Anda di halaman 1dari 9

Bab IV

Praktek Kerja Profesi Apoteker bertujuan untuk melatih calon Apoteker untuk
memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional dan berkompeten,
sehingga calon Apoteker mengetahui seberapa besar peran, fungsi, posisi serta
tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas. Puskesmas
merupakan pelayanan dasar untuk meningkatkan nilai/angka kesehatan di suatu
wilayah tersebut. Selain itu, puskesmas juga bertanggung jawab terhadap kesehatan
perseorangan dan masyarakat. Untuk itu, banyak upaya yang dilakukan oleh
puskesmas dalam meningkatkan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan.
Menurut PERMENKES No. 43 Tahun 2019, Puskesmas merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif di wilayah kerjanya.
Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang sangat berperan penting
dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas, yaitu dalam pengobatan dan pencegahan
penyakit di masyarakat, sehingga angka kesehatan masyarakat meningkat dan
meminimalkan terjangkitnya penyakit. Peran Apoteker sangat membantu masyarakat
dalam membina hidup sehat, baik untuk anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini juga dapat menambah pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman serta dapat mempraktekan teori-teori yang ada di
perkuliah dan menghubungkannya dengan praktek sehari-hari yang ada dilapangan dan
kendala-kendala yang mungkin dihadapi karena pada prinsipnya apa yang didapatkan
dibangku kuliah berbeda dengan apa yang didapatkan setelah kita terjun langsung ke
lapangan.

Dengan ini, diharapkan akan menghasilkan Apoteker yang kompeten sebagai


Apoteker penanggung Jawab di Puskesmas. Jadi Program Studi Apoteker Universitas
Andalas Padang yang telah kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Padang untuk
melakukan pembinaan dan bimbingan serta pelatihan bagi calon apoteker yang
berpraktek disana agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
praktis untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian di bidang Pemerintahan guna
membantu dalam mempersiapkan calon Apoteker yang berkompeten. Dimana
Mahasiswa Praktek kerja profesi Apoteker berpraktek pemerintahan Kota Padang yaitu
di Dinas Kesehatan Kota, Instalasi Farmasi Kota dan Puskesmas.
Dinas Kesehatan Kota Padang berada dibawah naungan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Dinas
Kesehatan Kota merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
Dinas kesehatan Kota dipimpin oleh kepala Dinas Kesehatan Kota yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah. Setiap Dinas Kesehatan Kota memiliki
satu Instalasi Farmasi Kota, berfungsi sebagai penyedia barang dan/ atau jasa yang diperlukan oleh
masyarakat dan/atau oleh perangkat daerah lain, penyedia barang dan jasa diperlukan secara terus
menerus. Puskesmas menyerahkan rencana penggunaan obat dalam satu tahun kedepan ke Instalasi
Farmasi Kota. Setelah itu Instalasi Farmasi Kota akan menyesuaikan semua permintaan puskesmas
sesuai dengan anggaran dana daerah.
Apabila anggaran daerah tidak mencukupi maka dilakukan rapat antara pihak puskesmas, pihak Dinas
Kesehatan, dan Instalasi Farmasi Kota untuk menyelesaikan permasalahan dan mencari solusi untuk
tetap memesan obat sesuai kebutuhan masyarakat dengan menyesuaikan anggaran yang ada.

Dinas Kesehatan akan memesan (pengadaan) obat ke PBF secara online berdasarkan e-catalog, dimana
obat-obat yang ada di dalam e-catalog merupakan obat yang berada didalam anggaran daerah. Jadi,
Dinas Kesehatan akan memesan untuk permintaan dalam setahun. Setelah itu, obat datang ke gudang
secara bertahap yaitu dalam sekali tiga bulan barang akan datang ke Instalasi Farmasi Kota. Penerimaan
obat dilakukan oleh petugas gudang dengan memeriksa nama obat, jumlah, nomor batch dan tanggal
kadaluarsanya. Setelah itu dibuatlah berita acara dengan adanya bukti barang masuk (BBM). Lalu
dimasukkan ke dalam kartu stok dan bukti barang masuk (BBM) disimpan di dalam arsip barang masuk.
Obat di dalam gudang disimpan di lemari obat berdasarkan urutan abjad, dengan posisi letak lemari
leter U atau leter L.

Kardus obat yang disimpan digudang harus di alasi dengan pallet agar sediaan obat tidak berkontak
langsung dengan lantai. Obat psikotropika, narkotika dan prekusor di simpan di lemari terpisah dan
terkunci. Obat bebas, bebas terbatas dan obat keras lainnya di simpan di rak-rak obat. Penyimpanan
alkes dipisahkan dengan penyimpanan obat, penyimpanan alkes diruangan tersendiri dengan
berdasarkan abjad. Penyimpanan vaksin juga terpisah dengan sediaan obat dan alkes. Penyimpanan
vaksin berdasarkan suhu, ada suhu dingin yaitu 2-8ᵒC, dan suhu beku yaitu dibawah 0ᵒC.
Instalasi Farmasi Kota Padang mendistribusian obat ke puskesmas yang ada di kota Padang, salah
satunya yaitu Puskesmas Nanggalo. Setiap puskesmas akan menyerahkan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) ke Instalasi Farmasi Kota setiap bulan untuk kebutuhan puskesmas
tersebut dalam sebulan. Setelah lembaran LPLPO diterima di IFK, lalu pihak IFK akan menyiapkan obat
sesuai dengan permintaan puskesmas dan juga menyesuaikan dengan stok yang ada di IFK. Apabila stok
IFK banyak, maka permintaan puskesmas itu akan dipenuhi semua, tetapi apabila stok IFK terbatas,
maka puskesmas tidak akan mendapat obat sesuai dengan jumlah yang diminta, tetapi akan dibagi sama
rata dengan puskesmas lain yang memesan obat yang sama. Sebelum diserahkan ke puskesmas, obat
harus dicek terlebih dahulu.
Setelah obat disiapkan, maka obat akan di antar ke puskesmas tersebut dengan dibuat berita acara bukti
barang keluar (SBBK). Obat tersebut akan diantar oleh petugas gudang. Setelah sampai di puskesmas
tujuan obat akan diperiksa ulang dengan di saksikan oleh Apoteker atau tenaga teknis yang bertanggung
jawab terhadap datangnya obat. Setelah semua obat dipesan dan sesuai dengan pesanan, maka
Apoteker atau tenaga teknis lainnya akan menandatangani SBBK tersebut dan satu lembar SBBK jadi
pertinggal untuk puskesmas. Obat yang rusak/kadaluarsa akan dimusnahkan di IFK setiap setahun sekali
terhitung setiap bulan Desember. Obat yang rusak/kadaluarsa akan di kumpulkan di IFK sebelum di
musnahkan. Petugas gudang akan mendata dan merekap obat dan perbekkes yang yang akan
dimusnahkan lalu di serahkan data tersebut ke Dinas Kesehatan, lalu dibuat laporan obat
rusak/kadaluarsa untuk selanjutnya dilakukan pemusnahan, kemudian kepala IFK mengajukan telaah
staf kepada Walikota dan dibuatlah Surat Keputusan (SK) Walikota, lalu diadakan rapat Panitia
Penghapusan dan Pemeriksaan Obat yang mana dari hasil rapat tersebut dibuatlah surat keputusan (SK)
SEKDA tentang penghapusan. Selanjutnya dilakukan pelaksanaan pemusnahan obat oleh panitia
pemusnahan, dengan menggunakan metode innertisasi (pembuatan sumur beton), kemudian dibuat
berita acara pemusnahan (BAP) obat yang ditandatangani oleh seluruh panitia pemusnahan obat.
Pemusnahan obat dan sediaan farmasi ini tidak hanya menggunakan metode inertisasi, namun ada
beberapa metode yang digunakan yaitu metode insinerasi, penimbunan dan pengenceran. Instalasi
Farmasi Kota ini melakukan pemusnahan obat menggunakan metode inertisasi yaitu pembuatan sumur
beton karena pengerjaannya lebih mudah dan tidak mencemari lingkungan. Sebaiknya untuk
pemusnahan obatobatan yang expired ini harus menggunakan metode insenerasi yaitu pembakaran
dengan menggunakan alat insenerator, namun alat insenerator ini sangat mahal dan belum ada di
Instalasi Farmasi Kota. Setelah dilakukan penghapusan dan pemusnahan obat rusak/kadaluarsa tahap
selanjutnya yaitu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk meminimalisir obat ED dimana hal – hal yang
perlu diperhatikan yaitu perencanaan harus disiplin (rumus standar, masa ED) dan periode distribusi
diperpendek.

Kegiatan PKPA mahasiswa apoteker ini dilakukan di Puskesmas Nanggalo yang terletak di Jl. Padang
Perumnas Siteba No.Kel, Surau Gadang, Nanggalo, Padang, Sumatera Barat. Puskesmas Nanggalo
terletak di tempat yang cukup strategis karena dekat dengan sekolah, perumahan warga, bahkan berada
ditepi jalan yang ramai dilewati oleh masyarakat sehingga memudahkan kegiatan pelayanan kesehatan.

Puskesmas Nanggalo memiliki ruangan apotek untuk penerimaan resep dan penyiapan obat yang
dipimpin oleh d apoteker yaitu apt. Elfira Aniza, S.Farm selain itu, apotek puskesmas Nanggalo juga
memiliki tiga orang tenaga teknis kefarmasian untuk menjalankan kegiatan pelayanan kefarmasian
seperti penerimaan resep, skrinning resep, penyiapan obat, peracikan obat, pengelolaan obat,
penyerahan obat, dan Pelayanan Informasi Obat (PIO). Pelayanan Innformasi Obat (PIO) di Puskesmas
Nanggalo umumnya menggunakan bahasa daerah setempat dan khususnya menggunakan bahasa
Indonesia agar memudahkan pasien untuk memahami informasi mengenai obat yang diberikan.
Selain mengurus pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai serta melakukan pelayanan
farmasi klinik, apoteker juga membantu pelayanan kefarmasian baik di Puskesmas Nanggalo maupun
diluar puskesmas. Sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Nanggalo sudah cukup lengkap
ditambah dengan adanya IGD dan klinik bersalin 24 jam.
Penyusunan obat-obat di apotek Puskesmas Nanggalo di susun berdasarkan Alfabetis, farmakologi,
FEFO, bentuk sediaan dan tujuan penggunaannya.
Penyimpanan dan penyusunan obat-obat di apotek Puskesmas Nanggalo juga dikelola dengan baik.
Obat-obatan disusun didalam kotak obat yang telah disediakan dan diberi nama/label untuk
memudahkan pengambilan agar tidak terjadi kekeliruan. Sedangkan obat-obatan untuk stok di apotek
disimpan dalam lemari yang cukup besar yang berada di apotek tersebut. Untuk obat psikotropika
disimpan disimpan dalam lemari khusus, dimana lemari tersebut terdiri dari dua lapis pintu. Setiap pintu
masing-masing memiliki kunci yang berbeda. Begitu juga dengan obat sediaan cair dan obat PRB (Pasien
Rujuk Balik) disimpan dalam lemari tersendiri.
Penyimpanan obat digudang Puskesmas Nanggalo juga disimpan menggunakan rak-rak besar dan pallet
sehingga obat dalam kemasan tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Obat-obat dengan suhu
tertentu juga disimpan didalam lemari pendingin agar suhunya tetap terjaga dan stabil. Sarana yang
terdapat didalam gudang perbekalan farmasi yaitu :

  Air conditioner (ac) yang berfungsi sebagai pengatur suhu

  Pallet untuk menaruh obat agar tidak langsung bersentuhan dengan lantai yang
dapat merusak mutu obat

  Kartu stock obat

  Alat pengatur suhu yang tertempel didinding untuk mengontrol suhu ruangan
digudang

  Lemari obat psikotropika dan narkotika dengan 2 pintu yang kuncinya hanya
dipegang oleh apoteker penanggung jawab

  Pintu gudang dilapisi dengan terali besi agar lebih aman

Pengelolaan sediaan farmasi di apotek Puskesmas Nanggalo meliputi perencanaan, permintaan obat,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, dan pelaporan yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Perencanaan

Perencanaan obat di Puskesmas Nanggalo dilakukan dengan Rencana Kerja Operasional (RKO) yang
disusun setahun sekali. Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Nanggalo ditentukan dengan
metode konsumsi dengan mempertimbangkan jumlah pemakaian dan sisa stok pada bulan sebelumnya.
Perencanaan obat berdasarkan metode morbiditas yakni berdasarkan penyakit yang ada
diwilayah tersebut tidak dilakukan karena susah dan data penyakit yang tidak lengkap.

Obat yang termasuk dalam perencanaan ini dicantumkan dalam LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat).

2. Pengadaan Obat

Pengadaan obat di Puskesmas Nanggalo bisa melalui e-catalog ataupun non e-catalog. e- catalog
merupakan sistem informasi elektronik yang memuat daftar nama obat, jenis obat, spesifikasi obat, dan
harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang atau jasa pemerintah. Permintaan obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dari Puskesmas Nanggalo melalui Instalasi Farmasi Kota Padang menggunakan LPLPO
setiap 3 bulan sekali dengan memperhitungkan pemakaian obat dan jumlah sisa stok. Obat rutin juga
didapat dari Instalasi Farmasi Kota (IFK) setiap 3 bulan sekali. Untuk permintaan khusus dilakukan
apabila terdapat obat yang ada di puskesmas mengalami kekosongan sebelum waktu pemesanan. Untuk
obat-obat yang tidak tersedia di e-catalog, bisa dipesan dengan cara non e-catalog. Pada non e-catalog
ini berlaku surat pesanan apoteker. Pemesanan secara non e-catalog yaitu apoteker harus mencari
distributor yang menyediakan obat yang dibutuhkan terlebih dahulu.
Pengadaan obat dimulai dengan pembuatan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dari bagian farmasi dengan
persetujuan kepala puskesmas selanjutnya diteruskan ke pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK)
kemudian pejabat pengadaan akan melakukan pemesanan berdasarkan RKO yang telah disetujui

3. Penyimpanan

Penyimpanan obat di gudang farmasi Puskesmas Nanggalo menggunakan sistem alfabetis, FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expired First Out), efek farmakologi, serta dengan bentuk sediaan obat. Untuk
penyusunan berdasarkan alfabetis agar memudahkan ketika mencari obat yang dibutuhkan.
Kelemahannya yaitu, dapat terjadi kesalahan pengambilan obat jadi harus lebih teliti terutama untuk
obat LASA (look alike sound alike). Obat LASA adalah obat yang terlihat mirip dalam bentuk, warna,
tulisan, dan pengucapan. Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan pengambilan dan pemberian
obat kepada pasien. Untuk obat LASA perlu diberi logo ‘’LASA’’ dan tidak diletakkan berdampingan.
Contoh obat LASA adalah amlodipin 5 mg dan amlodipin 10 mg.

Penyusunan obat berdasarkan farmakologi dapat mencegah akibat fatal yang disebabkan kesalahan
pengambilan dan pemberian obat. pengelompokan berdasarkan farmakologi dapat dipisahkan dengan
memberi warna wadah penyimpanan atau ditempeli stiker warna yang berbeda untuk tiap kelompok
efek farmakologinya.

Kelemahan penyusunan berdasarkan efek farmakologi adalah menyulitkan pencarian obat yang cepat,
terutama jika petugasnya baru dan belum mengenal dengan baik klasifikasi obat berdasarkan efek
farmakologinya. FIFO (First In First Out) merupakan penyimpanan obat yang lebih dahulu masuk
dikeluarkan terlebih dahulu sedangkan FEFO (First Expired First Out) merupakan penyimpanan obat
yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu. Penggunaan sistem FIFO dan
FEFO ini bertujuan untuk menghindari adanya obat yang mengalami expired date dan terbuang sia-sia
sebelum diserahkan kepada pasien.
Selain itu obat juga disusun berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan cair, bahan medis habis pakai,
tablet, diletakkan terpisah sesuai bentuk sediaannya. Obatobat dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas Nanggalo diletakkan didalam rak. Untuk obat-obat narkotik dan psikotropik diletakkan
dilemari terpisah dengan obatobat yang lainnya. Untuk vaksin-vaksin diletakkan di dalam cooler bags.
4. Pendistribusian

Obat-obat di Puskesmas Nanggalo didistribusikan ke unit-unit pelayanan kesehatan seperti :

  apotek

  IGD

  Unit-unti puskesmas(Laboratorium, Imunisasi, KIA, Gizi, KB, IMS,

  klinik Ibu bersalin


 Pustu

5. Pengendalian
Pengendalian obat dilakukan dengan pengamatan langsung obat digudang serta kecocokan dengan
kartu stoknya. Pengendalian obat dilakukan secara e-Puskesmas untuk memonitor ketersediaan stok
obat dan kondisi obat yang sebenarnya.

6. Pelaporan

Kegiatan pelaporan obat narkotika dan psikotropika dilaporkan setiap satu bulan sekali dan untuk
mengetahui pemakaian obat perbulan dapat dilihat dari buku laporan pemakaian obat harian.
Pencatatan pemakaian obat narkotik dan psikotropik dilakukan setiap hari. Format pencatatannya sama
seperti obat golongan lainnya, hanya saja dicatat dalam buku yang berbeda.
Di apotek puskesmas Nanggalo ada beberapa jenis laporan yang dilakukan setiap bulannya yaitu:

a) LPLPO (Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat)

b) Laporan persentase pemakaian obat generik

c) Laporan pemakaian 10 obat terbanyak

d) Laporan ketersediaan obat dan vaksin

e) Laporan pemantauan penulisan resep : untuk melihat persentase peresepan obat


generik di puskesmas

f) Laporan pemakaian sediaan narkotika

g) Laporan morfin dan petidin

h) Laporan psikotropika dan obat-obat tertentu (OOT)

i) Laporan pelayanan kefarmasian

j) Laporan POR (Penggunaan Obat Rasional)

7. Pemusnahan obat

Pemusnahan dilakukan terhadap obat rusak dan kadaluarsa di Apotek Puskesmas Nannnaggaloggalo.
Obat kadaluarsa dan rusak akan dipisahkan dari obat lainnya. Obat yang rusak dan kadaluarsa akan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota, jika telah disetujui untuk dimusnahkan maka puskesmas
mengajukan kepada pihak ketiga, pihak ketiga ini yang akan memusnahkan obat tersebut. Kecuali obat
narkotika dan psikotropika dilaporkan ke Dinas Kesehatan dan BPOM, lalu yang akan memusnahkannya
adalah BPOM.
Berikut ini merupakan beberapa bentuk Pelayanan Kesehatan yang ada di Puskesmas Nanggalo
meliputi :

1. Pelayanan Pasien

Pelayanan pasien di puskesmas ada dua bentuk yakni rawat inap dan rawat jalan. Puskesmas Nanggalo
melayani pasien rawat jalan.

2. Penerimaan Resep
Resep yang dilayani Apotek Puskesmas Nanggalo merupakan resep yang berasal dari pasien umum dan
JKN. Pasien umum terdiri dari pasien yang berbayar dan pasien JKN merupakan pasien yang terdaftar
sebagai anggota BPJS kesehatan.
Ketika menerima resep dari dokter maka pasien akan menyerahkan resep ke apotek. Lalu apoteker akan
melakukan skrining resep, setelah resep dinyatakan lengkap maka asisten apoteker akan memeriksa
ketersediaan obat, jika obat tidak tersedia, maka apoteker akan berkonsultasi dengan dokter penulis
resep untuk mengganti obat yang indikasi dan zat khasiat nya sama dengan resep tersebut. Kelengkapan
resep meliputi :

a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter (dokter gigi atau dokter umum)

b. Tanggal penulisan resep (inscriptio)

c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat (invication).

d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)

e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundangundangan yang berlaku

f. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis
maksimal.

3. Penyiapan / Peracikan Obat

Penyiapan obat yang sudah jadi dilakukan dengan mengambil obat sesuai dengan resep yang tertulis.
Saat pengambilan obat perlu diperhatikan nama obat, dosis, dan tanggal kadaluarsa obat tersebut.
Langkah selanjutnya yaitu asisten apoteker akan menyiapkan obat yang sudah jadi. Dalam penyiapan
obat perlu juga diperhatikan nama obat, dosis obat, jumlah obat yang dibutuhkan dan aturan pemakaian
obat.

4. Pelayanan Obat
Pelayanan obat di apotek Puskesmas Nanggalo melayani obat dari pasien JKN, dan umum. Dari segi
terapi, obat yang diberikan kepada pasien tidak dibeda-bedakan.

5. Penyerahan Obat dan Pemberian Indormasi Obat (PIO)

Sebelum menyerahkan obat ke pasien, apoteker akan memeriksa kembali obat yang akan diberikan
kepada pasien dan pada saat penyerahan apoteker akan memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
kepada pasien, contohnya :
  Waktu penggunaan obat (misalnya : penggunaan obat simvastatin yaitu pada malam hari)

  Lama penggunaan obat (misalnya : penggunaan obat zink yaitu harus digunakan selama 10
hari)

  Cara penggunaan obat (misalnya : obat antasida tablet yaitu digunakan dengan cara dikunyah)

  Dosis penggunaan obat (misalnya : dosis obat parasetamol tablet 500 mg untuk anak-anak
diberikan setengahnya atau 250 mg)
 Cara penyimpanan obat (misalnya : untuk obat-obat seperti suppositoria harus disimpan
dilemari pendingin namun harus dijelaskan kepada pasien bukan disimpan pada freezernya).

 Efek samping penggunaan obat (misalnya : pada penggunaan obat seperti furosemide pasien
akan sering buang air kecil sehingga disarankan pada pasien untuk minum obat tersebut di pagi
hari).

Anda mungkin juga menyukai