Anda di halaman 1dari 12

INDIKATOR PEMBANGUNAN

EKONOMIKA PEMBANGUNAN II

Disusun Oleh:

Ahmad Irfan 15/377326/EK/20298

Tika Mulyaningsih 15/377357/EK/20329

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS GADJAH MADA
Daftar Isi

Perlunya indikator pembangunan…………………………………………………………. 2

Indikator Pembangunan…………………………………………………………………… 2

Indikator Ekonomi………………………………………………………………………… 3

GNI perkapita………………………………………………………………...…… 3

GNI perkapita berdasarkan PPP………………………………………………...… 5

Laju pertumbuhan ekonomi………………………………………..……………… 9

Kesimpulan……………………………………………………………………………..… 10

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..… 10

1
1. Perlunya Indikator Pembangunan
Indikator merupakan suatu tolok ukur yang menjadi pacuan untuk mengetahui
perkembangan tentang “sesuatu” yang sedang diamati. Misalnya dalam perekonomian, sebuah
indikator diperlukan untuk memberikan sinyal ke mana ekonomi bergerak (Baumohl:xv-xix).
Indikator juga diperlukan sebagai tolak ukur seberapa jauh pembangunan telah mencapai hasil
yang diharapkan dan bagaimana dampaknya. (Kuncoro, 2015:2)

Indikator diperlukan oleh setiap orang yang akan mengukur maupun melihat suatu
perkembangan. Dalam pemerintahan, indikator diperlukan untuk menentukan arah kebijakan
dan menganalisis effeknya. Kedua, indikator diperlukan oleh civitas akademika seperti
mahasiswa S1, S2, dan S3 serta para dosen yang nantinya digunakan untuk menunjang hasil
riset dan penelitian, serta melengkapi tugas dengan menggunakan data. Indikator juga
diperlukan oleh masyarakat luas untuk menguji kebijakan dan realisasi yang dilakukan oleh
pemerintah agar terciptanya transpransi antara pemerintah dengan masyarakat.

2. Indikator pembangunan
Pembangunan merupakan suatu proses di mana pendapatan perkapita suatu negara
meningkat selama kurun waktu yang panjang, juga catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup
dibawah “garis kemiskinan absolut” tidak meningkat dan distribusi pendapata tidak semakin
timpang (Meier, 1995:7). Pembangunan ekonomi haruslah meliputi proses yang diikuti dengan
pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan dalam struktur ekonomi serta perubahan
kelembagaan (Kuncoro, 2003:17)

Pembangunan Ekonomi mempunyai unsur-unsur pokok dan sifat sebagai berikut: (Arsyad,
2010:11-12)

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjasi secara kontinu.


2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita, dan
3. Peningkatan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka
panjang.
4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum,
sosial dan budaya). Sistem kelembagaan ini dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek
perbaikan dalam aturan main ( rule of the games), baik aturan formal maupun
informal; dan organisasi (players) yang mengimplementasikan aturan main tersebut.
Indikator pembangunan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu indikator ekonomi dan
indikator sosial. Dua indikator ini menentukan baik atau tidaknya kulaitas hidup manusia yang

2
ada di suatu negara.

3. Indikator Ekonomi
Indikator ekonomi dapat diperoleh dari GNP per kapita, GNP per kapita dengan Purchasing
Power Parity, dan laju pertumbuhan ekonomi.

a. Gross National Income per kapita


Gross National Income (GNI) atau yang dikenal dengan GNP merupakan total output
barang/jasa yang diproduksi oleh warga negara Indonesia didalam maupun diluar negeri.
Formula dari perhitungan GNI ini adalah :

GNI = GDP + (Pendapatan WNI di luar negeri – Pendapatan WNA di dalam negeri)

GNI per kapita yaitu GNI per jumlah popuasi penduduk yang dapat mengidentifikasi
pendapatan rata-rata penduduk suatu negara. GNI per kapita dapat digunakan untuk
mengklasifikan negara berdasarkan kelompok pendapatan, sehingga dapat mengkategorikan
negara tersebut merupakan negara maju atau negara berkembang.

Bank dunia per tanggal 1 Juli 2016 dengan menggunakan metode atlas
mengklasifikasikan negara berdasarkan GNI per kapitanya yaitu sebagai berikut:

1. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies) adalah kelompok negara-


negara dengan GNI per kapita sama dengan atau kurang dari US$ 1.025 pada
tahun 2015.
2. Negara berpenghasilan tengah dibagi menjadi: (1) Negara berpenghasilan
menengah ke bawah (lower middle-income economies) adalah kelompok negara-
negara denga GNI per kapita diantara US$ 1.026 sampai dengan US$ 4.035. (2)
Negara berpenghasilan menengah ke atas (upper middle-income economies)
adalah kelompok negara-negara denga GNI per kapita diantara US$ 4.036 sampai
dengan US$ 12.475.
3. Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies) adalah kelompok negara-
negara denga GNI per kapita sama dengan atau lebih dari US$ 12.475 pada tahun
2015.
Berikut klasifikasi negara berdasarkan tinggi/rendahnya tingkat GNI Perkapita:

3
Klasifikasi Negara

Regional Penghasilan Penghasilan Penghasilan Penghasilan


Rendah (Low Menengah menengah Tinggi (High
Income) kebawah (Lower- keatas (Upper- Income)
middle Income) middle income)

Korea Utara Indonesia Malaysia Jepang

Mongolia Thailand Selandia Baru

Myanmar Turki Taiwan

Singapura
Asia Timur dan
Pasifik

Afghanistan Bangladesh -

Asia Selatan India

Pakistan

Mesir Uzbekistan Federasi Rusia Belanda

Armenia Spanyol

Swiss

Belgia
Eropa dan Asia
Tengah

- Rep. Yaman Jordania Uni Emirat Arab

Timur Tengah dan


Afrika

Tabel 1
Sumber: World Bank List of Economies (July 2016)

Tabel diatas merupakan tabel persebaran negara-negara di dunia berdasarkan region dan
penghasilan. Menurut data terbaru dari Bank Dunia, Indonesia termasuk dalam negara
berpenghasilan menengah keatas (Lower-middle income) dengan nilai GNI per kapita US$
3.630 pada tahun 2014.

GNP (GNI) Per kapita metode Atlas

Merupakan perbandingan negara berdasarkan GNP per kapita dengan pengkonversian


penghasilan suatu negara ke dalam mata uang yang sama dalam kurs resmi. Berikut

4
perbandingan GNP per kapita negara Indonesia dengan Malaysia dengan perhitungan metode
Atlas.

Grafik 1.

Sumber: World Bank, World Development Indicator (2015)

Pada grafik 1 dapat diketahui GNP per kapita Malaysia dan Indonesia bergerak dari
kiri bawah ke kanan atas yang menunjukan bahwa setiap tahunnya keduan negara tersebut
mengalami peningkatan pendapatan. Namun dapat dilihat bahwa Malaysia lebih unggul
dibanding dengan Indonesia pada tahun 2012 hingga 2015. Pada tahun 2015 Malaysia dapat
dikategorikan sebagai Upper Middle Income dengan pendapatan sebesar US$ 10577,
sedangkan Indonesia hanya menempati kelas Lower Middle Income dengan pendapatan
sebesar US$ 3711.

b. GNP (GNI) per kapita dengan Purchasing Power Parity


Secara teoritis, bila hukum harga tunggal (the law of one price) berlaku untuk segala
jenis barang dan jasa, PPP, kurs PPP dapat dijumpai pada sejumlah harga. Dalam teori PPP,
ada dua teori yaitu PPP absolut dan PPP relatif (Kucoro,2001:10).

Purchasing Power Parity dapat dijelaskan dengan konsep hukum satu harga, komoditas
dan jasa yang sama di negara yang berbeda dapat dihitung dalam satu tolak ukur harga tertentu.
Berikut grafik GNP (GNI) Per kapita 3 negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura yang

5
dihitung dengan metode PPP pada tahun 2010 hingga 2015.

Grafik 2.

Sumber: World Bank, World Development Indicator (2015)

Dari grafik 2 dapat diketahui Singapura merupakan negara yang mempunyai GNP per
kapita yang paling tinggi dibandingkan Malaysia dan Indonesia. Singapura jauh memimpin di
posisi pertama dengan GNP per kapita sebesar US$ 81.360 pada tahun 2015. Sedangkan
Malaysia dan Indonesia menempati posisi ke 2 dan 3 dalam perbandingan ketiga negara tersebut
dengan GNP per kapita sebesar US$ 26.190 dan US$ 10.700 pada tahun 2015. Namun
peningkatan GNP ketiga negara itupun tidak terlalu signifikan.

Perbandingan GNP per kapita metode Atlas dengan metode Purchasing Power
Parity

Kedua perhitungan tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan pada hasil GNP


perkapita, faktor yang mendasari perbedaan tersebut yaitu adanya perbedaan cara perhitungan.
Berikut tabel yang dapat menunjukan perbedaan hasil perhitungan GNP per kapita metode atlas
dan PPP

6
Nomor Negara Metode Atlas (US$) Metode PPP (US$)
(Ranking) (Ranking)

1 Singapura 52090 (16) 81190 (5)

2 Britania Raya 43340 (29) 40550 (37)

3 Uni Emirat Arab 43170 (30) 70570 (10)

4 Jepang 36680 (39) 38870 (41)

5 Rusia 11400 (84) 23790 (71)

6 Malaysia 10570 (85) 26140 (63)

7 Indonesia 3440 (105) 10680 (125)

9 Afghanistan 630 (202) 1990 (193)

Tabel 2.

Sumber: World Bank, World Development Indicator (2015)

Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan hasil dan ranking GNP per kapita suatu negara.
Misalnya Indonesia, pada perhitungan metode Atlas Indonesia menempati posisi 105 dengan
pendapatan sebesar US$ 3.440 sedangkan pada metode PPP Indonesia menempati posisi 125
dengan pendapatan sebesar US$ 10.680.

Contoh dari PPP absolut ini adalah perhitungan harga Big Mac pada perusahaan
waralaba Mc Donald untuk menghitung daya beli masyarakat dan dapat mengidentifikasi
apakah kurs negara tersebut berada pada posisi yang sesuai (overvalue/undervalue).

7
PPP Big Mac Index 2017

Switzerland 25.5

United States 0.0

-23.1 Singapore

-54.0 Indonesia

-64.6 Malaysia

-71.1 Egypt

-80.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0


Kurs Value

Grafik 3.

Sumber: The Economist (2017)

Grafik 3 adalah Big Mac Index yang disusun oleh The Economist pada 12 Januari 2017.
Berikut penghitungan Big Mac Index untuk 2 negara yaitu Indonesia (mengalami undervalue)
dan Swiss (mengalami overvalue). Kurs Spot adalah nilai tukar pada suatu tanggal tertentu,
dalam hal ini sesuai dengan penyusunan data yang dilakukan oleh The Economist. Sedangkan
PPP implisit didapat dari membagi harga Big Mac di Amerika dengan harga Big Mac di
Indonesia maupun Swiss.

No Negara Harga BigMac Harga Kurs Spot PPP Dollar Status


US (US$) Lokal (USD thd Mata Implisit Valuation
Uang Lokal)

1 Indonesia 5,06 Rp31.000 13.329 Rp6126,5 -54.0 Undervalue

2 Swiss 5,06 CHF6,5 1 1,3 25,5 Overvalue

Tabel 3.

Sumber: The Economist (2017)

Selain PPP absolut terdapat perhitungan PPP relatif yaitu presentase perubahan kurs
nominal akan sama dengan perbedaan inflasi diantara kedua negara. (Kuncoro, 1997:23).

8
Menurut teori ini harga suatu produk yang sama pada suatu negara akan berbeda karena
ketidaksempurnaan pasar yang disebabkan karna adanya faktor biaya transport, kuota dan tarif.

c. Laju Pertumbuhan Ekonomi


Laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alat untuk mengetahui indikator
ekonomi suatu negara. Pada umumnya, nilai GDP yang digunakan sebagai satuan ukur. Dengan
menghitung pertumbuhan GDP dari tahun ke tahun (y-o-y), maka dapat ditentukan berapa laju
pertumbuhan ekonominya. Dengan mengetahui data laju pertumbuhan ekonomi suatu negara,
maka kita dapat menentukan apakah negara tersebut sudah tumbuh dan berkembang secara baik
seiap tahunnya dan pencapaiannya dalam beberapa tahun terakhir.

Grafik 4.

Laju Pertumbuhan PDB 2010-2015


7.0000
6.0000
5.0000
Pertumbuhan (%)

4.0000
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
-1.0000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Indonesia 6.2239 6.1698 6.0301 5.5573 5.0239 4.7939
United States 2.5319 1.6015 2.2240 1.6773 2.3705 2.5961
Malaysia 6.9810 5.2938 5.4744 4.6929 6.0122 4.9688
Japan 4.1923 -0.1155 1.4950 2.0005 0.3357 1.2194
Tahun

Sumber: World Bank, World Development Indicator (2015)

Grafik diatas menggambarkan laju pertumbuhan PDB empat negara, yaitu Indonesia,
Amerika Serikat, Malaysia, Jepang. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata laju pertumbuhan PDB
Indonesia adalah yang tertinggi diantara empat negara lainnya, yaitu senilai 5,631%. Tren laju
pertumbuhan Indonesia mengalami penurunan sedikit demi sedikit hingga menunjukkan angka
4,79%.

Berbeda dengan negara tetangga, Malaysia, rata-rata laju pertumbuhan GDP


pertumbuhan menduduki peringkat kedua senilai 5,57%. Laju pertumbuhan mencapai titik
tertinggi pada tahun 2010 senilai 6,98% Lalu, menurun hingga pada tahun 2015 senilai 4,968%.

9
Ketiga, Amerika dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat adalah senilai
2,16%. Tren Pertumbuhan PDB AS cenderung fluktuatif dan setiap tahunnya tidak mengalami
penurunan maupun kenaikan yang berarti. Tren pertumbuhan sempat turun pada tahun 2013
senilai 1,673%, lalu meningkat kembali pada tahun 2014 senilai 2,37% dan 2,59% pada 2015.

Pada urutan terakhir, Jepang dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sebesar
1,521% . Laju pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami penurunan sangat drastis hingga -
0,115%. Walaupun begitu, laju pertumbuhan ekonomi dapat pulih dalam waktu 12 bulan,
hingga menyentuh angka 1,495% pada tahun 2012. Sata tahun kemudian, pada tahun 2013, laju
pertumbuhan ekonomi mencapai 2% lalu kembali melambat pada 2014 di angka 0,33% lalu
meningkat di tahun berikutnya sebesar 1,21%.

Secara keseluruhan, laju pertumbuhan PDB negara berkembang lebih tinggi daripada
laju pertumbuhan PDB negara maju. Hal ini terjadi karena, jumlah produksi di negara yang
sedang berkembang sedang tinggi-tingginya dan tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Berbeda dengan negara maju yang rata-rata hanya sedikit melakukan produksi dan cenderung
melakukan produksi di negara yang sedang berkembang.

KESIMPULAN

Indikator merupakan suatu tolok ukur yang menjadi pacuan untuk mengetahui sebuah
perkembangan “sesuatu” yang diamati. Indikator Pembangunan terdiri dari Indiktor Ekonomi
dan Indikator Sosial. Dalam hal ini Indikator Ekonomi digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan maupun perkembangan perekonomian sebuah negara. Untuk mengetahui
pertumbuhan tersebut, kita perlu mengukur tingkat GNP per-kapita, GNP per-kapita
berdasarkan perhitungan Purchasing Power Parity dan laju pertumbuhan ekonomi. Indonesia
mempunyai GNP per-kapita sebesar US$ 3.440 dan menempati posisi kelas low middle income.
Rata-rata laju pertumbuhan ekomomi Indonesia dari 2010 hingga 2015 sebesar 5,63%. Dari
hasil indikator tersebut kita dapat menentukan kebijakan ekonomi yang tepat sehingga bisa
membawa arah pembangunan suatu negara ke arah yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Kuncoro, Mudrajad (1997), Ekonomi Pembangunan; Teori, Masalah, dan


Kebijakannya, Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.

10
Kuncoro, Mudrajad (2013), Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.

Meier, Gerald M., (1987). Pioneers in Development, Oxford University Press, New
York.

Todaro, P. Michael and Stephen C. Smith (2012). Economics Development, Boston:


Pearson Education Inc. Boston

Todaro, Michael P., (1994). Economic Development, Edisi ke-5, Longman, New York
and Essex, Bab 2

Kuncoro (2013), Mudah Memahami Menganalisis Indikator Ekonomi, diakses pada 6


Februari 2017, http://mudrajad.com/parasisten/mudah-memahami-menganalisis-
indikator-ekonomi/

World Bank Data Team (2016), New Country Classification by Income Leveldiakses
pada 6 Februari 2017 http://blogs.worldbank.org/opendata/category/tags/news

The Economist (2017), The Bigmac Index diakses pada 5 Februari 2017
http://www.economist.com/content/big-mac-index

11

Anda mungkin juga menyukai