Anda di halaman 1dari 18

1 Turunan Parsial (12.

2)
• Turunan parsial terhadap x
Diberikan fungsi z = f (x,y).
jika y dibuat konstan, misalnya y = y0 maka f (x,y0 ) adalah fungsi satu
variabel dalam x.
Turunan f (x,y0 ) pada titik x = x0 disebut turunan parsial f terhadap x
dititik (x0 , y0 ) dan dinotasikan sebagai fx (x0 , y0 ). Akibatnya :
fx (x0 , y0 ) = lim∆x→0 (x0 +∆x,y∆x
0 )−f (x0 ,y0 )

• Turunan parsial terhadap y.


Diberikan fungsi z = f (x,y).
jika x dibuat konstan, misalnya x = x0 maka f (x0 ,y) adalah fungsi satu
variabel dalam y.
Turunan f (x0 ,y) pada titik y = y0 disebut turunan parsial f terhadap y
dititik (x0 , y0 ) dan dinotasikan sebagai fy (x0 , y0 ). Akibatnya :
fy (x0 , y0 ) = lim∆y→0 f (x,y0 +∆y)−f
∆y
(x0 ,y0 )

Contoh Soal
1. Tentukanlah fx (1,2) dan fy (1,2) dari f (x,y) = x2 y + 3y 3
• Misalkan z = f (x,y)
• Notasi untuk turunan parsial f terhadap x :
∂f (x,y)
• ∂z
∂x = ∂x

• ∂z
∂x = 2xy + 0
• Maka fx (1,2) = 2(1)(2) = 4
• Notasi untuk turunan parsial f terhadap y :
∂f (x,y)
• ∂z
∂y = ∂y

• ∂z
∂y = x2 + 9y 2

• Maka fy (1, 2) = (1)2 (9)(2)2 = 37

Turunan Parsial Orde Tinggi


∂ (∂f ) ∂2f
• fxx = ∂x (∂x) = ∂x2

∂ (∂f ) ∂2f
• f yy = ∂y (∂y) = ∂y 2

1
∂ (∂f ) ∂2f
• fxy = (fx )y = ∂y (∂x) = ∂y∂x

∂ (∂f ) ∂2f
• fyx = (fy )x = ∂x (∂x) = ∂x∂y

Contoh Soal
1. Tentukan (fxx )(fyy )(fxy )(fyx ) di titik (1,2) dengan f (x, y) = x2 y 3

fx (x, y) = 2xy 3 fy (x, y) = x2 3y 2


fxx (x, y) = 2y 3 fyy (x, y) = x2 6y
fxy (x, y) = 6xy 2 fyx (x, y) = 6xy 2
fxx (1, 2) = 2(2)3 = 16 fyy (1, 2) = 12 6(2) = 12
fxy (1, 2) = 6(1)(2)2 = 24 fyx (1, 2) = 6(1)(2)2 = 24

Turunan Parsial 3 Variabel


• Diberikan Fungsi 3 Variabel
Turunan parsial f terhadap x dititik (x0 , y0 , z0 ) dinotasikan sebagai
fx (x0 , y0 ,z0 ) = lim∆x→0 (x0 +∆x,y0 ,z∆x
0 )−f (x0 ,y0 ),z0

dimana variabel y dan z dianggap konstan untuk turunan parsial terhadap


x

Contoh Soal
1. Jika f (x, y, z) = xy + 2yz + 3xz maka tentukan fx , fy , fz

fx (x, y, z) = y + 3z fy (x, y, z) = x + 2z fz (x, y, z) = 2y + 3x

2 Limit dan Kekontinuan (12.3)

lim f (x, y) = L
(x,y)→(a,b)

• Secara Intuitif:
Nilai f (x, y)semakin mendekati nilai L ketika (x, y) mendekati (a, b)
(x, y) mendekati (x, y) bisa dari banyak tak hingga lintasan
• Secara Definisi:
artinya untuk setiap bilangan  > 0 (berapapun kecilnya),terdapat bilan-
gan δ > 0 yang bersesuaian sedemikian sehingga:
0 < k(x, y) − (a, b)k < δ maka |f (x, y) − L| < 

p
k(x, y) − (a, b)k = (x − a)2 + (y − b)2

2
• Catatan
Bagaimanapun lintasa nyang dilalui saat (x, y) mendekati (a, b),nilai f (x, y)
semakin mendekati nilai L yang sama. Dengan kata lain jika terdapat
lintasan yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda, maka nilai
limitnya tidak ada.
• Fungsi f (x, y) tidak harus terdefinisi pada (a, b). Berdasarkan 0 < k(x, y) − (a, b)k <
ξ, titik (x, y)yang diperhatikan adalah titik yang berada di dalam lingkaran
dengan jari-jari ξ,selain titik pusat lingkaran (a, b)
• Definisi limit dapat diperluas untuk fungsi 3 atau lebih variabel

Fungsi polinomial dan rasional dalam variabel x


dan y
• Fungsi Polinomial dalam variabel x dan y

n X
X m
f (x, y) = cij xi y j
i=0 j=0

• Fungsi Rasional dalam variabel x dan y

p(x, y)
f (x, y) =
q(x, y)
Dimana p dan q fungsi polinomial dalam x dan y, dengan asumsi q tidak
bernilai 0

Teorema A
• Jika f(x,y) adalah fungsi polinomial maka

lim f (x, y) = f (a, b)


(x,y)→(a,b)

p(x,y)
• Jika f (x, y) = q(x,y) , dimana p dan q adalah fungsi polinomial maka

p(a, b)
lim f (x, y) =
(x,y)→(a,b) q(a, b)
dengan q(a,b) tidak bernilai 0
• Jika lim(x,y)→(a,b) p(x, y) = L 6= 0 dan lim(x,y)→(a,b) p(x, y) = L = 0 maka

p(a, b)
lim f (x, y) = , tidakada
(x,y)→(a,b) q(a, b)

3
Contoh Soal
• Hitung Limit berikut jika ada
1. lim(x,y)→(1,2) (x2 y + 3y)
x2 +y 2 +1
2. lim(x,y)→(0,0) x2 −y 2

• Jawab
1. Fungsi (x2 y + 3y) merupakan fungsi polinomial, maka berdasarkan
Teorema A
lim(x,y)→(1,2) (x2 y + 3y) = (12 .2) + (3.2) = 8
2 2
2. Fungsi x x+y +1
2 −y 2 adalah fungsi rasional tetapi
lim(x,y)→(0,0) x2 + y 2 + 1 = 1 dan lim(x,y)→(0,0) x2 − y 2 = 0
x2 +y 2 +1
sehingga berdasarkan Teorema A lim(x,y)→(0,0) x2 −y 2 tidak ada

Contoh Soal 2
• Tentukan apakah fungsi berikut mempunyai nilai di titik asal :
x2 − y 2
f (x, y) =
x2 + y 2
• Jawab

x2 − y 2
lim
(x,y)→(0,0) x2 + y 2

• Fungsi f(x,y) terdifinisi pada semua bidang-xy kecuali di titik (0,0)


• Dititik pada Sumbu-x selain (0,0), nilai dari fungsi f adalah
x2 − 0
f (x, 0) =
x2 + 0

sehingga ketika (x,y) mendekati (0,0) di sepanjang sumbu-x,


x2 − 0
lim f (x, 0) = lim =1
(x,y)→(x,0) x→0 x2 + 0

• Dengan cara yang sama,


ketika (x,y) mendekati (0,0) di sepanjang sumbu-y,
0 − y2
lim f (0, y) = lim = −1
(x,y)→(0,y) y→0 0 + y 2

• Karena ketika (x,y) mendekati (0,0) melalui 2 lintasan yang berbeda (sumbu-
x dan sumbu-y) memiliki nilai yang berbeda, maka
x2 − y 2
lim , tidakada
(x,y)→(0,0) x2 + y 2

4
Limit fungsi 2 variabel di titik asal
• Seringkali lebih mudah menggunakan koordinat polar untuk menganalisa
limit fungsi 2 variabel di titikasal.
• (x, y) → (0, 0) jika dan hanya jika r = x2 + y 2 → 0, sehingga limit fungsi
p

2 variabel , x dan y terkadang dapat diinyatakan sebagai limit fungsi satu


variabel,r

Alternatif penyelesaian Contoh soal 2

x2 − y 2
lim
(x,y)→(0,0) x2 + y 2

• Dengan menggunakan kordinat polar,

x2 − y 2 (rcosθ)2 − (rsinθ)2
lim 2 2
= lim
(x,y)→(0,0) x + y r→0 r2
= lim cos2 θ − sin2 θ = cos2θ
r→0

• Karena nilai limit bergantung pada nilai θ, lintasan (berupa garis melalui
titik asal) yang berbeda menghasilkan nilai limit yang berbeda. Jadi

x2 − y 2
lim , tidakada
(x,y)→(0,0) x2 + y 2

Contoh Soal 3
• Hitung Limit berikut jika ada
2
+y ) 2
1. lim(x,y)→(0,0) sin(x
3x2 +3y 2
2. lim(x,y)→(0,0) x2xy
+y 2

• Jawab no 1
sin(x2 + y ) 2
lim(x,y)→(0,0)
3x2 + 3y 2

• Dengan menggunakan kordinat polar,

sin(x2 + y 2 ) sinr2 2rcosr2 1


lim(x,y)→(0,0) 2 2
= lim 2
= lim =
3x + 3y r→0 3r r→0 6r 3

• Jawab no 2
• Dengan menggunakan kordinat polar,
xy (rcosθ)(rsinθ)
lim(x,y)→(0,0) = lim = cosθsinθ
x2 + y 2 r→0 r2

5
• Karena nilai limit bergantung pada nilai θ, lintasan (berupa garis melalui
titik asal) yang berbeda menghasilkan nilai limit yang berbeda. Jadi
xy
lim(x,y)→(0,0) , tidakada
x2 + y 2

Kekontinuan pada suatu titik


• f (x, y) kontinu pada titik (a, b) jika,

lim f (x, y) = f (a, b)


(x,y)→(a,b)

Dengan kata lain,

1. f terdifinisi (mempunyai nilai) pada titik (a, b)


2. f mempunyai limitpada titik (a, b)
3. nilai f pada titik (a, b) sama dengan nilai limit pada titik tersebut
• Secara intuitif, pada grafik fungsi f yang kontinu pada titik (a, b) tidak
terdapat lompatan, fluktuasi liar, atau perilaku tak terbatas (unbounded)
pada titik (a, b).

Kekontinuan pada fungsi tertentu


• Fungsi polinomial kontinu di setiap titik

• Fungsi rasional kontinu di setiap titik kecuali di titik yang menyebabkan


penyebutnya bernilai 0
• Penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dari fungsi-fungsi
kontinu, menghasilkan fungsi kontinu. Khusus untuk pembagian dua-
fungsi, berlaku jika penyebutnya tidak bernila nol.

Teorema B
• Komposisi dari fungsi-fungsi
Jika fungsi2 variabel, g, kontinu pada (a, b) dan fungsi 1 variabel, f , kon-
tinu pada g(a, b) maka fungsi komposisi f ◦ g yang didefinisikan sebagai
f ◦ g (x, y) =f (g(x, y) kontinu pada (a, b).

Contoh Soal 4
2x+3y
1. H(x, y) = y−4x2

2. H(x, y) = cos(x3 − 4xy + y 2 )

6
• Jawab no 1
2x + 3y
H(x, y) =
y − 4x2

• H(x,y) adalah fungsi rasional, sehingga kontinu di setiap titik dimana


penyebutnya tidak bernilai nol.
• y − 4x2 = 0 disepanjang parabola y = 4x2
• Jadi H(x,y) kontinu disemua titik (x,y) kecuali di titik-titik sepanjang
parabola y = 4x2

• Jawab no 2

H(x, y) = cos(x3 − 4xy + y 2 )

• Fungsi g(x, y) = x3 − 4xy + y 2 adalah fungsi polinomial, sehingga kontinu


di setiap titik
• Fungsi f (t) = cos(t) kontinu disetiap bilangan riil t
• Jadi berdasarkan Teorema B H(x,y) f ◦g (x, y) kontinu disemua titik (x, y)

Kekontinuan pada suatu himpunan


• f (x, y) kontinu pada himpunan S Jika f (x, y) kontinu disetiap titik
himpunan S
• Beberapa Istilah yang berhubungan dengan himpunan di bidang (dan ru-
ang dimensi yang lebih tinggi)
– Lingkungan
– Titik Dalam
– Titik Batas
– Himpuan Terbuka
– Himpunan Tertutup
– Himpunan Terbatas

Lingkungan
• Lingkaran berjari-jari δ disuatu titik P adalah himpunan semua titik Q
yang memenuhi .

kQ − P k < δ

• Pada ruang-2 yang dimaksud berada di dalam lingkaran dan di ruang-3


yang dimaksud berada di dalam bola.

7
Titik dalam dan Titik Batas
• Titik P disebut titik dalam di himpunan S jika terdapat lingkungan dari
P yang terkandung dalam S . Himpunan dari semua titik dalam di S
disebut interior dari S.

• Titik P disebut titik batas di himpunan S jika setiap lingkungan dari P


mengandung setiap titik-titik di S dan diluar S . Himpunan dari semua
titik batas di S disebut batas dari S.

Himpunan Buka, Himpuan Tutup dan Himpunan Terbatas


• Himpunan S disebut buka jika semua titik di S merupakan titik dalam.
• Himpunan S disebut tutup jika S mengandung semua titik batasnya.
• Himpunan S disebut terbatas jika terdapat R > 0 sedemikian sehingga
semua titik di S berada di dalam lingkaran berjari-jari R dengan titik
pusat di titik asal.

Kekontinuan pada suatu Himpunan


• f kontinu pada himpunan buka S jika f kontinu di setiap titik di S.

• Jika himpunan S mengandung beberapa atau semua titik batasnya, maka


f kontinu pada S jika f kontinu pada setiap titik (titik dalam dan titik
batas) di S.
• f kontinu pada titik batas P di S artinya f (Q) harus mendekati f (P )
ketika Q mendekati P melalui titik-titik di S.

Contoh Soal 5
(
0 x2 + y 2 ≤ 1
f (x, y) =
4 lainnya

• f (x, y) tidak kontinu pada seluruh bidang


• Tetapi jika S = (x, y) : x2 + y 2 ≤ 1, maka f (x, y) kontinu pada S

Teorema C
• Jika fxy dan fyx kontinu pada himpunan buka S maka fxy = fyx pada
setiap titik di S

8
Keterturunan (12.4)
• Keterturunan fungsi 1 variabel disuatu titik dapat dilihat sebagai berikut

– Kiri. Kurva biru dan garis hitam bersinggungan di titik x = 3


– Tengah. Zoom in(pembesaran) di titik x = 3:kurva hampir serupa
dengan garis di sekitar titik x = 3
– Kanan. Zoom in lebih lanjut: kurva dan garis singgung sulit dibedakan.
Kurva dikatakan linier secara lokal di x=3

• Definisi 1 (Kelinieran lokal fungsi 1 variabel)


– Diberikan fungsi f : D → R, dengan Df ⊂ R
– Fungsi f dikatakan linier secara lokal (locally linear) di titik x = a,
jika ada konstanta m, sedemikian sehinnga

f (a + h) = f (a) + hm + h(h)

– dengan (h) adalah fungsi galat (error) yang memenuhi limh→0 (h) =
0
– Catatan
Karena limh→0 (h) = limh→0 f (a+h)−fh
(a)
− m = 0, maka m = f 0 (a).
Dari definisi di atas, didapat f liniear secara lokal di x = a jika dan
hanya jika f terturunkan di a

• Definisi 2 (Kelinieran lokal fungsi 2 variabel)


– Diberikan fungsi f : D → R, dengan Df ⊂ R2
– Fungsi f dikatakan linier secara lokal (locally linear) di titik (x, y) =
(a, b), jika ada konstanta h1 dan h2 , sedemikian sehingga :

f (a + h1, b + h2) = f (a, b) + h1 fx (a, b) + h2 fy (a, b) + h1 1 (h1 , h2 ) + h2 2 (h1 , h2 )

– dengan 1 (h1 , h2 ) → 0 ketika (h1 , h2 ) → (0, 0) 2 (h1 , h2 ) → 0 ketika


(h1 , h2 ) → (0, 0)

9
– Ketika dilakukan zoom in berkali-kali pada suatu titik dipermukaan,
juga berlaku kelinieran lokal .Permukaan menjadi mirip bidang di
sekitar titik tersebut.Peta kontur yang berisi kurva-kurva ketinggian
menjadi petakontur yang berisi garis-garis.
– Misalkan p0 = (a, b), h = (h1 , h2 ), (h) = 1 (h1 , h2 ), 2 (h1 , h2 )
f (a + h1, b + h2) = f (a, b) + h1 fx (a, b) + h2 fy (a, b) + h1 1 (h1 , h2 ) + h2 2 (h1 , h2 )
dapat ditulis menjadi
f (p0 + h) = f (p0 ) + (fx (p0 ), fy (p0 )) · h + (h) · h
– Catatan
Perkalian yang digunakan adalah perkalian titik (dot product).
f : D → R, dengan Df ⊂ R2
fx , fy : D → R, dengan Df ⊂ R2
 : D → R2 , dengan D ⊂ R2
Dengan penulisan dalam bentuk vektor ini, konsep kelinieran lokalda-
pat dengan mudah diperluas ke fungsi n variabel.
• Definisi 3 (Keterturunan fungsi 2 atau lebih variabel)
– Diberikan fungsi f : D → R, dengan Df ⊂ Rn
– Fungsi f dikatakan terturunkan dititik p = (a1 , a2 , .....an ) jika fungsi
p linear secara lokal dititik p
– Fungsi f terturunkan di himpunan buka B jika fungsi f terturunkan
di setiap titik di B
• Diberikan fungsi bernilai riil f : D → R, dengan Df ⊂ R2 dan titik
p = (a, b)
– Vektor ∇f (p), disebut gradien f di titik p =(a, b), didefinisikan se-
bagai
∇f (p) = (fx (p), fy (p))
= fx (p)i + fy (p)j

10
– Catatan
Simbol ∇ dibaca ”del”
∇f bernilai vektor, yaitu ∇f : R2 → R2
vektor i=h1, 0i , j=h0, 1i
• Dengan menggunakan gradien f , persamaan

f (p + h) = f (p) + (fx (p), fy (p)) · h + (h) · h

dapat ditulis menjadi

f (p + h) = f (p) + ∇f (p) · h + (h) · h

Jadi fungsi f dapat diturunkan di titik p jika dan hanya jika

f (p + h) = f (p) + ∇f (p) · h + (h) · h

dengan (h) → 0 ketika (h) → 0

Contoh Soal 6
Diberikan fungsi f : R2 → R dengan f (x, y) = x2 y 3
tentukan ∇f (1, 2)

• Jawab
Turunan parsial fx (x, y) = 2xy 3 dan fy (x, y) = x2 3y 2 sehingga
∇f (x, y) = h2xy 3 , x2 3y 2 i
oleh karena itu ∇(1, 2) = h16, 12i

Teorema 5
Teorema berikut memberikan syarat cukup untuk fungsi 2 variabel terturunkan
di suatu titik
• Teorema 5
Jika f (x, y) memiliki turunan parsial yang kontinu fx (x, y) dan fy (x, y)
pada cakram D yang dalam cakramnya memuat (a, b) maka f (x, y) tertu-
runkan di (a, b)

Contoh Soal 7
Diberikan fungsi f : R2 → R dengan f (x, y) = x2 y 3
apakah fungsi f terturunkan di titik p=(1,2)
• Jawab
Turunan parsial fx (x, y) = 2xy 3 dan fy (x, y) = x2 3y 2 kontinu pada
D = {(x, y) : k(x, y) − (1, 2)k < 1}
Oleh karena itu fungsi f terturunkan di titik p=(1,2)

11
Bidang Singgung
Jika fungsi f terturunkan di titik p0 dan besar vektor h cukup kecil, maka nilai
fungsi f dititik p0 + h dapat diaproksimasi dengan

f (p0 + h) ≈ f p0 + ∇f (p0 ) · h

• Misalkan p = p0 + h, didefinisikan fungsi T : D ⊂ R2 → R dengan

T (p) = f (p0 ) + ∇f (p0 ) · (p − p0 )

Fungsi T merupakan fungsi aproksimasi yang baik untuk f (p) jika p dekat
dengan p0

• Persamaan Z = f (p0 ) + ∇f (p0 ) · (p − p0 ) merupakaan persamaan bidang


singgung(tangent plane) pada permukaan f dititik p0

Contoh Soal 8
• Tentukanlah persamaan bidang singgung dari permukaan f dengan f (x, y) =
x2 y − xy 2 ,di titik (2,3)
• Jawab
∇f (x, y) = h2xy − y 2 , x2 − 2xyi, sehingga ∇f (2, 3) = h−21, 16i
Dengan menggunakan persamaan Z = f (p0 ) + ∇f (p0 ) · (p − p0 ) didapat

Z = f (−2, 3) + ∇f (−2, 3) · (x + 2, y − 3)
= 30 + h−21, 16i · +2, y − 3i
= −60 − 21x + 16y

• Jadi Persamaan garis singgungnya adalah −21x + 16y + z = −60

Teorema 8
• Sifat Operator Gradien
Diberikan fungsi f : R2 → R dan skalar α
operator gradien ∇ memenuhi
1. ∇[f (p) + g(p)] = ∇f (p) + ∇g(p)
2. ∇[αf (p)] = α∇f (p)
3. ∇[f (p)g(p)] = ∇f (p)∇g(p) + g(p)∇f (p)

12
Teorema 9
Syarat cukup untuk kekontinuan fungsi bernilai riil 2 variabel.
• Diberikan fungsi f : R2 → R
Jika fungsi f terturunkan di titik p maka fungsi f kontinu di titik p

Contoh Soal 9
Diberikan fungsi f : RXR → R dengan f (x, y) = x2 y 3
apakah fungsi f terturunkan di titik p=(1,2)
• Jawab
Turunan parsial fx (x, y) = 2xy 3 dan fy (x, y) = x2 3y 2 kontinu pada
D = {(x, y) : k(x, y) − (1, 2)k < 1}
Oleh karena itu fungsi f terturunkan di titik p=(1,2)
Akibatnya fungsi f kontinu di titik p=(1,2)

Turunan Berarah dan Gradien


• Diberikan f : R2 → R dan titik p = (x, y)
– Turunan parsial fx : mengukur laju perubahan fungsi f dalam arah
yang sejajar dengan sumbu- x

f (x + h, y) − f (x, y)
fx (x, y) = lim
h→0 h
atau dalam notasi vektor
f (p + hi) − f (p)
fx (p) = lim ,
h→0 h
dengan i vektor (1,0)
Turunan parsial fx (p) menyatakan kemiringan garis singgung l di
titik P

13
– Turunan parsial fy : mengukur laju perubahan fungsi f dalam arah
yang sejajar dengan sumbu- y

f (x, y + h) − f (x, y)
fy (x, y) = lim
h→0 h
atau dalam notasi vektor
f (p + hj) − f (p)
fy (p) = lim ,
h→0 h
dengan j vektor (0,1)
Turunan parsial fy (p) menyatakan kemiringan garis singgung l di
titik P
• Turunan parsial dalam x menggunakan vektor satuan i = (1,0)
• Turunan parsial dalam y menggunakan vektor satuan j = (0,1)
Apakah ada konsep turunan jika vektor yang digunakan adalahvektor sat-
uan sembarang ?
Ada, yaitu turunan berarah

– Catatan
Vektor satuan adalah vektor yang besarnya
√ 1
Vektor p =(a, b) mempunyai kpk = a2 + b2 = 1

Definisi 1
• Diberikan vektor satuan u
Misalkan
f (p + hu) − f (p)
Du f (p) = lim
h→0 h
Jika limit tersebut ada maka Du f (p) disebut turunan berarah dari f di-
titik p di arah u

14
Turunan Berarah Du f (p) menyatakan kemiringan garis hitam

Teorema 2
• Jika fungsi f terturunkan di titik p maka fungsi f mempunyai turunan
berarah di titik p dalam arah vektor satuan
u=u1 i+u2 j dan

Du f (p) = u · ∇f (p)

atau

Du f (p) = u1 fx (x, y) + u2 fy (x, y)

– Catatan
Digunakan hasil kali titik (dot product)
Vektor u = (u1 , u2 ) dan ∇f (p) = (fx (x, y), fy (x, y))
Gradien ∇f : R2 → R2 (fungsi bernilai vektor)
Turunan berarah Du f (p) : R2 → R(fungsi bernilai skalar)

Contoh Soal 10
Diberikan fungsi f : R2 → R dengan f (x, y) = x2 y 3
Tentukan turunan berarah fungsi f di titik p=(1,2) dalam arah vektor a=(3,4)
• Jawab
Turunan parsial fx (x, y) = 2xy 3 dan fy (x, y) = x2 3y 2 kontinu pada
D = {(x, y) : k(x, y) − (1, 2)k < 1}
Oleh karena itu fungsi f terturunkan di titik p=(1,2)
Karena fungsi f terturunkan di titik p=(1,2), maka fungsi f mempunyai
turunan berarah di titik p=(1,2)
Perhatikan,∇f (x, y) = (2xy 3 , x2 3y 2 ) sehingga
∇f (p) = (16, 12)
Vektor a bukan vektor satuan karena kak = 5.

15
Bentuk vektor satuan u
a 3 4
u= =( , )
kak 5 5

Du f (p) = u · ∇f (p) = ( 35 , 45 ) · (16, 12) = 96


5

Laju perubahan maksimum


Dengan menggunakan hasil kali titik didapat
Du f (p) = u · ∇f (p) = kuk k∇f (p)k cosθ = k∇f (p)k cosθ
dengan θ adalah sudut antara vektor u dengan vektor ∇f (p)
• Du f (p) maksimal jika θ = 0 vektor u dan vektor ∇f (p) searah

• Du f (p) minimal jika θ = π vektor u dan vektor ∇f (p) berlawanan arah

Teorema 4
• Suatu fungsi bertambah paling cepat di titik p dalam arah ∇f (p) (dengan
laju sebesar k∇f (p)k)
• Suatu fungsi bertambah paling lambat di titik p dalam arah - ∇f (p)
(dengan laju sebesar - k∇f (p)k)

Contoh Soal 11
Seekor kutu hinggap di atas permukaan paraboloida hiperbolik
z = y 2 − x2 , tepatnya dititik (x, y, z) = (1, 1, 0)
Dalam arah mana kutu harus bergerak agar ia bisa naik setinggi mungkin dan
berapa kemiringannya?

• Jawab
– Misalkan f (x, y) = y 2 − x2 .
Didapat ∇f (x, y) = (−2x, 2y),sehingga ∇f (1, 1) = (−2, 2)
– Jadi, kutu harus bergerak dari titik (1, 1, 0) dalam
√ arah vektor(-2,2),
dengan kemiringannya adalah k(−2, 2)k = 2 2

16
– Catatan √ √
Jadikan vektor (-2,2) menjadi vektor satuan u = (− 22 , 22 )
√ √ √
Du f (p) = u · ∇f (p) = (− 22 , 22 ) · (−2, 2) = 2 2
Pilih vektor satuan lain u1 = (0, 1) √
Du1 f (p) = u · ∇f (p) = (0, 1) · (−2, 2) = 2 < 2 2
Kutu tersebut akan naik lebih tinggi jika ia berjalan dalam arah
vektor satuan u dibanding u1

Teorema 6
Gradien f di titik P tegak lurus dengan kurva ketinggian fungsi f yang melewati
titik P

Pada kurva ketinggian c , nilai fungsi f dari titik-titik di kurva ketinggian c


selalu sama, sehingga turunan berarah di titik-titik tersebut bernilai 0.
Misalkan u adalah vektor satuan yang menyinggung kurva ketinggian c dari
permukaan f yang melalui titik P .
Karena Du f (p) = 0 haruslah vektor u tegak lurus dengan u · ∇f (p)

Contoh Soal 12
2
Diberikan permukaan paraboloida z = x4 + y 2
Tentukan persamaan kurva ketinggiannya yang melalui titik P (2, 1)
Tentukanlah vektor gradien dari paraboloida di titik P dan gambarlah vektor
gradien tersebut dengan titik awal P .
• Jawab
Substitusi titik P ke persamaan paraboloida, didapat z = 2, sehingga
2
didapat kurva ketinggian x4 + y 2 , yaitu suatu elips.
• Vektor gradiennya adalah ∇f (2, 1) = (1, 2)

17
18

Anda mungkin juga menyukai