHBS

Jika dilihat capaian kinerja tahun ini dengan beberapa tahun terakhir,
maka secara umum rata-rata capaian kinerja pada sasaran Meningkatnya
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Serta Gizi ini mengalami peningkatan.

Hal. 99
2020

Tabel 3.25
Perbandingan target kinerja dengan RPJM tahun 2021

CAPAIAN % (2020)
SASARAN
INDIKATOR KINERJA TARGET
STRATEGIS REALISASI KINERJA
RENSTRA
Cakupan kunjungan ibu hamil
92,72 98 95
K4
Meningkatnya
pelayanan Cakupan pertolongan
kesehatan ibu persalinan oleh tenaga
90,14 92 98
dan anak kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
Meningkatny
a pelayanan Cakupan pelayanan nifas 82,95 96 86
kesehatan Cakupan neonatus dengan
berdasarkan 100 92 108
komplikasi yang ditangani
zonasi
wilayah Cakupan kunjungan bayi 112,06 96 116
untuk
peningkatan Cakupan Pelayanan anak
layanan 55,42 96 58
balita
kesehatan
ibu dan anak Cakupan peserta KB aktif 88,47 88 100
serta gizi
Cakupan kunjungan ibu hamil
103,54 98 105
K1
Cakupan kunjungan neonatus
99,27 92 107
lengkap

Cakupan KB pasca salin 35,76 88 41


Pemberantasan
Cakupan Desa/ Kelurahan
dan Pencegahan 73
Universal Child Immunization 73,1 100,0
Penyakit
(UCI)

Penemuan AFP (Accute Flaccid


Paralysis) Rate per 100.000 100 100,0 100
penduduk < 15 tahun
Penemuan dan penanganan
100 100,0 100
penderita pneumonia balita
Penemuan dan penanganan
100 100,0 100
pasien baru TB BTA positif
Penemuan dan penanganan
100 100,0 100
penderita DBD
Penemuan dan penanganan
100 100,0 100
penderita diare
Cakupan pelayanan kesehatan
100 100,0 100
dasar masyarakat miskin
Meningkatny Pemberantasan Cakupan desa/kelurahan
a pelayanan dan Pencegahan mengalami KLB yang
kesehatan Penyakit 100 100,0 100
dilakukan penyelidikan
berdasarkan epidemiologi < 24 jam
zonasi
wilayah Peningkatan
Cakupan pemantauan
untuk status Gizi 100 92,0 109
pertumbuhan balita BGM
peningkatan masyarakat
layanan Cakupan pemberian ASI
kesehatan 65,25 47,0 138
eksklusif 0-6 bulan
ibu dan anak
serta gizi Cakupan pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada 95,26 87,0 109
bayi usia 6-11 bulan

Hal. 100
2020

Cakupan pemberian kapsul


vitamin A dosis tinggi pada 95,1 87,0 109
balita usia 6-59 bulan

Cakupan pemberian vitamin A


100 95,0 105
dosis tinggi pada ibu nifas

Cakupan pemberian Fe 90
92,55 92,0 100
tablet pada ibu hamil

Cakupan balita gizi buruk


100 100,0 100
mendapat perawatan
Peningkatan
Cakupan penjaringan
pelayanan 59,67 100,0 59,67
kesehatan siswa SD
kesehatan gigi
dan mulut Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SMP 63,91 100,0 63,91
setingkat

Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SMA 45,10 100,0 45,10
setingkat

Cakupan pembinaan
83,33 92,0 91
kelompok lanjut usia
Optimalisasi Fasilitas Cakupan persalinan di
sarana dan pelayanan yang 99,40 92,0 108
fasilitas kesehatan
prasarana sesuai standar
kesehatan Capaian pembuatan profil
100 100,0 100
kesehatan puskesmas
Sarana pelayanan kesehatan
92 100,0 92
yang terakreditasi
Mewujujudk Peningkatan Cakupan Desa Siaga aktif 100 92,0 109
an pola kesehatan
hidup bersih lingkungan Persentase rumah yang
71,89 60,0 119
dan sehat memenuhi syarat kesehatan
berbasis Persentase air minum yang
pemberdayaa 86,15 86,0 100
memenuhi syarat kesehatan
n sebagai
upaya Persentase air bersih yang
77,9 86,0 91
preventif memenuhi syarat kesehatan
dibidang
kesehatan Persentase keluarga
74,5 64,0 116
menggunakan jamban sehat
Persentase Desa SBS 100 34,0 136

Persentase cakupan tempat-


tempat umum (TTU) yang 67,9 68,0 99
memenuhi syarat kesehatan

Persentase cakupan Tempat


Pengelolaan Makanan (TPM)
39,66 68,0 58
yang memenuhi syarat
kesehatan
Peningkatan
Cakupan Desa Siaga aktif 100 92,0 109
Promosi
Kesehatan
Cakupan rumah tangga PHBS 71,01 70,0 101

Jika melihat perbandingan rata-rata realisasi indikator kinerja sampai


dengan tahun 2020 terhadap target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam
Renstra OPD Dinas Kesehatan, maka terdapat 31 indikator yang telah mencapai
target jangka menengah dan 10 indikator yang belum mencapai taget jangka

Hal. 101
2020

menengah namun kedua indikator yang belum mencapai target tersebut


dioptimalkan agar di Tahun 2020 (tahun terakhir periode Renstra OPD/RPJMD
Kabupaten Bantaeng) target tersebut dapat dicapai.
Keberhasilan/peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ini didukung dengan adanya
pembiayaan Operasional Kesehatan yang menunjang pelaksanaan kegiatan
program preventif dan promotif, dana Kapitasi JKN untuk penunjang pelayanan
kuratif, Brigade Siaga Bencana /PSC untuk melayani rujukan dan Emergency,
serta kerjasama dengan SKPD lain seperti program Pansimas yang mempunyai
pegaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan di Kabupaten Bantaeng
Dalam Beberapa tahun terakhir Dinas kesehatan melaksanakan beberapa
kegiatan fisik untuk peningkatan sarana dan prasarana kesehatan sesuai dengan
anggaran yang tersedia, sebagai berikut :
1. Rehabilitasi sedang/ berat Puskesmas /Pustu
2. Pengadaan perlengkapan gedung kantor
3. Pengadaan Mobil Ambulance/ Puskel
4. Pengadaan IPAL
5. Pengadaan obat dan pembekalan kesehatan
6. Standarisasi Pelayanan kesehatan dengan Pelaksanaan Akreditasi
Puskesmas
7. Peningkatan status puskesmas dari Rawat jalan menjadi rawat Inap

Sedangkan beberapa Indikator yang belum mencapai targset seperti


Pelayanan Tempat Pewngelolaan Makanan belum mencapai target disebabkan
fasilitas penjualan makanan belum mempunnyai sertifikat Laik Sehat, Cakupan
KB pasca salin belum mencapai target disebabkan pencatatan dan pelaporan yang
kurang kordinasi antara puskesmas dan bidan praktek swasta.

Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja


tahun 2021 untuk pencapaian sasaran peningkatan akses pelayanan
Kesehatan ini adalah sebesar Rp 123.103.693.206- Yang digunakan untuk
pelaksanaan kegiatan Pengadaan obat dan pembekalan kesehatan
Rp.33.170.511.300, Pelayanan kesehatan Masyarakat Miskin yang mendapat
pelayanan kesehatan Rp12.448.422.480-, Penyemrotan /fogging sarang nyamuk
Rp. 257.945.000 -, Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penaykit menular
Rp. 869.601.500,Pencegahan penularan penaykit endemik /epidemik Rp.
258.170.000 Pembinaan bidan desa dalam upaya peninngkatan kesehatan

Hal. 102
2020

masyarakat Rp.101.893.500, kemitraan pelayanan JKN Rp. 27.555.710.755,


Peningkatan imunisasi Rp.52.091.000, peningkatan Surveilance dan
penanggulangan wabah Rp.104.856.000, Pelaksanaan akreditasi Puskesmas
Rp.652.375.000 , Penyelenggaraaan Penyehatan Lingkungan Rp. 1.1332.485.900
dan Penyuluhan pola standar hidup sehat Rp.493.764.000,-

Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian sasaran


peningkatan akses pelayanan kesehatan ini adalah sebanyak 1 sasaran yaitu
Meningkatnya pelayanan kesehatan berdasarkan zonasi wilayah untuk
peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak serta gizi,sedangkan untuk
pencapaian sasaran Peningkatan Kualitas Pelayanan yaitu Optimalisasi sarana
dan prasarana, dan untuk pencapaian sasaran Meningkatkan sanitasi
dasar,lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat dimasyarakat yaitu
Mewujudkan Pola Hidup Bersih dan Sehat Berbasis Pemberdayaan Sebagai upaya
preventive di bidang kesehatan
Dalam mengukur Peningkatan Pelayanan kesehatan berdasarkan zonasi
wilayah untuk peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak serta gizi, dapat
dianalisis sebagai berikut;,
1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak, Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompotensi kebidanan,
Cakupan kunjungan ibu hamil (K4), Cakupan kunjungan bayi, Cakupan balita
gizi buruk mendapatkan perawatan, telah berhasil memenuhi target
sedangkan untuk Cakupan pelayan Balita,Cakupan Pelayanan Kesehatan
Pendidikan dasa dan Pelayanan Kesehatan Produktif serta cakupan KB pasca
salin 35,76 % masih dibawah targe.
2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar, Persentase Masyarakat Miskin yang
mendapat pelayanan kesehatan, Persentase Sarana Kesehatan dengan
kemampuan Pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat,
terealisasi 100% dari target renstra
3. Pencegahan & Pemberantasan Penyakit , Cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit dan penemuan pasien TB BTA Positif, Cakupan penemuan
dan penanganan penderita DBD yang ditangani, Persentase penanganan
desa/kel yang mengalami KLB<24 jam, Cakupan balita dengan pneumonia
yang ditangani, Persentase penderita kusta yang selesai berobat, dan
penganganan penderita HIV-AIDS, rata-rata terealisasi 100% dari target.
4. Untuk Peningkatan status gizi masyarakat, Cakupan balita mendapat kapsul
vitamin A sebanyak 2 kali pertahun, , sudah teralisasi 100% dari target renstra
Hal. 103
2020

Hasil pengukuran sasaran kesehatan untuk Optimalisasi sarana dan prasarana


kesehatan dapat dilihat sebagai berikut;
1. Meningkatkan sarana pelayanan kesehatan yang terakreditasi sudah mencapai
92 % dari target.
2. Peningkatan capaian pembuatan profil kesehatan sudah mencapai 100 %
Hasil pengukuran sasaran kesehatan untuk Mewujudkan pola hidup bersih
dan sehat berbasis pemberdayaan sebagai upaya preventif di bidang kesehatan
dapat dilihat sebagai berikut :
1. Presentasi cakupan desa siaga,persentase rumah yang memenuhi syarat
kesehatan,persentase air minum,jamban sehat, sudah mencapai target.
2. Peningkatan Promosi kesehatan melalui cakupan rumah tangga ber PHBS
sudah mencapai 71 % dari taget 70 %. .
Beberapa permasalahan yang terjadi dalam rangka pelayanan kesehatan
khususnya mewujudkan pola hidup bersih dan sehat berbasis pemberdayaan
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Balita ,Pelayanan Kesehatan Usia Produktif masih
tidakmencapai target disebabkan tingkat pemahaman masyarakat masih kurang
dalam hal pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan.
2. Tempat Pengelolaan Makanan yang Memenuhi syarat Kesehatan tidak
mencapai target renstra, disebabkan belum optimalnya penerapan regulasi
tentang Laik sehat bagi tempat penjual makanan.
3. Cakupan KB pasca Salin tidak mencapai disebabkan pencatatan dan pelaporan
yang kurang baik
4. Pelayanan kesehatan gigi, mulut serta kesehatan prasekolah dan remaja, dan
murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan gigi dan mulut belum mencapai
target realisasi Renstra.
Solusi:
1. Tempat Pengelolaan Makanan yang Memenuhi syarat Kesehatan
a. Penguatan Program
Sasaran kegiatan program adalah :
1. Penyehatan Tempat-Pengelolaan Makanan yang meliputi catering,kantin
sekolah , sarana pegelolaan Makanan lainnya.
2. Pembinaan saranan TPM .

Hal. 104
2020

b. Kegiatan
1. Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan
Penegakan Regulasi penerbitan sertifikat laik sehat
2. Sosialisasi kesehatan lingkungan di tempat Pengelolaan Makanan
3. Perbaikan kualitas sanitasi dasar meliputi sarana kualitas air dan
pembuangan limbah.
4. Meningkatkan kerjasama lintas program, terutama untuk sarana
pendidikan melalui kegiatan UKS.
5. Penguatan Alokasi Sumber Pembiayaan Program
2. Cakupan KB pasca salin
Penguatan Program
Sasaran kegiatan program adalah :
1. Ibu melahirkan /nifas
2. Bidan praktek swasta
3. Dukungan Lintas Sektor
3. Pelayanan kesehatann gigi, mulut serta kesehatan prasekolah dan remaja, dan
murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan gigi dan mulut
a. Penguatan Program
Sasaran kegiatan program adalah :
1. Institusi Sekolah/Siswa
2. Petugas Kesehatan
3. Petugas UKS/UKGS/UKGMD
b. Kegiatan
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan Gigi di sekolah/Posyandu dengan
menentukan jadwal pelayanan
2. Pelatihan petugas UKS/UKGS/UKGMD
3. Mendorong terbentuknya Poskestren di setiap pondok pesantren
4. Penguatan Alokasi Sumber Pembiayaan Program
Penyerapan anggaran belanja langsung pada Tahun 2020 sebesar 94,49 %
dari total anggaran yang dialokasikan sebesar Rp. 123.103.693.206.
Jika dilihat dari realisasi anggaran per sasaran, anggaran terbesar pada
program/kegiatan Masyarakat Miskin yang mendapat pelayanan kesehatan
Program penanggulangnan penyakit menular Sedangkan Anggaran terkecil pada
program/kegiatan penyuluhan pola standar hidup sehat .
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator
yang dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber

Hal. 105
2020

daya/input tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk
mencapai keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai
sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada Tahun 2020 secara umum
menunjukkan tingkat efisiensi anggaran yang sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat
bahwa mayoritas dari seluruh sasaran menunjukkan realisasi anggarannya lebih
kecil daripada realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum,
pencapaian kinerja dari aspek program telah dicapai dengan cara yang efisien
karena realiasi anggarannya lebih kecil daripada yang ditargetkan dan juga lebih
kecil daripada realisasi capaian kinerjanya.

Sasaran 8 : Meningkatkan Aksestabilitas Antar dan Inter Wilayah

Dalam rangka pencapaian sasaran meningkatnya aksestabilitas antar dan


inter wilayah, maka ditetapkan indikator kinerja panjang jalan dalam kondisi baik.
Evaluasi terhadap pencapaian sasaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Berdasarkan tabel evaluasi pencapaian sasaran meningkatnya
aksestabilitas antar dan inter wilayah dengan indikator Panjang Jalan dalam
kondisi baik, terlihat bahwa capaian kinerjanya sangat baik.

Tabel 3.26
Evaluasi Pencapaian Sasaran
Meningkatkan Aksestabilitas Antar dan Inter Wilayah

TAHUN 2020 CAPAIAN


SASARAN KINERJA
No INDIKATOR SASARAN SATUAN
STRATEGIS TARGET REALISASI (%)

1 2 3 4 5 6 7
8 Meningkatkan
Aksestabilitas Antar 1 Panjang Jalan Dalam Kondisi
Km 401.95 387,310 96,35
dan Inter Wilayah Baik

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 96,35

Dari tabel diatas terlihat bahwa pencapaian indikator Panjang Jalan


dalam kondisi Baik dapat direalisasikan pada tahun 2020 ini sepanjang 387,310
Km dari target sepanjang 401,95 Km atau sebesar 96,35%.
Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh pencapaian kinerja yang baik
dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
yang dapat diuraikan sebagai berikut ;
Hal. 106
2020

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan


akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi
kinerja. Kriteria penilaian yang diuraikan dalam tabel dibawah selanjutnya akan
dipergunakan untuk mengukur kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang untuk tahun 2020 Pencapaian Indikator tahun 2020 secara ringkas
ditunjukkan oleh tabel berikut ini:

Tabel 3.27
Capaian Kinerja Bidang Pekerjaan Umum

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)


Meningkatnya Kapasitas Jalan Persentase Panjang Jalan dan
% 64 67 104
Dan Jembatan Jembatan dalam kondisi mantap
Meningkatnya luas dan
tingkat layanan jaringan
irigasi dan rawa melalui
pembangunan, peningkatan, Kondisi Mantap/Baik Irigasi % 72 65 90,27
rehabilitasi serta operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi
dan rawa
Cakupan ketersediaan layanan air
Meningkatnya pemenuhan % 86 90 104
bersih/air minum masyarakat
sarana dan
Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi % 82 77,4 94,39

Rata-rata capaian 98,165

Dari indikator kinerja yang mendukung sasaran strategis ini, satu


indikator kinerja sasaran mencapai target. secara umum rata-rata pencapaian
sasaran Meningkatnya luas dan tingkat layanan jaringan irigasi dan rawa
melalui pembangunan, peningkatan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan rawa Meningkatnya pemenuhan sarana dan prasarana
permukiman pedesaan dan perkotaan ini telah berhasil Mencapai target Sangat
Tinggi yaitu dengan capaian 98,165 %.

Tabel 3.28
Perbandingan Capaian Kinerja tahun sebelumnya

Capaian (%)
Indikator Kinerja
2017 2018 2019 2020
Persentase Panjang Jalan dan Jembatan dalam
1. 69 72 73 93
kondisi mantap
2. Kondisi Mantap/Baik Irigasi 80 81 80

Cakupan ketersediaan layanan air bersih/air


3. 80 86 100
minum masyarakat

4. Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi 75 75,84 80

Rata-rata capaian 78,96 88,25

Hal. 107
2020

Jika dilihat capaian kinerja tahun ini dengan beberapa tahun terakhir,
maka secara umum rata-rata capaian kinerja pada sasaran Peningkatan Kapasitas
Jalan , Meningkatnya luas dan tingkat layanan jaringan irigasi dan rawa
melalui pembangunan, peningkatan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan rawa Meningkatnya pemenuhan sarana dan prasarana
permukiman pedesaan dan perkotaan. Rata-rata capaian kinerja tahun 2020
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu dari 78,96 %
pada tahun 2019 meningkat menjadi 88,25% pada tahun 2020 atau mengalami
peningkatan sebesar 9%.

Tebel 3.29
Perbandingan capaian Kinerja dengan kondisi kinerja target RPJMD

Kondisi kinerja target realisasi sampai


Indikator Kinerja Satuan Capaian (%)
jangka menengah dengan tahun ini
Persentase Panjang Jalan dan Jembatan dalam
1. % 75% 69% 92%
kondisi mantap

2. Kondisi Mantap/Baik Irigasi % 65% 49% 75%

Cakupan ketersediaan layanan air bersih/air minum


3. % 95% 85% 95%
masyarakat
4. Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi % 95 75% 80%

Jika melihat perbandingan rata-rata realisasi indikator kinerja sampai


dengan tahun 2019 terhadap target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam
Renstra Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang maka 4 indikator yang
Belum mencapai target jangka menengah namun Keempat indikator yang belum
mencapai target tersebut dioptimalkan agar di tahun 2020 (tahun terakhir periode
Renstra OPD/RPJMD Kabupaten Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang)
target tersebut dapat dicapai.
Keberhasilan/peningkatan pencapaian beberapa indikator pada sasaran
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ini didukung dengan adanya
program Pembangunan Infrastruktur Baik Jalan dan Jembatan ,Pemabangunan
Irigasi, Pembangunan Sarana Prasarana Air Minum yang bersumber Pada Dana
alokasi Khusus untuk perbaikan sarana dan prasarana Infrastruktur . Sedangkan
untuk Bidang Irigasi Ketahanan Pangan Merupakan Isu strategis Pemerintah
Pusat yang dituangkan dalam RPJMN sehingga ini menjadi acuan Pemerintah
kabupaten bantaeng dalam pembangunan infrastruktur Irigasi.
Anggaran yang direncanakan pada penetapan kinerja/ perjanjian kinerja
tahun 2020 untuk pencapaian sasaran Meningkatnya Kapasitas Jalan Dan

Hal. 108
2020

Jembatan ini adalah sebesar Rp. 59.881.985.000 dan setelah perubahan anggaran
meningkat menjadi Rp. 72.768.370.150 dan dari anggaran tersebut terealisasi
sebesar Rp. 60.480.703.135 atau 83 persen. Dibandingkan rata-rata capaian
kinerja sebesar 93 % berarti tingkat efisiensi sebsar 90 %.
Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian sasaran
Peningkatan Kapasitas Jalan , Meningkatnya luas dan tingkat layanan jaringan
irigasi dan rawa melalui pembangunan, peningkatan, rehabilitasi serta operasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi dan rawa Meningkatnya pemenuhan sarana dan
prasarana permukiman pedesaan dan perkotaan, yaitu: program Pemeliharan
Jalan dan Jembatan,Program Pembangunan jalan dan Jembatan, Program
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan
Lainnya, Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air
Limbah,Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan, dengan 5 kegiatan
Penyerapan anggaran belanja langsung pada Tahun 2020 sebesar 79 %
dari total anggaran yang dialokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran, penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan di sasaran
Tersedianya jalan dan jembatan yang mantap dengan kondisi baik sebesar
minimal 75% pertahun 94 % Sedangkan penyerapan terkecil pada
program/kegiatan di sasaran Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air
Minum dan Air Limbah sebesar 53 %.

Hal. 109
2020

Sasaran 9 : Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup

Untuk mengukur keberhasilan sasaran meningkatnya kualitas


lingkungan hidup, ditetapkan 3 (tiga) indikator sasaran terdiri dari ;
1. Indeks Kualitas Hidup;
2. Indeks Kualitas Udara ; dan
3. Tutupan Lahan.
Pelaksanaan pembangunan sebagai kegiatan yang semakin meningkat
mengandung resiko pencemaran dan pengrusakan lingkungan sehingga struktur
dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat pula rusak
karenanya. Hal semacam ini akan menimbulkan beban kepada masyarakat dan
pemerintah itu sendiri karena mereka juga yang akan menanggung beban
pemulihannya. Terpeliharanya ekosistem yang baik dan sehat merupakan
tanggungjawab yang menuntut peran serta setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan yang
bijaksana harus dilandasi wawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai
kesinambungan dan menjadi jaminan bagi kesejahteraan generasi sekarang dan
mendatang.
Kondisi lingkungan hidup suatu daerah dapat dilihat dari Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH). Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) telah
dikembangkan sejak tahun 2009, yang merupakan indeks kinerja pengelolaan
lingkungan hidup dan menjadi acuan bersama bagi semua pihak dalam mengukur
kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penghitungan IKLH
terdiri dari tiga komponen yaitu: Indeks Kualitas Air (IKA); Indeks Kualitas Udara
(IKU); dan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL). Rumus IKLH adalah :

IKLH = 30 % IKA + 30 % IKU + 40 % IKTL.

Pada tahun 2020 pencapaian kinerja sasaran meningkatnya kualitas


lingkungan hidup dengan indikator indeks kualitas air, indeks kualitas udara dan
indeks tutupan lahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Hal. 110
2020

Tabel 3.30
Evaluasi kinerja pencapaian sasaran 9

TAHUN 2020
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
STRATEGIS TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7
9 Meningkatnya
1 Indeks Kualitas Air Indeks 80.08 76.35 95.34
Kualitas Lingkungan
Hidup
2 Indeks
Indeks Kualitas Udara 89.77 94.94 105,75

3 Tutupan Lahan % 47.44 73.47 154,86

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 118,65

Berdasarkan evaluasi pencapaian kinerja sasaran meningkatnya kualitas


lingkungan hidup dengan indikator indeks kualitas air , indeks kualitas udara dan
indeks tutupan lahan dapat dilihat bahwa pencapaian kinerja sudah sangat baik
sebesar 118,65%.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium pada sampel yang diambil dari
beberapa titik, tingkat pencemaran Air, di Bantaeng sudah dalam ketegori Cemar
Ringan (IP=1,67). Indeks kualitas air yang memenuhi baku mutu adalah ≤ 1
dengan nilai 80. Sehingga untuk Kabupaten Bantaeng nilainya adalah 76,35. Hal
ini lebih rendah 3,05 dari target sebesar 79,4. Dan bila dibandingkan dengan
target sampai dengan Tahun 2023 sebesar 80 maka masih tertinggal 3,65. Pada
tahun 2018 indeks kualitas air 1,145 atau 79,21, ini menunjukkan adanya
penurunan kualitas air terutama diwilayah kawasan industri.
Sedangkan indeks kualitas udara berdasarkan hasil pengujian
laboratorium pada sampel yang diambil dari beberapa titik, Kadar Pencemar Udara
Kabupaten Bantaeng adalah 0,195 µg/m3 . Sehingga indeks Kualitas udara
Kabupaten Bantaeng adalah 94,94. Hal ini lebih tinggi dari target sebesar 0,39
µg/m3 atau 83,89 serta target pada Tahun 2023 sebesar 0,21 µg/m3 atau 93,89.
Hal ini disebabkan adanya kesalahan perhitungan untuk kondisi awal
perencanaan (2018) dimana harusnya 0,168 µg/m3 bukan 0,43 µg/m3 . Sehingga
sebenarnya kualitas udara Kabupaten Bantaeng mengalami penurunan. Namun
kondisi ini masih berada dalam posisi aman dimana kadar pencemar sesuai
standar adalah ≤ 1.

Hal. 111
2020

Sasaran 10 : Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian

Pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan diarahkan untuk


meningkatkan produksi padi, palawija dan hortikultura. Peningkatan produksi
padi dilakukan melalui program dalam bentuk insus dan inmum serta ditunjang
dengan pencetakan sawah baru dan peralatan yang memadai. Secara umum
perekonomian daerah Kabupaten Bantaeng didominasi sektor pertanian,
khususnya pertanian tanaman pangan, selanjutnya sub sektor perkebunan, sub
sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Sedangkan pola tanam pertanian
tanaman pangan adalah padi-padi-palawija.
Pencapaian sasaran meningkatnya pertumbuhan ekonomi sektor
pertanian diukur dari indikator laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan. Dari evaluasi pencapaian sasaran tahun 2019,
diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi sektor pertanian

Tabel 3.31
Evaluasi Kinerja Pencapaian Sasaran 10

TAHUN 2020
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
STRATEGIS TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7

10 Meningkatnya Pertumbuhan Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor


1
Ekonomi Sektor Pertanian Pertanian, Kehutanan dan % 5,74 5,00 89.76
Perikanan

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 89.76

Berdasarkan evaluasi pencapaian kinerja sasaran meingkatnya


pertumbuhan ekonomi sektor pertanian yang diukur melalui indikator laju
pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan rata-rata
capaian realisasi kinerja sudah sangat baik sebesar 89.76%.

Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pertanian tahun-tahun


sebelumnya, dominasi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten
Bantaeng memang cukup signifikan dan memiliki stabilitas yang tinggi dimana
pada lima tahun terakhir memiliki kontribusi perekonomian lebih dari 30 persen.
Namun stabilitas nilai tambah harus dijaga melalui pertumbuhan ekonomi
sektoral, mengingat semakin lama kontribusi memiliki pola menurun.

Hal. 112
2020

Pencapaian kinerja laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian,


kehutanan dan perikanan dipengaruhi oleh pencapaian kinerja perangkat daerah
terkait yakni Dinas Pertanian, Dinas Perikanan dan Kelautan dan Dinas
Ketahanan Pangan.
Pencapaian kinerja masing-masing perangkat daerah tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :

Tabel 3.32
Capaian Kinerja Dinas Pertanian Tahun 2020

Sasaran Indikator Target Realisasi Satuan % Ket


Peningkatan PDRB PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga 1.735.271,88 *** Juta Rp. 0 Sangat Rendah
Sektor Pertanian Berlaku
Jumlah PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar 2.920.439,97 *** Juta Rp. 0 Sangat Rendah
Harga Konstan
PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga 5,84 *** % 0 Sangat Rendah
Konstan
Peningkatan Jumlah produksi padi 99,51 84,067.55* Ton 86,17 Tinggi
produksi komoditas
Jumlah produksi jagung 179,81 162,698,53* Ton 90,82 Tinggi
pertanian
Jumlah produksi kentang 16.839 17.901,50* Ton 106,31 Sangat Tinggi
Jumlah produksi bawang merah 11.320 13.363* Ton 118,05 Sangat Tinggi
Jumlah produksi manga 4.989 2,947.30* Ton 59,46 Rendah
Jumlah produksi jeruk 455 241* Ton 55,79 Rendah
Jumlah produksi Cabai rawit 150 968,20* Ton 657,47 Sangat Tinggi
Jumlah produksi cabai besar 407 2.036,80* Ton 500,44 Sangat Tinggi
Jumlah produksi kopi robusta 1.214,80 1,173.5* Ton 101,43 Sangat Tinggi
Jumlah produksi kopi arabika 520,82 369* Ton 74,39 Sedang
Jumlah produksi kakao 2880* Ton 88,82 Tinggi
Jumlah produksi cengkeh 212,94 367* Ton 172,35 Sangat Tinggi
Jumlah produksi sapi potong 31,159 16,663* ekor 53,48 Rendah
Jumlah produksi kambing 29,442 28,384* ekor 96,41 Sangat Tinggi
Jumlah produksi ayam buras 911,035 2,168,884* ekor 238,07 Sangat Tinggi
Kelahiran Ternak Hasil IB 1,000 1,355* ekor 135,5 Sangat Tinggi
Peningkatan jumlah Jumlah Kelompok Tani 950 167 kelompok 17,58 Sangat Rendah
tenaga kerja sektor
jasa pertanian dan
perburuan
Peningkatan Daya Jumlah Sarana Olahan Tanaman Pangan 5 0 unit 0 Sangat Rendah
Saing Produk Sektor
Pertanian Produk Olahan Hortikultura 3 1 produk 33,3 Sangat Rendah
Jumlah Sarana Olahan Perkebunan 3 0 unit 0 Sangat Rendah
Jumlah Produk Peternakan (Produk) 5 5 produk 100 Sangat Tinggi
Luas lahan sawah yang terasuransikan 3,000 2,036.6 ha 67,89 Sedang
dalam Asurasi Usaha Tani Padi - AUTP
Jumlah ternak sapi yang terasurasikan 3,000 3,000 Ekor 100 Sangat Tinggi
dalam Asuransi Usaha Ternak Sapi –
AUTS
Rata-Rata 113,61

Ket : *) = masih data sementara tahun 2020.

Dari 26 indikator di atas, kinerja yang dicapai menunjukkan bahwa 42,31


persen merupakan kinerja sangat tinggi (11 indikator), 11,54 persen kriteria
kinerja tinggi (3 indikator), 7,69 persen kriteria kinerja sedang (2 indikator), 11,54

Hal. 113
2020

persen kriteria kinerja rendah (3 indikator), dan 26,92 persen merupakan kriteria
kinerja sangat rendah (7 indikator).
Analisis keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinarja Dinas Pertanian
Tahun 2020 akan dijelaskan pada analisis capaian kinerja sasaran strategis di
bawah.
Pencapaian trend positif ini tidak terlepas dari faktor – faktor sebagai
berikut :
1. Motivasi petani dengan adanya jaminan asuransi pertanian terhadap usaha padi
dan usaha ternak (Asuransi Usaha Tani Padi – AUTP dan Asuransi Usaha
Ternak Sapi – AUTS).
2. Motovasi petani juga dengan mulai disosialisasikannya Kartu Tani sebagai
jaminan kemudahan memperoleh sarana produksi (saprodi) serta alat dan
mesin pertanian (alsintan).
3. Jaminan ketersediaan saprodi berupa pupuk dan pestisida dengan adanya
pengawasan yang terintegritas (Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida-KP3)
terhadap peredaran saprodi serta dengan adanya koordinasi yang berkala dan
berkelanjutan antara SKPD, instansi terkait, petani, serta pengecer dan
distributor pupuk.
4. Jaminan ketersediaan benih unggul melalui produksi benih Unit Pelaksana
Teknis (UPT) yang di bawah naungan SKPD seperti UPT Balai Benih Daerah
Tanaman Pangan, UPT Balai Benih Hortikultura dan Tanaman Perkebunan,
serta UPT Balai Pembibitan Ternak yang akan dimanfaatkan oleh petani.
5. Adanya program brigade alsintan dan brigade tanam/panen yang memberikan
dukungan dan membantu petani dalam berusaha tani berupa dukungan
sumber daya manusia dan sumber daya mesin pertanian.
6. Penerapan teknologi Jajar Legowo (JARWO) secara optimal.
7. Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana produksi serta pembangunan
sarana dan prasarana pendukung pertanian, baik dari Dana Alokasi Umum
(DAU) maupun dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang lebih fokus pada
pembangunan sumber-sumber air untuk menjamin ketersediaan air pada lahan
pertanian. Pada tahun 2018, pembangunan sarana dan prasarana pendukung
pertanian adalah sebagai berikut :
- Pembangunan sumur bor tanah dalam sebanyak 26 paket
- Pembangunan embung sebanyak 6 paket
- Pembangunan jaringan irigasi sebanyak 17 paket
- Pembangunan jalan usaha tani sebanyak 11 paket

Hal. 114
2020

- Pembangunan jalan produksi sebanyak 1 paket


- Pembangunan kantor Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Bantaeng.
- Pembangunan screen house tanaman krisan 1 paket
- Rehabilitasi pagar dan kandang ternak UPT Balai Pembibitan Ternak masing-
masing 1 paket.
Solusi yang dapat dilakukan untuk peningkatan capaian untuk tahun
selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan kinerja Bendungan Batu Massong melalui rehabilitasi irigasi
teknis untuk mengairi sawah – sawah tadah hujan yang sering mengalami
kekeringan di sekitar Kecamatan Gantarang Keke dan Kecamatan Pa’jukukang.
2. Mengoptimalkan kinerja sumur bor tanah dalam yang telah dibangun dengan
menambah titik-titik resapan air seperti embung untuk menciptakan lebih
banyak mata air di dalam tanah, sehingga dapat menghasilkan debit air yang
lebih besar.
3. Merehabilitasi jaringan irigasi pertanian yang sudah mengalami kerusakan.
4. Revitalisasi dan pendataan kelompok tani secara berkala dan terstruktur
sebagai database penunjang pengambilan kebijakan pertanian.
5. Pembagian Kartu Tani agar petani memperoleh kemudahan dan jaminan
ketersediaan saprodinya secara merata sesuai kebutuhan masing-masing petani
berdasarkan luas lahannya.
6. Mendukung dan melaksanakan dengan baik dan berkelanjutan Program
Asuransi Pertanian untuk memberikan jaminan usaha apabila petani atau
peternak mengalami kegagalan atas usaha taninya/ternaknya akibat faktor
alam (bencana alam, perubahan iklim, dan hama/penyakit yang tidak
terkendali) atau faktor tertentu yang tidak sengaja.
7. Perumusan dan penetapan peraturan terkait dengan perlindungan lahan
pertanian berkelanjutan untuk menjaga degradasi lahan akibat alih fungsi
lahan pertanian ke lahan non-pertanian.
8. Penerapan pertanian yang ramah lingkungan melalui metode pupuk berimbang
untuk mengurangi penggunakan pupuk anorganik/kimia.
9. Melaksanakan pendataan secara berkala terhadap perubahan-perubahan harga
komoditas pertanian sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan
terkait harga serta melakukan operasi pasar yang terintergrasi untuk menjaga
kestabilan dan pengendalian harga pasar.

Hal. 115
2020

Sedangkan capaian kinerja yang mendukung pencapaian realisasi indikator


laju pertumbuhan ekonomi sektor perikanan dapat diuraikan pada tabel berikut
ini ;

Tabel 3.33
Target dengan realisasi capaian kinerja
Dinas Perikanan dan Kelautan Tahun 2020

CAPAIAN
No Indikator Kinerja Satuan Target REALISASI
(%)
1 Pertumbuhan PDRB Perikanan % 7.5 % 7,18 95,73

2 NTN % 105.5 89,91 85,22

3 NTPi % 100 82,40 82,38

4 Jumlah produksi rumput laut Ton 85.337 84.805 99,4

5 Jumlah produksi ikan bandeng Ton 183,7 188,53 102,63

6 Jumlah produksi udang Ton 35.3 53,33 151,08

7 Jumlah produksi ikan air tawar Ton 41.5 38.1 91.81

Jumlah Produksi benih ikan unggul ikan


8 Ekor 1.194.263 1.280.250 107,20
air tawar

Jumlah Produksi Bibit Rumput Laut


9 Ton 60 46 76.67
Kebun Bibit Rumput Laut

10 Jumlah produksi ikan laut Ton 5.888,8 6.054,1 102,81

Kg/
11 Tingkat Konsumsi Ikan 52,54 48,84 92,96
Kapita/Thn

12 Jumlah produksi olahan hasil perikanan Ton 21,2 13,9 65,71

Dari tabel Indikator Kinerja Utama SKPD Dinas Perikanan dan Kelautan
diatas diketahui bahwa jumlah indicator kinerja sebanyak 12 indikator kinerja
yaitu : Pertumbuhan PDRB Perikanan dengan tingkat capaian ialah 95,73%, NTN
dengan nilai capaian sebanyak 85,22, NTPi dengan nilai capaian 82,40, jumlah
produksi rumput laut dengan tingkat prosentase capaian dari target ialah 99,38
%, Jumlah produksi ikan bandeng mencapai target sebanyak 102,63%, jumlah
produksi udang dengan target capaian sekitar 151,08%, jumlah produksi ikan air
tawar mencapai target sekitar 91,81%, jumlah produksi benih unggul ikan air
tawar mencapai target 107,20%, jumlah produksi bibit rumput laut kebun bibit
rumput laut mencapai target sekitar 76,67%, jumlah produksi ikan laut dengan
tingkat capaian sebanyak 102,81%, jumlah produksi produk olahan hasil
perikanan dengan prosentase tingkat capaian 65,71%, jumlah konsumsi ikan
dengan prosentase tingkat capaian 92,96%.

Hal. 116
2020

Adapun faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah produksi rumput


laut di Kabupaten Bantaeng di banding tahun sebelumnya:
- Karena adanya pembinaan yang dilakukan oleh Pihak Dinas Perikanan dan
kelautan dan Penyuluh Perikanan dalam pengelolaan budidaya rumput laut.
- Harga rumput laut fluktuatif namun motivasi pembudidaya untuk melakukan
pembudidayaan rumput laut tetap tinggi karena cuaca relative stabil.
Tercapainya target produksi ikan bandeng di sebabkan oleh :
- Adanya tambak ekowisata yang mendukung peningkatan produksi budidaya
ikan bandeng.
- Adanya kegiatan pemantauan obat – obat ikan terlarang dan pemberian
prebiotik bagi pembudidaya ikan.
Adapun faktor yang mempengaruhi produksi udang di Kabupaten Bantaeng
yakni:
- Pendangkalan pada muara sungai yang menyebabkan air pasang surut pada
sungai/irigasi tambak tidak optimal.
Sedangkan tidak tercapainya target produksi Ikan Air Tawar di sebabkan
oleh:
- Masih minimnya SDM pembudidaya ikan air tawar dalam hal Cara Budidaya
Ikan yang Baik (CBIB).
- Pembudidaya ikan air tawar pada umumnya memiliki lahan yang sempit
sehingga jumlah produksinya juga sedikit.
Pada Program Pengembangan Budidaya Perikanan mempunyai kegiatan
Pengembangan Bibit Ikan Unggul, Pendampingan pada kelompok tani
pembudidaya ikan, Pembinaan dan Pengembangan perikanan serta
Pendampingan Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan.
Pada kegiatan Pengembangan Bibit Ikan Unggul Pekerjaan yang
dilaksanakan pada kegiatan ini yakni Pengadaan pakan dan Biaya operasional BBI
Rappoa, Rehabilitasi Kolam Calon Induk Ikan Unggul dan Pembangunan kolam
ikan lele dengan indicator kegiatan yakni jumlah produksi benih unggul ikan air
tawar sebanyak 343.105 ekor.
Kegiatan Pendampingan pada kelompok tani pembudidaya ikan merupakan
kegiatan yang dilaksanakan sebagai pendampingan pada kelompok pembudidaya
dalam pemberian prebiotic dan pemantauan obat obatan ikan yang berbahaya bagi
lingkungan.
Sedang pada kegiatan Pembinaan dan pengembangan perikanan,
pekerjaan yang dilaksanakan yaitu Pengadaan Bibit Ikan Air Tawar dan Pakan

Hal. 117
2020

untuk mendukung ekowisata pantai marina, juga kegiatan ini mendampingi dalam
hal mengevaluasi kelompok pembudidaya ikan.
Sementara pada kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan
Budidaya Perikanan merupakan kegiatan yang juga sumber dananya APBD II,
adapun pekerjaan yang dilaksanakan yaitu Biaya operasional Hatchery dan KJA.
Permasalahan umum ini adanya indikator kinerja yang tak tercapai target
yaitu pengaruh sarana prasarana yang belum memadai (representatif) juga pada
Sumberdaya Manusia pada kelompok bidang perikanan dan kelautan masih
minim. Maka dari itu kami akan mencoba untuk terus membina kelompok (baik
teknis maupun kelembagaan) dan melengkapi sarana parasana penunjang demi
tercapainya target yang ingin dicapai.

Sasaran 11 : Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pariwisata

Pengembangan pariwisata daerah selama periode tahun 2017 – 2019 terus


dipacu pengembangannya, oleh karena itu pemanfaatan potensi sumber daya alam
untuk pengembangan pariwisata daerah menjadikan Kabupaten Bantaeng tampil
sebagai destinasi kunjungan wisata. Obyek wisata yang dikembangkan mencakup
obyek wisata pantai antara lain wisata kuliner Pantai Lamalaka, wisata kuliner
Pantai seruni dan wisata bahari Pantai Marina Korong Batu, selain itu telah
dikembangkan wisata agro pada kawasan zona III (pegunungan) termasuk kebun
apel dan strawberi.
Kegiatan sektor pariwisata memberikan multiplier effect terhadap sektor
lainnya seperti perdagangan, akomodasi, jasa-jasa bahkan sektor pertanian dan
industri. Selain itu diharapkan secara langsung sektor pariwisata dapat
memberikan kontribusi pada perluasan kesempatan kerja dan kesempatan
berwirausaha. Jika dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan, maka terjadi
fluktuasi pada jumlah wisatawan dimana tertinggi pada tahun 2014 (82.128
wisawatan) menurun hingga mencapai 73.699 wisatawan pada tahun 2016.
Sedangkan pada tahun 2017, jumlah wisatawan meningkat kembali hingga
mencapai 76.971 wisatawan. Jika dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor
pariwisata, terjadi kenaikan cukup signifikan pada tahun 2017 (Rp. 974,36 M)
dimana pada tahun 2013 hanya sebesar Rp. 325,30 M.
Untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya pertumbuhan
ekonomi sektor pariwisata telah ditetapkan indikator sasaran lama kunjungan
wisata dan jumlah kunjungan wisata.

Hal. 118
2020

Pencapaian sasaran dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Tabel 3.34
Evaluasi Kinerja Sasaran 11

TAHUN 2020
CAPAIAN
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7
11 Meningkatnya Pertumbuhan
Ekonomi Sektor Pariwisata 1 Lama Kunjungan Wisata Hari 3.30 3,00 90,90

2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Orang 84,647 87,629 103,52

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 97,21

Berdasarkan evaluasi kinerja sasaran meningkatnya pertumbuhan


ekonomi sektor pariwisata, diperoleh hasil capaian kinerja masing-masing
indikator rata-rata tingkat pencapaiannya sebesar 97,21%, terdiri dari lama
kunjungan wisata capaian kinerjanya sebesar 90,90% dan capaian kinerja jumlah
kunjungan wisatawan sebesar 113,52%.
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara di tahun-tahun berikutnya, langkah-langkah starategis
yang akan ditempuh oleh Dinas Pariwisata adalah :
1. Meningkatkan kualitas media, jangkauan promosi dan meningkatkan
aksesibilitas informasi pariwisata melalui pemanfaatan teknologi informasi
dalam promosi dan pemasaran pariwisata.
2. Pelaksanaan event (pertunjukan, konvensi dan perhelatan) yang berkualitas
dengan perencanaan konsep yang matang disesuaikan dengan minat
wisatawan.
3. Meningkatkan koordinasi dan integrasi program promosi dan pemasaran
pariwisata dan meningkatkan kerjasama antar lembaga dalam pengembangan
pariwisata melalui pemanfaatan jaringan kerjasama lembaga dalam
mengefektifkan promosi pariwisata.

Hal. 119
2020

Sasaran 12 : Meningkatnya Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan


Daerah

Dalam pelaksanaan pembangunan, Pemerintah Daerah Kabupaten


Bantaeng beserta seluruh elemen yang tergabung di dalamnya memiliki peran
utama untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah. Dalam
melaksanakan kinerja kepemerintahan, setiap unsur Pemerintah Daerah memiliki
tugas dan fungsi yang pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan baik dari segi
capaian teknis maupun administrasi.
Reformasi birokrasi yang telah diupayakan untuk diimplementasikan oleh
seluruh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah mulai menampakkan hasil
positif pada beberapa daerah, tak terkecuali Kabupaten Bantaeng. Pencapaian
Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi di Kabupaten Bantaeng memiliki progress yang
positif dimana terlihat pada indikator Indeks Reformasi Birokrasi yang meningkat
dari 48,86 pada tahun 2017 dan meningkat menjadi 50,08 pada tahun 2018.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan merupakan instrumen yang
digunakan oleh Instansi Pemerintah dalam memenuhi kewajibannya untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dan
kegiatan Pemerintah dalam mencapai sasaran dan tujuan pembangunan yang
telah ditetapkan. Untuk mendapatkan akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintahan
tersebut, disusun suatu laporan yang disebut LAKIP (Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintahan). Hasil dari nilai pelaporan LAKIP Kabupaten
Bantaeng mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2014,
Kabupaten Bantaeng hanya mendapatkan nilai LAKIP dengan predikat D dan pada
tahun 2017 mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai nilai 53,38
dengan predikat CC. Pada Tahun 2018 dan 2019 predikat Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bantaeng meningkat menjadi Predikat “B”,
dengan Nilai 60,40 dan 61,72

Hal. 120
2020

Tabel 3.35
Evaluasi Kinerja Sasaran 12

TAHUN 2020
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
STRATEGIS TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7
12 Meningkatnya Kinerja
Penyelenggaran 1 Predikat Akuntabilitas Predikat B B 100
Pemerintahan Daerah Kinerja

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 100.00

Gambar 3.5
Nilai SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan)
Kabupaten Bantaeng Tahun 2016-2019

61,72
60,40
53,38

29.00

2017 2018 2019 2020


Sumber Data: Bagian Organisasi Setda Tahun 2020

Selain dari LAKIP, dalam melihat kinerja Pemerintah dapat terlihat dari
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). SPIP diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah. SPIP sendiri adalah proses yang integral dalam tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan asset
negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Dalam mengevaluasinya, maka dirumuskan suatu indikator yakni Indeks
Maturitas SPIP yang dapat melihat tingkat kematangan/kesempurnaan
penyelenggaraan SPIP dalam mencapai tujuan pengendalian intern.Pada tahun
2020, Indeks Maturitas SPIP Kabupaten Bantaeng sudah mencapai level 3
sehingga masuk kategori berkembang. Berkembang disini dalam artian

Hal. 121
2020

Pemerintah Kabupaten Bantaeng telah melaksanakan praktik pengendalian intern,


namun tidak terdokumentasikan dengan baik dan pelaksanaannya sangat
tergantung dari individu dan belum melibatkan seluruh unit organisasi. Selain itu,
efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang
belum ditangani secara memadai.

Sasaran 13 : Meningkatnya Penyelenggaraan Pemerintahan Yang


Bersih dan Bebas KKN

Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi tidak bisa dilepaskan


dari faktor keuangan daerah karena suatu Pemerintah Daerah tidak dapat
melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk
memberikan pelayanan dan melaksanakan pembangunan. Oleh karena itu
keuangan dapat menjadi kriteria dasar untuk mengetahui secara nyata
kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Sementara itu,
untuk dapat memiliki sendiri keuangan yang memadai daerah membutuhkan
sumber keuangan yang cukup pula.
Dari uraian diatas, dapat diambil kata kunci bahwa keuangan daerah
adalah hak dan kewajiban. Daerah mempunyai hak untuk mencari sumber
pendapatan daerah yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan
mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan uang dalam rangka melaksanakan
semua urusan Pemerintah di daerah.
Salah satu kriteria dalam rencana program otonomisasi daerah adalah
kemampuan daerah untuk mengumpulkanpendapatan sendiri melalui Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Besarnya kontribusi suatu daerah atau PAD merupakan
indikator tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Pusat.
Semakin besar kontribusi PAD terhadap total APBD, maka semakin kecil pula
ketergantungan daerah terhadap Pemerintah Pusat.
Untuk menentukan ukuran keberhasilan pencapaian sasaran
meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
ditetapkan indikator jumlah kasus korupsi dan opini BPK terhadap pelaoran
keuangan pemerintah daerah. Evaluasi terhadap pencapaian sasaran dimaksud
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Hal. 122
2020

Tabel 3.36
Evaluasi Kinerja Sasaran 13

TAHUN 2020
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
STRATEGIS TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7
13 Meningkatnya
Penyelenggaraan 1 Jumlah Kasus Korupsi Kali 2 - 100
Pemerintahan Yang Bersih
dan Bebas KKN Predikat WTP WTP 100
2 Opini BPK

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 100.

Berdasarkan pencapaian kinerja sasaran meningkatnya penyelenggaraan


pemerintahan yang bersih dan bebas KKN diperoleh gambaran bahwa capaian
kinerja indikator mencapai 100%.
Pencapaian kinerja sasaran yang sangat baik ini didukung oleh pencapaian
kinerja perangkat daerah terkait sehingga dari tahun ketahun capaian kinerja
semakin baik.

Tabel 3.37
Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan Daerah
Kabupaten Bantaeng Tahun 2016-2020

Uraian 2016 2017 2018 2019 2020

Opini BPK terhadap laporan keuangan WDP WTP WTP WTP WTP

Sumber Data: BPKD 2019

Adapun dukungan program dan kegiatan yang ikut mempengaruhi


pencapaian sasaran kinerja meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN dapat diuraikan melalui pencapaian kinerja SKPD sebagai
berikut :

Hal. 123
2020

Tabel 3.38
Capaian Indikator Kinerja Inspektorat

Capaian Kinerja
No Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
1 Indeks Kepuasan Masyarakat 50% 47,36% 94,72
2 Jumlah temuan BPK 258 263 101,93
Persentase Hasil Evaluasi SAKIP SKPD dengan nilai
3 70% 2,63% 3,75
B
31,57%
4 Persentase SKPD dengan SPIP minimal “BAIK” 50% 63,14
(12 SKPD)
Persentase SKPD yang telah melaksanakan
5 70% 0 0
Pembangunan Zona Integritas WBK/WBBM
6 Persentase Tindak Lanjut Temuan 86% 96,25% 111,91
7 Persentase Pelanggaran Pegawai 0,5% 0 0
8 Maturitas SPIP Lembaga Pengawasan Level 3 Level 3 100

Berdasarkan capaian indikator kinerja Inspektorat tahun 2020, dapat


diketahui bahwa capaian indikator persentase SKPD yang telah melaksanakan
Pembangunan Zona Integritas WBK / WBBM masih sangat kurang. Hal ini
disebabkan masih terbatasnya sosialisasi pentingnya melaksanakan
Pembangunan Zona WBK/WBBM ke Satuan Kerja Perangkat Daerah dan unit
kerja di Lingkup Pemerintah Kabupaten Bantaeng.

Sasaran 14 : Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik

Dalam menjalankan kehidupan kesehariannya, masyarakat tidak akan


pernah terlepas dari peran serta Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan
prima untuk meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan. Berbagai fasilitas dan
pelayanan pada setiap bidang pembangunan telah dilaksanakan untuk
memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Hasil dari berbagai program dan
kegiatan terkait pelayanan masyarakat baik langsung maupun tidak langsung
dapat dilihat dari Indeks Kepuasan Masyarakat Kabupaten Bantaeng yang
mencapai nilai 75,05 pada tahun 2020 yang artinya pelayanan Pemerintah
termasuk dalam kategori “Baik”.
Pencapaian sasaran meningkatnya kualitas pelayanan publik dapat diukur
dari indikator rata-rata nilai IKM dan indeks SPBE. Nilai IKM adalah Hasil data
informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil
pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam
Hal. 124
2020

memperoleh dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan


membandingkan antara harapan dan kebutuhan. Sedangkan Indeks SPBE adalah
ukuran penyelenggaran pemerintahan dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk memberikan layanan kepada pengguna SPBE.
Pencapaian kinerja sasaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 3.39
Evaluasi Kinerja Sasaran 14

TAHUN 2020
CAPAIAN
SASARAN
No INDIKATOR SASARAN SATUAN KINERJA
STRATEGIS TARGET REALISASI
(%)
1 2 3 4 5 6 7
14 Meningkatnya Kualitas Rata-
Pelayanan Publik 1 Rata-Rata Nilai IKM
Rata
76,70 75.05 97,84

2
Indeks SPBE Indeks 2,50 2.74 109,6

Rata-Rata Tingkat Pencapaian 103,72

Berdasarkan evaluasi kinerja sasaran meningkatnya kualitas pelayanan


publik dengan menggunakan indikator rata-rata nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat dan Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, rata-rata
tingkat pencapaian kinerja sebesar 103,72%.

Hal. 125
2020

C. ANALISISI CAPAIAN KEUANGAN

Laporan realisasi anggaran Pemerintah Kabupaten Bantaeng Tahun 2020


dibiayai dengan anggaran yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah Tahun 2020 yang secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu,
pendapatan, belanja dan pembiayaan. Pendapatan diuraikan menurut sumber-
sumber perolehan dana, belanja diuraikan menurut penggunaan dana, sedangkan
pembiayaan diuraikan menurut penerimaan dan pengeluaran daerah. Garis besar
APBD Tahun 2020 dan realisasinya berdasarkan penerbitan SPMU nya adalah
seperti tertera pada Tabel berikut :

Tabel 3.40
Analisis Atas Capaian Keuangan

Nomor 2020
Uraian %
urut Target Realisasi

1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 163,530,975,955.00 110,456,145,457,71 67.54


1.1 Hasil Pajak Daerah 50.761.912.690.00 24.365.468.093,70 48,00
1.2 Hasil Retribusi Daerah 17.496.707.265.00 4.429.617.724.00 25.32
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
1.3 7.000.000.000.00 4.427.961.304.00 63.26
dipisahkan
1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 88.272.356.000.00 77.233.098.336.01 87.49
2 DANA PERIMBANGAN 673.431.586.077.00 672,034,687,056,00 99,79
2.1 Dana Bagi Hasil Pajak 16,851,144,715,00 16,892,115,731,00 100,24
2.2 Dana Alokasi Umum 478,709,520,000,00 476,988,410,000,00 99,64
2.3 Dana Alokasi khusus 177,870,921,362,00 178,154,161,325,00 100,16
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 174,188,291,500,00 154,890,108,044,63 88,92
3.1 Pendapatan Hibah 26.948.001.500.00 24.382.619.460.00 90.48
3.2 Dana Darurat - - -
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
3.3 34.020.000.000.00 33.618.647.204.63 98.82
Daerah Lainnya
3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 79.487.836.000.00 79.487.836.000.00 100.00
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah
3.5 33.732.454.000.00 17.401.005.380.00 51.59
daerah lainnya

JUMLAH PENDAPATAN 1.011.150.853.532.00 937.380.940.558.34 92.70

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah dapat
direalisasikan sebesar 67,54% dari target pendapatan sebesar Rp.
110.456.145.457.71. Tercapainya target Pendapatan Asli Daerah tersebut
dipengaruhi oleh tercapainya target pendapatan dari Hasil Pajak Daerah hanya
sebesar 48.00%, Hasil Retribusi Daerah sebesar 25.32%, Hasil Pengelolaan

Hal. 126
2020

Kekayaan Daerah yang dipisahkan hanya sebesar 63,26% dan Lain-Lain


Pendapatan Asli yang sah sebesar 87.49%
Khusus dari Dana Perimbangan, dari target sebesar Rp.
673.431.586.077.00, yang dapat direalisasikan sampai akhir Tahun 2020 sebesar
Rp. 672.034.687.056,00 atau 99.79%.
Sedangkan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dari target sebesar
174.188.291.500.00, yang dapat direalisasikan sampai akhir tahun 2020 sebesar
154.890.108.044.63 atau 88.92%.

Tabel. 3.41
Target dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bantaeng TA. 2020

Nomor 2020
Uraian %
urut Target Realisasi

1 2 3 4 5
A BELANJA DAERAH
BELANJA TIDAK LANGSUNG 475.804.182.406.00 453.534.536.746.00 95.32

1 Belanja Pegawai 366.544.580.956.00 349.321.021.396.00 95.30


2 Belanja Bunga - - -
3 Belanja Subsidi - - -
4 Belanja Hibah 8.439.400.000.00 6.779.400.000.00 80.33
5 Belanja Bantuan Sosial 500.000.000.00 - -
Bantuan Bagi Hasil Kepada Provisi/Kab/Kota dan
6 2.362.968.000.00 - -
Pemerintah Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kab/Kota,
7 94.257.233.450.00 94.256.233.450.00 100.00
Pemerintah Daerah dan Partai Politik
8 Belanja Tidak Terduga 3.700.000.000.00 3.177.881.900.00 85.89
BELANJA LANSUNG 534.896.823.172.72 482.376.629.636.03 90.18
1 Belanja Pegawai 38.588.628.000.00 38.575.028.128.00 99.96
2 Belanja Barang dan Jasa 342.385.746.855.06 317.271.885.616.03 92.67
3 Belanja Modal 153.922.448.317.66 126.529.715.892.00 82.20
JUMLAH BELANJA 1.010.701.005.578.72 935.911.166.382.03 92.60
SURPLUS / DEFISIT 449.847.953.28 1.469.774.176.31 326.73
B PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
1 7.050.152.046.72 7.050.152.046.72 100.00
Sebelumnya
2 Pencairan Dana Cadangan - - -
3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - -
4 Penerimaan Pinjaman Daerah 4.456.501.300.00 4.456.501.300.00 100.00
5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - - -
JUMLAH PENERIMAAAN PEMBIAYAAN 11.506.653.346.72 11.506.653.346..72 100.00

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
1 Pembentukan Dana Cadangan - - -

Hal. 127
2020

Nomor 2020
Uraian %
urut Target Realisasi
2 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah 7.500.000.000.00 7.500.000.000.00 100.00
3 Pembayaran Pokok Utang 4.456.501.300.00 4.566.501.300.00 100.00
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIYAAN 11.956.501.300.00 11.956.501.300.00 100.00
JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO (449.847.953.28) (449.847.953.28) 100.00
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN
- 1.019.926.223.03 0.00
BERKENAAN ANGGARAN (SILPA)

Hal. 128
2020
2016

BAB IV

cxÇâàâÑ
A. KESIMPULAN

Pelaksanaan kinerja Pemerintahan Kabupaten Bantaeng Tahun 2020


yang disajikan dalam bentuk Laporan Kinerja (LKj) serta komitmen kinerja yang
dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten Bantaeng dengan jajarannya pada
Selain itu juga berisikan laporan pencapaian sasaran organisasi pemerintah
daerah dalam merealisasikan target-target yang telah ditetapkan dan diarahkan
pada pencapaian visi Kabupaten Bantaeng “Terwujudnya Masyarakat Bantaeng
yang Sejahtera Lahir Batin berorientasi pada Kemajuan, Keadilan,
Kelestarian, dan Keunggulan berbasis Agama dan Budaya Lokal” yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Bantaeng 2018-2023.
Dalam pelaksanaan RPJMD Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023,
telah ditetapkan 7 (tujuh) pencapaian sasaran strategis dengan 21 (dua puluh
satu) indikator kinerja utama sebagai sebagai alat ukur dalam pencapaian sasaran
kinereja organisasi. Indikator kinerja tersebut telah diformalkan dalam bentuk
Keputusan Bupati Bantaeng Nomor 161/527/XII/2018 tentang Penetapan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng.
Berdasarkan hasil evaluasi pengukuran pencapaian kinerja masing-
masing sasaran sesuai RPJMD Kabupaten Bantaeng Tahun 2018-2023, melalui
evaluasi target dan realisasi indikator kinerja sasaran/utama, diperoleh gambaran
bahwa rata-rata tingkat pencapaian sasaran sudah baik. Pencapaian kinerja ini
merupakan akumulasi dari evaluasi pencapaian 7 (tujuh) sasaran.

Berdasarkan analisis pengukuran kinerja dari 7 (tujuh) sasaran yang


ditetapkan tersebut terdapat beberapa pencapaian kinerja sasaran yang masih
kurang.
Adapun pencapaian realisasi kinerja dari 21 indikator adalah sebagai
berikut :

129
2020
2016

Tabel 4.1.
Pencapaian Sasaran Strategis RPJMD
dengan Indikator Kinerja Sasaran

TAHUN 2020 CAPAIAN


KINERJA KET
INDIKATOR SASARAN SATUAN (%)
TARGET REALISASI

3 4 5 6 7 8

1 Angka Rata - Rata Lama Sekolah Tahun 7,59 7.40 85.30

2 Harapan Lama Sekolah Tahun 13,14 13,00 91,55

3 Pengeluaran per kapita Ribu 1.000.000 950.000 95,00

4 Tingkat Pengangguran % 4.81 4,01 83.36

5 Jumlah Wirausaha Baru Orang 200 200 100

6 Nilai Investasi Trilyun 2.50 1,00 40,0

7 Indeks Gini % 0.414 0.420 98,57

8 Indeks Pemberdayaan Gender Indeks 82,77 80,00 96.65

9 Usia Harapan Hidup Tahun 70,68 69.00 97.62

10 Panjang Jalan dalam Kondisi Baik Km 401.95 387,310 96,35

11 Indeks Kualitas Air Indeks 80.08 76.35 95.34

12 Indeks Kualitas Udara Indeks 89.77 94.94 105,75

13 Tutupan Lahan % 47.44 73.47 154,86

Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian,


14 % 5.74 5.00 89,76
Kehutanan dan Perikanan

15 Lama Kunjungan Wisata Hari 3.30 3,00 90,90

16 Jumlah Kunjungan Wisatawan Orang 84,647 87,629 103,52

17 Predikat Akuntabilitas Kinerja Predikat CC B 100

18 Jumlah Kasus Korupsi Kali 0 - 100

19 Opini BPK Predikat WTP WTP 100

20 Rata-Rata Nilai IKM Rata-Rata 75,70 75.05 97,84

21 Indeks SPBE Indeks 2,50 2.74 109,6

130
2020
2016

B. SARAN SARAN

Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran RPJMD 2018-2023


Kabupaten Bantaeng melalui pencapaian beberapa indikator, maka disarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Mengingat masih ada beberapa sasaran strategis yang persentase capaiannya
masih bermakna kurang, maka diharapkan SKPD terkait dapat
mengoptimalkan kinerjanya dengan mengusulkan perubahan anggaran dan
menyusun rencana kerja tahun 2021 yang akan datang dengan program dan
kegiatan yang langsung menunjang pencapaian sasaran atau yang berkaitan
dengan pemenuhan indikator kinerja sasaran;
2. Diharapkan SKPD yang bertanggung jawab pada program dan kegiatan yang
prosentase capaian target indikator kinerjanya masih kurang, agar lebih
bekerja keras dalam memacu kinerjanya.
3. Diharapkan pemerintah pusat (KemenPAN dan RB), agar dapat melakukan
evaluasi dan penilaian terhadap Laporan Kinerja Tahun 2020 dan Perjanjian
Kinerja Pemerintah Kabupaten Bantaeng Tahun 2021, sehingga dapat
diketahui kekurangan/kelemahan dan kelebihan/keunggulan kinerja
perangkat pemerintah daerah kabupaten Bantaeng, agar dapat dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Demikianlah Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bantaeng ini
disusun dan disajikan sebagai bahan pelaporan pengukuran pencapaian kinerja
sasaran strategis yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng 2018 – 2023.
Semoga Laporan ini dapat mengambarkan kondisi aktual kinerja para
SKPD dalam jajaran pemerintah Kabupaten Bantaeng guna membangun
Masyarakat dan daerah Bantaeng menjadi Sejahtera Lahir Batin berorientasi
pada Kemajuan, Keadilan, Kelestarian, dan Keunggulan berbasis Agama dan
Budaya Lokal”
Amin.
UtÇàtxÇz? EH `tÜxà ECED

131

Anda mungkin juga menyukai