Anda di halaman 1dari 19

MENGENAL BAHAN-BAHAN

OBAT YANG DIHARAMKAN


DALAM SYARIAT ISLAM
Disusun Oleh :
Astri Meliasari 34190283
Nurmalia 34190298
Yully Tri Astuti 34190314
Asal tiap – tiap sasuatu adalah Mubah
DASAR pertama yang ditetapkan Islam, ialah: bahwa asal sesuatu
yang dicipta Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun yang
haram, kecuali karena ada nas yang sah dan tegas dari syari' (yang
berwenang membuat hukum itu sendiri, yaitu Allah dan Rasul) yang
mengharamkannya. Kalau tidak ada nas yang sah --misalnya karena
ada sebagian Hadis lemah-- atau tidak ada nas yang tegas (shahih)
yang menunjukkan haram, maka hal tersebut tetap sebagaimana
asalnya, yaitu mubah.
Ulama-ulama Islam mendasarkan ketetapannya, bahwa segala sesuatu asalnya mubah, seperti
tersebut di atas, dengan dalil ayat-ayat al-Quran yang antara lain:

"Dialah Zat yang menjadikan untuk kamu apa-apa yang ada di bumi ini semuanya." (al-Baqarah: 29)

"(Allah) telah memudahkan untuk kamu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi
semuanya daripadaNya." (al-Jatsiyah: 13)

"Belum tahukah kamu, bahwa sesungguhnya Allah telah memudahkan untuk kamu apa-apa yang
ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi; dan Ia telah sempurnakan buat kamu nikmat-nikmatNya
yang nampak maupun yang tidak nampak." (Luqman: 20)
“Sesungguhnya Allah telah
menurunkan penyakit dan juga
obatnya. Allah menjadikan setiap
penyakit ada obatnya. Maka
berobatlah, namun jangan berobat
dengan yang haram.”
(H.R. Abu Dawud)
“Sesungguhnya Allah tidak
menjadikan obat bagimu
pada apa-apa yang
diharamkankan Allah atasmu.” 
(HR. Bukhari dan Baihaqi).
Perhatikan Bahan Aktif Obat
Titik kritis bahan aktif obat bisa dimulai dari asal muasal bahan aktif tersebut. Contoh
bahan aktif obat yang berasal dari hewan adalah protein, asam amino, vitamin, mineral,
enzim, asam lemak dan turunannya, khondroitin, darah, serum, plasma, hormon hingga
karbon aktif. 
Jika berasal dari hewan, maka hewannya harus hewan halal bukan hewan
haram. Sebab bisa saja sebagian bahan seperti protein, karbon aktif, khondroitin, asam
lemak, dan mineral yang berasal dari babi, seperti tulang, kulit, lemak hingga jeroannya. Jika
berasal dari hewan halal maka proses penyembelihannya pun harus sesuai dengan syariat
Islam. Lalu Bagaimana dengan bahan aktif yang berasal dari mikroba
Bahan obat yang berasal dari mikroba tidak aktif dapat
dimanfaatkan oleh produsen. Untuk mendapatkan bahan aktif
dari mikroba tersebut dalam tahapan proses fermentasi tersebut
diperlukan media bahan-bahan. Pada Media pembiakan inilah
yang harus dikritisi, sebab sering menggunakan bahan media
yang berasal dari protein hewan.
FATWA MEJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 4 Tahun 2003
Tentang
STANDARDISASI FATWA HALAL
Kelima : Media Pertumbuhan
1. Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal adalah halal dan mikroba
yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang najis dan haram adalah haram.
2. Produk mikrobial yang langsung dikonsumsi yang menggunakan bahan-bahan yang haram dan najis dalam
media pertumbuhannya, baik pada skala penyegaran, skala pilot plant, dan tahap produksi, hukumnya
haram.
3. Produk mikrobial yang digunakan untuk membantu proses memproduksi produk lain yang langsung
dikonsumsi dan menggunakan bahan-bahan haram dan najis dalam media pertumbuhannya, hukumnya
haram.
4. Produk konsumsi yang menggunakan produk mikrobial harus ditelusuri kehalalannya sampai pada tahap
proses penyegaran mikroba.
Bahan aktif lain yang digunakan dalam industry obat-obatan adalah bahan
Aktif yang berasal dari manusia. Seperti keratin rambut manusia untuk
Reservasi sistein. Maupun placenta manusia untuk obat-obatan, seperti obat
luka bakar dan yang lainnya.
Lantas bagaimana dengan bahan aktif yang berasal dari tumbuhan dan
Sintetik kimia. Bahan aktif ini bisa saja bersinggungan atau terkontaminasi
dengan bahan farmaseutik (penolong) yang harus dipertanyakan juga asal
usulnya. Contoh penggunaan alkohol untuk mengisolasi bahan aktif dari
tumbuhan tersebut seperti alkaloid, glikosida dan bahan lainnya. Bahan yang
berasal dari tumbuhan ini bisa juga melalui proses fermentasi yang
menghasilkan alkohol, seperti sari mengkudu dan yang lainnya. 
FATWA MEJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 4 Tahun 2003
Tentang
STANDARDISASI FATWA HALAL

Kedua : Ethanol, Fusel oil, Ragi, dan Cuka


1. Ethanol yang merupakan senyawa murni yang bukan berasal dari industri khamr adalah suci.
2. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang bukan berasal dari industri khamr untuk
proses produksi industri pangan hukumnya:

a. Mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak terdeteksi.

b. Haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih terdeteksi.


3. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang berasal dari industri khamr untuk proses
produksi industri hukumnya haram.
FATWA MEJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 4 Tahun 2003
Tentang
STANDARDISASI FATWA HALAL

1. Fusel oil yang bukan berasal dari khamr adalah halal dan suci.
2. Fusel oil yang berasal dari khamr adalah haram dan najis.
3. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamr hukumnya haram.
4. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamr dan direaksikan
secara kimiawi sehingga berubah menjadi senyawa baru hukumnya halal dan suci
FATWA MEJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 4 Tahun 2003
Tentang
STANDARDISASI FATWA HALAL

1. Cuka yang berasal dari khamr baik terjadi dengan sendirinya maupun
melalui rekayasa, hukumnya halal dan suci.
2. Ragi yang dipisahkan dari proses pembuatan khamr setelah dicuci
sehingga hilang rasa, bau dan warna khamr-nya, hukumnya halal dan suci.
Bahan farmaseutik terdiri
dari 28 macam bahan:  
• Bahan Pengasam • Bahan pengeras
• Bahan pembasah • Bahan pemanis
• Bahan penjerap • Bahan pensuspensi
• Bahan aerosol • Bahan penghancur tablet
• Bahan pengawet • Bahan pengisi tablet
• Antioksidan • Bahan penyalut
• Bahan pendapar • Bahan pelincir tablet
• Bahan Pengkhelat • Bahan perekat tablet
• Bahan pengemulsi • Bahan pelumas
• Bahan pewarna • Bahan pengkilap
• Bahan perisa • Bahan pengisotonis larutan
• Bahan pelembab • Pelarut / pembawa
• Bahan pelembut • Bahan enkapsulasi
• Bahan dasar salep • Pengganti udara
Dari ke 28 jenis bahan farmaseutik tersebut
terdapat beberapa bahan yang memiliki titik kritis
kehalalan. Yakni bahan pengemulsi, bahan
pewarna, bahan perisa, bahan pengisi tablet,
bahan pengkilap, bahan pemanis, bahan pelarut
dan bahan enkapsulasi. 

Bahan tersebut memiliki titik kritis


kehalalannya sebab bisa saja berasal dari bahan
haram dan najis seperti babi, alkohol, organ
manusia maupun bahan hewani lain yang tidak
jelas asal-usul atau proses penyembelihannya
Selain yang berlaku di atas, kita juga harus mengkritisi kehalalan obat dalam bentuk
sediannya obatnya. Contohnya adalah obat berbentuk tablet. Bahan yang mesti diwaspadai
dalam proses pembuatan obat berbentuk tablet sering digunakan bahan magnesium stearat,
monogliserida yang berasal dari turunan lema. Demikian juga dengan obat berbentuk serbuk
dan kaplet, penggunaan laktosa dalam proses produksi obat adalah yang diperhatikan,
dimana enzim dapat saja berperan dalam pembuatan laktosa ini. Termasuk juga penggunaan
bahan pewarna. 
Cangkang kapsul pun harus diperhatikan, karena sebagian besar bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan kapsul untuk mempergunakan gelatin. Seperti
diketahui, bahwa gelatin bisa berasal dari tulang maupun kulit hewan, seperti babi, sapi, atau
ikan. 
 
Obat berbentuk cair atau cair juga harus diperhatikan. 
Penggunaan etanol atau alkohol dan perisa (perasa) yang digunakan.
Sebab bisa saja rasa tersebut terbuat dari bahan penyusun dan pelarut
yang tidak jelas kehalalannya. 
 
Obat bentuk pil dan injeksi (suntik) juga sama, bahan penyusun obat
seperti gliserin yang bisa saja berasal dari turunan lemak juga harus
diperhatikan. Termasuk juga penggunaan bahan gelatin yang banyak
digunakan. Demikian pula penggunaan protein darah manusia dalam obat
injeksi. Etanol dan gliserin pun dapat digunakan dalam obat-berbentuk
suntik tersebut. Contoh lain adalah Insulin yang bisa berasal dari
pankreas babi, atau lovenox (obat injeksi anti penggumpalan darah) yang
juga bisa berasal dari babi.
kita mesti cermat dalam memilih obat-obatan. Sebab bukan hanya ingin
mendapatkan kesembuhan semata, namun juga ridha dari Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Bertanya dan mencari tahu bisa menjadi salah
satu cara untuk menghindari kita dari obat-obatan yang tidak jelas
kehalalannya. 
Refrensi:
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi . 1993. Halal dan Haram dalam Islam. PT. Bina
Ilmu.
LPPOM MUI. 2012. Bahan Haram Dalam Obat.
http://www.halalmui.org/mui14/main/detail/bahan-haram-dalam-obat
Jazakumullahu
khayron

Anda mungkin juga menyukai