Aplikasi Terapi Komplementer Pada Dewasa KLP 8

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

APLIKASI KOMPLEMENTER DALAM SEMUA SIKLUS KEHIDUPAN

PADA USIA DEWASA

OLEH:

KELOMPOK 8 KELAS B 13 A

1.  I GUSTI PUTU ARDANA (203221122)


2.  NI LUH MAMIK DAMIASIH (203221123)
3.  NI PUTU WISMA DEWI (203221124)
4.  LUH KOMANG TRI MAHAYANI (203221125)
5.  TUT WURI UMBARWATI (203221126)
6.  NI PUTU SRI RAHAYU (203221127)
 

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES WIRA MEDIKA DENPASAR

2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

 bahwa penulis telah dapat membuat makalah tentang”  Aplikasi Komplementer Dalam

Semua Siklus Kehidupan Pada Dewasa’’ walaupun banyak sekali hambatan dan kesulitan yang

kami hadapi dalam menyusun makalah ini, dan mungkin makalah ini masih terdapat

kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan

penulis.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
 bersifat membangun dari semua pihak terutama dari Bapak/Ibu dosen maupun teman-
teman sekalian supaya penulis dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah
dikemudian hari,dan semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Denpasar, 8 Desember 2020 

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................i

Daftar isi......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULIUAN

1.1  Latar Belakang.........................................................................................1


1.2  Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3  Tujuan Pembahasan.................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Terapi Komplementer...............................................................................4

2.1.1 Pengertian Terapi komplementer...........................................................4

2.1.2 Klasifikasi Terapi komplementer..........................................................5

2.1.3 Penggunaan terapi komplementer..........................................................6

2.3  Terapi komplementer yang lazim digunakan pada dewasa


(Manipulative Based Therapy).................................................................7
2.3.1   Pengertian Manipulative Based Therapy...........................................7
2.3.2  Sejarah .............................................................................................
2.3.3   Contoh Manipulative Based Therapy................................................7
2.3.4   Indikasi...............................................................................................8
2.3.5   Manfaat...............................................................................................9
2.3.6   Massage Dewasa................................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................................14
3.2 Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang


Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak
negara. Pengobatan komplementer atau alternative menjadi bagian penting dalam
 pelayanan kesehatan. Klien yang menggunakan terapi komplementer memiliki
 beberapa alasan. Salah satu alsannya adalah filosofi holistic pada terapi
komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam
terapi komplementer. Alasan lainnya krena klien terlibat untuk pengambilan
keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan
sebelumnya.

Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (medis) ke
 pegobatan komplementer, meskipun pengobatan modern juga sangat popular
diperbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang
memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pengobatan non
medis (sangkal putung) daripada mengobatkan ke rumah sakit ahli patah tulang.

Pengobatan komplementer sendiri terdiri dari berbagai macam. Salah satunya


adalah terapi manipulative dan sistem tubuh. Secara umum terapi manipulative ini
 biasanya penerapannya dalam bentuk terapi masase. Di zaman modern ini, terapi

masase banyak diminati masyarakat. Banyaknya kegiatan dan ativitas kerja yang
dilakukan dengan duduk atau berdiri, ditambah lagi gaya tarik grarvitasi telah
menyebabkan racun dari sisa-sisa hasil metabolisme tertimbundi telapak kaki.
Disamping itu kurangnya olahraga dan makanan yang tidak dijaga menyebabkan
 banyak orang merasa letih, lesu, tidak semangat dan timbulnya berbagai penyakit.
Berdasarkan studi yang dilakuakn oleh International Journal of Alternative and
Complementary Medicine, orang yang menderita stres dan depresi merasa ada
 perbaikan setelah menjalani terapi massage selama 30 menit minimal setiap
minggu. Di Indonesia massage dikenal dengan sebutan pijatan. Pijatan dilakukan

dengan lembut menggunakan jari-jari.

1
1.2. Rumusan Masalah
1.   Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer ?
2.   Terapi komplementer apa yang lazim digunakan pada dewasa?

1.3. Tujuan
1.   Mengetahui tentang terapi komplementer
2.   Mengetahui terapi komplementer yang lazim digunakan pada dewasa

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Terapi komplementer


2.2.1 Pengertian Terapi komplementer 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan
 penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara
yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
 pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari


zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun  – temurun pada suatu negara.
Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer.
Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
 pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
Komplementer tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di

tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv,


 preventive, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur
dengan kualitas, keamanan, dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu
 pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Dalam penyelenggaraannya harus sinergis dan terintregrasi dengan pelayanan
 pengobatan konvensional dengan tenaga pelaksanaanya dokter,dokter gigi, dan tenaga
kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer
tradisional-alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional-alternatif yang dapat
diselenggarakan secara sinergis dan terintergrasi harus di tetapkan oleh menteri

kesehatan setelah melalui pengkajian.


Terapi komplementer banyak menggunakan pada efektifitas dari beberapa
terapi (Snyder dan lindquist, 1998). Florence nightingale menggambarkan
 penggunaan terapi komplementer, seperti musik, didalam perawatan holistik klien

(nigthingale, 1860/1969).
Surver di afrika mengemukakan bahwa 42% reponden menggunakan 1 atau
lebih terapi komplementer (eisenberg dkk, 1998). Penggunaan terapi komplementer
meningkatkan hampir 10% berdasarkan hasil survei tahun 90 (eisenberg dkk, 1993).
Terapi komplementer lebih populer di Eropa daripada di Amerika Serikat (peletier,
2000). Di jerman penggunaan herbal merupakan bagian dari keperawatan kesehatan.
Hasil penelitian tentang obat herbal menunnjukkan bahwa 70  –  90 % dari terapi
kesehatan diseluruh dunia menggunakan terapi komplementer secara rutin sebagai
 bagian perawatan kesehatan ( kraitzer dan jansen, 2000).

2.2.2   Klasifikasi Terapi komplementer 


1.   Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir
yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi musik,
 berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan hypnoterapy).
2.   Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo,
homeopathy, nautraphaty).

3.   Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya


misalnya herbal, dan makanan.
4.   Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan
 pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing, terapi
cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5.   Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau
mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan
sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini kombinasi antar energi
dan bioelektromagnetik.
2.2.3   Penggunaan terapi komplementer 
Foktor yang mempengaruhi perkembangan atau penggunaan terapi
komplementer antara lain:

1.   Adanya kenyakinan bahwa terapi biomedis tidak menyentuh seluruh


dominan yang dimiliki individu.
2.   Adanya efek biomedis yang dianggap lebih buruk daripada efek terapi
yang diharapkan;
3.   Konsumen menginginkan penyedia layanan kesehatan yang pesuli (carig).
4.  Konsumen menginginkan pengakuan dan perlakuan secarautuh atau
holistis.
5.   Konsumen menginginkan keterlibatandalam pengambilan keputusan
dalam menangani masalahkesehatan yang di hadapi.

6.   Faktor lain yang telah meningkatkan penggunaan terapi komplementer


adalah peningkatan pengeseran budaya yang menggunakan pelayanan
kesehatan selain sistem biomedis. 
2.3 Terapi komplementer yang lazim digunakan pada dewasa (Manipulative
Based Therapy)
2.3.1   Pengertian Manipulative Based Therapy

Manipulative based therapy yaitu teraoi dengan cara memberikan


 perangsangan pada tubuh untuk mengembalikan fungsi normal tubuh.
Perangsangan dapat berupa senruhan, tekanan, maupun menggerakkan anggota
tubuh. Contoh terapi yaitu masase, akupresur, dan yoga. (Zahrawani, 2010)
Merangsang atau menggerakkan anggota tubuh untuk mengenbalikan.
fungsinya yang normal, misalnya chiropractic, osteopathic manipulation, dan pijat
(massage). Termasuk gerak dan latihan pernapasan seperti yoga, Alexander
tecjnique, pilates. Teknik buteyko, eucapanic breathing.

2.3.2   Sejarah

Terapi manipulatef diketahui telah berkembang diberbagai belahan dunia.


Referensi historis paling awal tentang praktik terapi manipulative di Eropa
dimulai pada tahun 400 SM. Terapi manipulative awalnya merupakan andalan
dari dua sistem perawatan kesehatan alternative terkemuka yaitu osteopati dan
chiropractic, keduanya didirikan pada awal abad ke-19 sebagai respons terhadap
kekurangan obat allopathic. Dokter medis dan osteopathic yang pada awalnya
 berperan dalam memperkenalkan terapi inimenjadi terapi fisik memberikan
kontribusi yang kuat dalam dunia kesehatan, sehingga memperkuat klaim profesi
untuk emmiliki terapi manipulative dalam lingkup praktiknya yang diatur secara
hukum.

2.3.3   Contoh Manipulative Based Therapi

massage
Terapi dengan memanipulasi otot dan jaringan ikat untuk meningkatkan
fungsi jaringan dan relaksasi. Massage adalah salah satu manipulasi

sederhana yang pertama-tama ditemukan oleh manusia untuk mengusap


 bagian badan yang sakit. Meletakkan tangan dengan lurus pada daerah
sakit atau mengusap dahi yang panas dari tubuh yang sakit, adalah
 permulaan sikap atau gerak apontan yang menghasilkan efek enak.

2.3.4   Indikasi

  Massage
a.   Meringankan rasa sakit, seperti yang disebabkan oleh luka punggung,
nyeri otot, fibromyalgia, dan kegelisahan.
 b.  Mebgobati kelelahan, nyeri, mual, dan muntah pada penderita kanker

c.   Membantu otak, saraf, dan perilaku bayi yang berta lahirnya renadh
agar berkembang secara normal.
d.   Menghilangkan sembelit kronis.
e.   Mengontrol asma
2.3.5 Manfaat

   Massage
a.   Menghilangkan stress: pijatan yang lembut dan menyeluruh pada
tubuh yang kaku dan pegal bisa membuat kita menjadi lebih rileks.
 b.  Melancarkan sirkulasi darah: denagn gerakan yang tepat, proses
 pemijatan pada tubuh akan membantu melancarkan sirkulasi sarah.
Biasanya, saat kita merasa stress dan lelah, sirkulasi akan terhambat.
c.  Mengurangi ketegangan kepala: yaitu dengan melancarkan peredarah
darah, dengan demikian darah yang sampai di kepala pun tidak
terhambat.

d.  Melancarkan pernapasan: dengan pemijatan yang tepat diarea sekitar


dada dan tulang rusuk, napaspun menjadi lancer

2.3.6 Massage Dewasa

1.  Pengertian Massage
Menurut Tairas (2000: 1-2), massage adalah suatu metode refleksiologi yang
 bertujuan untuk memperlancar kembali aliran darah, yakni dengan genjotan-
genjotan atau pijatan-pijatan kembali aliran darah pada titik-titik sentrarefleks.
Hal senada diutarakan oleh C.K Giam (1993: 172) massage adalah manipulasi
 jaringan lunak tubuh. Manipulasi ini dapat mempengaruhi sistem saraf, otot,
 pernafasan, sirkulasi darah, dan limfa secara lokal maupun umum. Massage

menghasilkan suatu stimulus pada jaringan tubuh dengan cara menekan dan
meregangkan. Penekanan menyebabkan kompresi jaringan lunak dan mengubah
ujung-ujung saraf yang berupa jaringan reseptor, sedangkan peregangan
memberikan ketegangan pada jaringan-jaringan lunak.
Menurut Mumford (2001: 10) massage adalah rangkaian yang terstruktur dari
tekanan atau sentuhan. Tangan dan bagian tubuh yang lain seperti lengan bawah
dan siku dapat digunakan untuk melakukan manipulasi di atas kulit, terutama pada
 bagian otot dengan gerakan mengurut, menggosok, memukul, dan menekan.
Menurut Harrold (1992: 8) massage adalah teknik pengobatan yang tertua dari

model pengobatan ortodoks atau pengobatan-pengobatan lainnya. Massage


merupakan gabungan dari teknik pengobatan dan tindakan instingtif.
Menurut Harrold (1992: 16) massage merupakan tindakan instingtif dan
 pengobatan yang berdasarkan intuisi (gerak hati). Pada perkembangan selanjutnya
teknik mengurut dan teknik-teknik yang lainnya berkembang dan memiliki
 pengaruh yang spesifik pada pemberiannya.
Menurut Katsusuke (1996: 61) massage atau pijat didasarkan pada ide bahwa
 jantung ialah pusat pertumbuhan. Karena itu, cara pengobatannya mengikuti
sistem peredaran darah, terutama nadi-nadi arteri, dan bergerak masuk ke dalam

dari ujung tubuh menuju jantung.


Pijat atau Massage untuk kesehatan sudah diakui oleh dunia medis, orang
yang memperkenalkan teori penyembuhan pijat tersebut kepada dunia kedokteran
antara lain Dr William Fitzgerald, Dr Edwin Bowers dan Dr Joseph Selbey
Riley dari Unieversitas Vermont.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan berbagai metode serta alat bantu yang
digunakan, jenis pijat ini sudah beraneka ragam, mulai dari pijatan yang lembut,
 pijatan keras, dan lain-lain. Jenis pijat yang paling terkenal diantaranya, Pijat
Tradisional, Refleksi (Reflexology), Akupresur, Deep tissue, Shiatsu, Thai
massage, Swedish massage, Hot Stone massage, Hawaian massage, French
massage serta jenis pijat unik
Pada dasarnya pijat ini bisa menyembuhkan hampir semua penyakit,

namun tujuan utama dari pemijatan bukanlah untuk penyembuhan, tetapi untuk
kebugaran tubuh sehingga secara tidak langsung dapat mencegah berbagai jenis
 penyakit.

2.  Manfaat Massage Dewasa 

a.   Meningkatkan fungsi kulit: Peredaran darah dalam tubuh yang meningkat


akan membantu proses untuk menghasilkan kelenjar minyak yang akan
lebih efektif memproduksi keringat, sehingga akan membuang zat yang
tidak berguna. Lapisan epidermis yang paling luar akan larut sehingga
kondisi kulit akan lebih baik. Fungsi kulit sebagai daya penyerap akan
lebih meningkat dan kulit menjadi lebih halus.
 b.   Melarutkan lemak: Gerakan pengurutan yang sifatnya menekan dan
menghentak seperti meremas/ memijat, menepuk, memukul dapat
membantu melarutkan lemak sehingga terjadi pembakaran tubuh.
c.    Meningkatkan refleksi pada pencernaaan: Pengurutan perut dengan
gerakan-gerakan tertentu akan lebih merangsang gerak refleksi
(Peristaltik), dengan demikian akan lebih memperlancar sistem
 pencernaan.
d.    Meningkatkan fungsi jaringan otot: Meningkatnya sirkulasi peredaran
darah dapat meningkatkan nutrisi (sari makanan) ke dalam jaringan otot
sehingga kekenyalan dan elastisitas akan lebih bertahan.
e.    Meningkatkanya peredaran darah:  Meningkatnya peredaran darah yang
ditimbulkan oleh gerak pengurutan akan meningkat pula nutrisi sehingga
dapat memberi makanan pada sel-sel tulang. Dengan demikian meningkat
 pula pertumbuhan gerak persendian.
f.    Meningkatkan fungsi jaringan syaraf: Gerakan vibrace dan friction dapat
merangsang pada fungsi syaraf di seluruh tubuh.
g.   Sistem Getah Bening: Luka akibat pukulan akan menyebabkan terjadinya
 pembengkakan yang masuk ke dalam sirkulasi getah bening. Pijat dapat
mengosongkan saluran getah bening dan menyembuhkan bengkak

tersebut. Jika cairan yang membuat bengkak tidak disingkirkan, maka akan
mengeras sehingga tidak dapat melewati saluran getah bening. Akibatnya
gumpalan cairan yang mengeras tersebut akan menyumpal di sekeliling
 jaringan: otot, tulang, urat, ikatan sendi tulang (ligament) dan kemudian
terbentuk “pelekatan” (adhesion). 
h.   Sistem Kandung Kemih: Pijat di bagian punggung dan perut akan
meningkatkan aktivitas ginjal yang mendorong pembuangan produk sisa
metabolisme dan mengurangi penumpukkan cairan.
i.   Sistem Reproduksi: Sistem reproduksi juga dapat ditingkatkan. Pijat pada

 bagian perut dan punggung dapat membantu meredakan masalah haid,


seperti rasa sakit, pra menstruasi, haid tidak teratur, dan lain-lain.

3.   Efek Massage Dewasa

a.   Efek Fisiologis Massage

1)   Stimulasi mekanik jaringan oleh penerapan tekanan &


stretching secara ritmik.
2)   Efek massage : reflektif, mekanis.
3)   Reflektif: efek saraf sensoris & motoris secara lokal &
 beberapa respon saraf pusat.
4)   Mekanis: membuat perubahan mekanis atau histologis
 pada struktur myofascial melalui sentuhan langsung.

b.   Efek Reflektif
1)   Efek yg diperoleh melalui kulit & jaringan ikat superfisial.
2)  Kontak langsung menstimulasi reseptor kulit
3)   Mekanisme refleks dipercaya merupakan fenomena sistem
saraf otonom.
4)   Stimulus refleks menyebabkan sedasi, mengendorkan

ketegangan, & melancarkan aliran darah.

5)   Efek terhadap nyeri: pelepasan β-endorfin.


6)   Efek terhadap sirkulasi: meningkatkan aliran darah dan
limfe.
7)   Efek terhadap metabolisme: membantu membersihkan
asam laktat.

c.   Efek Mekanis

1)   Teknik meregangkan otot, memperpanjang fascia


atau memobilisasi jaringan lunak yg mengalami
adhesi atau restriksi.
2)   Diarahkan pd jaringan yg lebih dalam, spt adhesi atau
restriksi otot, tendon, & fascia.

d.   Efek Terhadap Otot:


1)   Stretching mekanis jaringan ikat intramuscular
2)   Untuk menghilangkan nyeri & rasa tidak nyaman terkait dg trigger

 point myofascial.
3)   Untuk memperlambat atrofi otot akibat cedera.
4)  Meningkatkan aliran darah ke otot skelet.
5)   Meningkatkan ROM
6)   Tidak meningkatkan kekuatan maupun tonus otot.

e.   Efek Mekanis: Terhadap Kulit


1)   Meningkatkan suhu kulit
2)   Meningkatkan kemampuan berkeringat

3)   Menghilangkan adhesi (perlekatan) dan melunakkan scar


4)   Meregangkan & merusak jaringan scar fibrosa
5)   Menghilangkan perlekatan antara kulit & jaringan bawah kulit.

4.   Posisi Massage Dewasa

a.   Posisi yg memungkinkan relaksasi, mencegah kelelahan,


memungkinkan pergerakan bebas lengan, tangan, & tubuh.
 b.  Berat badan didistribusikan seimbang, bertumpu bergantian
kaki kanan dan kiri.
c.  Tangan sebaiknya hangat.

5.   Teknik Terapi Massage Dewasa 


a.   Pengaturan tekanan ditentukan oleh kondisi pasien.
 b.  Durasi tergantung pada patologi, daerah yang diterapi, kecepatan
gerakan, umur dan kondisi pasien.
c.   Apabila ada bengkak, mulai dari proksimal untuk memfasilitasi aliran
limfe (“uncorking effect”). 
d.   Massage seharusnya tidak menyakitkan.
e.   Arah kekuatan harus paralel dengan serabut otot
f.   Dimulai dan diakhiri dengan effleurage
g.   Pastikan pasien hangat dan dalam posisi nyaman dan relaks.
h.   Menggunakan pelumas
i.   Mulai dengan stroking superfisial untuk meratakan pelumas.
 j.  Stroke sebaiknya overlap
k.  Tekanan yang diberikan segaris dengan aliran vena, diikuti dengan return
stroke.
l.  Semua stroke sebaiknya ritmik
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis.
Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses
interaktif pada manusia dengantubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi
kesejahteraan seseorang. NCCAM. Menetapkan bahwa terapi komplementer
secara garis besar di dasarkan sebagai kategori terapi pikiran penghubung tubuh
(mind  –  body terapies) sementara terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi
seluruh tubuh dan berfokus pada dampak terapi terhadap pengibatan.
Terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang

diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan


individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah
terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan
dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang
memandangmanusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan
spiritual)..

3.2 Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi terapi
komlementer diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat memperoleh
manfaat dari makalah yang kami buat. Jika ada pengembangan yang bermanfaat
mohon untuk dilayangkan pada penulis makalah ini karena masukan dari pembaca
atau bapak/ ibu dosen sangat mendukung demi kesempurnaan makalah yang kami
 buat.
DAFTAR PUSTAKA 

Kusumanto, R., Iskandar, Y., 1981.  Depresi, Suatu problema Diagnosa dan Terapi

 pada praktek umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha


Mubarak, Wahid Iqbal. 2009.  Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.J
akarta : Salemba Medika

Maslim, Rusdi. 2001.  Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik . Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Anda mungkin juga menyukai