Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar Belakang Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami
semua orang, hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga
akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila
kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut adalah usia yang
sangat renta terhadap berbagai penyakit.  Pada umumnya yang mendasari
penyakit disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah
diderita di usia muda, penyakit karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti:
merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga penyakit tertentu yang
mudah sekali menyerang saat usia lanjut.  Tak heran bila pada usia lanjut,
semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja
sama dengan baik seperti kala muda dulu. 
Penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular pada lansia
mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih.  Untuk
itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan
penyakit degeneratif.  Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor
lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut
secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan
selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktor-faktor
risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.  Penyakit
degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif
lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko
stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada lansia
dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat
erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain. 
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun
2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung

1
Koroner 13%,Infark Miokard Akut  8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung
2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.

1.2 Rumusan Masalah


 Pengertian dari proses penuaan pada system kardiovaskular ?
 Teori - Teori Penuaan dan Proses Menua ?
 Etiologi proses penuaan pada system kardiovaskular ?
 Fase proses penuaan pada system kardiovaskular ?
 Perubahan proses penuaan pada sistem kardiovaskular ?

1.3 Tujuan
 Mengetahui pengertian dari proses penuaan pada system kardiovaskular
 Mengetahui teori - Teori Penuaan dan Proses Menua
 Mengetahui etiologi proses penuaan pada system kardiovaskular
 Mengetahui fase proses penuaan pada system kardiovaskular
 Mengetahui perubahan proses penuaan pada sistem kardiovaskular

2
BAB II 
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Penuaan (ageing) merupakan suatu konsekuensi (proses alamiah) yang
tidak dapat dihindarkan dan pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak
seorangpun yang dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai
dengan tahap-tahap mulai menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena
setelah mencapai dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat
berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan.
Penuaan merupakan suatu proses multidimensional, yang tidak hanya terkait
dengan faktor jasmani, tapi juga psikologis dan sosial. Penuaan itu sendiri
adalah suatu proses alamiah kompleks yang melibatkan setiap molekul, sel
dan organ dalam tubuh.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa
atau tahap hidup manusia yaitu: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut
usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau
juga suatu kecacatan.Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya
tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda,
baik dalam hal pencapaian puncak maupun menurunnya.

3
2.2 Teori - Teori Penuaan dan Proses Menua
2.2.1 Teori Penuaan
Dari sudut pandang ilmiah, mengapa dan bagaimana tubuh kita
mengalami penuaan masih merupakan misteri yang terus menerus
dicari jawabannya oleh para ilmuwan. Proses penuaan itu sendiri dapat
melingkupi adanya perubahan pada jaringan tubuh sampai dengan
perubahan mekanisme pada tingkat sel. Selama bertahun-tahun,
banyak teori yang berusaha menjelaskan mengenai proses ini dan
perubahan-perubahan apa yang menyebabkan penuaan.
Teori penuaan pada dasarnya terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu teori Program dan Teori Wear and Tear.
1. Teori program menekankan prinsip bahwa di dalam tubuh manusia
terdapat suatu jam biologis, mulai dari proses janin sampai pada
kematian dalam suatu model yang memiliki program yang sudah
“tercetak”. Peristiwa ini terprogram mulai dari tingkat sel sampai
embrio, janin, masa bayi dan anak-anak, remaja, dewasa menjadi
tua dan akhirnya meninggal. Teori Program meliputi pembatasan
replikasi sel, proses imun, dan mekanisme neuroendokrin dari
penuaan. Pada suatu penelitian laboratorium diketahui bahwa sel
normal memiliki kapasitas yang terbatas untuk melakukan
pembelahan yang terus menerus, hal inilah yang terjadi pada sel-sel
tubuh orang dewasa yang akhirnya menjadi tua dan lemah, teori ini
menjadi dasar dari teori pembatasan replikasi sel. Mekanisme
neuroendokrin mengatakan bahwa ketika manusia menjadi tua,
tubuh hanya mampu memproduksi hormon lebih sedikit akibatnya
fungsi tubuh terganggu dan muncul berbagai keluhan.
2. Teori Wear and Tear menganggap bahwa tubuh dan sel-selnya
yang sering digunakan dan disalahgunakan secara terus menerus
akan menjadi lemah dan akan mengalami kerusakan dan akhirnya
meninggal. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan
yang lain akan menurun fungsinya karena toksin di dalam makanan
dan lingkungan yang kita terima setiap hari, selain itu juga akibat

4
dari konsu msi lemak, gula, kafein, nikotin, alkohol yang
berlebihan. Dan yang tidak kalah penting adalah akibar dari
paparan sinar matahari serta stress fisik dan psikis. Yang harus
diingat adalah bahwa kerusakan ini tidak terbatas pada organ,
melainkan juga terjadi pada tingkat sel.

2.2.2 Teori Proses Menua


A. Teori Biologi
1. Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah
tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk
membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari
tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah
sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan membelah
akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992).
Hal ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses
penuaan biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan sel
lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem
muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ
dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang
karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
berisiko mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh
dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel
pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami kerusakan dan
akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena
sistem sel tidak dapat diganti.
2. Teori “Genetik Clock”
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik
untuk species-species tertentu. Tiap species mempunyai

5
didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah
diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak
berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep
genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan
cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat
adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. (misalnya
manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing
27 tahun, sapi 20 tahun)
Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini
lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan pangaruh-
pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit atau tindakan-tindakan tertentu. Usia harapan hidup
tertinggi di dunia terdapat di Jepang yaitu pria 76 tahun dan
wanita 82 tahun .
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam
tingkat seluler, mengenai hal ini Hayflck (1980) melakukan
penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah sel dalam
kultur dengan umur spesies. Untuk membuktikan apakah yang
mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka
dilakukan trasplantasi silang dari nukleus. Dari hasil penelitian
tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla
replikasi, kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya.
3. Sintesis Protein (kolagen dan elastin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan
elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini
dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein
(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh

6
tubuh dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago
dan elastin pada klulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta
menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia.
(Tortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga
terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem
muskuloskeletal.
4. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan
sel didalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen
yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa
mekanisme pertahan diri tertentu.
Ketidak mampuan mempertahankan diri dari toksik
tersebut membuat struktur membran sel mangalami perubahan
dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora &
anagnostakos, 1990)
Membran sel tersebut merupakan alat untuk
memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya
yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dengan
proses ekskresi zat toksik didalam tubuh. Fungsi komponen
protein pada membran sel yang sangat penting bagi proses
diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan
reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel
anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.
5. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada
masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kamampuan
sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah

7
putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca
translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kamampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem
imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan tersebut
sebagi sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang
menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun .
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody
yang luas mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek
menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada
banyak jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah
bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada
orang lanjut usia.
Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel
kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan
kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya umur .
Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan
hasil akhir penuaan, dalam pengertian biologis yang murni
adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif
(homeostatis), untuk beradaptasi terhadap stres biologis.
Macam-macam stres dapat mencakup dehidrasi, hipotermi, dan
proses penyakit. (kronik dan akut)
B. Teori Psikologis
1. Teori Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa
penyesuaian diri lansia merupakan suatu proses yang secara

8
berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk
melepaskan diri dari masyarakat.
2. Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia
pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap
mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain
sebagai kompensasi dan penyesuaian.
2.3 Etiologi Proses Penuaan
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui
proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah
radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem
kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor
eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan
hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stress dan
penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan
memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
Tubuh kita membentuk suatu reaksi kimia kompleks yang membentuk
suatu molekul kimia yang tidak stabil yang disebut radikal bebas. Molekul
radikal bebas ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel yang sehat melalui
suatu proses yang disebut dengan Oksidasi. Proses ini sama seperti proses
yang kita lihat pada apel hijau yang berubah warna menjadi coklat atau logam
tembaga yang berubah warna dari emas kemerahan menjadi biru kehijauan.
Produksi radikal bebas ini dapat meningkat jumlahnya apabila kita sering
terpapar oleh sinar matahari, merokok, polusi udara dan mengkonsumsi
makanan yang rendah nilai gizinya. Produksi radikal bebas yang semakin
meningkat dalam tubuh kita memberi kontribusi yang besar terhadap
terjadinya proses penuaan berbagai organ tubuh.
Stress juga berperan besar pada semakin cepatnya proses penuaan
terjadi. Stress dalam hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga
jasmani. Apabila tubuh kita mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba
untuk memulihkan diri sendiri. Pada batas tertentu tubuh dapat pulih namun

9
tidak seratus persen dan tentu tidak pada semua kasus. Semakin sering tubuh
kita mengalami stress maka makin kecil kemungkinan tubuh untuk pulih
akibatnya tubuh semakin menua dan menjadi rentan terhadap penyakit. Apa
yang menyebabkan tubuh kita tidak bisa sepenuhnya memulihkan kerusakan
tadi, sebagian besar belum diketahui.

2.4 Tiga Fase Proses Penuaan


 Fase 1
Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormon
mulai berkurang (mulai mengalami penurunan produksi). Polusi udara,
diet yang tak sehat dan stres merupakan serangan radikal bebas yang dapat
merusak sel-sel tubuh. Di fase ini mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak
memberi pengaruh pada kesehatan. Tubuh pun masih bugar terus.
Penurunan ini mencapai 14 % ketika seseorang berusia 35 tahun.
 Fase 2
Kedua transisi, yakni pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah
menurun sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami penuaan.
Biasanya pada masa ini, ditandai dengan lemahnya penglihatan (mata
mulai mengalami rabun dekat) sehingga perlu menggunakan kacamata
berlensa plus, rambut mulai beruban, stamina dan energi tubuh pun
berkurang. Bila pada masa ini dan sebelumnya atau bila pada usia muda,
kita melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa berisiko terkena kanker.
 Fase 3
Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia 45 tahun ke atas. Pada
masa ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhenti sama
sekali.perempuan mengalami masa yang disebut menopause sedangkan
kaum pria mengalami masa andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi
kering karena mengalami dehidrasi/kulit menjadi keriput, terutama di
bagian samping dan di bawah mata kita, juga kulit tangan kita yang tidak
sekencang dulu, tubuh juga menjadi cepat lelah.

    

10
Karakteristik penyakit lansia di indonesia
1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis,
osteoartritis
2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina,
cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson,
dsbD. Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada Kardiovaskuler

2.5 Perubahan Fisiologis Jantung Akibat Penuaan


Proses menua akan menyebabkan perubahan pada sistem
kardiovaskular. Hal ini pada akhirnya juga akan menyebabkan perubahan pada
fisiologi jantung. Perubahan fisiologi jantung ini harus kita bedakan dari efek
patologis yang terjadi karena penyakit lain, seperti pada penyakit coronary
arterial disease yang juga sering terjadi dengan meningkatnya umur. Ada
sebuah masalah besar dalam mengukur dampak menua terhadap fisiologi
jantung, yaitu mengenai masalah penyakit laten yang terdapat pada lansia. Hal
ini dapat dilihat dari prevalensi penyakit CAD pada hasil autopsi, di mana
ditemukan lebih dari 60% pasien meninggal yang berumur 60 tahun atau
lebih, mengalami 75% oklusi atau lebih besar, pada setidaknya satu arteri
koronaria. Sedangkan pada hasil pendataan lain tercatat hanya sekitar 20%
pasien berumur >80 tahun yang secara klinis mempunyai manifestasi CAD.
Jelas hal ini menggambarkan bahwa pada sebagian lansia, penyakit CAD
adalah asimptomatik.
Hal ini sangat menyulitkan bagi kita dalam mengadakan penelitian
mengenai efek fisiologis menua pada jantung. Kita harus terlebih dahulu
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain seperti CAD pada sekelompok

11
lansia yang sepertinya sehat. Akan tetapi, tidak semua penelitian dilakukan
dengan terlebih dahulu menyingkirkan penyakit laten yang mungkin terdapat.
Hal inilah yang sering menyebabkan terdapatnya perbedaan dalam hasil
pendataan pada sejumlah penelitian.
1. Konsep medis
Perubahan system Kardiovaskuler
a. Jantung (Cor)
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia.
Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi
akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan
merupakan akibat dari perubahan intima karena ateros¬kle¬rosis.
Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic
incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi)
seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur
30-90 tahun massa jantung bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki
dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita).
Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari
berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup,
penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa
katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan
terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut. Ukuran katup
jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular
lebih luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat
penambahan circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga
pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga menyebabkan penebalan
katup mitral dan aorta.  Peru¬bahan ini disebabkan degenerasi jaringan
kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi.
Kalsifikasi sering ter¬jadi pada anulus katup mitral yang sering
ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun
atau cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik
ejeksi.

12
b. Pembuluh Darah Otak
Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna
dan a.vertebralis. Pembentukan plak ateroma sering di¬jumpai
didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal arteri karotis interna,
Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma
juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk
fibrosis tunika media hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak
hanya 2% dari berat badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total
kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah serebral pada orang
dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun
menjadi 30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem
vertebrobasiler adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat
menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan pada
mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer
men¬dorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale menjauh
dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan
mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti ini
dikenal dengan nama spondilosis servikalis.
 Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh
collumna vertebralis sehingga degenerasi diskus dapat
mengakibat¬kan pengurangan tinggi badan pada usia lanjut.
Spondilosis servi¬kalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:
1) Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi
tertentu bahkan dapat mengakibatkan oklusi pem¬buluh arteri ini.
2) Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verter¬balies
menjadi berkelok-kelok. Pada posisi tertentu pembu¬luh ini dapat
tertekuk sehingga terjadi oklusi.
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada
usia lanjut seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa
sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap peru¬bahan-

13
perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan
bahkan fungsi otak
c. Pembuluh Darah Perifer.
Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan
arteria perifer yang menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai
bawah menurun hal ini menyebabkan iskimia jaringan otot yang
menyebabkan keluhan kladikasio.
2. Perubahan Fisiologis Kardiovaskuler :
a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung
1) Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi
lipofusin (aging pigment) pada serat-serat miokardium.
2) Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi
rangka dari jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi
dan perubahan sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katup
menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan
katup sering ditemukan pada lansia.
3) Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang
merupakan pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga
akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50
tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi
fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan
kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan
penurunan denyut jantung.
4) Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel
kiri. Ini menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi
lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran jantung secara
keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.
5) Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial.
Hal ini disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat
tekanan diastolik menurun.

14
b. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah
1) Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini
menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri
memompa sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat.
Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut “Isolated aortic
incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam
tekanan diastolik.
2) Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-
adrenergik. Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan
baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons
terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi
Ortostatik pada lansia.
3) Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan
pembuangan melambat.
c. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah
1) Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah
pun menurun.
2) Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun.
Juga terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk
menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh
terhadap infeksi menurun.

2.6 Penyakit pada lansia yang berhubungan dengan system kardiofaskular


a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami
kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak (akut).
Hipertensi menetap (tekanan darah yang tinggi yang tidak menurun)
merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner, gagal
jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun peningkatan tekanan darah
relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup.
Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun beberapa

15
pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka
yang terasa panas atau telinga mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup
aliran darah di arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan
makanan ke otot jantung. Penghentian suplai darah ke jantung akan
merusak atau mematikan sebagian jaringan otot jantung. Gejala yang
sering muncul pada serangan jantung dapat berupa rasa tertekan, rasa
penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan berlangsung selama beberapa
menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada ke bahu, lengan,
punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode ini dapat
semakin sering dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul
berupa sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, atau mual
sampai muntah. Pada perempuan, gejala-gejala tersebut dirasa kurang
menonjol. Namun, gejala tambahan dapat timbul, berupa nyeri perut
seperti terbakar, kulit dingin, pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang
disertai rasa lesu yang luar biasa tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan
insiden meningkat pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun. Keadaan
ini merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai
kebutuhan fisiologis. Angka rawat inap gagal jantung pada pasien lansia
semakin bertambah dalam 20 tahun terakhir. Gagal jantung pada usia tua
biasanya disebabkan hipertensi arterial yang memengaruhi pemompaan
darah yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau terjadi akibat PJK.
Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung. Kelainan katup
menyebabkan gangguan ejeksi, pengisisan dan preload kronis yang
diakhiri dengan gagal jantung

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan
psikologik. Teori-teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk
menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai gangguan dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada lansia terutama gangguan yang terjadi pada
system kardiovaskular, perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa
berbagai masalah serta perubahan-perubahan tersebut dan menerapkannya
secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik,
mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan
eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan
keperawatan berkualitas pada klien lansia. 

3.2 Saran
 Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat
melalui prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar.
Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan
kejiwaan.
  Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik,
psikis dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat
sebaiknya meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui komunikasi
terapeutik, sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama
yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.
 Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan
dengan pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal
pemberian informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar
belakang pasien dan keluarga.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya. Baik
sebagai acuan dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan
asuhan keperawatan pada klien usia lanjut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung
Seto.

Sutisna Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.

Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nulia
Medika

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Riza, Beberapa Teori Penuaan,


http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/beberapa-teori-penuaan-
teori.html

18
MAKALAH
PROSES PENUAAN PADA SISTEM
KARDIOVASKULAR

Disusun oleh:
1. Bayu Nova Pradana (120701060)
2. Fienna Alissya Putri (120701069)
3. Pratiwi Alwi (120701087)
4. Radiktya Galih (120701088)
5. Tri Septi Ning Ayu (120701100)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN AJARAN 2014/2015

19
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Komunitas II
yang membahas tentang “Proses penuaan lansia pada system kardiovaskular ”.
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa kemampuan yang
penulis miliki sangat terbatas, akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyusun makalah mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya,
sehingga penulis berharap  ini dapat berguna bagi mahasiswa yang membaca
makalah ini, masyarakat pada umumnya serta bagi penulis sendiri pada
khususnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah
ini.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun akan penulis terima. Dan
akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penambahan
ilmu pengetahuan.

Jombang, Oktober 2014

Kelompok V

20
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
KATA PENGANTAR....................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
2
1.3 Tujuan.............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
3
2.1 Pengertian Proses Penuaan............................................................
3
2.2 Teori– teori Penuaan dan Proses Menua........................................
4
2.2.1 Teori penuaan.......................................................................
4
2.2.2 Teori proses menua..............................................................
5
2.3 Etiologi Proses Penuaan ................................................................
9
2.4 Tiga fase Proses Penuaan...............................................................
10
2.5 Perubahan Fisiologi Jantung Akibat Penuaan...............................
11

21
2.6 Penyakit pada Lansia Yang Berhubungan Dengan System
Kardiovaskular...............................................................................
15
BAB III PENUTUP ........................................................................................
17
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
17
3.2 Saran...............................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai