"Dialah Zat yang menjadikan untuk kamu apa-apa yang ada di bumi ini semuanya." (al-Baqarah: 29)
"(Allah) telah memudahkan untuk kamu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi
semuanya daripadaNya." (al-Jatsiyah: 13)
"Belum tahukah kamu, bahwa sesungguhnya Allah telah memudahkan untuk kamu apa-apa yang
ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi; dan Ia telah sempurnakan buat kamu nikmat-nikmatNya
yang nampak maupun yang tidak nampak." (Luqman: 20)
“Sesungguhnya Allah telah
menurunkan penyakit dan juga
obatnya. Allah menjadikan setiap
penyakit ada obatnya. Maka
berobatlah, namun jangan berobat
dengan yang haram.”
(H.R. Abu Dawud)
“Sesungguhnya Allah tidak
menjadikan obat bagimu
pada apa-apa yang
diharamkankan Allah atasmu.”
(HR. Bukhari dan Baihaqi).
Perhatikan Bahan Aktif Obat
Titik kritis bahan aktif obat bisa dimulai dari asal muasal bahan aktif tersebut. Contoh
bahan aktif obat yang berasal dari hewan adalah protein, asam amino, vitamin, mineral,
enzim, asam lemak dan turunannya, khondroitin, darah, serum, plasma, hormon hingga
karbon aktif.
Jika berasal dari hewan, maka hewannya harus hewan halal bukan hewan
haram. Sebab bisa saja sebagian bahan seperti protein, karbon aktif, khondroitin, asam
lemak, dan mineral yang berasal dari babi, seperti tulang, kulit, lemak hingga jeroannya. Jika
berasal dari hewan halal maka proses penyembelihannya pun harus sesuai dengan syariat
Islam. Lalu Bagaimana dengan bahan aktif yang berasal dari mikroba
Bahan obat yang berasal dari mikroba tidak aktif dapat
dimanfaatkan oleh produsen. Untuk mendapatkan bahan aktif
dari mikroba tersebut dalam tahapan proses fermentasi tersebut
diperlukan media bahan-bahan. Pada Media pembiakan inilah
yang harus dikritisi, sebab sering menggunakan bahan media
yang berasal dari protein hewan.
FATWA MEJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 4 Tahun 2003
Tentang
STANDARDISASI FATWA HALAL
Kelima : Media Pertumbuhan
1. Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal adalah halal dan mikroba
yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang najis dan haram adalah haram.
2. Produk mikrobial yang langsung dikonsumsi yang menggunakan bahan-bahan yang haram dan najis dalam
media pertumbuhannya, baik pada skala penyegaran, skala pilot plant, dan tahap produksi, hukumnya
haram.
3. Produk mikrobial yang digunakan untuk membantu proses memproduksi produk lain yang langsung
dikonsumsi dan menggunakan bahan-bahan haram dan najis dalam media pertumbuhannya, hukumnya
haram.
4. Produk konsumsi yang menggunakan produk mikrobial harus ditelusuri kehalalannya sampai pada tahap
proses penyegaran mikroba.
Bahan aktif lain yang digunakan dalam industry obat-obatan adalah bahan
Aktif yang berasal dari manusia. Seperti keratin rambut manusia untuk
Reservasi sistein. Maupun placenta manusia untuk obat-obatan, seperti obat
luka bakar dan yang lainnya.
Lantas bagaimana dengan bahan aktif yang berasal dari tumbuhan dan
Sintetik kimia. Bahan aktif ini bisa saja bersinggungan atau terkontaminasi
dengan bahan farmaseutik (penolong) yang harus dipertanyakan juga asal
usulnya. Contoh penggunaan alkohol untuk mengisolasi bahan aktif dari
tumbuhan tersebut seperti alkaloid, glikosida dan bahan lainnya. Bahan yang
berasal dari tumbuhan ini bisa juga melalui proses fermentasi yang
menghasilkan alkohol, seperti sari mengkudu dan yang lainnya.
FATWA MEJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 4 Tahun 2003
Tentang
STANDARDISASI FATWA HALAL
1. Fusel oil yang bukan berasal dari khamr adalah halal dan suci.
2. Fusel oil yang berasal dari khamr adalah haram dan najis.
3. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamr hukumnya haram.
4. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamr dan direaksikan
secara kimiawi sehingga berubah menjadi senyawa baru hukumnya halal dan suci
FATWA MEJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 4 Tahun 2003
Tentang
STANDARDISASI FATWA HALAL
1. Cuka yang berasal dari khamr baik terjadi dengan sendirinya maupun
melalui rekayasa, hukumnya halal dan suci.
2. Ragi yang dipisahkan dari proses pembuatan khamr setelah dicuci
sehingga hilang rasa, bau dan warna khamr-nya, hukumnya halal dan suci.
Bahan farmaseutik terdiri
dari 28 macam bahan:
• Bahan Pengasam • Bahan pengeras
• Bahan pembasah • Bahan pemanis
• Bahan penjerap • Bahan pensuspensi
• Bahan aerosol • Bahan penghancur tablet
• Bahan pengawet • Bahan pengisi tablet
• Antioksidan • Bahan penyalut
• Bahan pendapar • Bahan pelincir tablet
• Bahan Pengkhelat • Bahan perekat tablet
• Bahan pengemulsi • Bahan pelumas
• Bahan pewarna • Bahan pengkilap
• Bahan perisa • Bahan pengisotonis larutan
• Bahan pelembab • Pelarut / pembawa
• Bahan pelembut • Bahan enkapsulasi
• Bahan dasar salep • Pengganti udara
Dari ke 28 jenis bahan farmaseutik tersebut
terdapat beberapa bahan yang memiliki titik kritis
kehalalan. Yakni bahan pengemulsi, bahan
pewarna, bahan perisa, bahan pengisi tablet,
bahan pengkilap, bahan pemanis, bahan pelarut
dan bahan enkapsulasi.