Disusun Oleh :
NIM : 34190305
Golongan : A2
Dosen Pengampu :
2020
I. TUJUAN
Mempelajari jenis obat, bentuk sediaan dan produsen obat saluran pencernaan
1. Leaflet obat (masing-masing praktikan membawa 5 dengan jenis dan golongan berbeda)
2. Buku ISO, MIMS dan buku materi yang memuat nama (merk) obat
3. Laptop
Peserta praktikum dibagi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 3-4 praktikan
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang spesialis obat saluran cerna. Obat yang
bekerja pada sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobiliar. Obat sistem pencernaan meliputi antitukak, antasida, antipasmodik, antiemetik,
antikolinergik, laksatif, antidiare, hepatoprotektor, dan prokinetik.
Ulcer atau tukak pada lambung dan usus penyebabnya belum sepenuhnya diketahui.
Beberapa faktor yang diduga sebagai pencetusnya adalah infeksi H. Pilory, peningkatan asam
lambung, kerentanan mukosa, dan efek samping beberapa obat. Efektivitas antasida sangat
dipengaruhi oleh waktu minum obat di mana antasida harus diminum pada saat lambung
kosong (2 jam setelah makan dan 1 jam sebelum makan), agar obat bereaksi dengan asam
yang ada di dalam lambung sehingga membuat kondisi lambung menjadi netral. Kemampuan
antasida menetralisir asam lambung disebut kapasitas penetralan. Hal yang sama dilakukan
untuk obat pelindung mukosa. Pemilihan obat untuk terapi tukak sangat tergantung pada
penyebabnya. Pilihan obat sesuai peruntukannya yaitu:
1. Penghambat sekresi asam: ranitidin, simetidin, famotidin, nizatidin, omeprazol,
2. lansoprazol, pantoprazol.
3. Anti hiperasiditas: antasida (kombinasi senyawa organik Al-hidroksida, Mg-trisilikat,
4. dan senyawa lainnya).
5. Pelindung mukosa: sukralfat, bismut subsalisilat.
6. Analog prostaglandin: misoprostol (tidak banyak dipakai karena efek samping
7. oksitosik).
Mual merupakan sensasi yang sangat tidak enak pada perut yang biasanya terjadi
sebelum keinginan untuk muntah. Muntah adalah aksi dari mengosongkan lambung secara
paksa dan merupakan suatu cara perlindungan alamiah dari tubuh. Perangsangan pada pusat
muntah (chemoreceptor triger zone/CTZ) dapat menyebabkan kontraksi lambung dan disusul
dengan pengeluaran isi lambung. Obat anti muntah umumnya bekerja menghambat
rangsangan CTZ. Antiemetik yang digunakan adalah:
1. Golongan fenotiazin: prometazin, piratiazin.
2. Antagonis reseptor H1: dimenhidrinat, meklizin, cisaprid, domperidon.
3. Antagonis reseptor serotonin: ondansetron, ganisetron, ramosetron, palonosetron.
Diare adalah buang air besar encer atau lembek lebih dari 3 kali sehari. Secara klinis
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit) dan noninfeksi (malabsorpsi, defisiensi,
keracunan, dll). Obat untuk terapi diare antara lain:
1. Pengganti cairan elektrolit: oralit.
2. Penghambat motilitas: loperamid, defenoksilat.
3. Adsorben: kaolin, pektin, norit (arang aktif).
4. Antisekretori: bismut subsalisilat.
5. Antibakteri: kotrimoksazol, eritromisin, sefalosporin, klindamisin.
Konstipasi ialah kesulitan defekasi karena feses yang mengeras, otot polos yang lumpuh,
dan gangguan refleks defekasi; sedangkan obstipasi ialah kesulitan defekasi karena obstruksi
lumen (intra atau ekstra) usus. Konstipasi dan obstipasi menunjukkan bahwa perjalanan
(passage) feses mengalami penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi. Pada
keadaan normal dalam 24 jam kolon harus dikosongkan secara teratur. Beberapa orang sehat
mengalami defekasi 2-3 kali dalam sehari.
Obat obat laksatif:
1. Pencahar perangsang: minyak jarak, fenolftalein, bisakodil.
2. Pencahar osmotik: magnesium sulfat, natrium fosfat, laktulosa
3. Pencahar pembentuk masa: metilselulosa, CMC-Na, agar-agar
4. Pencahar emolien/pelunak: parafin cair, Na-dioktil sulfosuksinat
Spasmus atau kejang pada otot polos saluran pencernaan menyebabkan nyeri karena
kontraksi yang berlebihan. Antispasmodik digunakan untuk gangguan tersebut. Obat yang
digunakan adalah ekstrak beladon, atropin sulfat, propantalin bromida, dan hiosin butil
bromida.