Tugas Plasenta Previa - Kelp.4 B 13 A
Tugas Plasenta Previa - Kelp.4 B 13 A
Tugas Plasenta Previa - Kelp.4 B 13 A
OLEH : B 13 A
KELOMPOK 4
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan
kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Perdarahan antepartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan
patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan
anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan
plasenta.
Perdarahan antepartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta
serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan antepartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai
tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada
permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya
, penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah
dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi
medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu
dan janinnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta
previa.
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae
= di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang
implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium
internum.
sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
2. Etiologi
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan .
bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat
persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang
dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan
kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya
sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta
previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
grandemultipara yang berumur le bih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
segmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada
sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena adanya
ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta
letak normal.
b. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
c. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup
d. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
e. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas
pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
4. Gejala Klinis
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas
previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau
transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut
serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-
tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa pemeriksaan
ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan
placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar
melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu
dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi
perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna
merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun
latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi
karena pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta
dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan
kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche
(pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi
6. Pemeriksaan diagnostik
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta atau jarak
laserasi/troma)
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan
dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat berat.
Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dan d i la ku k
an c lo se m at ch. Ke h i la n ga n d a ra h ya n g b a n ya k me me rl u ka n t
presentasi,dan posisinya.
dan
umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat
untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin.
Jika perdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan
janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap
darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ;
kemudian pilihan melahirkan bergantung pada apakah derajat plasenta previanya minor
atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta previa minor dapat memilih
menunggu kelahiran sampai term atau dengan induksi persalinan, asalkan kondisinya
sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio saesaria pada waktu yang
ditentukan oleh pasien atau dokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang
b. Penatalaksanaan keperawatan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri,
tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk,
mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak
memungkinkan, beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara
segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bil a t i da k teratasi, upaya
gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka :
- Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 3 7 m i n g g u ,
- Bi l a p er d ar ah a n b er u la n g, l a ku k a n PDMO ko la b or a si ( Pe me ri k
saan Dalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan
berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
minggu/trimester III.
c) Inspeksi
d) Palpasi abdomen
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Me m be ri ka n i mf o rm a si ya n g p e nti n g me n ge na i k
b) Riwayat mensturasi
T P b e r da sa r ka n HP Ht d ap at d i gu n ak an r um u s n ae gl e, ya i t u ha ri
Ko n d i si k r o n i s se p e r t i d i b e te s me l i t u s, h i pe r t e n si , da n p e
adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya
harus di dokumentasikan
3) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan Umum
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
(3) Hidung
(5) Leher
- Diafragma meninggi
(8) Abdomen
(9) Vagina
- Hipertropi epithelium
2. Diagnosa keperawatan
previa
d. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan Hipoksia jaringan / organ, profil
3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan
Intervensi Pendukung:
Manajemen Cairan
Observasi
• periksa tanda dan gejala hypovolemia
• monitor intake dan output cairan
Terapeutik
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified Trendelenburg
• Berikan asupan cairan oral
Edukasi
• Anjurkan memperbanyak asupan cairan
per oral
• Anjurkan menghindari posisi yng
mendadak
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(NaCl, RL)
• Kolaborasi pemberian caira Hipotonis
(mis. Glukosa2,5%, NaCl 0,4%)
• Kolaborasi pemberian produk darah
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. L
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Denpasar Utara
Hubungan dengan Pasien : suami
3. Catatan Medik
Tanggal masuk : 10 November 2020
Tanggal pengkajian: 11 November 2020
No. RM : 20023451
Diagnosa medis : Antepartum hemoragik atas indikasi plasenta previa
2. Riwayat Kesehatan
b. Keluhan Utama
pasien mengatakan keluar darah merah segar dari alat kelaminnya dengan jumlah
kadang sedikit kadang banyak. Pengeluaran darah tidak pasti, kadang ketika tiduran
ataupun ketika beraktivitas seperti BAK maupun duduk.
4. Pola Eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi pasien dalam hal BAB tidak ada masalah yaitu
dalam sehari pasien BAB 1x sehari. Sedangkan selama hamil untuk BAK, pasien
mengalami peningkatan frekuensi BAK, yaitu pasien lebih sering BAK tetapi dalam
BAK tidak ada keluhan yang dapat mengganggu pasien BAK. Setelah masuk RS pola
eliminasi (BAB dan BAK) pasien tidak ada masalah yang dapat mengganggu dalam
proses BAB dan BAK pasien.
5. Pola Aktivitas/Latihan
Kemampuan Perawatan Diri : pasien mengatakan seperti kemampuan
perawatan diri, makan atau minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,
berpindah dibantu oleh suami
9. Pola Seksualitas/reproduksi
Pasien mengatakan menarche pada umur 13 tahun, siklus haid klien teratur
normal, haid terjadi 6-7 hari, pasien biasanya mengganti pembalut 2 sampai 3 kali
sehari. Selama kehamilan pasien jarang melakukan hubungan suami istri.
d. Kepala
Inspeksi: Bulat, mesocepal, tidak ada luka. Rambut hitam, bergelombang,
tidak berketombe
Palpasi : Rambut sedikit berminyak
e. Mata
Inspeksi: Mata simetris, konjungtiva anemis, pucat, penglihatan normal.
Palpasi : biasanya normal, tidak ada nyeri tekan dan tidak menyebabkan
TIO
f. Telinga
Inspeksi : Telinga luar (bentuk, warna, masa) simetris kiri dan
kanan, tidak ada perubahan yang sebabkan oleh penyakit ini, tidak ada
serumen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Leher
Inspeksi : Bentuk kulit, tiroid normal
Palpasi : Kelenjar limfe, kelenjar tiroid, trakea juga normal dan tidak ada
perubahan
k. Sistem Kardiovaskuler
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : BJ 1-2 tidak ada suara tambahan.
l. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada linea, ada striae
Auskultasi : bising usus 12 kali per menit, denyut jantung bayi normal
Palpasi :
leopold 1: TFU= 3 jari dibawah Px (29 cm), dengan bagian atas
bokong.
Leopold 2: kanan teraba punggung, kiri ekstermitas.
Leopold 3: bagian terbawah perut kepala, belum masuk PAP.
Leopold 4: kepala bayi belum masuk PAP terhitung 4/5.
Perkusi : tympani
n. Ekstremitas
kanan kiri atas bawah tidak ada oedem, kanan kiri atas bawah tidak ada varises,
reflek patella baik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume cairan akibat
perdarahan per vagina dibuktikan dengan pasien mengalami perdarahan
pervaginam
400cc/hr, HB 8,9 gr/dl, HCT 27%, konjungtiva pucat, dan pasien tampak lemah dan
hanya berbaring diatas tempat tidur
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang kondisi yang dialami
pasien dibuktikan dengan pasien mengatakan cemas dengan kondisi janin dan tidak
mengetahui akibat yang dapat terjadi akibat perdarahan dari vagina, pasien tampak
gelisah, TD 130/90 mmHg.
3. Resiko cedera pada janin dibuktikan dengan hasil laboratorium yang tidak normal, Hb
8,9 gr/dl, Ht 27 %, Leukosit 11000/Ul
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
NO Luaran Intervensi Keperawatan Rasionalisasi
Keperawatan
1 Perfusi perifer tidak Setelah 1. Perawatan sirkulasi
efektif berhubungan dilakukanya observasi
dengan kekurangan tindakan • Kaji dan catat TTV, TD serta • Sirkulasi perifer dapat
keperawatan 3 X jumlah perdarahan.
volume cairan akibat menunjukkan tingkat
24 • Periksa sirkulasi perifer(mis.
perdarahan per jam diharapkan Nadi perifer, pengisian keparahan penyakit
vagina dibuktikan tingkat kapiler, warna , suhu) • Pulsasi yang lemah
dengan pasien perdarahan Terapeutik
menimbulkan penurunan
menurun dengan • Hindari pemasangan infus
mengalami cardiak output
kriteria hasil : atau pengambilan darah di
perdarahan Tekanan area keterbatasan perfusi • Hidrasi dapat meningkatkan
pervaginam darah • Lakukan hidrasi cardiac output sehingga
membaik Edukasi
400cc/hr, HB 8,9 meningkatkan perfusi perifer
Perdarahan • Memberikan edukasi tentang
gr/dl, HCT 27%, • Agar pasien mengetahui
pervagina penyebab anemia
konjungtiva pucat, • Memberikan KIE tentang kondisi klinis terkait
menurun
dan pasien tampak nutrisi pada ibu hamil permasalahan kesehatan yang
Hemoglobin
lemah dan hanya mungkin terjadi pada pasien
membaik
berbaring diatas • Nutrisi yang baik dapat
tempat tidur mencegah adanya infeksi
2. Manajemen Cairan akibat perdarahan
Observasi
• Hipovolemi akibat perdarahan
• periksa tanda dan gejala
hypovolemia dapat menimbulkan kegawatan
• monitor intake dan output pada janin
cairan
• Pemantauan balance cairan
Terapeutik
untuk memonitor adanya
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified masalah perfusi perifer
Trendelenburg • Agar tidak terjadi hipovolemi
• Berikan asupan cairan oral
atau hipervolemi
• Posisi Trendelenburg
mengurangi resiko terjadi
perdarahan per vagina
• Asupan cairan oral dapat
membantu adanya kekurangan
Edukasi volume cairan
• Anjurkan menghindari posisi • Perubahan posisi yang tiba-
yang mendadak
tiba dapat memicu adana
• Menganjurkan untuk bedrest
di tempat tidur untuk pergesekan plasenta dengan
mencegah perdarahan dinding Rahim yang memicu
Kolaborasi perdarahan lebih aktif
• Kolaborasi pemberian cairan
• Tirah baring dilakukan untuk
IV isotonis (NaCl, RL)
• Kolaborasi pemberian caira mencegah perdarahan akibat
Hipotonis (mis. mobilitas
Glukosa2,5%, NaCl 0,4%)
• Pemberian cairan isotonis
• Kolaborasi pemberian
produk darah mampu mengembalikan
kebutuhan akan cairan yang
hilang akibat perdarahan
• Pemberian produk darah
dibutuhkan bila pasien
mengalami anemia berat
2 Ansietas Setelah Reduksi ansietas :
berhubungan dengan dilakukan Observasi
• Perubahan tanda-tanda vital
kurang terpapar tindakan • Monitor tanda-tanda ansietas
dapat digunakan sebagai
informasi tentang keperawatan Terapeutik
indicator terjadinya ansietas
kondisi yang dialami selama 3x 24 • Ciptakan suasana terapeutik
pada klien
pasien dibuktikan jam diharapkan untuk menumbuhkan
• Komunikasi terapeutik untuk
dengan pasien tingkat ansietas kepercayaan
membina hubungan saling
mengatakan cemas menurun dengan • Temani pasien untuk
percaya sehingga mampu
dengan kondisi janin kriteria hasil : mengurangi kecemasan
mendorong pasien
dan tidak
mengetahui akibat • Verbalisasi • Pahami situasi yang mengungkapkan
yang dapat terjadi khawatir membuat ansietas kecemasannya
akibat perdarahan akibat kondisi • Dengarkan dengan penuh • Sikap yang menemani pasien,
dari vagina, pasien yang dihadapi perhatian mendengarkan keluhan pasien
tampak gelisah, TD menurun • Ajarkan teknik dan menemani pasien akan
130/90 mmHg. • Perilaku menenangkan diri membantu mengurangi
gelisah Edukasi ketegangan dan kegelisahan
menurun • Informasikan secara factual pasien
• Perilaku mengenai diagnosis, • Teknik menenangkan diri
tegang pengobatan dan prognosis dapat digunakan untuk
menurun • Anjurkan keluarga untuk meredakan kecemasan pada
tetap bersama pasien pasien yang mengalami
Kolaborasi disstres akut
• Kolaborasi pemberian obat • Informasi yang terjadi akan
antiansietas, jika perlu membuat pasien memahami
situasi yang terjadi pada pasien
dan janin
• Keluarga dapat memberikan
dukungan emosi untuk
menenangkan pasien dan
menciptakan penerimaan serta
bantuan dan dukungan selama
masa stres
3 Resiko cedera pada Setelah Pencegahan Perdarahan
janin dibuktikan dilakukan Observasi
dengan hasil tindakan • Monitor jumlah perdarahan • Hemoragi yang berlebihan dan
laboratorium yang keperawatan • Monitor suhu, observasi menetap dapat mengancam
tidak normal, Hb 8,9 selama 3 x 24 adanya peningkatan sel hidup klienatau
gr/dl, Ht 27 %, jam diharapkan darah putih dan bau serta mengakibatkan infeksi pasca
Leukosit 11000/Ul tingkat cedera warna darah yang keluar dari partum,anemia pasca partum
vagina
menurun dengan • Monitor masukan dan yang disebabkan oleh hipoksia
kriteria hasil ; haluaran urine jaringan dan malnutrisi
• Perdarahan Terapeutik • Kehilangan darah berlebih
per vagina • Pertahankan bedrest selama dengan penurunan Hb dapat
menurun perdarahan meningkatkan resiko terkena
• Tekanan • Hindari melakukan infeksi
darah pemeriksaan vagina dalam • Penurunan perfusi ginjal dapat
membaik Kolaborasi mengakibatkan penurunan
• Frekuensi • Kolaborasi pemberian haluaran urine
nadi antibiotic ,jika perlu • Tirah baring dapat mencegah
membaik perdarahan
• Hasil • Pemeriksaan vagina dalam
laboratorium memicu terjadinya perdarahan
menunjukkan • Pemberian antibiotic mungkin
profil darah diperlukan bila terjadi infeksi
dalam batas
normal
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI
.Jakarta
Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian
/SMF
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dan Tindakan Keperawatan,
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta. Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.