Anda di halaman 1dari 67

STRATEGI BUDIDAYA DAN EKSPOR TERBATAS LOBSTER

UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI


BERKUALITAS DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
SECARA RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN

Oleh:
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia
Ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara)
Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean
Development, University of Bremen, Germany
Honorary Ambassador of Jeju Islands dan Busan Metropolitan City, South Korea
Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 - 2024

Disampaikan pada:
Webinar Nasional “TEKNOLOGI BUDIDAYA LOSBTER: Status dan Upaya Penyebarannya”
Program Studi Penyuluhan – Politeknik Ahli Usaha Perikanan
23 Juni 2020
I TUGAS DAN FUNGSI POKOK KKP

1. Mengatasi permasalahan internal sektor KP.


2. Memberikan kontribusi signifikan dalam
mengatasi permasalahan & tantangan bangsa.
3. Mendayagunakan potensi pembangunan yang
tersedia, yang menjadi tanggung jawab KKP untuk
turut mewujudkan Indonesia yang maju, adil-
makmur, dan berdaulat (Cita-Cita Kemerdekaan
RI), paling lambat pada 2045.
II KINERJA DAN STATUS
PEMBANGUNAN INDONESIA
Sudah 75 tahun merdeka,
Indonesia masih sebagai KATEGORI STATUS KEMAKMURAN NEGARA BERDASARKAN
negara berpendapatan PENDAPATAN KOTOR NASIONAL (GNI) PER KAPITA

menengah bawah
Negara
dengan kapasitas IPTEK Berpendapatan Tinggi > US$ 12.166
kelas-3. Alias, belum (Kaya)
menjadi negara maju, Berpendapatan
adil-makmur, dan Menengah US$ 4.086 - US$ 12.615
berdaulat (Cita-Cita
Keatas
Kemerdekaan RI).
Berpendapatan
Menengah US$ 1.036 - US$ 4.085
PENDAPATAN PER Kebawah
KAPITA INDONESIA 2019
US$ 3.920 Negara
< US$ 1.035
Miskin

Sumber: World Bank (2019) dan Kemenko Perekonomian (2019) diolah RDI 2019
KLASIFIKASI NEGARA BERDASARKAN
INDEKS PENCAPAIAN TEKNOLOGI, 2015
 Singapura  Australia
Technology Kelas  Korea Selatan  Japan
Innovator
Countries 1 


Finlandia
New Zealand
Amerika Serikat
 Negara-Negara Eropa
Barat

 Malaysia,  Panama
Technology Kelas  Argentina  China
Implementers
Countries 2 


Kazakhstan,
Thailand
Brazil


Chile
Negara-Negara Eropa
Timur

Technology Kelas
Indonesia menduduki
Adoptor
Countries 3 peringkat-99 dari 167 negara

Technologically Kelas terdiri atas negara-negara


Marginalized
Countries 4 terbelakang di Asia, Afrika dan
Pasifik Selatan

Sumber: Technology Achievement Index 2015: Mapping the Global Patterns of Technological Capacity in the Network Age
III PERMASALAHAN DAN
TANTANGAN PEMBANGUNAN
INDONESIA
1. Pertumbuhan ekonomi kurang dari 7% per tahun
2. Pengangguran dan kemiskinan: nelayan salah satu kantong
kemiskinan.
3. Kesenjangan sosek terburuk keempat di dunia
4. Disparitas pembangunan antar wilayah: Desa vs Kota; Jawa vs
Luar Jawa
5. Defisit Neraca Perdagangan dan Transaksi Berjalan
6. Deindustrialisasi
7. Kedaulatan pangan rendah, gizi buruk dan stunting growth
8. Daya saing dan IPM rendah
9. Kerusakan lingkungan dan SDA.
10. Krisis ekonomi global, perseteruan AS vs China, dan Pandemi
Covid-19  Jika tak ada breakthrough, pertumbuhan
ekonomi < 7% per tahun  Middle-Income Trap.
 Per Maret 2019, dengan garis kemiskinan Rp
410.000/orang/bulan, jumlah rakyat miskin menurun
menjadi 25,6 juta jiwa (9,6% total penduduk). Angka
kemiskinan dibawah 10% baru pertama kali terjadi
sejak Kemerdekaan - NKRI 1945 (BPS, 2018).
 Namun, jumlah penduduk yang rentan miskin
(pengeluaran > Rp 410.000/orang/bulan – US$ 45 (Rp
652.500)/orang/bulan) masih 69 juta jiwa (BPS, 2019).
 Artinya jumlah penduduk miskin + rentan miskin = 25,6
juta + 69 juta jiwa = 94,6 juta jiwa  Mirip data Bank
Dunia (dengan poverty line US$ 2/orang/hari atau US$
60 (Rp 840.000)/orang/bulan), jumlah rakyat miskin
Indonesia 100 juta orang (40% total penduduk).
Indonesia menduduki peringkat ke-4 sebagai negara dengan tingkat
kesenjangan ekonomi tertinggi (terburuk) di dunia ...
Menurut laporan Credit Suisse’s Global Wealth Report 2016, 1% orang terkaya di Indonesia
menguasai 49,3% kue kemakmuran secara nasional
Indeks Gini Ratio di Indonesia turun dari 0.414
(Sept’2014) menjadi 0.397 (Mar’2016). Penurunan
ini terutama disebabkan oleh menurunnya tingkat
kesejahteraan yang dialami kelompok kaya karena
terimbas oleh jatuhnya harga komoditas.

Sumber: Credit Suisse’s Global Wealth Report 2016, dalam Independent.co.uk tanggal 23 November 2016, BPS; Diolah 9
DISTRIBUSI PEREKONOMIAN INDONESIA SECARA SPASIAL
(Indonesia Bagian Barat vs Indonesia Bagian Timur)

PDB Indonesia 2017:


Rp. 13.588,8 triliun
80,15 %
19.85 %
21,66 %
8,20 %

6,11 %
2,43 %

58,49 %
3,11%

Sumber: BPS Indonesia (2017), diolah RDI 2018


STATUS GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

anak Indonesia
29,9 menderita Tubuh Pendek
Persen
Stunting Growth 1 dari 3
anak di Indonesia
mengalami stunting
33 anak Indonesia Menderita
Persen Gizi Buruk *Batas toleransi WHO
Sumber : Pemantau Status Gizi (PSG) 2015 dalam Depkes 2016 1 : 5 dari total Balita

Implikasi:
Jika tidak segera diatasi  generasi mendatang fisiknya lemah dan
kecerdasannya rendah  “a lost generation”
Sumber : Unicef 2016
HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) NEGARA-NEGARA ASEAN 2017

Sumber : UNDP (2017)


Pertumbuhan ekonomi = f (I, E, K, Im)
Keterangan:
• I = Investasi
• E = Ekspor
• K = Konsumsi
• Im= Impor
Dari Negara Middle-Income menjadi Negara Maju,
Adil-Makmur dan Berdaulat:
1. Pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% per tahun selama 10
tahun dan berkualitas.
2. I + E > K + Im
3. Koefisien Gini < 0,3 (inklusif)
IV KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA
DI MASA PANDEMI COVID-19 DAN
NORMAL BARU
Sumber : Kompas, 3 Juni 2020
PERKEMBANGAN EKSPOR NONMIGAS UTAMA
JANUARI-APRIL 2020
JANUARI-APRIL (Juta US$) PERUBAHAN
HS KOMODITAS
2019 2020 (%)

15 Minyak Nabati 5,510.7 6,251.1 13,44


85 Barang Elektronik 2.502,60 2.857,00 14,16
87 Otomotif dan Bagiannya 2.464,10 2.306,10 -6,41
40 Karet dan Produk Karet 1.956,90 1.885,70 -3,64
62 Tekstil dan Produk Tekstil 1.488,90 1.361,10 -8,59
64 Alas Kaki 1.524,20 1.764,50 15,77
3 Produk Perikanan 1.007,00 1.121,90 11,41
94 Furnitur 650,0 736,9 13,25
9 Kopi, Teh 473,2 517,8 9,43
18 Kakao 310,2 410,4 32,3
Jumlah 17.888,40 19.212,50 7,40

Sumber : BPS, Kemendag 2020


9 Sektor Ekonomi
Jadi Pijakan
Bisnis Indonesia 6 Juni 2020
V KEBIJAKAN PENGELOLAAN LOBSTER,
RAJUNGAN, DAN KEPITING
BERDASARKAN PERMEN KP NO 56 TAHUN 2016
PERMEN KP NO. 56 TAHUN 2016
Tentang Larangan Penangkapan Dan/Atau Pengeluaran Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla
spp.), Dan Rajungan (Portunus spp.) Dari Wilayah Negara Republik Indonesia

LOBSTER KEPITING RAJUNGAN


 Penangkapan dan/atau  Penangkapan dan/atau  Penangkapan dan/atau
Pengeluaran Lobster (Panulirus Pengeluaran Kepiting Pengeluaran Rajungan
spp.), dari wilayah Negara (Scylla spp.), dari wilayah (Portunus spp.), dari
Republik Indonesia hanya Negara Republik wilayah Negara Republik
dapat dilakukan dengan Indonesia hanya dapat Indonesia hanya dapat
ketentuan: dilakukan dengan dilakukan dalam kondisi
• tidak dalam kondisi ketentuan: ukuran lebar tidak bertelur dan ukuran
bertelur karapas diatas 15 cm lebar karapas diatas 10
• ukuran panjang karapas atau berat diatas 200 cm atau berat diatas 60
diatas 8 cm atau berat gram per ekor gram per ekor.
diatas 200 gram per ekor.
 Setiap orang dilarang menjual
benih lobster untuk budidaya
dan ekspor.
Kerugian Akibat Permen KP No. 56/2016

1. Hancurnya usaha budidaya dan perdagangan kepiting soka (soft shell


crab) ukuran rata-rata 50 - 150 gr/ekor dan kepiting bertelor hasil
budidaya  (1) ratusan ribu pembudidaya, pengolah dan pedagang
jadi penganggur; (2) triliunan rupiah nilai ekonomi wilayah dan devisa
lenyap; dan (3) hilangnya multiplier effects .
2. Hancurnya usaha budidaya dengan survival rate 30% (Priyambodo,
2019) dan perdagangan benih lobster  (1) ratusan ribu nelayan,
pembudidaya dan pedagang jadi pengangguran; (2) triliunan rupiah
nilai ekonomi wilayah lenyap; (3) sekitar US$ 1,1 miliar/tahun devisa
benih lobster lenyap; dan (4) multiplier effects jadi mubazir.
3. Maraknya ekspor ilegal BL (Benih Lobster) yang merugikan negara
triliunan rupiah/tahun (KKP, 2019).
4. Larangan budidaya BL berarti merugikan sustainability & profitability
usaha lobster. Sebab, survival rate BL menjadi lobster konsumsi
hanya 0,004% vs 30% budidaya.
Trend Ekspor Lobster Indonesia
Nilai (juta USD) Volume (ton)
6.000 200
5.127 180
4.885
5.000 160
4.298
4.000 140
3.362 120
2.988
3.000 100
2.242
80
2.000 60
1.000 40
20
181 182 56 26 26 22
- -
2014 2015 2016 2017 2018 2019*
*sampai 08 November 2019

Periode 2014-2019, nilai ekspor lobster Indonesia semakin menurun

Sumber: BKIPM KKP, 2020 (Berdasarkan Penerbitan HC Mutu), diolah RDI


Periode 2015 sd 5
Oktober 2019, total
potensi kerugian
negara yang
diselamatkan dari
kasus penyeludupan
benih lobster
mencapai
Rp. 1.626,87
miliar dengan 272
kasus penanganan
Foto: website Aquatec

Lobster Budidaya memiliki Survival Rate yang


jauh lebih tinggi daripada Lobster Alam
VI KEBIJAKAN BUDIDAYA, RESTOCKING, DAN
EKSPOR TERBATAS LOBSTER
BERDASARKAN PERMEN KP NO 12 TAHUN 2020 PRO
JOB, PRO GROWTH, PRO PROSPERITY, DAN PRO SUSTAINABILITY
PERMEN KP NO. 12 TAHUN 2020
Tentang Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan
Rajungan (Portunus spp.) di Wilayah Negara Republik Indonesia

A. LOBSTER (Panulirus spp.)


1. Ketentuan penangkapan dan/atau pengeluaran Lobster:
• Tidak dalam kondisi bertelur yang terlihat pada
abdomen luar dan ukuran panjang karapas >6 cm atau
berat >150 gram per ekor untuk lobster pasir (panulirus
homarus)
• Tidak dalam kondisi bertelur yang terlihat pada
abdomen luar dan ukuran panjang karapas >8 cm atau
berat >200 gram per ekor untuk lobster jenis lainnya
2. Ketentuan diatas dikecualikan untuk kegiatan
penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengembangan,
pengkajian, dan/atau penerapan
3. Ketentuan penangkapan dan/atau pengeluaran Benih
Bening Lobster (Puerulus) dan/atau Lobster Muda untuk
Pembudidayaan di dalam negeri:
• Kuota dan lokasi penangkapan benih bening lobster
(puerulus) sesuai hasil kajian dari komnas KAJISKAN yang
ditetapkan oleh direktorat jenderal perikanan tangkap
• Penangkapan benih bening lobster (puerulus) dan/atau
lobster muda dilakukan oleh nelayan kecil yang terdaftar
dalam kelompok nelayan di lokasi penangkapan
• Penangkapan Benih Bening Lobster (Puerulus) dan/atau
Lobster Muda harus dilakukan dengan menggunakan alat
penangkapan ikan yang bersifat statis
• Pembudidayaan harus dilaksanakan di: 1) provinsi yang
sama dengan wilayah perairan tempat penangkapan; dan
2) lokasi yang sesuai dengan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
• Pembudidaya harus melepasliarkan Lobster, sebanyak 2%
dari hasil panen Lobster yang dibesarkan dengan ukuran
sesuai dengan ukuran lobster hasil panen
• Pelepasliaran lobster dilakukan di wilayah perairan tempat
pengambilan benih bening lobster (Puerulus) dan/atau
lobster muda atau di perairan lain sesuai rekomendasi
direktorat jenderal pengelolaan ruang laut
• Pelepasliaran lobster dilakukan oleh pembudidaya yang
dilengkapi berita acara dari dinas kabupaten/kota yang
membidangi perikanan dan ditembuskan ke direktorat
jenderal perikanan budidaya
• Nelayan kecil penangkap benih bening lobster (Puerulus)
dan/atau lobster muda ditetapkan oleh direktorat jenderal
perikanan tangkap
• Pembudidaya ditetapkan oleh direktorat jenderal perikanan
budidaya.
4. Ketentuan pengeluaran Benih Bening Lobster (Puerulus) dari
wilayah Negara Republik Indonesia:
• Kuota dan lokasi penangkapan benih bening lobster
(puerulus) sesuai hasil kajian dari komnas KAJISKAN yang
ditetapkan oleh direktorat jenderal perikanan tangkap
• Eksportir harus melaksanakan kegiatan Pembudidayaan
Lobster di dalam negeri dengan melibatkan masyarakat
atau Pembudidaya setempat berdasarkan rekomendasi
direktorat jenderal perikanan budidaya
• Eksportir telah berhasil melaksanakan kegiatan
Pembudidayaan Lobster di dalam negeri ditunjukkan
dengan: 1) sudah panen secara berkelanjutan; dan 2)
telah melepasliarkan Lobster (Panulirus spp.) sebanyak
2% dari hasil Pembudidayaan dan dengan ukuran sesuai
hasil panen
• Pengeluaran Benih Bening Lobster (Puerulus) dilakukan
melalui bandara yang telah ditetapkan oleh badan karantina
ikan sebagai tempat pengeluaran khusus
• Benih Bening Lobster (Puerulus) diperoleh dari Nelayan kecil
yang terdaftar dalam kelompok Nelayan di lokasi
penangkapan
• Waktu pengeluaran Benih Bening Lobster (Puerulus)
dilaksanakan dengan mengikuti ketersediaan stok di alam
yang direkomendasikan oleh Komnas KAJISKAN dan
ditetapkan oleh direktorat jenderal perikanan tangkap
• Menggunakan alat penangkapan ikan yang bersifat pasif
• Memiliki Surat Keterangan Asal yang diterbitkan oleh dinas
kabupaten/kota yang membidangi perikanan pada
pemerintah daerah setempat
• Penangkap Benih Bening Lobster (Puerulus) ditetapkan oleh
direktorat jenderal perikanan tangkap
• Eksportir Benih Bening Lobster (Puerulus) harus terdaftar
di direktorat jenderal perikanan tangkap
• Harga patokan terendah Benih Bening Lobster (Puerulus) di
Nelayan ditetapkan oleh direktorat jenderal perikanan
tangkap.
• Harga patokan terendah Benih Bening Lobster (Puerulus) di
Nelayan dijadikan dasar pertimbangan dan usulan harga
patokan ekspor yang ditetapkan oleh kementerian
perdagangan.
• Penetapan kuota dan lokasi penangkapan Benih Bening
Lobster (Puerulus) dilakukan setiap tahun
5. Kegiatan pengeluaran Benih Bening Lobster (Puerulus) dari
wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan kewajiban
membayar Bea Keluar dan/atau Penerimaan Negara Bukan
Pajak per satuan ekor Benih Bening Lobster (Puerulus) dengan
nilai yang ditetapkan oleh kementerian keuangan.
PERKEMBANGAN
VII PERIKANAN LOBSTER DUNIA DAN
INDONESIA
Dua kelompok utama lobster laut: Clawed Lobster (30 spesies) dan Spiny
Lobster (49 spesies). Di perairan Indo-Pasific Barat terdapat 11 spesies, dan
6 diantaranya terdapat di perairan Indonesia (Moosa & Aswandy, 1984).
Produksi Lobster Dunia, 2010-2016
Sumber: Fishstat 2018

Sekitar 99,5% total produksi lobster dunia (2010 – 2018) berasal dari perikanan
tangkap. Sementara dari budidaya hanya menyumbang sekitar 0,5%
JENIS LOBSTER DI INDONESIA
1. Lobster Mutiara Panulirus ornatus
• Hampir seluruh tubuh dipenuhi kerangka
kulit yang keras dan berzat kapur
• Bagian kerangka kepala sangat tebal dan
ditutupi oleh duri-duri besar dan kecil
• Ujung kepala di atas mata terdapat 2
tonjolan yang keras dan diantara tonjolan
keras tersebut merupakan lengkungan yang
berduri
• Terdapat dua pasang sungut dan sungut
kedua keras, kaku serta panjang
• Terdapat 6 pasang kaki dengan garis
melintang putih di badan lobster

Nama Perdagangan / Internasional : • Ukuran panjang total rata-rata 50 cm


Green, Fine Pale Spotted, Zebra legs • Pertama kali matang gonad setelah
mencapai panjang karapas (CL) rata-rata 7,7
Ukuran Layak Tangkap : cm dengan berat 180-230 gram.
Panjang Karapas : > 8 cm
Berat : >200 gram
2. Lobster Pasir Panulirus homarus

• Spesies ini mempunyai warna dasar kehijauan


atau kecoklatan dengan dihiasi oleh bintik terang
tersebar di seluruh permukaan segmen abdomen
• Spesies ini memiliki badan maksimum 31 cm
dengan rata-rata panjang badan 20-25 cm
• Panjang karapaks sekitar 12 cm
• Pada bagian kaki terdapat bercak putih
• Pertama kali matang gonad setelah mencapai
panjang karapas (CL) rata-rata 7,7 cm dengan
berat 150-200 gram.

Ukuran Layak Tangkap :


Nama Perdagangan / Internasional :
Panjang Karapas : > 8 cm
Green scalloped rock lobster
Berat : >200 gram
3. Lobster Batu Panulirus penicillatus

Nama Perdagangan / Internasional : • Bagian badan berwarna hijau tua


Pronghorn Spiny Lobster dan hijau kehitaman dengan warna
coklat yang melintang di setiap ruas
Ukuran Layak Tangkap : badannya.
Panjang Karapas : > 7 cm • Lebih suka mendiami perairan
Berat : >170 gram dangkal disebelah luar terumbu
karang. Spesies ini senang
berlindung dibebatuan dan tidak
menyukai perairan yang
mempunyai gangguan (turbulance)
dan kekeruhan akibat pasir laut.
• Pertama kali matang gonad setelah
mencapai panjang karapas (CL)
rata-rata 7 cm dengan berat 130-
180 gram.
4. Lobster Bambu
Panulirus versicolor (Latreille 1804)

Nama Perdagangan / Internasional:


Spiny Lobsters

• Kerangka kepala dan bagian perut berwarna


hijau dan karapas berbentuk hitam
Ukuran Layak Tangkap :
Panjang Karapas : > 8 cm • Antena memiliki dua pasang sungut yang satu di
Berat : >250 gram belakang yang lain tanpa duri tajam
• Ukuran panjang total maksimum 40 cm dan rata-
rata tidak lebih dari 30 cm
• Pertama kali matang gonad setelah mencapai
panjang karapas (CL) rata-rata 8,2 cm dengan
berat 200-250 gram.
5. Lobster Batik/Kipas Panalirus longipes

• Kerangka kepala dan bagian perut berwarna hijau


karapas berbentuk kehijauan
• Antena memiliki dua pasang sungut yang satu
dibelakang yang lain tanpa duri tajam
• Pasangan kaki jalan tidak punya chela atau capit.
Kecuali pasangan kaki kelima pada betina
• Pertama kali matang gonad setelah mencapai
panjang karapas (CL) rata-rata 6,8 cm dengan berat
100-150 gram.

Nama Perdagangan / Internasional


Spiny Lobsters

Ukuran Layak Tangkap :


Panjang Karapas : > 7 cm
Berat : >180 gram
6. Lobster Pakistan, Udang Karang
Panulirus polyphagus

• Tubuhnya memiliki warna


dasar cokelat dengan warna
putih melintang di setiap
ruas badannya.
• Lobster ini mendiami
perairan yang keruh dan
sering ditemukan pada
dasar laut yang berlumpur.
Nama Perdagangan / Internasional :
Hidup diperairan yang agak
Mud Spiny Lobster
dalam.
• Panjang tubuh maksimum
Ukuran Layak Tangkap :
dapat mencapai 40 cm
Panjang Karapas : > 8 cm
dengan rata-rata panjang
Berat : >200 gram
tubuh antara 20-25 cm.
Siklus Hidup Lobster

Sumber: Kaliola et al., 1993


Sebaran Jenis Lobster di Indonesia
Alat Penangkapan Lobster
Alat Tangkap Kelebihan Kekurangan

Bubu Dapat menangkap lobster dengan • Membutuhkan tempat yang lebih besar saat berada
jumlah lebih dari krendet karena di perahu,
mempunyai ruang perangkap yg • Biaya pembuatannya lebih mahal dari krendet.
lebih besar dari krendet • Apabila bubu tersangkut atau tali pelampungnya
putus dapat mengakibatkan Ghost Fishing dan
sampah

Jerat Dengan Menyelam Lebih selektif dari segi hasil Dapat mengancam kesehatan penangkap saat menyelam
tangkapan bila dilakukan dengan standar penyelaman yang baik.
Contohnya menyelam dengan kompresor tanpa saringan
udara.

Krendet • Biaya pembuatannya lebih • Lobster yang ditangkap lebih sedikit daripada bubu
murah karena bentuknya yang lebih kecil
• Tidak terlalu susah untuk • Dapat merusak habitat bila tertinggal atau
dibawa tersangkut dan tidak diangkat dari perairan, karena
berakibat ghost fishing dan sampah.

Trammel Net Dapat menangkap lobster dengan Kurang selektif dalam menangkap karena bukan hanya
jumlah yang lumayan besar karena lobster yang tertangkap tetapi biota lainnya juga, seperti
jaring yang digunakan panjang ikan karang dll. Juga berakibat buruk bagi habitat apabila
membentang tertinggal di perairan karena bisa menyebabkan .
Produksi Perikanan Tangkap Lobster (Ton)

20.000
16.482
15.000 13.549
13.396
10.086 11.496
10.000

5.000

-
2012
2013
2014
2015
2016

Sumber: KKP, 2018


Produksi meliputi:
lobster mutiara, lobster pakistan, lobster pasir,
lobster bambu, lobster batik, lobster batu,
lobster lainnya, udang kipas, udang barong
NILAI DAN VOLUME EKSPOR LOBSTER INDONESIA

Nilai (ribu US$) Volume (ton)

69.922

50.574
42.097
38.022
30.858 29.757
22.554
16.458
3.576 5.295 5.147 3.179 2.584 3.339 2.160 1.940

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Meliputi Kode Produk:


030611; 030612; 030621; 030622; 030631;
030632; 030691; 030692; 160530
Pasca implementasi Permen KP
No.1/2015 nilai ekspor lobster Indonesia
menurun
Sumber: International Trade Centre 2019, diolah RDI
Trend Ekspor Lobster Indonesia
Nilai (juta USD) Volume (ton)
6.000 200
5.127 180
4.885
5.000 160
4.298
4.000 140
3.362 120
2.988
3.000 100
2.242
80
2.000 60
1.000 40
20
181 182 56 26 26 22
- -
2014 2015 2016 2017 2018 2019*
*sampai 08 November 2019

Periode 2014-2019, nilai ekspor lobster Indonesia


semakin menurun
Sumber: BKIPM KKP, 2020 (Berdasarkan Penerbitan HC Mutu), diolah RDI
Perkembangan Budidaya Lobster di Indonesia
1990-1997 2008–2012
Sebagian kecil nelayan mulai membesarkan Melalui proyek ACIAR jumlah pueruli yang
lobster di KJA sebagai pekerjaan sampingan ditangkap meningkat dari 250.000 menjadi
di Desa Telong Elong dan Ekas, Lombok 600.000/tahun; produksi lobster mencapai
80-160 ton/tahun di 1.000 KJA

1998
ADB melalui Proyek Co-Fish memprakarsai
budidaya lobster di Desa Telong Elong dan 2013-2014
Teluk Ekas, Lombok • Transfer teknologi pengumpulan puerulus
dari Vietnam ke Indonesia melalui proyek
ACIAR meningkatkan tangkapan puerulus
2001–2007 dari 600.000 menjadi sekitar 3 juta
pueruli/tahun
• Sekitar 400-500 nelayan puerulus menangkap
±250.000 pueruli/tahun di tiga sentra puerulus • Penjualan puerulus meningkatkan
Lombok (Teluk Gerupuk, Bumbang dan Awang) permintaan pasar internasional sehingga
• Pembesaran lobster dilakukan di Desa Telong harga puerulus naik, dan kemudian
Elong dan Teluk Ekas dengan jumlah menurunkan usaha pembesaran lokal.
pembudidaya pembesaran ±500 dan produksi
mencapai 50–80 ton P. homarus/tahun 2015-2019
• Pada 2007, The Australian Centre for Penangkapan puerulus dilarang baik untuk
International Agricultural Research (ACIAR) ekspor maupun kegiatan pembesaran
terlibat dalam pengembangan budidaya
lobster di Indonesia
Sumber: KKP (2019)
Lokasi Operasi Percontohan Lobster Laut yang
didukung Pemerintah di Indonesia

Sumber: KKP, 2015


VIII POTENSI EKONOMI BUDIDAYA DAN
EKSPOR TERBATAS BENIH LOBSTER
ESTIMASI KETERSEDIAAN BENIH LOBSTER DI WPP -NKRI
ESTIMASI BETINA ESTIMASI Hatching Rate
POTENSI ESTIMASI ESTIMASI JUMLAH
WPP YANG MENJADI JUMLAH jadi BL
(Ton) BETINA (Ton) TELUR
INDUK 10% (TON) INDUK (ekor) (90%)
SAMUDERA HINDIA
571 673 336,5 3,365 3.365 1.682.500.000 1514250000
572 1483 741,5 7,415 7.415 3.707.500.000 3336750000
573 970 485 4,850 4.850 2.425.000.000 2182500000
PAPARAN SUNDA
711 1421 710,5 7,105 7.105 3.552.500.000 3197250000
712 989 494,5 4,945 4.945 2.472.500.000 2225250000
713 927 463,5 4,635 4.635 2.317.500.000 2085750000
PAPARAN SAHUL
714 724 362 3,62 3.620 1.810.000.000 1629000000
715 846 423 4,23 4.230 2.115.000.000 1903500000
716 894 447 4,47 4.470 2.235.000.000 2011500000
717 1044 522 5,22 5.220 2.610.000.000 2349000000
718 1187 593,5 5,935 5.935 2.967.500.000 2670750000
Kuota 11.158 5.579 56 55.790 27.895.000.000 25.105.500.000
Kebutuhan KJA
Sumber: BRSDM – KKP (2020)
ESTIMASI EKONOMI BUDIDAYA DAN EKSPOR TERBATAS BENIH BENING LOBSTER
TOTAL POPULASI
BENIH LOBSTER 6 SPESIES
2,5 miliar/tahun

TAC
50% x 24 miliar =
1,25 miliar BL/tahun

KAPASITAS BUDIDAYA TAC


NASIONAL SAAT INI Lobster Pasir & Mutiara
0,3 juta BL/Tahun 2/6 x 1,25 miliar = 417 juta BL

RESTOCKING BUDIDAYA NASIONAL KELEBIHAN BENIH LOBSTER EKSPOR


2020 = 20 ribu 2020 = 2 juta
416,7 juta BL /Tahun 365 juta / Tahun
2021 = 40 ribu 2021 = 4 juta 52 juta
2022 = 60 ribu 2022 = 6 juta BL
2023 = 520 ribu 2023 = 52 juta? stop
ekspor BL !!!

EKONOMI BUDIDAYA EKONOMI NELAYAN NILAI EKSPOR NILAI EKPOR LOBSTER


2020 = 120 miliar 365 juta/ekor x Rp LOBSTER PASIR MUTIARA
2021 = 240 miliar 10.000/ekor = Rp 3,65 T 80% x 365 juta/ekor x 20% x 365 juta/ekor x US$
2022 = 360 miliar US$ 2,5 /ekor 5/ekor
2023 = 3,12 Triliun US$ 730 juta US$ 365 juta

Asumsi:
•Survival rate = 50%
•Ukuran panen = 0,8 kg/ekor TOTAL EKSPOR
•Harga jual rata2 = Rp 150 ribu/kg US$ 1.095 juta/Tahun
PERAN PENYULUHAN DALAM
IX PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA LOBSTER
YANG PROFITABLE, BERDAYA SAING, DAN
BERKELANJUTAN
1. Desiminasi dan sosialisasi Best Aquaculture Practices
tentang budidaya (pendederan & pembesaran)
lobster: (1) site selection, (2) benih unggul, (3) nutrisi,
(4) hama & penyakit, (5) kualitas air, (6) design &
construction of cage nets, dan (7) biosecurity.
2. Desiminasi dan sosialisasi Manajemen Rantai Pasok
Terpadu: pra-produksi - produksi (pendederan dan
pembesaran) - panen - handling & packaging -
transportasi - pasar.
3. Sosialisasi manajemen lingkungan.
4. Sosialisasi manajemen keuangan perusahaan &
keluarga.
5. Sosialisasi etos kerja dan akhlak mulia.
Siklus Produksi Budidaya Lobster
KRITERIA PENYULUH YANG SUKSES
 Memahami dan menguasai keenam aspek
bisnis budidaya lobster diatas.
 Memiliki kemampuan komunikasi dan soft skill
(emotional and social quotient) yang baik –
sangat baik.
 Memiliki jiwa entrepreneurship.
 Memiliki etos kerja unggul dan akhlak mulia,
sehingga bisa menjadi a role model bagi
mereka yang disuluhnya.
X PENUTUP
“The pessimist sees difficulties in every opportunity,
the optimist sees opportunities in every difficulty”
(Winston Churchill)
“Ask not what your country can do for you, Ask what
can you do for your country”
(John F. Kennedy)
“Manusia yang terbaik adalah yang beriman dan
paling banyak memberi manfaat kepada manusia yang
lain”
(HR. Ahmad)
TERIMAKASIH

rokhmindahuriid

Anda mungkin juga menyukai