Tugas Plasenta Previa - Kelp.4 B 13 A

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PLASENTA PREVIA

OLEH : B 13 A
KELOMPOK 4

I GUSTI AYU VINA WIRATIH (203221092)


NI PUTU JULIARTINI (203221093)
PANDE WAYAN WIJAYANTI (203221094)
LUH PUTU DIAH KUSUMA DEWI (203221095)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI


2020
ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA

A. Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya .

Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada

kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan

kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .

Perdarahan antepartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan

22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan

patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya

dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan

yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada

kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta

umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan

anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan

plasenta.

Perdarahan antepartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis

biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta

serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan antepartum terjadi kira-kira 3 % dari

semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang

belum jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia

kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan

tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai

tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang

untuk mendapatkan pertolongan.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada

permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun

penyebabnya

, penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah

dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi

medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu

dan janinnya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa.

b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta

previa.

c. Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang

telah dilakukan pada klien plasenta previa.


LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah

uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae

= di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang

implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium

internum.

Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah

sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan

segmen bawah rahim.

2. Etiologi

Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan .

bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat

persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang

dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan

kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya

sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta

previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering

dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada

grandemultipara yang berumur le bih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari

grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.


3. Patofisiologi

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat

segmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada

trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak m e n ga l ami p er u ba ha

n . Pe le ba r an se k me n ba wah u te r u s da n pem b u kaa n se r vik menyababkan

sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan

sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena adanya

ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta

letak normal.

klasifikasi Plasenta Previa :

a. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta

b. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.

c. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup

oleh jaringan plasenta.

d. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan

(ostium internus servisis).

e. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah

uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas

pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

4. Gejala Klinis

Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas

(70%-80%) dari wanita. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah


karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat

dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin

mencakup dalam keparahan dari ringan sampai parah.

Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta

previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau

transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut

serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-

tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa pemeriksaan

ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan

placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada

perdarahan yang lebih jauh.

Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar

melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu

dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi

perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna

merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun

latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi

karena pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta

dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan

kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche

(pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi

mengingat risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.


5. Komplikasi Plasenta Previa

a. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim

b. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi

(operasi pengangkatan rahim).

c. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta

d. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)

e. Kecacatan pada bayi

6. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit

b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta atau jarak

tepi plasenta terhadap ostium

c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukan sumber

perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan,

laserasi/troma)

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan

biasanya tidak berat. Pasien harus di ra wat d ir u ma h sa k it da n ti da k

dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat berat.

Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dan d i la ku k

an c lo se m at ch. Ke h i la n ga n d a ra h ya n g b a n ya k me me rl u ka n t

ra n sf u si . Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin,

presentasi,dan posisinya.

Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk

mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada perdarahan

dan
umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat

untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin.

Jika perdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan

janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap

dirawat di RS. Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin

darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ;

kemudian pilihan melahirkan bergantung pada apakah derajat plasenta previanya minor

atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta previa minor dapat memilih

menunggu kelahiran sampai term atau dengan induksi persalinan, asalkan kondisinya

sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio saesaria pada waktu yang

ditentukan oleh pasien atau dokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang

disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri,

tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk,

mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak

memungkinkan, beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara

teratur tiap 15 manit untuk me n det ek si a d an ya h i p ot en si at a u syo k

a ki bat p e r da ra ha n . Pa n ta u p ula BJ J da n pergerakan janin.Bila terjadi renjatan,

segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bil a t i da k teratasi, upaya

penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Pe nan ga n a n di R S

di la ku k an be r da sa rk an u sia k e ha mi la n. Bi la te r da pa t renjatan, usia

gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka :
- Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 3 7 m i n g g u ,

lalulakukan mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari.

- Bi l a p er d ar ah a n b er u la n g, l a ku k a n PDMO ko la b or a si ( Pe me ri k

saan Dalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan

preterm. Bila ti da k a d a re nj at an u si a ge sta ji 3 7 minggu atau lebih, taksiran

berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan

persalinan perabdominam, bila bukan usahakan partus pervaginam.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Anamnesa

a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,

pendidikan, alamat, medical record dll.

b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28

minggu/trimester III.

- Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang

- Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya

SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.

- Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan

pembuluh darah dan placenta.

c) Inspeksi

- Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.


- Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.

d) Palpasi abdomen

- Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.

- Sering dijumpai kesalahan letak

- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya

kepala masih goyang/floating

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Obstetri

Me m be ri ka n i mf o rm a si ya n g p e nti n g me n ge na i k

eh am il an se b el um n ya agar perawat dapat menentukan kemungkinan

masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:

- Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)

- Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi

- Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan

- Jenis anetesi dan kesulitan persalinan

- Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.

- Komplikasi pada bayi

- Rencana menyusui bayi

b) Riwayat mensturasi

Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP

ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk m e n en t uk an

T P b e r da sa r ka n HP Ht d ap at d i gu n ak an r um u s n ae gl e, ya i t u ha ri

ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.


c) Riwayat Kontrasepsi

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,

ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada

saat kunjungan p e rt am a. Pen ggu n a a n kon t ra se p si or al seb el um k ela

h ir an d a n b e rl an j ut pa d a kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk

pada pembentukan organ seksual pada janin.

d) Riwayat penyakit dan operasi:

Ko n d i si k r o n i s se p e r t i d i b e te s me l i t u s, h i pe r t e n si , da n p e

n ya k i t gi n j a l b i sa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu,

adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya

harus di dokumentasikan

3) Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:

(1) Rambut dan kulit

- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.

- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.

- Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah

(2) Mata : pucat, anemis

(3) Hidung

(4) Gigi dan mulut

(5) Leher

(6) Buah dada / payudara


- Peningkatan pigmentasi areola putting susu

- Bertambahnya ukuran dan noduler

(7) Jantung dan paru

- Volume darah meningkat

- Peningkatan frekuensi nadi

- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.

- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.

- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.

- Diafragma meninggi

- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

(8) Abdomen

- Menentukan letak janin

- Menentukan tinggi fundus uteri

(9) Vagina

- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)

- Hipertropi epithelium

(10) System musculoskeletal

- Persendian tulang pinggul yang mengendur

- Gaya berjalan yang canggung

- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis

rectal b) Pemeriksaan khusus

(1) Tinggi fundus uteri


(2) Posisi dan persentasi janin

(3) Panggul dan janin lahir

(4) Denyut jantung janin

2. Diagnosa keperawatan

a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan anemia karena perdarahan

b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai efek

perdarahan c. Resiko perdarahan dibuktikan dengan komplikasi kehamilan plasenta

previa

d. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan Hipoksia jaringan / organ, profil

darah abnormal, kerusakan system imun.

3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan

1 Perfusi perifer Setelah dilakukanya Intervensi utama :


tidak efektif tindakan keperawatan Perawatan sirkulasi
berhubungan 3 X 24 observasi
jam diharapkan • Kaji dan catat TTV, TD serta jumlah
dengan anemia
perfusi perifer perdarahan.
karena meningkat dengan • Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer,
perdarahan kriteria hasil : pengisian kapiler, warna , suhu)
• Turgor kulit • Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
membaik bengkak pada ekstremitas
• Tekanan darah Terapeutik
sistolik membaik • Hindari pemasangan infus atau
• Tekanan darah pengambilan darah di area keterbatasan
diastolic membaik perfusi
• Lakukan hidrasi
Edukasi
• Memberikan edukasi tentang penyebab
anemia
• Memberikan KIE tentang nutrisi pada ibu
hamil

Intervensi Pendukung:
Manajemen Cairan
Observasi
• periksa tanda dan gejala hypovolemia
• monitor intake dan output cairan
Terapeutik
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified Trendelenburg
• Berikan asupan cairan oral
Edukasi
• Anjurkan memperbanyak asupan cairan
per oral
• Anjurkan menghindari posisi yng
mendadak
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(NaCl, RL)
• Kolaborasi pemberian caira Hipotonis
(mis. Glukosa2,5%, NaCl 0,4%)
• Kolaborasi pemberian produk darah

2 Ansietas Setelah dilakukan Intervensi utama


berhubungan tindakan keperawatan Reduksi ansietas :
dengan selama 3x 24 jam Observasi
kurangnya diharapkan tingkat • Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
pengetahuan ansietas menurun • Identifikasi kemampuan menganbil
mengenai efek dengan kriteria hasil : keputusan
perdarahan • Verbalisasi • Monitor tanda-tanda ansietas
khawatir akibat Terapeutik
kondisi yang • Ciptakan suasana terapeutik untuk
dihadapi menurun menumbuhkan kepercayaan
• Perilaku gelisah • Temani pasien untuk mengurangi
menurun kecemasan
• Perilaku tegang • Pahami situasi yang membuat ansietas
menurun • Dengarkan dengan penh perhatian
• Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
• Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
dialami
• Infoemasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
• Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
• Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu

3 Resiko Setelah dilakukan Intervensi Utama


perdarahan tindakan keperawatan Pencegahan Perdarahan:
dibuktikan selama 3x 24 jam Observasi ;
dengan diharapkan tingkat • Monitor tanda dan gejala perdarahan
komplikasi perdarahan menurun • Monitor nilai hematocrit/hemoglobin
kehamilan dengan kriteria hasil : sebelum dan setelah kehilangan darah
plasenta previa • Perdarahan vagina • Monitor koagulasi (mis, prothrombin time,
menurun fibrinogen)
• Hemoglobin Terapeutik
membeik • Pertahankan bedrest selama perdarahan
• Hematocrit • Hindari melakukan pemeriksaan vagina
membaik dalam
• Tekanan darah Edukasi
membaik • Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
• Anjurkan untuk meningkatkan asupan
cairan untuk mencegah konstipasi
• Anjurkan segera melapor bila terjadi
perdarahan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
• Kolaborasi pemberian produk darah, jika
perlu

4 Resiko cedera Setelah dilakukan Intervensi utama


pada janin tindakan keperawatan
Pencegahan Perdarahan
dibuktikan selama 3 x 24 jam
Observasi
dengan profil diharapkan tingkat
• Monitor jumlah perdarahan
darah abnormal cedera menurun
• Monitor suhu, observasi adanya
yang dengan kriteria hasil ; peningkatan sel darah putih dan bau serta
menimbulkan • Perdarahan per warna darah yang keluar dari vagina
hipoksia jaringan vagina menurun • Monitor masukan dan haluaran urine
• Tekanan darah Terapeutik
membaik • Pertahankan bedrest selama perdarahan
• Frekuensi nadi • Hindari melakukan pemeriksaan vagina
membaik dalam
• Hasil laboratorium Kolaborasi
menunjukkan • Kolaborasi pemberian antibiotic ,jika perlu
profil darah dalam
batas normal
ASUHAN KEPERAWATN PADA PASIEN NY ‘R’ DENGAN PLASENTA PREVIA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien

Nama : Ny. R
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. L
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Denpasar Utara
Hubungan dengan Pasien : suami
3. Catatan Medik
Tanggal masuk : 10 November 2020
Tanggal pengkajian: 11 November 2020
No. RM : 20023451
Diagnosa medis : Antepartum hemoragik atas indikasi plasenta previa

2. Riwayat Kesehatan

a. Alasan Masuk Rumah Sakit


Ny. R mengatakan keluar darah merah segar dari alat kelaminnya dengan
jumlah banyak. Perdarahan dirasakan sejak 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit.

b. Keluhan Utama
pasien mengatakan keluar darah merah segar dari alat kelaminnya dengan jumlah
kadang sedikit kadang banyak. Pengeluaran darah tidak pasti, kadang ketika tiduran
ataupun ketika beraktivitas seperti BAK maupun duduk.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Riwayat kehamilan dan persalinan dahulu G(gestasi)3, P(partus)2,
A(abortus)0: Ny.R mengatakan anak pertama dan kedua tidak ada gangguan
kehamilan, proses persalinan partus spontan, dirumah bersalin dengan penolong bidan,
masalah persalinan tidak ada. Jenis kelamin anak pertama perempuan, dengan berat
badan 3500 gram. Sedangkan, pada anak ke dua perempuan, dengan berat badan 3000
gram,serta keadaan keduanya sehat.Pasien mengatakan tidak mengalami perdarahan
tengah siklus selama kehamilan sebelumnya.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan pada tanggal 10 November 2020, jam 08.00 WIB,
mengeluarkan darah berawarna merah segar dari vagina. Setelah itu jam 09.00 WIB,
pasien dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, saat dilakukan
pemeriksaan di IGD, pasien mengatakan keluar darah dari vagina sejak 1 jam sebelum
masuk rumah sakit, pasien mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 10 April
2020, umur kehamilan 30 minggu. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium,
dengan hasil hemoglobin: 8,9 g/dl, hematokrit: 27 %. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
klien diberikan terapi infuse RL 20 tetes/menit (parenteral), Asam Traneksamat 500
ml/12 jam (parenteral). Setelah observasi kurang lebih 2 jam, pasien dipindah ke
Ruang Bakung.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ny. R mengatakan di keluarganya ada penyakit keturunan seperti,
hipertensi, DM.
3. Pola nutrisi/Metabolisme
Sebelum mengalami perdarahan per vagina pasien biasa makan 3x sehari , namun
sejak di rawat di RS nafsu makan menurun. Pasien tidak bias menghabiskan porsi
makanan yang disediakan.

4. Pola Eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi pasien dalam hal BAB tidak ada masalah yaitu
dalam sehari pasien BAB 1x sehari. Sedangkan selama hamil untuk BAK, pasien
mengalami peningkatan frekuensi BAK, yaitu pasien lebih sering BAK tetapi dalam
BAK tidak ada keluhan yang dapat mengganggu pasien BAK. Setelah masuk RS pola
eliminasi (BAB dan BAK) pasien tidak ada masalah yang dapat mengganggu dalam
proses BAB dan BAK pasien.

5. Pola Aktivitas/Latihan
Kemampuan Perawatan Diri : pasien mengatakan seperti kemampuan
perawatan diri, makan atau minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,
berpindah dibantu oleh suami

6. Pola Istirahat Tidur


Saat dirumah, sebelum Ny.R mengalami perdarahan dan masuk RS, aktivitas
Ny.R sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan hariannya hanya membersihkan rumah,
mengurus anak dan suami saja. Namun setelah hamil aktivitas yang berat-berat saat
dirumah sudah dikurangi oleh pasien. Dalam kesehariaanya pasien tidur jam 21.00
malam dan bangun jam 04.00. terkadang pasien tidur siang dan terkadang tidak.
Tidur siang biasanya lamanya 2 jam.

7. Pola Kognitif – Persepsi


Pasien hanya tamatan SD sehingga tidak tahu banyak tentang masalah
kesehatan. Pada saat kehamilan anak pertama pasien tidak pernah mengikuti diskusi
kesehatan apapun. Pasien merasa takut dan gelisah jika terjadi apa-apa dengan
janinnya. Pasien mengatakan tidak tahu akibat yang mungkin terjadi akibat
perdarahan selama kehamilan.

8. Pola Peran Hubungan


Dalam berhubungan dengan anggota keluarga yang lain, hubungan dengan
masyarakat pasien tidak ada masalah.

9. Pola Seksualitas/reproduksi
Pasien mengatakan menarche pada umur 13 tahun, siklus haid klien teratur
normal, haid terjadi 6-7 hari, pasien biasanya mengganti pembalut 2 sampai 3 kali
sehari. Selama kehamilan pasien jarang melakukan hubungan suami istri.

10. Pola persepsi diri / konsep diri


 Identitas diri : Pasien adalah seorang wanita dengan umur 30 th, pernah
hamil 3x, melahirkan 2x, abortus belum pernah. Pertama haid, pasien berumur
13 tahun. Kondisi genetalia normal tidak ada masalah.
 Harga diri : Dalam kesehariannya pasien sering berkumpul dengan
tetangganya dirumah, pasien juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan
dikampungnya yaitu seperti arisan PKK, pengajian ibu-ibu, kerja bakti dll.
Dalam berhubungan dengan orang lain pasien tidak pernah merasa minder atau
malu.

11. Pola Koping – Toleransi Stres


Pasien merasa cemas dan takut dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila
sering terjadi perdarahan.

12. Pola keyakinan nilai


Ny. R selama hamil tetap melakukan kewajiban sebagai penganut agama islam,
Ny. R juga aktif dalam pengajian dilingkungan sekitar rumah nya sebelum masuk rumah
sakit.

13. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital sign
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
 Nadi : 80 kali per menit
 Suhu : 36,5°C
 Respirasi : 18x/menit

d. Kepala
 Inspeksi: Bulat, mesocepal, tidak ada luka. Rambut hitam, bergelombang,
tidak berketombe
 Palpasi : Rambut sedikit berminyak

e. Mata
 Inspeksi: Mata simetris, konjungtiva anemis, pucat, penglihatan normal.
 Palpasi : biasanya normal, tidak ada nyeri tekan dan tidak menyebabkan
TIO

f. Telinga
 Inspeksi : Telinga luar (bentuk, warna, masa) simetris kiri dan
kanan, tidak ada perubahan yang sebabkan oleh penyakit ini, tidak ada
serumen
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan

g. Hidung dan sinus-sinus


 Inspeksi : Bentuk hidung simetris, keadaan kulit normal, lubang
hidung simetris
 Palpasi : Bagian luar hidung, mobilitas septum, sinus maksilaris, sinus
frontalis tidak ada nyeri tekan

h. Mulut dan Faring


 Inspeksi : Bibir, gigi dan gusi, bau mulut atau kebersihan, lidah,
selaput lendir mulut, faring tidak terganggu
 Palpasi : Pipi, palatum, dasar mulut, lidah juga tidak ada perubahan, tidak
ada gigi palsu

i. Leher
 Inspeksi : Bentuk kulit, tiroid normal
 Palpasi : Kelenjar limfe, kelenjar tiroid, trakea juga normal dan tidak ada
perubahan

j. Dada dan Paru-Paru


 Payudara
 Inspeksi : Payudara simetris, payudara membesar, terjadi
hiperpigmentasi aerola, kedua papilla mammae menonjol
 Palpasi : tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
 Paru-paru
 Inspeksi :pengembangan dada kanan sama dengan kiri, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan
 Palpasi : vocal fremitus kanan sama dengan kiri
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : vesicular

k. Sistem Kardiovaskuler
 Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V
 Perkusi : bunyi pekak
 Auskultasi : BJ 1-2 tidak ada suara tambahan.

l. Abdomen
 Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada linea, ada striae
 Auskultasi : bising usus 12 kali per menit, denyut jantung bayi normal
 Palpasi :
leopold 1: TFU= 3 jari dibawah Px (29 cm), dengan bagian atas
bokong.
Leopold 2: kanan teraba punggung, kiri ekstermitas.
Leopold 3: bagian terbawah perut kepala, belum masuk PAP.
Leopold 4: kepala bayi belum masuk PAP terhitung 4/5.
 Perkusi : tympani

m. Pengkajian Alat Kelamin


kebersihan baik, keluaran darah merah, kurang lebih kehilangan darah 400
cc/hari (dari mengganti pembalut besar sehari 4 kali), rektum/anus ada, masih
berfungsi dengan baik.

n. Ekstremitas
kanan kiri atas bawah tidak ada oedem, kanan kiri atas bawah tidak ada varises,
reflek patella baik.

14. Pemeriksaan penunjang

Tanggal 10 November 2020


HB 8,9 gr/dl
Hematokrit 27%
Leukosit 11000/uL
Trombosit 287000/Ul
Clotting time 4 detik
Bleeding time 2 detik
Gula darah sewaktu 94 mg/dL
ANALISA DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI


1. Ds : Perfusi perifer tidak Anemia yang
 Pasien mengatakan keluar darah efektif disebabkan oleh
dari vagina sejak tiga hari yang perdarahan dari
lalu vagina
 Pasien mengatakan mengganti
pembalut besar sehari 4 kali
Do :
 Hemoglobin klien 8,9 gr/dl
 Hematokrit klien : 27,5 %
 Konjungtiva klien tampak pucat
 Pasien tampak lemah
 keluar darah dari vagina sejak
tiga hari yang lalu, kurang lebih
400cc/hari
 Pasien hanya berbaring di
tempat tidur

2. Ds : Ansietas Kurang pengetahuan


 Pasien mengatakan cemas tentang akibat yang
dengan kondisi janinnya bias terjadi setelah
 Pasien mengatakan tidak tahu perdarahan
bagaimana akibat bila terus
mengalami perdarahan dari
vagina
Do :
 Pasien tampak gelisah
 Tekanan darah klien 130/90
mmHg
 Nadi 80 kali per menit
 Respirasi 18 kali per menit

3 Ds : Resiko cedera pada Efek perdarahan


• Pasien mengatakan keluar darah janin karena Plasenta Previa
dari vagina sejak tiga hari yang
lalu
Do :
• Hemoglobin klien 8,9 gr/dl
• Hematokrit klien : 27 %
• Leukosit 11000/ uL
• Konjungtiva klien tampak pucat

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume cairan akibat
perdarahan per vagina dibuktikan dengan pasien mengalami perdarahan
pervaginam
400cc/hr, HB 8,9 gr/dl, HCT 27%, konjungtiva pucat, dan pasien tampak lemah dan
hanya berbaring diatas tempat tidur
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang kondisi yang dialami
pasien dibuktikan dengan pasien mengatakan cemas dengan kondisi janin dan tidak
mengetahui akibat yang dapat terjadi akibat perdarahan dari vagina, pasien tampak
gelisah, TD 130/90 mmHg.
3. Resiko cedera pada janin dibuktikan dengan hasil laboratorium yang tidak normal, Hb
8,9 gr/dl, Ht 27 %, Leukosit 11000/Ul
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
NO Luaran Intervensi Keperawatan Rasionalisasi
Keperawatan
1 Perfusi perifer tidak Setelah 1. Perawatan sirkulasi
efektif berhubungan dilakukanya observasi
dengan kekurangan tindakan • Kaji dan catat TTV, TD serta • Sirkulasi perifer dapat
keperawatan 3 X jumlah perdarahan.
volume cairan akibat menunjukkan tingkat
24 • Periksa sirkulasi perifer(mis.
perdarahan per jam diharapkan Nadi perifer, pengisian keparahan penyakit
vagina dibuktikan tingkat kapiler, warna , suhu) • Pulsasi yang lemah
dengan pasien perdarahan Terapeutik
menimbulkan penurunan
menurun dengan • Hindari pemasangan infus
mengalami cardiak output
kriteria hasil : atau pengambilan darah di
perdarahan  Tekanan area keterbatasan perfusi • Hidrasi dapat meningkatkan
pervaginam darah • Lakukan hidrasi cardiac output sehingga
membaik Edukasi
400cc/hr, HB 8,9 meningkatkan perfusi perifer
 Perdarahan • Memberikan edukasi tentang
gr/dl, HCT 27%, • Agar pasien mengetahui
pervagina penyebab anemia
konjungtiva pucat, • Memberikan KIE tentang kondisi klinis terkait
menurun
dan pasien tampak nutrisi pada ibu hamil permasalahan kesehatan yang
 Hemoglobin
lemah dan hanya mungkin terjadi pada pasien
membaik
berbaring diatas • Nutrisi yang baik dapat
tempat tidur mencegah adanya infeksi
2. Manajemen Cairan akibat perdarahan
Observasi
• Hipovolemi akibat perdarahan
• periksa tanda dan gejala
hypovolemia dapat menimbulkan kegawatan
• monitor intake dan output pada janin
cairan
• Pemantauan balance cairan
Terapeutik
untuk memonitor adanya
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified masalah perfusi perifer
Trendelenburg • Agar tidak terjadi hipovolemi
• Berikan asupan cairan oral
atau hipervolemi
• Posisi Trendelenburg
mengurangi resiko terjadi
perdarahan per vagina
• Asupan cairan oral dapat
membantu adanya kekurangan
Edukasi volume cairan
• Anjurkan menghindari posisi • Perubahan posisi yang tiba-
yang mendadak
tiba dapat memicu adana
• Menganjurkan untuk bedrest
di tempat tidur untuk pergesekan plasenta dengan
mencegah perdarahan dinding Rahim yang memicu
Kolaborasi perdarahan lebih aktif
• Kolaborasi pemberian cairan
• Tirah baring dilakukan untuk
IV isotonis (NaCl, RL)
• Kolaborasi pemberian caira mencegah perdarahan akibat
Hipotonis (mis. mobilitas
Glukosa2,5%, NaCl 0,4%)
• Pemberian cairan isotonis
• Kolaborasi pemberian
produk darah mampu mengembalikan
kebutuhan akan cairan yang
hilang akibat perdarahan
• Pemberian produk darah
dibutuhkan bila pasien
mengalami anemia berat
2 Ansietas Setelah Reduksi ansietas :
berhubungan dengan dilakukan Observasi
• Perubahan tanda-tanda vital
kurang terpapar tindakan • Monitor tanda-tanda ansietas
dapat digunakan sebagai
informasi tentang keperawatan Terapeutik
indicator terjadinya ansietas
kondisi yang dialami selama 3x 24 • Ciptakan suasana terapeutik
pada klien
pasien dibuktikan jam diharapkan untuk menumbuhkan
• Komunikasi terapeutik untuk
dengan pasien tingkat ansietas kepercayaan
membina hubungan saling
mengatakan cemas menurun dengan • Temani pasien untuk
percaya sehingga mampu
dengan kondisi janin kriteria hasil : mengurangi kecemasan
mendorong pasien
dan tidak
mengetahui akibat • Verbalisasi • Pahami situasi yang mengungkapkan
yang dapat terjadi khawatir membuat ansietas kecemasannya
akibat perdarahan akibat kondisi • Dengarkan dengan penuh • Sikap yang menemani pasien,
dari vagina, pasien yang dihadapi perhatian mendengarkan keluhan pasien
tampak gelisah, TD menurun • Ajarkan teknik dan menemani pasien akan
130/90 mmHg. • Perilaku menenangkan diri membantu mengurangi
gelisah Edukasi ketegangan dan kegelisahan
menurun • Informasikan secara factual pasien
• Perilaku mengenai diagnosis, • Teknik menenangkan diri
tegang pengobatan dan prognosis dapat digunakan untuk
menurun • Anjurkan keluarga untuk meredakan kecemasan pada
tetap bersama pasien pasien yang mengalami
Kolaborasi disstres akut
• Kolaborasi pemberian obat • Informasi yang terjadi akan
antiansietas, jika perlu membuat pasien memahami
situasi yang terjadi pada pasien
dan janin
• Keluarga dapat memberikan
dukungan emosi untuk
menenangkan pasien dan
menciptakan penerimaan serta
bantuan dan dukungan selama
masa stres
3 Resiko cedera pada Setelah Pencegahan Perdarahan
janin dibuktikan dilakukan Observasi
dengan hasil tindakan • Monitor jumlah perdarahan • Hemoragi yang berlebihan dan
laboratorium yang keperawatan • Monitor suhu, observasi menetap dapat mengancam
tidak normal, Hb 8,9 selama 3 x 24 adanya peningkatan sel hidup klienatau
gr/dl, Ht 27 %, jam diharapkan darah putih dan bau serta mengakibatkan infeksi pasca
Leukosit 11000/Ul tingkat cedera warna darah yang keluar dari partum,anemia pasca partum
vagina
menurun dengan • Monitor masukan dan yang disebabkan oleh hipoksia
kriteria hasil ; haluaran urine jaringan dan malnutrisi
• Perdarahan Terapeutik • Kehilangan darah berlebih
per vagina • Pertahankan bedrest selama dengan penurunan Hb dapat
menurun perdarahan meningkatkan resiko terkena
• Tekanan • Hindari melakukan infeksi
darah pemeriksaan vagina dalam • Penurunan perfusi ginjal dapat
membaik Kolaborasi mengakibatkan penurunan
• Frekuensi • Kolaborasi pemberian haluaran urine
nadi antibiotic ,jika perlu • Tirah baring dapat mencegah
membaik perdarahan
• Hasil • Pemeriksaan vagina dalam
laboratorium memicu terjadinya perdarahan
menunjukkan • Pemberian antibiotic mungkin
profil darah diperlukan bila terjadi infeksi
dalam batas
normal

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI

.Jakarta

Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan

Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian
/SMF

obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.


PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,

Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dan Tindakan Keperawatan,

Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi

1 Cetakan III. Jakarta:DPP PPNI

Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.

Jakarta. Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai