id
BAB IV
berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara bulan
Januari 2013. Subjek penelitian adalah 4 puskesmas Rawat Inap Surakarta yaitu
Sibela. Puskesmas rawat inap adalah puskesmas dengan pelayanan 24 jam, untuk
termasuk dalam hal penyimpanan obat agar berada di tempat yang aman dari
Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan oleh karena itu standar
sangatlah bervariatif antara puskesmas satu dengan yang lain. Hal ini terkait
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Pengelola Obat
No. Puskesmas
Apoteker TTK
1. Banyuanyar 1 2
2. Gajahan - 3
3. Pajang 1 4
4. Sibela 1 4
Total 3 13
rawat inap pada April 2010, sedangkan pada saat pembagian tugas untuk
puskesmas lain.
terlatih, bertanggung jawab dan mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi.
Untuk itu latar belakang pendidikan seorang penanggung jawab gudang adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
puskesmas induk, jumlah tenaga kefarmasian saat ini masih belum cukup
pelayanan rawat inap, karena kurangnya sumber daya manusia. Namun ada pula
induk, 1 orang TTK di puskesmas pembantu dan 1 orang TTK bertanggung jawab
atas puskesmas keliling. Puskesmas pembantu buka setiap hari kerja dan selama
itu TTK yang bertanggung jawab harus berada di sub unit tersebut, sedangkan
untuk puskesmas keliling mempunyai jadwal tugas pada hari senin sampai kamis.
Semua petugas yang bertanggung jawab pada sub unit, setiap harinya memberikan
shift yaitu shift pagi pukul 07.00-14.00 WIB dan sore pukul 14.00-17.00 WIB.
ini belum sebanding dengan jumlah pasien, maka dalam proses pelayanannya
dapat dibantu oleh paramedis yang berada di puskesmas seperti perawat ataupun
bidan. Sub unit rawat inap ditugaskan kepada tenaga paramedis non farmasi yang
berjaga pada malam hari. Untuk penyimpanan obat yang ada di gudang obat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
jawab atas Pustu 1, 1 orang TTK berada di pustu 2, 1 orang TTK bertanggung
jawab atas pelayanan rawat inap, dan yang 1 orang TTK merangkap tugas
Pembagian shift kerja pada Puskesmas Pajang yaitu untuk shift pagi hanya
sampai pukul 14.00 WIB. Terkadang terdapat TTK yang bertugas pada shift sore
antara pukul 14.00 - 21.00 WIB, dan masing-masing TTK mendapatkan jadwal
shift sore antara 2 sampai 4 kali per bulannya. Untuk hari minggu juga
kefarmasian, khususnya pada instalasi rawat inap (shift malam) digantikan oleh
orang Apoteker, 1 TTK bertanggung jawab pada puskesmas keliling dan 1 orang
TTK bertanggung jawab pada puskesmas pembantu. Pembagian shift tugas pada
hingga pukul 14.00 WIB, pengelolaan obat selanjutnya berada pada bidan atau
perawat yang bertugas. Untuk pelaporan dan rekap resep tetap dikerjakan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
pelayanan obat pada saat sore maupun malam hari ketika tidak ada farmasis yang
bertugas.
puskesmas induk oleh 1orang Apoteker, 1 orang TTK di rawat inap, 1 orang TTK
pada pustu 1, 1 orang TTK di pustu 2, dan 1 orang TTK di puskesmas keliling.
antara gudang farmasi puskesmas dan obat dalam unit puskesmas induk
dilaksanakan oleh orang yang berbeda, karena terjadi mutasi petugas sehingga
yaitu pagi pukul 07.00-14.00 WIB, sore pukul 14.00-21.00 WIB dan malam pukul
21.00-07.00 WIB. Untuk Apoteker selalu bertugas pada pagi hari. Namun jika
kondisi puskesmas sangat ramai, maka petugas kefarmasian dapat dibantu oleh
tenaga paramedis yang lainnya dalam pelayanan obat, biasanya pada pelayanan
pagi hari.
pengalaman kerja yang cukup lama dan beberapa pelatihan yang dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan. Sesuai dengan pernyataan Muninjaya (1999) bahwa SDM
yang ada perlu dibina dan dikembangkan ketrampilannya agar mereka dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
bekerja lebih produktif, salah satu caranya adalah dengan mengikuti pelatihan-
pelatihan.
jumlah SDM, sehingga melibatkan tenaga paramedis non farmasi dalam hal
pencatatan yang terpisah satu dengan lain, hal ini agar memudahkan dalam
Penyimpanan obat yang baik dan benar bertujuan untuk tetap menjaga mutu
obat agar tetap dalam kondisi yang baik, tidak rusak, dan untuk menjaga agar
efektif dan efisien diharapkan dapat menjaga ketersediaan obat dan memudahkan
obat dari Instalasi Farmasi Kota sesuai dengan permintaan yang dilakukan oleh
tersebut. Kamar obat adalah tempat penataan obat untuk pelayanan obat di
puskesmas. Salah satu kegiatan dalam penyimpanan obat adalah pengaturan tata
letak dalam ruang penyimpanan, sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh
2
Departemen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
persyaratan. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Athijah dkk., (2011) luas
gudang obat puskesmas di wilayah Surabaya Timur dan Pusat yang memenuhi
persyaratan sebesar 40% yaitu 8 dari 20. Luas gudang obat Puskesmas Pajang
pada saat pengambilan data belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
Depkes RI, namun perencanaan perluasan gudang sudah dalam proses dan pada
gudang yang baik. Akan tetapi dengan luas gudang yang kurang secara ukuran,
tidak selalu membuat keleluasaan bergerak terganggu, karena penataan obat dapat
dibuat sedemikian rupa sehingga tetap memberikan rasa nyaman. Selain itu obat
yang tersimpan tidak begitu banyak, hal ini menyesuaikan dengan permintaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
kerjanya.
satu lantai, tidak bersekat, serta perlu memperhatikan posisi dinding dan pintu.
Selain itu juga berdasarkan arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi.
Ruang gudang dapat ditata dengan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L.
arus L. Hal ini dirasa tetap memberikan rasa nyaman dalam distribusi perbekalan
cukup memadai sesuai dengan kebutuhan yang ada, seperti adanya termometer
dan higrometer. Suhu kecuali dinyatakan lain, semua suhu di dalam Farmakope
dinyatakan dalam derajat Celcius dan semua pengukuran dilakukan pada suhu
250C. Jika dinyatakan suhu kamar terkendali, yang dimaksud adalah suhu antara
150C sampai 300C (Anonim, 1997). Suhu ruang penyimpanan obat pada masing-
masing puskesmas memasang suhu 250C ± 50 dan pada suhu tersebut kelembaban
berkisar pada angka 70%, terdapat tabung gas pemadam kebakaran yang
diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau, kartu stok yang membantu proses
mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, rusak atau kadaluarsa) dalam gudang obat.
Untuk fasilitas dalam kamar obat, terdapat lemari obat atau etalase sebagai tempat
penyusunan obat secara alfabetis dan juga berfungsi untuk penyimpanan obat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
Pengisian LPLPO berdasarkan kartu stok obat yang ada di gudang obat
puskesmas. Untuk obat-obat yang rusak, pencatatan dilakukan di kartu stok obat
puskesmas mengunci ruang penyimpanan apabila tidak dipakai dan hanya orang-
orang tertentu yang dapat memasuki gudang obat dan atas izin apoteker atau TTK
yang bertanggung jawab terhadap gudang obat. Kunci gudang disimpan oleh
Selain itu, untuk menjamin mutu obat, petugas selalu mengecek kondisi
fisik obat secara organoleptis (tanggal kadaluarsa, kondisi kemasan atau fisik
obat), agar pada saat melakukan pelayanan, komplain pasien terhadap kondisi
fisik obat yang di bawah standar, seperti tablet yang rapuh atau berubah warna,
kemasan obat yang sudah rusak dapat terhindarkan dan juga memastikan obat
tersimpan dalam keadaan baik. Hal ini selalu dilakukan secara berkala sesuai
2. Fasilitas pendukung
dilaksakan dengan baik dan tujuan dari penyimpanan obat tercapai. Ketersediaan
fasilitas pendukung yang ada di puskesmas rawat inap Surakarta dapat dilihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Tabel III. Fasilitas Pendukung yang Tersedia di Puskesmas Rawat Inap Kota Surakarta
Lemari
Rak/ Lemari Kipas
Puskesmas Narkotik
Lemari Pendingin Angin/AC
/Psikotropik
Banyuanyar
Gajahan
Pajang
Sibela
Fungsi dari rak atau lemari obat dalam penyimpanan adalah agar obat dapat
tertata secara rapi dan aman. Lemari atau rak bertujuan untuk meminimalkan
terjadinya kerusakan obat selama proses penyimpanan. Obat dalam rak disusun
serta dipisahkan antara obat untuk pemakaian dalam dan obat luar. Dalam
penataan obat dalam rak, nama obat diusahakan dapat jelas terbaca. Terdapat juga
keterangan lain seperti kode lokasi obat-obatan yang rusak, penataannya pada rak
atau tempat tersendiri. Susunan obat dalam rak juga dapat digunakan untuk
diletakkan pada bagian bawah, dan untuk penyimpanan alkes juga terdapat pada
rak tersendiri. Dalam penempatan rak pada gudang obat atau penempatan lemari
obat pada kamar obat, diusahakan tidak menganggu pergerakan stok obat.
Obat-obat termolabil seperti vaksin dan serum harus dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya matahari dan disimpan dalam lemari pendingin dengan
puskesmas adalah lemari pendingin yang seperti digunakan untuk makanan (tidak
chain khusus. Demi terjaganya suhu dalam lemari pendingin terdapat termometer
dengan suhu ± 80C. Pada masing-masing puskesmas, obat yang tersedia dalam
yang berada dalam penguasaan Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, sarana
terdapat lemari narkotik pada setiap gudang obat. Namun mengingat bahwa
kebutuhan akan obat narkotik di puskesmas tidak banyak, maka puskesmas tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
obat psikotropika yang ada di puskesmas antara lain diazepam, stesolid rectal,
puskesmas, ada puskesmas yang memang tidak mempunyai stok obat psikotropika
dengan alasan bahwa obat ini termasuk dalam golongan obat slow moving.
hanya satu puskesmas. Karena obat tersebut sangat jarang diresepkan oleh dokter
Salah satu upaya menghindari kerusakan fisik obat yaitu dengan adanya
fasilitas pendukung berupa kipas angin atau AC, karena makin panas udara di
dalam ruangan maka udara semakin lembab dan udara yang lembab dapat
kapsul, obat suntik dan lain-lain harus bertemperatur kurang lebih 250 C. Menurut
Anonim (1995) suhu penyimpanan pada suhu kamar adalah pada suhu 150-300 C
50 C, dipilih suhu tersebut karena disesuaikan dengan suhu ruangan, namun tetap
menjaga agar udara tetap baik. Pada kamar obat dipasang kipas angin untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
pengotoran, karena ruangan yang kotor dapat mengundang tikus atau serangga
lain yang dapat merusak obat. Lingkungan yang kotor juga dapat berdampak pada
etiket obat atau kemasan obat yang juga terpapar kotor sehingga sulit terbaca.
Untuk itu, kondisi ruangan yang bersih harus selalu dijaga dengan cara rutin
membersihkan, baik lantai, dinding maupun rak tempat penyimpanan obat. Semua
puskesmas dalam keadaan bersih dan tertata rapi baik pada gudang maupun kamar
obat.
Untuk sarana penunjang, alat akomodasi atau transportasi dan petugas pada
saat pengambilan obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten atau Kota (IFK) dinilai
untuk memastikan kesesuaian antara obat yang dipesan dan yang diterima, baik
3. Penyusunan Obat
metode FEFO. Metode FIFO (First In First Out) yaitu obat-obatan yang baru
(First Expired First Out) dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
obat, baru kemudian dilakukan metode FIFO. Hal ini disebabkan karena barang
yang datang lebih awal tidak selalu mempunyai ED yang lebih panjang dibanding
dengan barang yang sudah ada, oleh karena itu untuk menghindari obat yang
jenis sediaan dan alfabetis. Penyusunan obat yang diterapkan pada masing-masing
nantinya akan membutuhkan lebih banyak tempat untuk penataannya. Selain itu,
pelayanan obat atau petugas yang mengambil obat, secara tidak langsung juga
harus menghafal indikasi obat yang diresepkan, untuk dapat mengetahui letak
mengingat bahwa dalam pelayanan obat, petugas dituntut untuk cepat dalam
proses pengambilan obat. Selain itu, jumlah SDM yang kurang memadai
merupakan salah satu kendala, seperti pada beberapa puskesmas rawat inap yang
pada malam hari dijaga oleh tenaga paramedis non farmasi, karena bukan
merupakan bidangnya maka akan lebih merasa kesulitan jika penyusunan obat
dilakukan berdasarkan kelas terapi. Alasan ini hampir sama antara satu puskesmas
penyusunan obat berdasarkan bentuk sediaan dan secara alfabetis, karena memang
kefarmasian dapat mengetahui indikasi dari pasien dilihat dari obat yang
diperolehnya. Selain itu, apabila terdapat kesalahan pengambilan obat, obat yang
diambil masih dalam indikasi yang sama. Dengan adanya penerapan penyusunan
care.
Obat yang rusak atau kadaluarsa dipisahkan dan disimpan dalam kardus
atau rak tersendiri, namun masih dalam gudang. Hal ini tidak sesuai prosedur
(Anonim, 2003) yang menyatakan bahwa obat yang rusak atau kadaluarsa harus
diletakkan di luar gudang agar diketahui dengan jelas bahwa obat tidak dapat
dipakai lagi. Tiga dari empat Puskesmas Rawat Inap menerapkan sistem
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
penyimpanan obat rusak atau kadaluarsa di dalam gudang obat, karena jika
gudang farmasi hingga laporan kerusakan obat di buat dan di laporkan kepada
instruksi dari Dinkes Kota setempat. Dengan alasan itu maka bukti fisik obat
Pada setiap gudang obat dan kamar obat di puskesmas terdapat jendela yang
berfungsi untuk menjaga sirkulasi udara terjaga dengan baik, kondisi ruangan
tidak pengap sehingga kelembaban dalam ruang penyimpanan obat tetap terjaga
baik. Dengan adanya jendela maka udara dapat berganti, udara selalu bergerak
pada gudang obat menggunakan AC, maka kondisi jendela dalam keadaan
Fungsi dari adanya cat atau gorden pada jendela adalah untuk mencegah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Pada puskesmas Pajang tidak memasang gorden karena posisi jendela yang
berada di atas, sehingga tidak memungkinkan untuk diberi gorden, dan cara untuk
rusaknya obat, maka pada bagian yang berdekatan dengan jendela tidak digunakan
untuk menyimpan obat, khususnya obat-obat yang sangat terpengaruh oleh sinar
matahari.
Ruangan penyimpanan yang bersih maka akan bebas dari hama atau
dengan adanya hama atau hewan pengerat dalam ruang penyimpanan dapat
mencemari obat, selain itu membuat bau dan kotor tempat penyimpanan obat.
Untuk itu dalam ruang penyimpanan obat disamping harus bersih juga harus
bebas dari hama atau serangga. Dari 4 puskesmas tidak terdapat hama dalam
penyimpanan dapat menggunakan pallet, fungsi pallet adalah sebagai alas berupa
papan yang digunakan untuk meletakkan tumpukan kardus obat yang diletakkan
di lantai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kelembaban dan pengotor apabila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
udara dari bawah tetap terjaga baik, dapat menampung perbekalan farmasi yang
5. Waktu pengecekan
obat-obat yang disimpan dalam gudang obat atau kamar obat. Setiap puskesmas
melakukan pengamatan mutu obat pada gudang obat secara berkala, paling tidak
puskesmas lain adalah karena hal ini sesuai dengan kondisi dan kebijakan dari
pengecekan obat di gudang obat yaitu setiap pekan, karena terkadang untuk
mengecek tiap harinya terlalu menghabiskan banyak waktu, dan anggapan bahwa
tiap harinya juga dapat dilakukan agar kondisi fisik obat benar-benar terjaga baik
Pengamatan kondisi fisik obat berkaitan dengan mutu obat tersebut. Mutu
obat yang disimpan dapat mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimia,
oleh karenanya perlu diketahui tanda-tanda kerusakan obat dengan beberapa cara,
antara lain dengan melihat kondisi fisik obat secara visual. Pengamatan yang
merah yang berarti obat dalam jangka waktu < 3 bulan kadaluarsa dan untuk kartu
warna kuning yang berarti obat dalam waktu < 6 bulan kadaluarsa.
masing sub unit atau poliklinik, obat-obat yang harus segera dikeluarkan di
yang sudah tidak menggunakan obat yang masa ED-nya sudah dekat, hal ini
menghindari konsumsi obat oleh pasien dengan pemakaian obat jangka panjang
Kondisi obat juga dapat diamati dari kemasan yang sudah rusak.
Penyimpanan obat yang benar adalah obat tetap tersimpan dalam kemasan aslinya
ciri tersendiri dalam pengamatan mutu fisik obat. Untuk tablet terjadinya
perubahan warna, bau dan rasa serta lembab merupakan salah satu indikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
kerusakan tablet. Sediaan kapsul dapat diamati dari cangkang yang sudah rusak
(terbuka) atau saling melekat antara satu sama lain. Cairan dapat dilihat dari
kekeruhan ataupun konsistensi cairan tersebut. Sediaan semi solid dari perubahan
konsistensi. Untuk sediaan injeksi bila terjadi kebocoran, terdapat benda asing
dalam cairan.
adalah penyimpanan. Hal ini dijelaskan lebih jauh bahwa penyimpanan yang tidak
memadai dapat menyebabkan kerusakan fisik dan penguraian kimia, yang dapat
sudah sesuai dengan pedoman penyimpanan yang ditetapkan oleh Depkes RI.
Terkait fasilitas pendukung penyimpanan akan lebih baik bila segera dilengkapi
dan jenis obat yang tersimpan, sehingga metode penyusunan yang digunakan
lebih efektif dan efisien. Meskipun untuk pengontrolan setiap pekannya obat
dalam keadaan stabil, akan lebih baik bila pengecekan kondisi fisik obat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
C. Keterbatasan Penelitian
sesuai.
ditanyakan.
commit to user