Anda di halaman 1dari 39

BAB II

EVALUASI TERHADAP
KANTOR WALIKOTA DENPASAR

Pada bab ini akan dibahas tentang evaluasi terhadap kantor Walikota
Denpasar. Beberapa hal yang akan dibahas pada bab ini yaitu : pengertian
terhadap gedung Negara, Balai Kota, teori perancangan dan persyaratan gedung
Negara, studi banding hingga membuat spesifikasi umum dari Balai Kota yang
dipakai sebagai acuan dalam evaluasi kantor Walikota Denpasar.
2.1 Bangunan Gedung Negara
Pada sub bab ini akan dibahas tentang bangunan gedung negara, mulai
dari pengertian, asas pembangunan, klasifikasi, hingga standar luas bangunan
gedung Negara.
2.1.1 Pengertian Bangunan Gedung Negara
Bangunan gedung merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat dan kedudukannya, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatan, baik hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 6


Bangunan gedung negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas
yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari APBN, atau perolehan lainnya yang sah, antara
lain seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, rumah
Negara, dan lain-lain. (Himpunan Peraturan tentang Pengelolaan Gedung dan
Rumah Negara, 2012)
1.1.2. Asas Pembangunan Gedung Negara
Pelaksanaan pembangunan bangunan gedung Negara berdasarkan azas dan
prinsip: (Himpunan Peraturan tentang Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara,
2012)
1. Kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan serta keserasian/keselarasan
bangunan gedung dengan lingkungannya.
2. Hemat, tidak berlebihan, efektif dan efesien, serta sesuai dengan kebutuhan
dan ketentuan teknis yang disyaratkan.
3. Terarah dan terkendali sesuai rencana, program/satuan kerja, serta fungsi
setiap kementrian/lembaga/instansi, pemilik/pengguna gedung Negara.
4. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan/potensi nasional.
1.1.3. Klasifiasi Bangunan Gedung Negara Berdasarkan Tingkat
Kompleksitas
Berdasarkan himpunan peraturan pengelolaan gedung dan rumah negara,
klasifikasi bangunan gedung negara dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Bangunan Sederhana
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung Negara dengan
karakter sederhana serta memliki kompleksitas dan teknologi sederhana. Masa
penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama sepuluh tahun. Yang
termasuk klasifikasi bangunan sederhana, antara lain:
• Gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung
kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai 500 m2.
• Gedung pelayanan kesehatan:puskesmas
• Gedung pendidikan tingkat dasar atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d.
dua lantai.

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 7


2. Bangunan Tidak Sederhana
Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung Negara dengan
karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas atau teknologi tidak
sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selam paling
singkat sepuluh tahun.
Yang termasuk klasifikasi bangunan tidak sederhana, antara lain :
• Gedung kantor yang belum ada prototipenya, atau gedung kantor dengan
luas diatas 500 m2, atau gedung kantor bertingkat lebih dari dua lantai.
• Gedung Rumah Sakit.
• Gedung pendidikan tinggi universitas/akademis, atau gedung pendidikan
dasar/lanjutan bertingkat lebih dari dua lantai.
3. Bangunan Khusus
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung Negara yang memiliki
penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Masa
penjaminan kegagalan bangunannya paling singkat sepuluh tahun.
Yang termasuk klasifikasi bangunan khusus, antara lain:
• Istana Negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden
• Wisma Negara
• Gedung instalasi nuklir
• Gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan dan
persyaratan khusus
• Gedung laboratorium
• Gedung terminal udara/laut/darat
• Stasiun kereta api
• Stadion olahraga
• Rumah tahanan
• Gudang benda berbahaya
• Gedung bersifat monumental
• Gedung perwakilan Negara R.I. di luar negeri

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 8


1.1.4. Standar Luas Bangunan Gedung Negara (Gedung Kantor)
Luas bangunan gedung kantor yang diperlukan dapat dihitung berdasarkan
ketentuan berikut : (Himpunan Peraturan tentang Pengelolaan Gedung dan Rumah
Negara, 2012)
1. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi
sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per personil.
2. Standar klasifikasi gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per-personil.
3. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau
ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung secara tersendiri diluar
kebutuhan ruang untuk seluruh personil yang akan ditampung.
Standar luas ruang kantor menurut jabatannya dapat dilihat pada table berikut :

Table 2.1. Standar Luas Ruang Gedung Kantor Pemerintahanan

JABATAN Luas Ruang (m2)


KET
R.
RUANG RUANG RUANG RAPAT RUANG RUANG RUANG RUANG RUANG JUMLAH
KERJA TAMU RAPAT UTAMA SEKRE TUNGGU SIMPAN ISTIRAHAT TOILET
406 Standar luas
1. Menteri 28 40 40 140 58 60 14 20 6
ruang
2. Eselon I A 16 14 20 90 20 18 5 10 4 197 tersebut
3. Eselon I B 16 14 20 0 10 9 5 5 3 82 merupakan
acuan dasar
4. Eselon II A 14 12 14 0 10 12 3 5 3 73 yang dapat
5. Eselon II B 14 12 10 0 5 6 3 5 3 58 disesuaikan
berdasarkan
6. Eselon III A 12 6 0 0 3 0 3 0 0 24
fungsi/sifat
7. Eselon III B 12 6 0 0 0 0 3 0 0 21 tiap
8. Eselon IV 8 0 0 0 0 0 2 0 0 10 eselon/jabat
an
9. Eselon V 4 0 0 0 0 0 2 0 0 6
10. Staf 2.2 0 0 0 0 0 0 0 0 2.2

Sumber : Himpunan Peraturan tentang Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2006 tentang standar sarana
dan prasarana kerja Pemerintahan Daerah, diatur kebutuhan dan luas ruang
maksimal bagi pejabat pemerintahan, yaitu :
a. Ruangan kantor Bupati/Walikota terdiri atas beberapa ruang dengan ukuran
maksimal :
2
1. Ruang Kerja 40 m

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 9


2
2. Ruang Tamu 30 m
2
3. Ruang Rapat 40 m
2
4. Ruang Rapat Utama 80 m
2
5. Ruang Tunggu 15 m
2
6. Ruang Staf/Adc 20 m
2
7. Ruang Istirahat 15 m
2
8. Ruang Kamar Mandi/Toilet 7,5 m
b. Ruangan kantor Wakil Bupati/Wakil Walikota terdiri atas beberapa ruang
dengan ukuran maksimal :
2
1. Ruang Kerja 30 m
2
2. Ruang Tamu 25 m
2
3. Ruang Rapat 36 m
2
4. Ruang Tunggu 15 m
2
5. Ruang Staf/Adc 15 m
2
6. Ruang Istirahat 13 m
7. Ruang Kamar Mandi/Toilet 6 m2
c. Ruangan kantor Sekda Kabupaten/Kota terdiri atas beberapa ruang dengan
ukuran maksimal :
1. Ruang Kerja 30 m2
2. Ruang Tamu 15 m2
3. Ruang Rapat 35 m2
4. Ruang Tunggu 10 m2
5. Ruang Staf/adc 9 m2
6. Ruang Istirahat 6 m2
7. Ruang Kamar Mandi/Toilet 4 m2
d. Ruangan kantor Pejabat Eselon II terdiri atas beberapa ruang dengan ukuran
maksimal :
1. Ruang Kerja 25 m2
2. Ruang Rapat 30 m2
3. Ruang Tamu 12 m2

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 10


4. Ruang Toilet 4 m2
e. Ruangan kantor Pejabat Eselon III terdiri atas beberapa ruang dengan ukuran
maksimal :
1. Ruang Kerja 12 m2
2. Ruang Rapat 12 m2
3. Ruang Tamu 10 m2
f. Ruangan kantor Pejabat Eselon III terdiri atas beberapa ruang dengan ukuran
maksimal :
1. Ruang Kerja 9 m2
2. Ruang Tamu 10 m2

2.2. Balai kota


Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian balai kota dan
persyaratan teknis pembangunan balai kota.
2.2.1. Pengertian Balai Kota
Balai kota merupakan bangunan administratif utama bagi pemerintahan
kota dan biasanya memuat dewan kota, departemen terkait dan para
pegawainya. Di sinilah, walikota menjalankan fungsinya dalam menjalankan
dan mengatur pemerintahan di wilayah madya. Balai kota juga merupakan salah
satu ikon atau salah satu bangunan yang mampu menampilkan karakter suatu
wilayah ke dalam bangunan
2.2.2. Pemerintah Daerah
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia (UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah pasal 1 ayat 2)
Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah
dikemukakan diatas, maka yang dimaksud pemerintahan daerah disini adalah
penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 11


desentralisasi dimana unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur,
Bupati atau Walikota dan perangkat daerah.
2.2.3. Walikota
Wali kota adalah Kepala Daerah untuk daerah Kota. Seorang Wali Kota
sejajar dengan Bupati, yakni Kepala Daerah untuk daerah Kabupaten. Pada
dasarnya, Wali Kota memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan
daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD Kota. Wali kota
dipilih dalam satu paket pasangan dengan Wakil Wali Kota melalui Pilkada. Wali
kota merupakan jabatan politis, dan bukan Pegawai Negeri Sipil
2.2.4. Persyaratan Teknis Pembangunan Balai Kota
Berdasarkan tingkat kompleksitas, balai kota termasuk Bangunan
Gedung Negara tidak sederhana. Dalam Himpunan Peraturan dan Pengelolaan
Gedung dan Rumah Negara terdapat beberapa persyaratan teknis pembangunan
Gedung Negara yang akan dijelaskan sebagai berikut: (Himpunan Peraturan
tentang Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, 2012)
1. Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan
Persyaratan tata bangunan dan lingkungan merupakan ketentuan-
ketentuan yang harus dipenuhi dalam pembangunan gedung Negara dari
segi tata bangunan dan lingkungannya, meliputi persyaratan peruntukan dan
intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan
pengendalian dampak terhadap lingkungan sesaui peraturan disetiap daerah
yang diatur dalam RTRW dan RTHK.
a. Peruntukan Lokasi
Setiap pembangunan gedung Negara harus sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam RTRW atau RTBL kota/kabupaten yang bersangkutan.
b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Ketentuan koefisien dasar bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung utuk lokasi yang
bersangkutan.
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 12


Ketentuan koefisien lantai bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung utuk lokasi yang
bersangkutan.
d. Ketinggian Bangunan
Ketinggian maksimum bangunan gedung Negara adalah 8 lantai, sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku di daerah.
e. Ketinggian Langit-langit
Ketinggian langit-langit minimum gedung kantor adalah 2,80 m dihitung
dari permukaan lantai. Untuk ruang yang memiliki ketnggian khusus seperti
ruang pertemuan ketinggian langit-langit mengikuti Standar Nasional
Indonesia yang dipersyaratkan.
f. Jarak antar Massa Bangunan
Jarak antar massa bangunan mempertimbangkan hal-hal berikut :
• Keselamatan terhadap bahaya kebakaran
• Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan
• Kenyamanan
• Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan
g. Koefisien Daerah Hijau
Perbandingan antara luas area hijau dengan luas bangunan gedung Negara,
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang
bangunan gedung, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan
• Daerah resapan air
• Ruang terbuka hijau kabupaten/kota
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40% harus
mempunyai KDH 15%.
h. Garis Sempadan Bangunan
Ketentuan garis sempadan harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam
RTBL, peraturan daerah tentang bangunan gedung, atau peraturan garis
sempadan pada lokasi yang bersangkutan.
i. Wujud Arsitektur
Wujud arsitektur bangunan gedung Negara harus memenuhi kriteria berikut:
• Mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung Negara

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 13


• Seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya
• Indah namun tidak berlebihan
• Efisien dalam penggunaan sumber daya baik dalam pemanfaatan
maupun pemeliharaannya
• Mempertimbangkan nilai social budaya setempat dalam menerapkan
perkembangan arsitektur dan rekayasa
• Mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari segi sejarah
maupun langgam arsitekturnya.
j. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Bangunan
Bangunan gedung Negara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana
banguanan yang memadai. Sarana dan prasarana yang harus ada adalah :
• Sarana parkir kendaraan
• Sarana untuk penyandang cacat/difabel dan lansia
• Sarana penyediaan air minum
• Sarana drainase, limbah, dan sampah
• Saran ruang terbuka hijau
• Sarana system pencegah dan penanggulangan bahaya kebakaran
• Sarana pencahayaan halaman
• Sarana jalan masuk dan keluar
• Penyediaan fasilitas ruang ibadah, ruang ganti, ruang ibu/bayi, toilet, dan
fasilitas informasi dan komunikasi.
2. Persyaratan Bahan Bangunan
Bahan bangunan untuk bangunan gedung Negara harus mengikuti
Standar Nasional Indonesia (SNI), diupayakan menggunakan bahan-bahan
material produksi lokal atau dalam negeri. Spesifikasi material bangunan
bangunan gedung Negara meliputi ketentuan-ketentuan :
a. Bahan penutup lantai
Bahan penutup lantai menggunakan teraso, keramik, papan kayu, vinyl,
marmer, homogenius tile, dan karpet yang disesuaikan dengan fungsi
ruang.
Adukan atau perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis
dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan.

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 14


b. Bahan dinding
Bahan dinding terdii atas bahan untuk dinding pengisi dan dinding partisi,
dengan ketentuan sebagai berikut.
• Bahan dinding pengisi : batu bata, bata ringan, bata tela, batako, papan
kayu, kaca dengan rangka kayu/aluminium, panel aluminium.
• Bahan dinding partisi : papan kayu, kayu lapis, kaca, calsium board,
particle board, atau gypsum board, dengan rangka kayu kelas kuat II
atau rangka lainnya, yang discat tembok atau bahan finishing lainnya
sesuai dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunan.
c. Bahan langit-langit
Bahan penutup langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan penutup
langit-langit:
• Bahan kerangka langit-langit menggunakan bahan yang memenuhi
standar teknis.
• Bahan penutup langit-langit menggunakan kayu lapis, aluminium,
akustik, gypsum, atau sejenis disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi
bangunannya.
• Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis
dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan.
d. Bahan penutup atap
• Bahan penutup atap bangunan gedung Negara harus memenuhi
ketentuan yang diatur dalam SNI yang belaku tentang bahan penutup
atap, baik berupa atap beton, genteng, metal, fabricement, calsium
board, sirap, seng, aluminum, maupun asbes. Untuk penutup atap dari
beton harus dilapisi dengan lapisan anti air.
• Bahan kerangka penutup atap menggunakan bahan yang memenuhi
SNI. Untuk penutup rangka genteng digunakan rangka kayu kelas kuat
II dengan ukuran :
2/3 cm untuk reng atau 3/4 cm untuk reng genteng beto
4/6 cm atau 5/7 cm untuk kaso dengan jarak antar kaso disesuaikan
ukuran penampang kaso.
• Bahan kerangka penutup non kayu :

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 15


Goding baja profil C, dengan ukuran minimal 125 x 50 x 20 x 3,2
Kuda-kuda baja profil WF, dengan ukuran minimal 250 x 150 x 8 x 7
Baja ringan (light steel)
Beton plat tebal minimum 12 cm
e. Bahan kusen dan daun pintu/jendela
Bahan kusen dan daun pintu jendela mengikuti ketenuan berikut :
• Digunakan kayu kelas kuat II dengen ukuran minimum 5,5 cm x 11 cm
dan dicat kayu atau dipelitur.
• Rangka daun pintuuntuk pintu yang dilapis kayu digunakan kayu kelas
kuat II dengan ukuran minimu 3,5 cm x 10 cm, khusus untuk ambang
bawah minimum 3,5 cm x 20 cm. daun pintu dilapis dengan kayu lapis
yang dicat atau dipelitur.
• Daun pintu panil kayu menggunakan kayu kelas kuat/awet II, dcat
atau dipelitur.
• Daun jendela kayu menggunakan kayu kelas kuat/awet II, dengan
ukuran rangka minimum 3,5 cm x 8 cm, dict atau dipelitur.
• Rangka pintu/jendela menggunakan bahan aluminium, ukurannya
disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasinya.
• Kusen baja profil E, dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3,2 dan
pintu baja BJLS 100 diisi glas woll untuk pintu kebakaran.
3. Persyaratan Struktur Bangunan
Struktur bangunan gedung Negara harus memenuhi persyaratan
keamanan dan kelayanan serta memenuhi SNI kontruksi bangunan gedung..
spesifikasi teknis struktur bangunan gedung Negara meliputi ketentuan-
ketentuan berikut:
a. Struktur pondasi
• Struktur pondasi harus diperhitungkan mampu menjamin kinerja
bangunan sesuai dengan fungsinya dan dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap beban sendiri, beban hidup, dan gaya-gaya luar.
• Pondasi bangunan gedung Negara disesuaikan dengan kondisi
tanah/lahan, beban yang dipikul, dan klasifikasi bangunannya.

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 16


• Untuk pondasi bangunan bertingkat lebih dari 3 lantai atau pada lokasi
dengan kondisi khusus maka perhitungan pondasi harus didukung
dengan penyelidikan kondisi tanah/lahan secara teliti.
b. Struktur lantai
• Struktur lantai kayu
Jika menggunakan lantai papan setebal 2 cm, maka jarak antara balok-
balok anak tidak boleh lebih dari 60 cm, ukuran balok minimum 6/12
cm. Bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang
digunakan harus sesuai SNI.
• Struktur lantai beton
Lantai beton yang diletakkan langsung diatas tanah harus diberi
lapisan pasir dibawahnya dengan tebal menimal 5 cm, dan lantai kerja
dari beton tumbuk sebesr 5 cm. Bahan-bahan dan tegangan serta
lendutan maksimum yang digunakan harus sesuai SNI.
c. Struktur kolom
• Struktur kolom kayu
Dimensi kolom bebas diambil minimum 20 cm x 20 cm, mutu bahan
dan kekuatan yang digunakan sesuai ketentuan SNI yang
dipersyaratkan.
• Struktur kolom praktis dan balok pasangan bata
Besi tulangan praktis minimum 4 buahdengan jarak sengkang
maksimum 20 cm, adukan bata yang digunakan sekurang-kurangnya
mempunyai kekautan adukan 1 PC : 3 PS.
• Struktur kolom beton bertulang
Kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun harus
mempunyai minimum dua sumbu simetris. Sambungan kolom baja
yang pada bangunan bertingkat tidak boleh dilakukan pada tempat
pertemuan antara balok dengan kolom, dan harus mempunyai
kekeuatan minimum sama dengan kolom.
• Struktur dinding geser
Dinding geser harus direncanakan secara bersama-sama dengan
struktur keseluruhan agar mampu memikul beban yang dierhitungkan

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 17


terhadap pengaruh-pengaruh aks sebagai akibat dari beban-beban yang
mungkin bekerja selama umur layanan struktur.

d. Struktur atap
Kontruksi atap harus didasarkan pada perhitungan-perhitungan yang
dilakukan secara keilmuan atau keahlian teknis yang sesuai. Kemiringan
atap harus disesuaikan dengan bahan penutup atap yang akan digunakan,
sehingga tidak menyebaban kebocoran. Bidang atap harus merupakan
bidang yang rata, kecuali dikehendaki bentuk-bentuk khusus.
e. Basement
Pada galian basemen harus dilakukan perhitungan terperinci menegenai
keamanan galian. Untuk dapat melakukan perhitungan keamanan galian,
harus dilakukan test tanah yang dapat mendukung perhitungan tersebut
sesuai standar teknis dan pedoman teknis. Bagian basemen yang ditempati
oleh peralatan utilitas bangunan yang rentan terhadap air harus diberi
perlindungan khusus jika bangunan gedung Negara terletak di daerah
banjir.
4. Persyaratan Utilitas Bangunan
Utilitas yang ada pada bangunan gedung Negara harus memenuhi
SNI yang disyaratkan. Spesifikasi teknis utilitas bangunan gedung Negara
meliputi ketentuan-ketentuan berikut :
a. Air minum
• Setiap pembangunan baru bangunan gedung Negara harus dilengkapi
dengan prasarana air minum yang memenuhi standar kualitas, cukup
jumlahnya dan disediakan dari PDAM atau sumur, jumlah kebutuhan
minimum 100 lt/orang/hari.
• Bahan pipa dan pemasangannya harus mengikuti ketentuan dan teknis
yang ditetapkan.
b. Pembuangan air kotor

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 18


• Semua pembuangan air kotor dari dapur, kamar mandi, dan tempat
cuci pembuangannya harus melalui pipa tertutup atau terbuka sesuai
persyaratan yang berlaku.
• Air kotor dari kakus harus dimasukkan ke dalam septictank yang
mengikuti standar yang berlaku.
c. Pembuangan limbah
• Setiap bangunan gedung Negara harus dilengkapi dengan tempat
penampungan den pengolahan limbah.
• Tempat penampungan dan pembuangan limbah dibuat dari bahan
kedap air, dan memenuhi standar yang berlaku sehingga tidak
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan.
d. Pembuangan sampah
• Setiap bangunan gedung Negara harus menyediakan tempat sampah
dan penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan
dengan volume sampah yang dikeluarkan setiap harinya, sesuai dengan
ketentuan, produk sampah minimum 3,0 lt/orang/hari
e. Saluran air hujan
Pada dasarnya air hujan harus ditahan lebih lama di dalam tanah sebelum
dialirkan ke saluran umum kota untuk keperluan penyediaan dan
pelestarian air tanah. Air hujan dapat dialirkan ke sumur resapan melalui
proses peresapan atau cara lain dengan persetujuan instansi teknis yag
terkait.
f. Sarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
Setiap bangunan gedung Negara harus mempunyai fasilitas pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran , sesuai ketentuan yang ditetapkan
dalam: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang ketentuan Teknis
Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran dan Peraturan Daerah tentang
Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran.
g. Instalasi Listrik
• Pemasangan instalasi listrik harus aman dan atas dasar hasil
perhitungan yang sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik.

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 19


• Seiap bangunan gedung Negara harus memiliki pembangkit listrik
darurat sebagai cadangan, yang catudayanya dapat memenuhi
kesinambungan pelayanan, berupa genset daryrat dengan minimum
40% daya terpasang.
h. Penerangan dan pencahayaan
Setiap bangunan gedung Negara harus mempunyai pencahayaan alami
dan buatan yang cukup sesuai dengan fungsi ruang dalam bangunan
tersebut. Ketentuan teknis dan besaran dari pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan mengikuti standar pedoman teknis.
i. Penghawaan dan pengkondisian udara
Setiap bagunan gedung Negara harus mempunyai system
penghawaan/ventilasi alami dan buatan yang cukup untuk menjamin
sirkulasi udara yang segar di dalam ruang dan bangunan.
j. Sarana transportasi dalam bangunan gedung
• Setiap bangunan gedung Negara yang bertingkat harus dilengkapi
dengan sarana transportasi vertical yang aman, nyaman berupa tangga,
ramp, escalator atau lift.
• Penempatan, jumlah tangga dan ramp harus memperhatikan fungsi dan
luasan bangunan gedung, sudut kemiringannya tidak boleh lebih dari
35o, khusus untuk ramp aksesibilitas kemiringannya tidak boleh
melebihi 7o.
k. Sarana komunikasi
• Pada prinsipnya, setiap bangunan gedung Negara harus dilengkapi
dengan sarana komunikasi intern dan ekstern.
• Penentuan jenis dan jumlah sarana komunikasi harus berdasarkan pada
fungsi bangunan dan kewajaran kebutuhan

l. Sistem penangkal petir


• Penentuan jenis dan jumlah sarana system penangkal petir untuk
bangunan gedung Negara harus berdasarkan perhitungan yang
mengacu pada lokasi bangunan, fungsi, dan kewajaran kebutuhan.
m. Kebisingan dan getaran

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 20


• Bangunan gedung Negara harus mempertimbangkan batas tingkat
kebisingan dan getaran sesuai dengan fungsinya, dengan
mempertimbangkan kenyamanan dan kesehatan sesuai diatur dalam
teknis yang dipersyaratkan.
n. Aksesibilitas dan fasilitas bagi penyandang cacat dan yang berkebutuhan
khusus
• Bangunan gedung Negara yang berfungsi untuk pelayanan umum
harus dilengkapi dengan fasilitas yang memberikan kemudahan bagi
penyandang cacat dan yang berkebutuhan khusus antara lain lansia, ibu
hamil dan menyusui, seperti rambu dan marka, parkir, ramp, lift,
kamar mandi, wastafel, jalur pemandu, telepon, dan ruang ibu dan
anak.
5. Persyaratan Sarana Penyelamatan
Setiap bangunan gedung Negara harus dilengkapi dengan sarana
penyelamatan dari bencana atau keadaan darurat. Spesifikasi teknis sarana
penyelamatan bangunan gedung Negara meliputi ketentuan-ketentuan :
a. Tangga darurat
• Setiap bangunan gedung Negara yang bertingkat lebih dari 3 lantai
harus mempunyai tangga darurat minimal 3 buah dengan jarak
maksimum 45 m.
• Tangga darurat dilengkapi dengan pintu tahan api minimum 2 jam,
dilengkapi dengan lampu dan petunjuk keluar yang menyala saat listrik
mati.
• Lebar tangga darurat minimum adalah 1,20 m
b. Pintu darurat
• Setiap bangunan gedung Negara yang bertingkat lebih dari tiga lantai
harus dilengkapi dengan pintu darurat minimal dua buah.
• Lebar pintu darurat minimum 100 cm, membuka kea rah tangga
penyelamatan, dan pada lantai dasar membuka kea rah halaman.
c. Pencahayaan darurat dan tanda petunjuk arah exit.

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 21


• Tanda keluar/exit atau petunjuk arah harus ditempatkan pada
persimpangan koridor, jalan ke luar menuju ruang tangga darurat,
balkon atau teras, dan pintu menuju tangga darurat.
d. Koridor
• Lebar koridor bersih minimum 1,80 m
• Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu darurat atau arah keluar yang
terdekat tidak boleh lebih dari 25 m.
• Koridor harus dilengkapi dengan tanda petunjuk menuju pintu darurat
atau arah keluar.
• Panjang gang buntu maksimum 15 m apabila dilengkapi sprinkler dan
9 m tanpa sprinkler.
e. Sistem peringatan bahaya
• Setiap bangunan gedung Negara untuk pelayanan dan kepentingan
umum harus dilengkapi dengan system komunikasi internal dan system
peringatan bahaya.
6. Aksesibilitas dan Sirkulasi
Aksesibilitas dalam sebuah bangunan kantor harus
mempertimbangkan kemampuan desain tersebut beradaptasi dalam jangka
panjang dan mampu fleksibel dalam pemakaian jangka pendek. Dalam
kegiatan perkantoran sangat mungkin terjadi perubahan jumlah pegawai dan
sebagainya, sehingga sangat penting utuk mempertimbangkan aksesibilitas
dalam gedung perkantoran. Aksesibilitas harus dapat dimanfaatkan oleh
semua orang termasuk bagi kaum lansia dan difabel. Selain aksesibilitas,
sirkulasi dalam maupun diluar gedung juga harus dipertimbangkan dalam
proses mendesain karena mempengaruhi cara orang berinteraksi di dalam
gedung (Pickard, Quentin. 2002. The Architects’ Handbook. UK. Blackwell
Publishing)

2.3. Studi Banding


Studi banding terhadap proyek sejenis bertujuan mencari perbandingan
antara beberapa proyek sejenis yang sudah ada, sehingga dapat dijadikan
sebagai gambaran umum dalam tahap merancang berikutnya. Pada studi
banding ini dilakukan pengamatan di beberapa kantor walikota/bupati.

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 22


2.3.1. Kantor Bupati Badung
Kantor Bupati Bandung terletak di dalam kompleks Pusat
Pemerintahan Kabupaten Badung di Mangupura. Konsep pelayanan public
dalam Pusat Pemerintahan Badung adalah one stop service, dengan konsep
ini gedung-gedung yang ada di Pemda Badung dibangun tanpa adanya
tembok pembatas. Hal ini menyebabkan bangunan yang ada di Pemda
Badung memiliki desain yang senada dan menjadi satu kesatuan.
• Peta Lokasi

Gambar 2.1 : Peta Kabupaten Badung


Sumber: www.petatematikindo.com

RTH

Kantor Bupati Badung Jl. Raya


Sempidi

RTH

Puspem

Badung Perumahan

Perumahan

Gambar 2.2 : Peta Lokasi Kantor Bupati Badung

Gedung Kantor Bupati Badung terdiri dari tiga lantai dan sebuah basemen,
pada setiap lantai mewadahi fungsi yang berbeda. Tampilan bangunan lebih
mencerminkan arsitektur tradisional Bali. Sirkulasi vertikal pada bangunan ini

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 23


menggunakan tiga buah tangga dan sebuah lift, serta dilengkapi dengan dua buah
tangga darurat. Posisi tangga berada pada sebelah barat lobby, sedangka posisi lift
berada setelah lobby.
Berikut adalah ruang yang ada pada setiap lantai di gedung Kantor Bupati
Badung :
Lantai 1 :
- Ruang Bupati
- Ruang Wakil Bupati
- Ruang Asisten
- Ruang Kepala Bagian
- Ruang Rapat Nayaka Gosana I
- Ruang Rapat Nayaka Gosana II
- Ruang Rapat Langu Gosana
Lantai 2:
- Ruang Staf Ahli
- Ruang Kepala Bidang
- Ruang Kepala Bagian
Lantai 3 :
- Ruang Staf Ahli
- Ruang Kepala Bagian
- Ruang Panitia Pengadaan Barang/Jasa
- Ruang Rapat Kerta Gosana
- Ruang Rapat Kriya Gosana
Fasilitas-fasilitas yang ada pada Kantor Bupati Badung dapat dilihat pada gambar
berikut

Gambar 2.3 : Lobby di Kantor Bupati Badung


Sumber: Observasi 18Maret 2015
Balai Kota Denpasar di Lumintang | 24
Gambar 2.4 : Koridor di Kantor Bupati Badung
Sumber: Observasi 18Maret 2015

Gambar 2.5 : Interior di Kantor Bupati Badung


Sumber: Observasi 18Maret 2015

Gambar 2.6 : Ruang Sekretaris Bupati Badung


Sumber: Observasi 18Maret 2015

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 25


Gambar 2.7 : Ruang Rapat Kerta Gosana
Sumber: Observasi 18Maret 2015

Gambar 2.8 : Fasilitas tangga di Kantor Bupati Badung


Sumber: Observasi 18Maret 2015

Gambar 2.9 : Basement di Kantor Bupati Badung


Sumber: Observasi 18Maret 2015

Berdasarkan hasil studi banding pada kantor Bupati Badung, fasilitas


penunjang aktifitas pemerintahan sudah lengkap. Parkir pegawai dan parkir
pengunjung terpisah sehingga sirkulasinya menjadi jelas. Parkir bagi pegawai
terletak di basement yang langsung dihubungkan dengan tangga dan lift untuk
menuju lantai satu, sedangkan untuk parkir pengunjung terletak di luar bangunan.
2.3.2. Balai Kota Surabaya
Gedung Balai Kota Surabaya berlokasi di Jalan Taman Surya, Surabaya
No. 1. Gedung ini mulai dibangun pada tahun 1923 dan mulai ditempati pada

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 26


tahun 1927. Arsiteknya ialah C. Citroen dan pelaksanaannya H.V. Hollandsche
Beton Mij. Ukuran gedung utama Balai Kota Surabaya adalah : panjang 102 m
dan lebar 19 m. Konstruksinya terdiri dari tiang-tiang pancang beton bertulang
yang ditanam, sedangkan dinding-dindingnya diisi dengan bata dan semen.
Atapnya terbuat dari rangka besi dan ditutup dengan sirap, Belakangan atap ini
kemudian diganti dengan genteng. Setelah Republik Indonesia diproklamirkan,
dilantiklah Radjamin Nasution sebagai Walikota Kota Besar Surabaya.
Berdasarkan Penpres 1959 No. 16 maka ditetapkan Walikota menjadi Kepala
Daerah Kota Surabaya, dan pada tahun 1965 Kotapraja Surabaya resmi menjadi
Kotamadya.
Balai kota Surabaya terdiri dari dua lantai, bangunan menjadi pusat
pemerintahan kota Surabaya. Walikota, Sekretaris Daerah, Asisten Pemerintahan
dan Kepala Bagian merupakan instansi yang berkantor di bangunan ini.

Gambar 2.10 : Entrance Masuk di Balai Kota Surabaya


Sumber: www.sulur.liar.wordpress.com, diakses pada 23 Maret 2015

Gambar 2.11: Balai Kota Surabaya


Sumber: www.thearoengbinang.com, diakses pada 23 Maret 2015

Di sekeliling Balai Kota Surabaya banyak hal-hal yang membuat


gedung terlihat nampak kokoh, bentuk bangunan yang melebar dengan
sayap kiri dan kanan memberikan kesan pandangan yang horizontal.

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 27


Detail-detail bangunan juga tampak pada sudut-sudut bangunan yang
terdapat ruang tangga, seperti balkon memberikan kesan artistik. Selain
itu unsur vertikal sebagai ornamen memberikan kesan kokoh dan
simetris.

Gambar 2.12 : Fasilitas Taman Surya di Balai Kota Surabaya


Sumber: www.us.images.detik.com, diakses pada 23 Maret 2015

2.3.3. Balai Kota Bandung


Balaikota Bandung adalah kantor Walikota Bandung dan DPRD Tingkat
II, berlokasi di Jl. Merdeka pada pintu timur dan Jl. Wastukencana pada pintu
barat. Balai Kota ini terdiri dari dua lantai, dengan ciri khas arsitektur bergaya
kolonial. Bangunan ini dahulu merupakan gudang penyimpanan hasil bumi , dan
tempat pengepakan kopi milik Andries de Wilde. Selain sebagai pusat
pemerintahan, Balai Kota Bandung juga digunakan sebagai tempat berinteraksi
warga Bandung. Di sebelah utara Kantor Walikota terdapat sebuah taman yang
bernama Taman Balai Kota. Di akhir pekan kita akan melihat ramainya warga
Bandung yang beraktivitas di taman ini, mulai dari latihan menari, parkour,
bermain sepak bola, berolahraga, berfoto, kumpul komunitas, atau hanya sekedar
menikmati keramaian taman.

Gambar 2.13 : Balai Kota Bandung


Sumber: www.dion.plano.com, diakses pada 28 Maret 2015

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 28


Gambar 2.14 : Fasilitas Taman Balai Kota Bandung
Sumber: www.infobdg.com, diakses pada 28 Maret 2015

Bangunan Balai Kota Bandung merupakan salah satu bangunan tertua


yang ada di Bandung. Disekitar Balai Kota terdapat beberapa fasilitas seperti
taman, patung badak putih, gazebo atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan nama
bebangkon, dan beberapa fasilitas public yang unik seperti taman gembok.
Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan oleh warga sebagai salah satu alternatif
rekreasi.

2.4. Spesifikasi Umum Balai Kota


Pada sub bab ini akan dijabarkan tentang spesifikasi umum dari Balai
Kota. Spesifikasi umum merupakan hasil analisa dari teori, peraturan dan studi
banding yang dilakukan sebelumnya.
2.4.1. Pengertian
Balai Kota merupakan bangunan Negara sebagai pusat pemerintahan atau
gedung administratif di suatu kota. Balai kota sebagai gedung pemerintahan
utama dalam wilayah kota.
2.4.2. Tujuan
Tujuan dibangunnya Balai Kota adalah memberikan ruang bagi
masyarakat untuk menyampaikan permasalahan atau inovasi kepada pemerintah
dan sebagai salah satu ikon yang mampu merepresentasikan identitas suatu
wilayah/kota
2.4.3. Fungsi
Fungsi dari Balai Kota adalah sebagai wadah musyawarah bagi
pemerintah dengan masyarakat dalam penentuan suatu kebijakan. Selain itu balai

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 29


kota juga berfungsi sebagai tempat Walikota, Wakil Walikota, serta skpd terkait
dalam menjalankan roda pemerintahan.
2.4.4. Lingkup Kegiatan
Balai Kota yang direncanakan merupakan sebuah kawasan yang semi
publik, dimana kawasan tersebut diperuntukan untuk mengakomodasi kegiatan
pemerintah dalam :
1. Kegiatan Musyawarah
Kegiatan musyawarah pada balai kota ini nantinya adalah kegiatan rapat
dan diskusi dalam mengambil suatu keputusan atau kebijakan.
2. Kegiatan Pelayanan Publik
Kegiatan pelayanan publik pada balai kota ini nantinya adalah memberikan
pelayanan administrasi bagi masyarakat/instansi.
3. Kegiatan Staf/Pengelola
Kegiatan pengelola meliputi perawatan dan pemeliharaan gedung serta
kegiatan dalam menjaga keamanan gedung.

2.5. Tinjauan Kantor Walikota Denpasar


Kantor Walikota Denpasar merupakan pusat pemerintahan Kota
Denpasar, sebagai tempat Walikota dan Wakil Walikota serta jajarannya
melaksanakan pemerintahan dan memberikan pelayanan publik bagi
masyarakat. Kantor Walikota Denpasar terletak di Jalan Gajah Mada No. 1
Denpasar.

Gambar 2.15 : Kantor Walikota Denpasar


Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 30


• Peta lokasi

Gambar 2.16 : Peta Kota Denpasar


Sumber: www.petatematikindo.com

Cathus Patha
Jl. Gajah Mada Denpasar

Kantor
walikota Lapangan Puputan
Denpasar Badung

Gambar 2.17 : Peta Lokasi Kantor Walikota Denpasar

• Civitas
Tabel 2.2. Instansi pada Kantor Walikota Denpasar
No Nama Jabatan
1. IB. Rai Dharmawijaya Mantra, SE. M.SI Walikota Denpasar
2. IGN. Jaya Negara, SE. Wakil Walikota
3. Drs. A.A. Ngurah Rai Iswara Sekda Kota Denpasar

Staf Ahli
No Nama Jabatan
1. Drs. I Ketut Mardika, MM Staf Ahli Bidang Pemerintahan
2 - Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik
3 - Staf Ahli Bidang Pembangunan

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 31


4 - Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan &
SDM
5 Luh Gede Hariasih, SH., M.Si. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan
Keuangan

Asisten
No Nama Jabatan
1. Drs. I Ketut Mister, MM Asisten Administrasi Pemerintahan
2. Ir. Nyoman Ngurah Jimmy Sidharta W, Asisten Administrasi Pembangunan
MT.
3. - Asisten Administrasi Umum

Kepala Bagian
No Nama Jabatan
1. I Made Saryawan, SE. Kebag Perekonomian
2. I Made Toya, SH Kabag Hukum
3. IB Rahoela, S.Sos, M.Si Kabag Humas & Protokol
4. Drs. I Made Widra, MM. Kabag Keuangan
5. Desak Nyoman Widiasih, SH Kabag Organisasi
6. I Gusti Ngurah Bagus Mataram Kabag Kesejahteraan Rakyat
7. A.A. Ngurah Nagus Airawata, Kabag Program Pembangunan
ST.SP.PSDA
8. I Made Pasek Mandira, SE., M.Si. Kabag Umum
9. Drs. Dewa Gde Juli Artabrata Kabag Pemerintahan
10. Ir. Maria Antonia Dezire Mulyani, M.Si. Kabag Pengelolaan asset Daerah
11. Drs. I Dewa Made Ariawan, M.Si. Kabag Kerjasama

Sumber: Situs Pemerintahan Kota Denpasar

Gedung Kantor Walikota Denpasar terdiri dari empat lantai, disetiap lantai
terdiri atas beberapa ruang yang mewadahi aktifitas civitas yang ada di
Pemerintahan Kota Denpasar. Setiap lantai dihubungkan dengan tangga dan lift,
terrdapat dua buah lift sebeagai sarana transportasi vertical.
Berikut adalah ruang-ruang yang terdapat disetiap lantai pada gedung
kantor Walikota Denpasar :

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 32


Gambar 2.18 : Denah Lantai 1 Kantor Walikota Denpasar
Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Lantai 1 :
A : Ruang Walikota Denpasar
B : Ruang Rapat Walikota Denpasar
C : Ruang Sekpri Walikota Denpasar
D : Ruang Tunggu
E : Toilet
F : Ruang Wakil Walikota Denpasar
G : Ruang Rapat Wakil Walikota Denpasar
H : Toilet
I : Ruang Sekda
J : Ruang Rapat Sekda
K : Ruang Staf Ahli
L : Lobby
M : Tu
N : Poliklinik
O : Ruang Supir
P : Bale Bengong
Q : Ruang Genset
R : Pos Satpam
S : Padmasana
T : Parkir Mobil Dinas
U : Parkir Pegawai Dan Tamu

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 33


Gambar 2.19 : Denah Lantai 2 Kantor Walikota Denpasar
Lantai 2 : Sumber: Observasi 16 Maret 2015
A : Ruang Subag Perbendaharaan
B : Ruang Subag Anggaran
C : Ruang Staf Anggaran
D : Ruang Subag Pembekuan Dan Verivikasi
E : Ruang Bendahara Gaji
F : Ruang Kabag Keungan
G : Gudang
H : Ruang Protokol
I : Press Room
J : Gudang
K : Ruang Bagian Perekonomian
L : Ruang Bagian Perekonomian
M : Ruang Subag Rumah Tangga
N : Ruang Humas
O : Ruang Humas
P : Ruang Kabag Humas
Q : Toilet
R : Ruang Asisten Administrasi Pemerintahan
S : Ruang Asisten Administrasi Pembangunan
T : Ruang Asisten Administrasi Umum
U : Ruang Sekpri Asisten
V : Ruang Rapat
W : Kantin
X : Ruang Kabag
Y : Ruang Sekpri
Z : Toilet Balai Kota Denpasar di Lumintang | 34
Gambar 2.20 : Denah Lantai 3 Kantor Walikota Denpasar
Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Lantai 1 :
A : Ruang Lpse
B : Ruang Bagian Program Pembangunan
C : Ruang Kabag Program Pembangunan
D : Ruang Staf Program Pembangunan
E : Ruang Kabag Hukum
F : Ruang Bagian Hukum
G : Ruang Rapat Praja Utama
H : Toilet
I : Ruang Bpk
J : Ruang Rapat Praja Madya
K : Ruang Bagian Pemerintahan
L : Ruang Call Center
M : Ruang Radio Denpasar
N : Ruang Radio Denpasar
O : Toilet

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 35


Gambar 2.21 : Denah Lantai 4 Kantor Walikota Denpasar
Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Lantai 4:
A : Ruang Bagian Kesejahteraan Rakyat
B : Ruang Rapat
C : Ruang Kabag Kerjasama
D : Ruang Bagian Kerjasama
E : Ruang Rapat
F : Ruang Bagian Organisasi
G : Ruang Kabag Organisasi
H : Gudang
I :Toilet
J : Ruang Bagian Pengelolaan Aset Daerah
K : Ruang Kabag Pengelolaan Daerah
L : Ruang Subag Sandi Dan Telekomunikasi
M : Ruang Operator Telepon
N : Toilet

Fasilitas-fasilitas yang ada di kantor Walikota Denpasar dapat dilihat pada gambar
2.3 hingga 2.7 berikut

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 36


Gambar 2.22 : Lobby di Kantor Walikota Denpasar
Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Gambar 2.23 : Koridor di Kantor Walikota Denpasar


Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Gambar 2.24 : Ruang Rapat Praja Utama


Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Gambar 2.25 : Parkir di Kantor Walikota Denpasar


Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 37


Gambar 2.26 : Fasilitas Lift di Kantor Walikota Denpasar
Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Gambar 2.27 : Fasilitas Parkir bagi Difabel


Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan pemerintahan pada Kantor


Walikota Denpasar terbilang lengkap, terdapat fasiltas parkir pengunjung,
staf, mobil dinas, dan parkir bagi difabel. Kantor ini juga dilengkapi
beberapa ruang rapat, transportasi vertical menggu nakan tangga dan lift.
Namun dari segi penataan ruang masih belum maksimal, parkir antara staf
dan tamu berada dalam satu lokasi yang menyebabkan sirkulasi menjadi
kurang jelas.

2.5.1. Evaluasi terhadap Kantor Walikota Denpasar dari Aspek Sejarah,


Lingkungan, dan Kapasitas
1. Sejarah
Kota Denpasar berawal dari kerajaan Badung yang berpusat di Puri
Denpasar (sekarang Rumah Jabatan Gubernur Bali). Setelah peristiwa
Puputan Badung, wilayah selatan Pulau Bali jatuh ke tangan Hindia-
Belanda. Nama Denpasar yang awalnya merupakan nama salah satu Puri
dijadikan sebagai nama Ibukota Bali Selatan, sedangkan situs Puri

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 38


Denpasar digunakan sebagai kantor pusat pemerintahan Hindia Belanda,
dari kantor itulah semua aktifitas pemerintahan dikendalikan dan dipimpin
oleh asisten residen untuk wilayah Bali Selatan.
Denpasar pada mulanya merupakan pusat Kerajaan Badung,
akhirnya menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II
Badung dan mulai tahun 1958 Denpasar dijadikan pula pusat
pemerintahan bagi Provisi Daerah Tingkat I Bali. Dengan Denpasar
dijadikan pusat pemerintahan bagi Tingkat II badung maupun Tingkat I
Bali mengalami pertumbuhan yang sangat cepat baik dalam artian fisik,
ekonomi, maupun sosial budaya. Keadaan fisik Kota Denpasar
menunjukkan ciri-ciri dan sifat perkotaan. Denpasar menjadi pusat
pemerintahan, pusat perdagangan, pusat pendidikan, pusat industry dan
pusat pariwisata yang terdiri dari empat Kecamatan, yaitu Kecamatan
Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Utara.
Melihat perkembangan Kota Administratif Denpasar ini dari
berbagai sektor sangat pesat, maka tidak mungkin hanya ditangani oleh
Pemerintah yang berstatus Kota Administratif. Oleh karena itu dibentuk
pemerintahan kota yang mempunyai wewenang otonomi untuk mengatur
dan mengurus daerah perkotaan sehingga permasalahan kota dapat
ditangani lebih cepat dan tepat serta pelayanan pada masyarakat perkotaan
semakin cepat. Seperti halnya dengan kota-kota lainnya di Indonesia, Kota
Denpasar merupakan Ibukota Propinsi mengalami pertumbuhan dan
perkembangan penduduk serta lajunya pembangunan disegala bidang terus
meningkat, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kota itu
sendiri. Demikian pula dengan Kota Denpasar yang merupakan Ibukota
Propinsi Daerah Tingkat I Bali mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat. Pertumbuhan penduduknya rata-rata 4,05% per tahun dan dibarengi
pula lajunya pertumbuhan pembangunan diberbagai sektor, sehingga
memberikan pengaruh yang sagat besar terhadap Kota Denpasar yang
akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan perkotaan yang harus
diselesaikan oleh pemerintah Kota Administratif, baik dalam memenuhi

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 39


kebutuhan maupun tuntutan masyarakat perkotaan yang demikian terus
meningkat.
Berdasarkan kondisi obyektif dan berbagai pertimbangan antara
Pemerintah Tingkat I Bali dan Tingkat II Badung telah dicapai
kesepakatan untuk meningkatkan status Kota Administratif Denpasar
menjadi Kota Denpasar. Akhirnya pada tanggal 15 Januari 1992, Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kota Denpasar lahir
dan telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27 Pebruari
1992. Dengan keluarnya Undung-undang tersebut Kota Denpasar secara
resmi memisahkan diri dengan Kabupaten Badung. Gedung pemerintahan
Kabupaten Badung yang berada di sudut Jl. Gajah Mada digunakan
sebagai gedung pemerintahan Kota Denpasar. Pemerintah Kabupaten
Badung kemudian membangun Pusat Pemerintahan di Lumintang,
Denpasar. Namun, Puspem tersebut rusak dan hangus terbakar saat terjadi
kerusuhan politik pada tahun 1999
Ditinjau dari segi sejarah daerah yang sesuai sebagai pusat
pemerintahan Kota Denpasar adalah Kawasan Puputan, tepatnya di Puri
Denpasar yang sekarang menjadi Rumah Jabatan Gubernur Bali. Puri
Denpasar berfungsi sebagai pusat pemerintahan mulai dari jaman kerajaan
Badung sampai masuknya Belanda ke Bali
2. Lingkungan
Kantor Walikota Denpasar terletak di Jl. Gajah Mada No. 1,
tepatnya di persimpangan antara Jalan Gajah Mada dengan Jalan
Udayana, Puputan, Denpasar. Daerah Puputan merupakan daerah yang
diperuntukan bagi perkantoran. Disekitar Kantor Walikota Denpasar
terdapat beberapa kantor milik pemerintah maupun swasta.
Berikut merupakan batas-batas kantor walikota Denpasar :
- Utara : Gedung Kantor Bank Dagang Bali
- Timur : Lapangan Puputan Badung
- Selatan : Kodam IX/Udayana
- Barat : Gedung Bank Mandiri

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 40


Perkembangan pembangunan disekitar wilayah puputan
dipengaruhi oleh aktifitas yang berbeda disetiap wilayahnya.
- Jalan Gajah Mada berkembang sebagai pusat perekonomian, ditinjau
dari sejarahnya Jl. Gajah mada merupakan lokasi dari Pasar Badung.
Pada saat ini daerah disekitar Pasar Badung berkembang sebagai
daerah perekonomian dengan berdirinya banyak ruko-ruko dan
berbagai bank yang berkantor dikawasan tersebut.
- Jalan Veteran, terdapat sarana pariwisata berupa Hotel Inna Bali, selain
itu terdapat pulaPasar Burung Satria.
- Jalan Surapati berkembang sebagai kawasan perkantoran dan rekreasi.
Puri Denpasar sekarang berfungsi sebagai Rumah Jabatan Gubernur
Bali, diseberangnya terdapat Taman Puputan Bandung yang
merupakan salah satu ruang terbuka hijau di Denpasar dan
dimanaatkan oleh warga sebagai tempat rekreasi dan berolah raga.
Selain itu terdapat pula Kantor Partai Politik yang berlokasi di jalan
Surapati.
- Jalan Udayana merupakan lokasi dari Kodam IX/Udayana, selain
terdapat beberapa perkantoran diantaranya Dinas Kesbang Pol Kota
Denpasar, dan beberapa gedung perbankan.
Ditinjau dari segi lingkungan pada kawasan di sekitar Kantor
Walikota Denpasar terdapat berbagai gedung dengan fungsi yang berbeda,
sehingga menyebabkan terjadinya aktifitas yang berbeda pula. Hal tersebut
mempengaruhi sirkulasi dan akses kendaraan, terjadi kepadatan kendaraan
pada jam-jam tertentu. Tampilan bangunan kantor Walikota tidak terlalu
terlihat jika diakses oleh orang yang pertama kali menuju bangunan
tersebut karena bangunan Kodam IX/ Udayana di sebelahnya terlihat lebih
monumental. Hal tersebut menyebabkan kurangya eksistensi dari kantor
Walikota.
3. Kapasitas
Tinjauan kapasitas dilakukan untuk mengetahui masih mampu atau
tidak sebuah bangunan dalam mewadahi kegiatan atau menampung
jumlah aktifitas didalamnya. Dari hasil observasi pada Kantor Walikota

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 41


Denpasar, dapat dilihat pada gambar 2.14 tentang terjadinya kekurangan
lahan parkir yang menjadi salah satu indikasi kurangnya daya tampung
kantor walikota saat ini.

Gambar 2.28 : Situasi Parkir di Kantor Walikota Denpasar


Sumber: Observasi 16 Maret 2015

Luas eksisting gedung kantor walikota Denpasar dapat dilihat pada


gambar 2.15 dan 2.16. Dengan perhitungan sebagai berikut :
Luas = Luas Lantai Tipikal (3 lantai) + Luas Lantai 4
= (1.178 m2 x 3) + (490 m2 + 243,2 m2)
= 4.267,2 m2

Gambar 2.29 : Luas Eksisting Lantai Tipikal Kantor Walikota Denpasar

Gambar 2.30 : Luas Eksisting Lantai 4 Kantor Walikota Denpasar

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 42


Berdasarkan jumlah civitas, peraturan, dan literatur didapat standar
luasan untuk gedung Balai Kota, yaitu :
KLB = Luas Seluruh Ruang + Sirkulasi 20%
= 5.610,37 m2 + 1122,07 m2
= 6.732,4 m2
Kebutuhan Luas Parkir Civitas Balai Kota = Parkir Pegawai/Staf + Parkir
Pengunjung/Tamu
= 779,2 + 577,2 = 1.356,4 m2

2.5.2. Kesimpulan
Table 2.3. Evaluasi Aspek Sejarah, Lingkungan, dan Kapasitas pada Kantor Walikota Denpasar
VARIABEL KANTOR WALIKOTA KAJIAN
DENPASAR
1. Sejarah Lokasi kantor Walikota Denpasar
berada di kawasan Puputan, hal
tersebut sesuai dengan sejarah
kota Denpasar. Kawasan
Puputan pada jaman dahulu
merupakan pusat dari kerajaan
Badung dengan Puri Denpasar
sebagai pusat pemerintahan yang
menjadi awal mula lahirnya Kota
Denpasar.

2. Lingkungan Kantor Walikota Denpasar


Kawasan puputan terdiri berada di kawasan dengan
dari berbagai aktivitas: banyak aktivitas berbeda yang
- Pemerintahan ada di dalamnya.
- Perekonomian Terdapat banyak bangunan
- Perkantoran disekitar Kantor Walikota yang
- Pertahanan menyebabkan berkurangnya
- Rekreasi eksistensi dari gedung ini, seperti
Gedung Kodam Udayana yang

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 43


Table 2.2. Lanjutan

terlihat lebih mendominasi


bangunan disekitarnya.
Berdasarkan hal tersebut
eksistensi dari Kantor Walikota
Denpasar memerlukan
representasi yang lebih memadai.

3. Kapasitas Luas eksisting gedung kantor Dari kajian kapasitas didapat


Berdasarkan teori dan Walikota Denpasar adalah : perbedaan luasan antara studi
peraturan pemerintahan, 4.267,2 m2 luasan ruang dengan luas
didapat luasan untuk eksisting dari Kantor Walikota,
Balai Kota adalah : terdapat selisih 2.315,2 m2
6.582,72 m2

2.5.3. Rekomendasi
Berdasarkan tinjauan yang telah dilakukan, yaitu tinjauan sejarah,
lingkungan, dan kapasitas, didapat kesimpulan untuk memindahkan Kantor
WaliKota Denpasar.
- Opsi pertama dalam pemilihan lokasi pengganti yaitu di daerah Puputan.
Berdasarkan tinjauan sejarah, lokasi yang cocok sebagai kantor walikota
adalah di Puri Denpasar yang sekarang menjadi rumah jabatan Gubernur Bali.
- Opsi kedua adalah daerah Lumintang, berdasarkan data dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Denpasar, kawasan Lumintang
direncanakan untuk dikembangkan menjadi kawasan pusat pemerintahan.
Terdapat beberapa dinas yang berkantor di kawasan Lumintang, ditambah
dengan baru berdirinya kantor Graha Sewaka Dharma yang menjadi pusat
pelayanan publik di Kota Denpasar
Dari kedua opsi tersebut dipilih opsi kedua yaitu pemindahan kantor
walikota ke kawasan Lumintang. Opsi ini dipilih karena lokasi pada opsi pertama
berstatus hak milik propinsi dan masih difungsikan sebagai rumah jabatan
Gubernur Bali. Kawasan Lumintang dinilai strategis dan dekat dengan dinas-dinas
yang ada di Kota Denpasar sehingga memudahkan dalam melakukan koordinasi.

Balai Kota Denpasar di Lumintang | 44

Anda mungkin juga menyukai