Kelas : Reguler 03
Kelompok 2
Nama Anggota :
1. Putu Linda Wahyuni (2005511086)
2. Ni Kadek Bili Ananda Putri (2005511087)
3. I Made Pandu Wirakusuma (2005511088)
7.1 PENDAHULUAN
Kuat geser bidang diskontinuitas (τ f ¿dapat dimodelkan dengan konsep Coulomb yang
terdiri dari parameter-parameter kohesi (c), tegangan normal (σ n ¿, dan sudut kuat geser
(ϕ), dalam persamaan garis lurus sebagai berikut :
τ f = c + σ n tan ϕ........................................(7.1)
Potongan garis lurus dengan sumbu tegak adalah nilai kohesi (c).
Kuat geser minimum tegangan pada tegangan normal sekitar 1250 Mpa adalah
sekitar 750 Mpa.
Kuat geser maksimum tegangan pada tegangan normal sekitar 1250 Mpa adalah
sekitar 850 Mpa.
Kisaran yang besar dari kuat geser terjadi di bawah tegangan yang rendah menunjukkan
bahwa bidang diskontinuitas cenderung tidak rata membentuk model kuat geser non-
linear. Hal ini menunjukkan tegangan normal mempunyai pengaruh yang kompleks
terhadap tingkah laku geser, sehingga membutuhkan pengembangan model kuat geser
non-linear untuk menggantikan model linear Coulomb.
Barton [1] menghubungkan sudut puncak dilasi (dn), yang diperoleh dari pengujian
geser terhadap sudut kuat geser dan menhubungkan sudut puncak dilasi terhadap rasio
tegangan normal (σ n ¿ dipergunakan dalam pengujian geser dengan kuat tekan satu
sumbu (σ c ¿
Berdasarkan penggunaan data sudut kuat geser dasar batuan, sekitar 30°(28.5° – 31.5°),
Barton [1] mengusulkan persamaan empiris untuk kuat geser puncak bidang
diskontinuitas :
arctan ( τ f / σ ' n ) = ϕ = 60°
60° = 2dn + 30°
τ f = σ ' n tan (2dn + 30°)
dn = 10 log 10 (σ c /σ 'n ¿......................................(7.3)
Persamaan (7.3) tampak bahwa tingkah laku dilasi bidang diskontinuitas dipengaruhi
oleh tegangan normal. Ini sejalan dengan persamaan yang diberikan oleh Newland &
Allely [4] yang melakukan pengujian triaksial pada material granular :
τ = σ n tan ¿ + θ).............................................(7.4)
ϕ u : sudut geser
Θ : sudut rata-rata pergerakan partikel searah dengan tegangan geser.
Total sudut geser adalah ( ϕ b+ θ ¿ pada titik gelincir, θ : sudut kekasaran efektif.
Newland & Allely [4] menemukan, bahwa ketika tegangan geser diberikan pada arah
horizontal, menyebabkan sepasang partikel pembentukan massa akan bergeser
sepanjang arah yang diberikan oleh tangen pada titik sentuh antara 2 partikel tersebut.
Pada batuan lapuk, tegangan normal yang diterapkan akan dipengaruhi oleh permukaan
batuan lapuk , menyebabkan nilai sudut kuat geser dasar juga akan dipengaruhi,
sehingga sudut yang dipertimbangkan adalah sudut kuat geser sisa (ϕ r ¿ :
ϕ r= (ϕ b-20°)+ 20 (r/R)....................................(7.7)
ϕ r : sudut kuat geser sisa
ϕ b : sudut kuat geser dasar
r : pantulan palu Schmidt pada permukaan basah
R : pantulan palu Schmidt pada permukaan kering
ϕ r= (30°-20°) + 20 (0/R)
ϕ r = 10°