LP Hipertensi Emergency
LP Hipertensi Emergency
DISUSUN OLEH :
WIRA UTAMI
20101440116101
B. ETIOLOGI
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi
dimana terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol
yang berakibat pada kerusakan organ target yang progresif. Berbagai
sistem organ yang menjadi organ target pada hipertensi emergensi ini
adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati,
infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem
kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi
ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ
lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia
hemolitik mikroangiopatik.
Faktor Resiko Krisis Hipertensi
1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
2. Kehamilan
3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
4. Pengguna NAPZA
5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma
kepala, penyakit vaskular/ kolagen)
(Anggaraini, Ade Dian, et.al, 2009)
C. PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun
sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan
tekanan diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap
lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama
dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-
nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan
ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem
papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal
dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna. (Ganong,
William F., 2009)
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan
ataupun penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal
adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus
pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan
darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi
memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan
kerusakan otak yang irreversible. (Ganong, William F., 2009)
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan
menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung.
Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena
ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan krisis
hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau
berkala. (Ganong, William F., 2009)
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami
perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg,
sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120
mmHg. Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit
dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja
dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema
otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
1. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari
sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.
(Ganong, William F., 2009)
D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target
yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan
jantung dan diseksi aorta, mata kabur dan edema papilla mata, sakit kepala
hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak, gagal
ginjal akut pada gangguan ginjal, di samping sakit kepala dan nyeri
tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
Gambaran klinik hipertensi darurat :
Tekanan Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointe
darah neurologi stinal
> Perdarahan, Sakit Denyut Uremia, Mual,
220/140 eksudat, kepala, jelas, proteinuria muntah
mmHg edema kacau, membesar,
papilla gangguan dekompen
kesadaran, sasi,
kejang. oliguria
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
a) Yakinkan kepatenan jalan napas.
b) Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal).
c) Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke icu. ( hani, 2010 )
2) Breathing
a) kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter,
untuk mempertahankan saturasi >92%.
b) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath
mask.
c) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation
d) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji
PaO2 dan PaCO2
e) Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f) Lakukan pemeriksan system pernapasan
g) Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang
mengindikasikan kongesti paru. ( Hani, 2010 )
3) Circulation
a) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara
gallop
b) Kaji peningkatan JVP
c) Monitoring tekanan darah
d) Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
e) Sinus tachikardi
f) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
g) right bundle branch block (RBBB)
h) right axis deviation (RAD)
i) Lakukan IV akses dekstrose 5%
j) Pasang Kateter
k) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
l) Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
m) Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus
Diazoksid,Nitroprusid. ( Hani, 2010 )
4) Disability
a) kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
b) penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis
segera dan membutuhkan perawatan di ICU.( Hani, 2010 )
5) Exposure
a) selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan
KP.
b) jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik lainnya.
c) Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik.
( Hani, 2010 )
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea ( Hani, 2010 )
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, nadi : denyutan jelas, frekuensi / irama :
takikardia, berbagai disritmia, bunyi jantung : murmur, distensi
vena jugularis
Ekstermitas : Perubahan warna kulit, suhu
dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin
lambat.( Hani, 2010 )
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan,
pekerjaan ).
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang
( khususnya sekitar mata ), peningkatan pola bicara.( Hani,
2010 )
4) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal ). ( Hani, 2010 )
5) Makanan / Cairan.
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat
penggunaan diuretic
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena,
peningkatan JVP, glikosuria.( Hani, 2010 )
6) Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas,
kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan
( penglihatan kabur, diplopia ), episode epistaksis.
Tanda :
a) Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses
pikir atau memori (ingatan).
b) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman.
c) Perubahan retinal optik. ( Hani, 2010 )
7) Pernapasan
Gejala :
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b) Takipnea
c) Ortopnea
d) Dispnea nocturnal proksimal
e) Batuk dengan atau tanpa sputum
f) Riwayat merokok
Tanda :
a) Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b) Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c) Sianosis. ( Hani, 2010 )
2. Diagnosa Keperawatan
a. (00132) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia pembuluh darah
di otak
b. (00204) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan suplai oksigen menurun
3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC
O
1. (00132) Nyeri akut (2102) Tingkat nyeri (1400) Manajemen
berhubungan Kriteria hasil : nyeri
dengan iskemia 1. Nyeri yang dilaporkan 1. Lakukan
pembuluh darah di tidak ada pengkajian nyeri
otak 2. Panjangnya episode komprehensif
nyeri ringan yang meliputi
3. Ekspresi nyeri wajah lokasi,
tidak ada karakteristik,
4. Intoleransi onset/durasi,
makanantidak ada frekuensi,
kualitas, intensitas
atau beratnya
nyeri dan faktor
pencetus
2. Kendalikan faktor
lingkungan yang
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya, suhu
ruangan,
pencahayaan,
suara bising)
3. Ajarkan prinsip-
prinsip
manajemen nyeri
4. Berikan individu
penurunan nyeri
yang optimal
dengan peresepan
analgesik
2. (00204) Kriteria Hasil 1. Periksa kulit terkait
Ketidakefektifan 1. Tekanan dengan adanya
perfusi jaringan systole dan diastole kemerahan,
perifer dalam rentang nomal kehangatan
berhubungan 2. CRT < dari 2 detik ekstrem, edema
dengan suplai 3. Suhu kulit hangat atau drainase
oksigen menurun 4. warna kulit normal 2. Lakukan reposisi
tidak ada edema perifer pada klien
3. Ajarkan anggota
keluarga mengenai
tanda-tanda
kerusakan kulit
DAFTAR PUSTAKA
Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa
Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008.
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus
Books, Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on
Hypertension. Diakses 10 November 2018 :
http://www.dinkesjatengprov.go.id