Anda di halaman 1dari 10

1.

MORFOLOGI KOTA

1.1 Definisi Morfologi


Morfologi terdiri dari dua suka kata yaitu morf yang berarti bentuk dan
logos yang berarti ilmu. Secara sederhana morfologi kota berarti ilmu yang
mempelajari produk bentuk-bentuk fisik kota secara logis. Morfologi dapat
diartikan sebagai suatu pendekatan dalam memahami bentuk logis sebuah
kota sebagai sebuah produk perubahan sosio-spatial
Secara sederhana, Markus Zahn memberi pengertian istilah morfologi
sebagai formasi sebuah objek bentuk kota dalam skala yang lebih luas, hal
ini karena morfologi biasanya digunakan untuk skala perkotaan dan
kawasan.

1.2 Ruang Lingkup Kajian Morfologi


Hadi Sabari Yunus menjelaskan bahwa ruang lingkup morfologi lebih
kepada eksistensi keruangan dari bentuk-bentuk atau karakteristik kota,
yaitu meliputi:
a. Bentuk Kompak
Bentuk kota kompak diantaranya adalah bentuk bujur sangkar (the
square cities), bentuk empat persegi panjang (the rectangular cities),
bentuk kipas (fan shaped cities), bentuk bulat (rounded cities), bentuk
pita (ribbon shaped cities), bentuk gurita atau bintang (octopus / star
shaped cities), bentuk tidak berpola (unpatterned cities).
b. Bentuk Tidak Kompak
Bentuk kota tidak kompak diantaranya adalah bentuk terpecah
(fragmented cities), bentuk berantai (chained cities), bentuk terbelah
(split cities), bentuk stellar (stellar cities).
c. Proses Perembetan
Proses perembetan diantaranya adalah perembetan konsentris,
perembetan memanjang, dan perembetan meloncat.
d. Faktor-faktor lain yang Mempengaruhi
Selain tiga faktor diatas, terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi
bentuk kota, yaitu faktor bentang alam /geografis, sosial, ekonomi,
transportasi dan regulasi

1
Sedangkan menurut Herbert, lingkup kajian morfologi kota ditekankan
pada bentuk bentuk fisikal dari lingkungan kekotaan yang dapat diamati dari
kenampakannya meliputi :
a. Sistem jalan-jalan
b. Blok-blok bangunan (hunian atau perdagangan)
c. Bangunan-bangunan individual

2. BENTUK KOTA KOMPAK


Menurut Menurut Hudson dan Yunus, terdapat 2 tipe bentukan
kota, yaitu kompak dan tidak kompak, berikut bentuk-bentuknya :
a. Bentuk bujur sangkar (the square cities)
Kota berbentuk bujur sangkar atau persgi adalah kota yang
bertumbuh di sepanjang jalur transportasi dan mempunyai kesempatan
perluasan yang seimbang ke segala arah. Kota berbentuk bujur sangkar
umumnya tidak memiliki penghambat pembangunan dari segi fisik
sehingga pertumbuhannya merata. Contoh dari kota bujur sangkar ini
adalah kota Herat di Afghanistan.

Gambar 3. Ilustrasi bentuk bujur sangkar

2
Gambar 4. Site kawasan kota Herat di Afghanistan.

b. Bentuk persegi panjang (the rectangular cities)


Seharusnya bentuk kota yang dihasilkan adalah bentuk persegi,
namun karena adanya kendala atau hambatan fisik menyebabkan bentuk
yang dihasilkan berupa persegi panjang.

Gambar 5. Ilustrasi bentuk persegi panjang.

c. Bentuk kipas (fan shaped cities)


Bentuk kipas atau fan shaped cities ini terbentuk akibat adanya
hambatan-hambatan atau constraints yang menghambat pertumbuhan
kota pada arah-arah tersebut, penghambat ini dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu kendala alami meliputi kendala-kendala fisik
(pegunungan, sungai, dan jurang) dan kendala artifisial meliputi
kendala sosial (penolakan pembangunan, delineasi area lindung, dan
permasalahan zonasi). Contoh dari kota kipas ini adalah Chandigarh di
India.

3
Gambar 6. Ilustrasi bentuk kipas.

Gambar 7. Site kawasan Chandigarh di India.

d. Bentuk bulat (rounded cities)


Kota dengan bentuk bulat ini dapat ditemukan pada masa lalu yang
pertumbuhan kotanya siatur oleh keberadaan posisi pertahanan dan
kebijakan raja yang berkuasa misalnya seperti keberadaan benteng.
Bentuk kota ini termasuk ideal karena pertumbuhannya merata ke segala
arah dengan sama. Contoh dari kota ini adalah kota Baghdad kuno yang
bentuknya dipengaruhi oleh bentuk bentengnya yang melingkar.

Gambar 8. Site kawasan Baghdad Kuno.

4
e. Bentuk pita (ribbon shaped cities)
Bentuk kota yang sangat memanjang dapat terlihat bahwa
perkembangan kota ini didominasi oleh peranan jalur transportasi.
Bentuk ini mirip dengan bentuk persegi panjang namun panjangnya
terlihat lebih dominan.

Gambar 9. Ilustrasi bentuk pita.

f. Bentuk gurita (octopus/star shaped cities)


Bentuk gurita atau bintang merupakan bentuk kota yang jalur jalur
transportasi tidak hanya satu arah, tetapi memiliki berbagai arah, oleh
karena itu ia disebut bentukan gurita/bintang.

Gambar 10. Ilustrasi bentuk gurita

g. Bentuk tidak berpola (unpatterned cities)


Kota ini merupakan kota yang berkembang secara acak tanpa
mengikuti constraints yang diberikan oleh wilayah dimana ia
berkembang. Biasanya kota ini terbentuk pada daerah khusus, dimana

5
faktor pendorong pertumbuhan kota tersebut sangat kuat dan tidak
terkait kondisi fisik wilayah.

3. BENTUK KOTA TIDAK KOMPAK

a. Bentuk terpecah (fragmented cities)


Kota dengan bentuk terpecah bertumbuh dengan perluasan areal
kota tersebar dan membentuk exclave tersendiri.
Umumnya exclave tersebut merupakan daerah pemukiman yang
awalnya bersifat desa, tetapi berkembang dan
mengalami urbanisasi sehingga menjadi bersifat perkotaan. Contoh dari
kota terpecah ini adalah Sao Paulo

Gambar 11. Ilustrasi Kota Sao Paolo

b. Bentuk berantai (chained cities)


Faktor pengontrol utama kota berantai adalah jalur transportasi dan
juga faktor fisik area tersebut. Kota ini merupakan bentuk kota yang
terpecah tetapi hanya terjadi di sepanjang rute tertentu.

Gambar 12. Ilustrasi kota-kota di pantai utara Jawa

6
Contoh dari chain city ini adalah kota-kota di pantai utara Jawa yang
mayoritasnya terbentuk karena adanya jalur Anyer-Panarukan. Karena
kuda memerlukan istirahat setelah seharian berjalan, maka dibuat
peristirahatan dan kota di sepanjang jalur tersebut.

c. Bentuk terbelah (split cities)


Bentuk kota terbelah atau split cities merupakan bentuk kompak
yang terbelah oleh perairan. Kota tersebut terdiri dari dua bagian
terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-jembatan ataupun
terowongan. Contoh dari kota terbelah adalah Istanbul dan Budapest.

Gambar 12. Ilustrasi kota Istanbul dan Budapest

d. Bentuk stellar (stellar cities)


Bentuk stellar merupakan bentuk kota yang terjadi pada kota besar
yang dikelilingi oleh kawasan-kawasan kecil di sekelilingnya, dengan
didukung oleh kemajuan transportasi dan komunikasi yang kemudian
membentuk koneksi intens antara banyak bagian-bagian kota, sehingga
memunculkan metro area (megapolitan).

Gambar 12. Ilustrasi bentuk stellar

7
4. TIPOLOGI KOTA
2.1 Definisi Tipologi
Tipologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu watak;
penggolongan menurut corak watak masing-masing.
Menurut Moneo (1978), tipologi merupakan sebuah konsep yang
menjelaskan mengenai sekumpulan objek atas dasar kesamaan sifat-sifat
dasar. Moneo juga menjelaskan, bahwa analisa tipologi dibagi menjadi 3
fase yaitu:
a) Dengan cara menggali dan menilik sejarah untuk mengetahui ide awal
dari suatu komposisi.
b) Dengan cara mengetahui dan memahami fungsi dari suatu objek.
c) Dengan cara menganalisa dan mencari bentuk sederhana dari suatu
bangunan melalui pencarian bangun dasar beserta sifat dasarnya

Maka dapat disimpulkan, bahwa tipologi adalah seuatu


pengklasifikasian suatu objek berdasarkan bentuk-bentuk dasar yang telah
ditentukan sebelumnya.

2.2 Elemen Tipologi


Menurut Carmona et.al. (2003), terdapat beberapa elemen yang
membentuk tipologi dalam perkembangan ruang, yaitu :
1. Land use (penggunaan lahan)
Penggunaan lahan sendiri merupakan proses yang berkelanjutan dalam
memanfaatkan lahan yang ada untuk fungsi-fungsi tertentu secara
optimal, efektif, serta efisien. Menurut Chapin (1972) ada beberapa tipe
pola tata guna lahan pada sebuah kota, yaitu sebagai berikut:
a) Pola jalur terpusat atau kosentris

Gambar 1. Tata Guna Lahan Pola Jalur Terpusat / Konsentris

8
b) Pola dari teori sektor

Gambar 2. Tata Guna Lahan Pola Teori Sektor

c) Pola teori pusat lipatganda (Multiple Nuclei Concept)

Gambar 3. Tata Guna Lahan Pola Teori Pusat Lipat Ganda

2. Street plan (pola jalan)


Menurut Yunus (2000), ada enam sistem tipologi jaringan jalan
yang dapat digunakan untuk mengkaji perkembangan suatu ruang,
yaitu:
a. Sistem pola jalan organis
b. Sistem pola jalan radial kosentris
c. Sistem pola jalan bersudut siku atau grid.
d. Sistem pola jalan angular
e. Sistem pola jalan aksial
f. Sistem pola jalan kurva linier

9
Gambar 4. Ilustrasi sistem tipologi jaringan jalan

3. Architectural style of building and their design (tipe-tipe bangunan)


Fungsi tipe bangunan dalam sebuah kota dikelompokkan
menjadi empat, yaitu bangunan sebagai pembangkit, bangunan sebagai
ciri penentu ruang, bangunan sebagai titik perhatian dan landmark, dan
bangunan sebagai tepian.

10

Anda mungkin juga menyukai