Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andri Irawan Mata Kuliah : Sistem manufaktur

Kelas : Teknik Industri B Sifat : UAS


Npm : 41155010180007

Dari uraian artikel menurut soal dapat dijelaskan bahwa Toyota Production System yang
diterapkan di Toyota dan Adapun penjelasannya :
Pengertian Sistem Produksi Toyota (Toyota Production System) – Toyota merupakan
sebuah merek otomotif terkenal di dunia dengan produk-produk otomotif yang berkualitas
tinggi. Dalam melakukan produksinya, Toyota menggunakan sistem produksi yang dikenal
dengan sebutan Sistem Produksi Toyota atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Toyota
Production System yang disingkat dengan TPS. Sistem produksi yang dikembangkan oleh
Taiichi Ohno dan Eiji Toyoda dari Toyota Motor Corporation ini bertujuan untuk
memberikan kualitas terbaik, biaya terendah dan jangka waktu (lead time) produksi terpendek
melalui penghapusan pemborosan-pemborosan atau waste yang terjadi pada saat produksi.
Saat ini banyak perusahaan manufakturing yang mempelajari dan menerapkan sistem
produksi Toyota ini dalam menjalankan produksi dan operasional perusahaannya. Konsep
Lean Manufacturing pada dasarnya merupakan bagian dari Sistem Produksi Toyota ini.
Sistem Produksi Toyota pada dasarnya terdiri dari dua pilar utama yaitu “Just In Time
(JIT)” dan “Jidoka” yang didukung oleh Kaizen, Standarisasi kerja, Heijunka, PDCA, 5S,
Total Productive Maintenance (TPM) dan metode-metode ilmiah lainnya sebagai pondasi
yang biasanya digambarkan dengan bentuk “Rumah” seperti pada gambar dibawah ini.
Sistem Produksi Toyota merupakan cara untuk mengurangi Takt Time, mengurangi
cacat dan biaya, meningkatkan kepuasan pelanggan, kepatuhan terhadap jadwal pengiriman
dan meningkatkan nilai dari produk yang dihasilkannya. Menurut Sistem Produksi Toyota,
ada tiga ketidakefisiensian yang harus dihindari atau setidaknya dikurangi agar dapat
mencapai tujuan-tujuan yang disebutkan diatas. Tiga ketidakefisiensian yang dimaksud
tersebut diantaranya adalah Muda, Mura dan Muri atau kadang-kadang disingkat dengan 3M.

3M dalam Sistem Produksi Toyota (TPS)


1. Muda – Muda adalah Kegiatan atau proses yang tidak memberikan nilai tambah (no
value add) atau biasanya dalam bahasa Indonesia disebut dengan pemborosan.
Menurut Taiichi Ohno, ada 7 Pemborosan atau 7 Muda yang harus dihindari dalam
produksi. Ketujuh pemborosan dan muda tersebut diantaranya adalah Waste of
Overproduction, Waste of Inventory, Waste of Defects, Waste of Transportation,
Waste of Motion, Waste of Waiting, Waste of Overprocessing.
2. Mura – Mura adalah ketidakmerataan atau ketidakkonsistenan yang dapat
menyebabkan Muda atau pemborosan. Contoh Mura seperti fluktuasi permintaan
pelanggan yang naik turun, ketidakseimbangan proses sehingga ada proses yang cepat
dan ada proses tertentu yang sangat lambat ataupun siklus waktu pembuatan produk
yang berbeda-beda.
3. Muri – Yang dimaksud Muri adalah beban yang berlebihan atau beban yang
melampau batas kemampuan sumber daya (tenaga kerja, mesin, proses). Muri
merupakan salah satu penyebab terjadinya Mura. Terjadinya Muri dapat dikarenakan
oleh penggunakan alat atau mesin yang salah, kekurangan pelatihan pada tenaga kerja
ataupun ketidakjelasan prosedur kerja yang harus dilaksanakan oleh tenaga kerja.
Dua Pilar Utama Sistem Produksi Toyota (TPS)
Untuk mengurangi 3M (Muda, Mura dan Muri), ada dua metode yang dapat dilakukan. Dua
metode tersebut merupakan dua pilar Sistem Produksi Toyota yang disebutkan sebelumnya,
yaitu JIT dan Jidoka.
1. Just In Time Manufacturing
Just In Time atau JIT adalah sebuah konsep dimana seluruh proses produksi baru akan
dimulai hanya ketika pelanggan memesannya dan memenuhi kebutuhan pelanggan pada
waktu yang tepat sesuai dengan jumlah yang dikehendaki oleh pelanggan. Semua sumber
daya yang diperlukan oleh proses produksi disiapkan tepat pada waktu saat dibutuhkan
saja. Konsep Just In Time ini bertujuan untuk mengurangi 3 dari 7 pemborosan/Muda
yang disebut sebagai sumber ketidakefisiensian oleh sistem produksi Toyota ini. Ketiga
Pemborosan yang dapat dihindari apabila menerapkan sistem produksi Just-In-Time
Manufacturing ini adalah Waste of Overproduction, Waste of Inventory, Waste of
Waiting.

2. Jidoka (Autonomation)
Jidoka merupakan bahasa Jepang yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia adalah Otomasi (bahasa Inggris : Automation). Namun penerjemahan yang
sering digunakan adalah “Autonomation” yang artinya adalah “Automation with Human
Touch” atau “Otomasi dengan Sentuhan Manusia”. Jadi pada dasarnyan yang dimaksud
dengan Jidoka atau Autonomation ini adalah penggunaan mesin untuk mendeteksi
kesalahan atau kerusakan dan menghentikan proses produksi secara otomatis apabila
terjadi kesalahan atau kesalahan tersebut. Dengan demikian, kualitas produk yang
dihasilkan oleh produksi dapat dijaga dengan baik serta bebas dari segala kecacatan.

Kemudian Ada beberapa Perusahaan yang sudah menerapkan Just in time (JIT) diantaranya :
Dell computer, Harley Davidson, dan PT Tri Dharma Wisesa

Studi Kasus PT Tri Dharma Wisesa


PT. Tri Dharma Wisesa merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memasok brake
system untuk pelanggan-pelanggan seperti Yamaha, Toyota, Daihatsu, baik di dalam maupun luar
negeri. Salah satu lini produksi yang ada adalah lini produksi disc brake untuk konsumen tunggal
yaitu Yamaha. Pada sistem sekarang, lini ini masih menggunakan push system dan menghadapi
masalah-masalah seperti volume kegiatan Departemen Production Planning & Control yang besar,
ketidakcocokan rencana dan produksi aktual, kurang adaptif terhadap perubahan permintaan,
mekanisme informasi yang kurang baik, dan inventori yang menumpuk. Tindakan yang diusulkan
untuk menjawab permasalahan tersebut adalah merancang sistem produksi JIT (Just In Time) untuk
menggantikan sistem produksi sekarang.

Perancangan yang dilakukan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu (1) perhitungan alokasi MPS
(Master Production Schedule) ke tiap stasiun kerja yang ada di bagian-bagian produksi, (2)
perhitungan jumlah kanban di bagianbagian produksi, (3) penerapan kanban supplier, dan (4)
penjadwalan produksi dengan mixed scheduling. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana
Algoritma Distribusi Beban Kerja untuk stasiun-stasiun kerja, rencana produksi di tiap stasiun kerja
yang ada, jumlah kanban di bagian produksi dan kanban supplier, model rancangan sistem produksi
JIT beserta aliran material dan informasi, dan algoritma perencanaan sistem produksi JIT. Dalam
alokasi MPS ke stasiun kerja tidak digunakan proporsi historis, melainkan dilakukan perhitungan
dengan Algoritma Distribusi Beban Kerja yang diusulkan agar tiap stasiun kerja menerima beban
kerja yang lebih berimbang. Kanban digunakan sebagai alat yang sah untuk melakukan penarikan
ataupun produksi suatu produk.

Kanban supplier diterapkan untuk semua komponen penyusun disc brake tiap tipe dan raw
material dari supplier. Penjadwalan dilakukan dengan mixed scheduling agar dapat lebih adaptif
terhadap fluktuasi permintaan. Dari hasil penelitian tersebut, sistem perancangan baru (berdasarkan
JIT) layak diterapkan karena penggunaan biaya dan kuantitas persediaan yang lebih kecil
dibandingkan dengan sistem yang sekarang dipakai perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai