Oleh:
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia
Ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara)
Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean
Development, University of Bremen, Germany
Honorary Ambassador of Jeju Islands dan Busan Metropolitan City, South Korea
Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 - 2024
Disampaikan pada:
Webinar Nasional “TEKNOLOGI BUDIDAYA LOSBTER: Status dan Upaya Penyebarannya”
Program Studi Penyuluhan – Politeknik Ahli Usaha Perikanan
23 Juni 2020
I TUGAS DAN FUNGSI POKOK KKP
menengah bawah
Negara
dengan kapasitas IPTEK Berpendapatan Tinggi > US$ 12.166
kelas-3. Alias, belum (Kaya)
menjadi negara maju, Berpendapatan
adil-makmur, dan Menengah US$ 4.086 - US$ 12.615
berdaulat (Cita-Cita
Keatas
Kemerdekaan RI).
Berpendapatan
Menengah US$ 1.036 - US$ 4.085
PENDAPATAN PER Kebawah
KAPITA INDONESIA 2019
US$ 3.920 Negara
< US$ 1.035
Miskin
Sumber: World Bank (2019) dan Kemenko Perekonomian (2019) diolah RDI 2019
KLASIFIKASI NEGARA BERDASARKAN
INDEKS PENCAPAIAN TEKNOLOGI, 2015
Singapura Australia
Technology Kelas Korea Selatan Japan
Innovator
Countries 1
Finlandia
New Zealand
Amerika Serikat
Negara-Negara Eropa
Barat
Malaysia, Panama
Technology Kelas Argentina China
Implementers
Countries 2
Kazakhstan,
Thailand
Brazil
Chile
Negara-Negara Eropa
Timur
Technology Kelas
Indonesia menduduki
Adoptor
Countries 3 peringkat-99 dari 167 negara
Sumber: Technology Achievement Index 2015: Mapping the Global Patterns of Technological Capacity in the Network Age
III PERMASALAHAN DAN
TANTANGAN PEMBANGUNAN
INDONESIA
1. Pertumbuhan ekonomi kurang dari 7% per tahun
2. Pengangguran dan kemiskinan: nelayan salah satu kantong
kemiskinan.
3. Kesenjangan sosek terburuk keempat di dunia
4. Disparitas pembangunan antar wilayah: Desa vs Kota; Jawa vs
Luar Jawa
5. Defisit Neraca Perdagangan dan Transaksi Berjalan
6. Deindustrialisasi
7. Kedaulatan pangan rendah, gizi buruk dan stunting growth
8. Daya saing dan IPM rendah
9. Kerusakan lingkungan dan SDA.
10. Krisis ekonomi global, perseteruan AS vs China, dan Pandemi
Covid-19 Jika tak ada breakthrough, pertumbuhan
ekonomi < 7% per tahun Middle-Income Trap.
Per Maret 2019, dengan garis kemiskinan Rp
410.000/orang/bulan, jumlah rakyat miskin menurun
menjadi 25,6 juta jiwa (9,6% total penduduk). Angka
kemiskinan dibawah 10% baru pertama kali terjadi
sejak Kemerdekaan - NKRI 1945 (BPS, 2018).
Namun, jumlah penduduk yang rentan miskin
(pengeluaran > Rp 410.000/orang/bulan – US$ 45 (Rp
652.500)/orang/bulan) masih 69 juta jiwa (BPS, 2019).
Artinya jumlah penduduk miskin + rentan miskin = 25,6
juta + 69 juta jiwa = 94,6 juta jiwa Mirip data Bank
Dunia (dengan poverty line US$ 2/orang/hari atau US$
60 (Rp 840.000)/orang/bulan), jumlah rakyat miskin
Indonesia 100 juta orang (40% total penduduk).
Indonesia menduduki peringkat ke-4 sebagai negara dengan tingkat
kesenjangan ekonomi tertinggi (terburuk) di dunia ...
Menurut laporan Credit Suisse’s Global Wealth Report 2016, 1% orang terkaya di Indonesia
menguasai 49,3% kue kemakmuran secara nasional
Indeks Gini Ratio di Indonesia turun dari 0.414
(Sept’2014) menjadi 0.397 (Mar’2016). Penurunan
ini terutama disebabkan oleh menurunnya tingkat
kesejahteraan yang dialami kelompok kaya karena
terimbas oleh jatuhnya harga komoditas.
Sumber: Credit Suisse’s Global Wealth Report 2016, dalam Independent.co.uk tanggal 23 November 2016, BPS; Diolah 9
DISTRIBUSI PEREKONOMIAN INDONESIA SECARA SPASIAL
(Indonesia Bagian Barat vs Indonesia Bagian Timur)
6,11 %
2,43 %
58,49 %
3,11%
anak Indonesia
29,9 menderita Tubuh Pendek
Persen
Stunting Growth 1 dari 3
anak di Indonesia
mengalami stunting
33 anak Indonesia Menderita
Persen Gizi Buruk *Batas toleransi WHO
Sumber : Pemantau Status Gizi (PSG) 2015 dalam Depkes 2016 1 : 5 dari total Balita
Implikasi:
Jika tidak segera diatasi generasi mendatang fisiknya lemah dan
kecerdasannya rendah “a lost generation”
Sumber : Unicef 2016
HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) NEGARA-NEGARA ASEAN 2017
Sekitar 99,5% total produksi lobster dunia (2010 – 2018) berasal dari perikanan
tangkap. Sementara dari budidaya hanya menyumbang sekitar 0,5%
JENIS LOBSTER DI INDONESIA
1. Lobster Mutiara Panulirus ornatus
• Hampir seluruh tubuh dipenuhi kerangka
kulit yang keras dan berzat kapur
• Bagian kerangka kepala sangat tebal dan
ditutupi oleh duri-duri besar dan kecil
• Ujung kepala di atas mata terdapat 2
tonjolan yang keras dan diantara tonjolan
keras tersebut merupakan lengkungan yang
berduri
• Terdapat dua pasang sungut dan sungut
kedua keras, kaku serta panjang
• Terdapat 6 pasang kaki dengan garis
melintang putih di badan lobster
Bubu Dapat menangkap lobster dengan • Membutuhkan tempat yang lebih besar saat berada
jumlah lebih dari krendet karena di perahu,
mempunyai ruang perangkap yg • Biaya pembuatannya lebih mahal dari krendet.
lebih besar dari krendet • Apabila bubu tersangkut atau tali pelampungnya
putus dapat mengakibatkan Ghost Fishing dan
sampah
Jerat Dengan Menyelam Lebih selektif dari segi hasil Dapat mengancam kesehatan penangkap saat menyelam
tangkapan bila dilakukan dengan standar penyelaman yang baik.
Contohnya menyelam dengan kompresor tanpa saringan
udara.
Krendet • Biaya pembuatannya lebih • Lobster yang ditangkap lebih sedikit daripada bubu
murah karena bentuknya yang lebih kecil
• Tidak terlalu susah untuk • Dapat merusak habitat bila tertinggal atau
dibawa tersangkut dan tidak diangkat dari perairan, karena
berakibat ghost fishing dan sampah.
Trammel Net Dapat menangkap lobster dengan Kurang selektif dalam menangkap karena bukan hanya
jumlah yang lumayan besar karena lobster yang tertangkap tetapi biota lainnya juga, seperti
jaring yang digunakan panjang ikan karang dll. Juga berakibat buruk bagi habitat apabila
membentang tertinggal di perairan karena bisa menyebabkan .
Produksi Perikanan Tangkap Lobster (Ton)
20.000
16.482
15.000 13.549
13.396
10.086 11.496
10.000
5.000
-
2012
2013
2014
2015
2016
69.922
50.574
42.097
38.022
30.858 29.757
22.554
16.458
3.576 5.295 5.147 3.179 2.584 3.339 2.160 1.940
1998
ADB melalui Proyek Co-Fish memprakarsai
budidaya lobster di Desa Telong Elong dan 2013-2014
Teluk Ekas, Lombok • Transfer teknologi pengumpulan puerulus
dari Vietnam ke Indonesia melalui proyek
ACIAR meningkatkan tangkapan puerulus
2001–2007 dari 600.000 menjadi sekitar 3 juta
pueruli/tahun
• Sekitar 400-500 nelayan puerulus menangkap
±250.000 pueruli/tahun di tiga sentra puerulus • Penjualan puerulus meningkatkan
Lombok (Teluk Gerupuk, Bumbang dan Awang) permintaan pasar internasional sehingga
• Pembesaran lobster dilakukan di Desa Telong harga puerulus naik, dan kemudian
Elong dan Teluk Ekas dengan jumlah menurunkan usaha pembesaran lokal.
pembudidaya pembesaran ±500 dan produksi
mencapai 50–80 ton P. homarus/tahun 2015-2019
• Pada 2007, The Australian Centre for Penangkapan puerulus dilarang baik untuk
International Agricultural Research (ACIAR) ekspor maupun kegiatan pembesaran
terlibat dalam pengembangan budidaya
lobster di Indonesia
Sumber: KKP (2019)
Lokasi Operasi Percontohan Lobster Laut yang
didukung Pemerintah di Indonesia
TAC
50% x 24 miliar =
1,25 miliar BL/tahun
Asumsi:
•Survival rate = 50%
•Ukuran panen = 0,8 kg/ekor TOTAL EKSPOR
•Harga jual rata2 = Rp 150 ribu/kg US$ 1.095 juta/Tahun
PERAN PENYULUHAN DALAM
IX PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA LOBSTER
YANG PROFITABLE, BERDAYA SAING, DAN
BERKELANJUTAN
1. Desiminasi dan sosialisasi Best Aquaculture Practices
tentang budidaya (pendederan & pembesaran)
lobster: (1) site selection, (2) benih unggul, (3) nutrisi,
(4) hama & penyakit, (5) kualitas air, (6) design &
construction of cage nets, dan (7) biosecurity.
2. Desiminasi dan sosialisasi Manajemen Rantai Pasok
Terpadu: pra-produksi - produksi (pendederan dan
pembesaran) - panen - handling & packaging -
transportasi - pasar.
3. Sosialisasi manajemen lingkungan.
4. Sosialisasi manajemen keuangan perusahaan &
keluarga.
5. Sosialisasi etos kerja dan akhlak mulia.
Siklus Produksi Budidaya Lobster
KRITERIA PENYULUH YANG SUKSES
Memahami dan menguasai keenam aspek
bisnis budidaya lobster diatas.
Memiliki kemampuan komunikasi dan soft skill
(emotional and social quotient) yang baik –
sangat baik.
Memiliki jiwa entrepreneurship.
Memiliki etos kerja unggul dan akhlak mulia,
sehingga bisa menjadi a role model bagi
mereka yang disuluhnya.
X PENUTUP
“The pessimist sees difficulties in every opportunity,
the optimist sees opportunities in every difficulty”
(Winston Churchill)
“Ask not what your country can do for you, Ask what
can you do for your country”
(John F. Kennedy)
“Manusia yang terbaik adalah yang beriman dan
paling banyak memberi manfaat kepada manusia yang
lain”
(HR. Ahmad)
TERIMAKASIH
rokhmindahuriid