ADVANCE MARKETING
The Pricing Strategies
Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
SPS Magister 13 …………. Dr. Nurul Hermina. SE.,MM
Manajemen
Abstract Kompetensi
Case Study : Trader Joe’s : A Special Twist on the Price-Value Equation—Cheap Gourmet
Trader Joe’s bukanlah sebuah retailer makanan biasa. Trader Joe’s menggunakan
special twist pada value dan harga produk yang dijualnya. Mereka menciptakan atmosfer
seperti liburan dan menyenangkan untuk berbelanja. Trader Joe’s bukan termasuk jenis
retailer makanan low end, ataupun retailer untuk menengah ke atas. Trade Joe’s adalah
retailer yangkeren dan berkonsep. Trader Joe’s menyebutu dirinya sebagai sebuah “island
paradise” dimana value, petualangan dan harta karun lezat dapat ditemukan, setiap hari.
Customer tidak hanya berbelanja di Trader Joe’s, mereka merasakan suatu pengalaman
tersendiri disana.
Produk yang dijual di Trader Joe’s juga terbatas, tetapi merupakan produk pilihan
yang unik, mulai dari packaged food, makanan instan, snacks dengan rasa unik, makanan
penutup, makanan jadi hingga buah dan sayuran segar. Produk-produk yang ada di Trade
Joe’s tidak dijual di tempat lain, karena 80% nya adalah private label milik Trade Joe’s.
Produk-produk tersebut sangat disukai oleh customer, terutama karena semua fasilitas dan
atmosfer yang fun tersebut tidak menyebabkan harga produknya mahal. Harga yang
ditawarkan sesuai dengan value yang didapat oleh customer.
Bagaimana Trader Joe’s tetap menjaga kualitas, tetapi harga produk juga rendah?
Mereka memiliki operasional yang sangat rapi dan fokus untuk menghemat uang. Mereka
mencari lokasi yang harga sewanya murah dan tidak terlalu besar. Jenis produk yang tidak
banyak juga menghemat inventory cost. Mereka juga meng-eliminasi produk yang
pemeliharaannya mahal seperti on-site bakery, toko daging dan seafood. Untuk produk
private label, mereka membelinya langsung dari supplier dan menegosiasikan haraganya.
Mereka juga tidak menggunakan advertising sama sekali. Kombinasi antara produk yang
unik, atmosfer toko yang fun dan harga murah membuat Trade Joe’s dapat mengandalkan
kekuatan word of mouth. Trader Joe’s juga menyediakan wadah bagi para fans dan
Strategi penetapan harga biasanya berubah mengikuti pola dari product life cycle. Pada
tahap introductory adalah yang paling menantang. Ada dua strategi dalam menetapkan
harga untuk produk baru:
1. Market Skimming pricing, yaitu ketika sebuah produk baru diberi harga tinggi untuk
memilah-milah tiap layer dari target market. Contoh: Apple memberikan harga tinggi
untuk iphone, dan saat itu hanya dibeli oleh pasar yang benar-benar ingin gadget
tercanggih, dan tentunya didukung dengan daya beli tinggi. Seiring dengan
berkembangnya produk tersebut, harganya semakin menurun secara bertahap.
Dalam penurunan bertahap tsb, pasar yang membelinya juga beraneka ragam di
layernya masing2. Dalam hal ini, Apple berhasil mendapatkan keuntungan
maksimum dari tiap layer pasar.
Untuk strategi ini hanya bisa dilakukan di 2 kondisi, yaitu value yang ditawarkan
harus sesuai atau bahkan melebihi harga tinggi dan biaya untuk produksi jumlah
yang lebih sedikit, tidak boleh terlalu tinggi.
2. Marketing penetration pricing, yaitu strategi yang berlawanan dari market skimming,
yaitu produk baru diberi harga rendah, sehingga akan menarik perhatian lebih
banyak konsumen untuk membelinya.
Untuk dapat mendekati pasar customer di Cina yang dikenal dengan karakter suka
menghemat pengeluaran, IKEA memotong harganya. Strategi tersebut berhasil. Saat
Strategi penetapan harga tidak hanya berubah mengikuti product life cycle, tetapi juga akan
berubah ketika menjadi bagian dari product mix. Berikut merupakan 5 kondisi bagaimana
pricing strategy untuk prodct mix, yaitu :
1. Product Line pricing; pada umumnya perusahaan tidak hanya memproduksi 1 jenis
produk, tetapi dalam berbentuk produk lain, contoh: mi instan dengan berbagai
varian harga, ukuran dan kemasan, adalah contoh produk line. Seluruh produk dalam
product line tentunya harus memiliki harga, dan tidak dapat begitu saja disamakan.
Untuk itu, dalam kondisi ini perusahaan menetapkan harga berdasarkan perbedaan
biaya produksi antara 1 produk dengan yang lain, evaluasi customer terhadap
masing-masing produk dana tentunya harga kompetitor
2. Optional Product Pricing , yaitu ketika suatu produk memiliki produk tambahan, dan
apakah akan membelinya atau tidak merupakan pilihan penguna produk. Contoh: membeli
laptop, ada tambahan asessoris dvd external. Laptop dan dvd external dijual secara terpisah,
tentunya dengan harga berbeda. Tetapi terkadang ada juga assesoris yang memang sudah
include dengan pembelian produk utama. Untuk itu, marketer perlu mempertimbangkan
produk acessories aja yang sebaiknya menjadi satu harga dengan produk utama
Yaitu produk yang dalam penggunaannya harus menggunakan produk utama. Contoh: video
game, yang harus menggunakan console game player, atau pisau cukur yang harus
menggunakan alat cukurnya. Perusahaan dengan produk ini sebaiknya berhati-hati dalam
penetapan harga, agar pada akhirnya tidak merugikan perusahaan. Contoh : ketika saat ini
fenomena tinta printer isi ulang, dapat menjatuhkan penjualan tinta isi ulang printer.
2. Segmented Pricing
3. Psychological Pricing
Harga adalah salah satu elemen yang dapat menggambarkan karakteristik produk.
Psychological pricing adalah menggunakan efek psikologi dalam penetapan harga,
dan bukan dari segi ekonomi. Contoh: customer memiliki persepsi bahwa produk
dengan harga lebih tinggi memiliki kualitas yang lebih baik dari produk dengan harga
rendah.
Aspek lain dari psychological pricing adalah, references price- yaitu harga yang ada di
benak konsumen, dan akan dijadikan acuan ketika melihat suatu harga produk.
Contoh: produk baru A akan terasa sangat murah, ketika dibandingkan dengan
produk B yang harganya jauh lebih mahal, dengan value yang hampir sama.
Untuk sebagian besar pembelian yang dilakukan, customer biasanya tidak memiliki
waktu atau tenaga untuk membandingkan produk yang dibeli dengan produk lain
sejenis. Untuk itu, mereka membutuhkan sedikit clue yang dapat dijadikan acuan
apakah harga tersebut murah atau mahal. Hal ini dapat dijadikan strategi
perusahana untuk memberikan clue dengan cara membandingkan produk dengan
reference pricing.
Geographical pricing
Yaitu strategi perusahaan dalam menyesuaikan harga produk berdasarkan wilayah geografi.
Terdapat bberapa bentuk yang bisa dilakukan dalam strategi ini, yaitu :
1. FOB- origin pricing (free on board)
Yaitu strategi penyesuian harga, dimana biaya selama produk berada di perjalanan
hingga sampai ke tempat tujuan/customer, ditanggung oleh customer.
2. Uniform-delivered pricing
Strategi penetapan harga dimana customer harus membayar harga produk yang
disamakan untuk semua area, ditambah dengan biaya pengiriman sebesar
tergantung dari lokasi customer.
3. Zone pricing
Dimana perusahaan menetapkan strategi harga dengan cara memisahkan
berdasarkan dua atau lebih zona. Seluruh customer di zona yang sama akan
membayarkan sejumlah biaya sama.
‘20 CORPORATE BUSINEES UNIT STRATEGY Biro Akademik dan Pembelajaran
7 DR.Nurul Hermina SE.MM http://www.widyatama.ac.id
Dynamic pricing
Yaitu ketika perusahaan menyesuaikan harga agar sesuai dengan karakter dan kebutuhan
customer dan situasi tertentu. Strategi ini berarti harga sangatlah dinamis dan flexible.
Contoh: E-bay yang memberlakukan sistem bid dan auction untuk menentukan harga suatu
produk, sesuai dengan karakter konsumen serta value yang dipersepsikan oleh konsumen
sendiri
Contoh: di priceline.com, customer diberi pilihan untuk menentukan harganya sendiri
International pricing
Untuk perusahaan yang memasarkan produknya secara internasional harus memikirkan
harga yang akan dibebankan di setiap negara yang berbeda. Ada beberapa perusahaan yang
memilih untuk memberlakukan harga yang sama. Ada pula perusahaan yang membedakan
harga produk sesuai dengan faktor-faktor yang berlaku di negara tersebut, seperti kondisi
ekonomi, situasi persaingan, peraturan hukum, serta bagaimana sistem retail dan
wholesaling di negara tersebut.
Price Changes
Ada suatu situasi dimana perusahaan harus ber-inisiatif untuk merubah harga , atau untuk
merespon perubahan harga oleh kompetitor :
1. Initiating price changes, yaitu ketika perusahaan harus ber-inisiatif melakukan
perubahan harga, baik itu menaikkan harga atau menurunkan harga
Initiating price cut
Ada situasi tertentu ketika perusahaan harus menurunkan harga, yaitu ketika terjadi
kelebihan kapasitas, sehingga harus segera dihabiskan. Atau ketika persaingan
Dalam melakukan perubahan harga, baik itu menaikkan atau mengurangi harga,
perusahaan harus memperhatikan reaksi dari buyer dan competitor.
Buyer Reactions
Ada sebagian brand yang akan sangat berpengaruh image nya apabila terjadi
perubahan harga,. Harga yang naik mungkin akan dipandang positif bagi customer,
karena kualitasnya naik dsb. Namun, harga turun juga bisa dipandang sebagai sinyal
negatif dari penurunan kualitas dsb. Terutama untuk produk premium, contoh:
ketika tiffany menciptakan produk silver dengan harga yang lebih terjangkau,
antusias customer memang bertambah, tetapi akan ada resiko Tiffany’s kehilangan
premium customernya. Karena dengan harga murah dan semua orang bisa membeli,
Tiffany’s tidak spesial lagi.
Competitor Reactions
Tidak semua kompetitor akan bereaksi thdp perubahan harga. Biasanya kompetitor
akan bereaksi apabila di dalam industri tersebut, hanya sedikit perusahaan yang
terlibat, atau ketika produk yang ditawarkan serupa, atau ketika customer memiliki
banyak info mengenai produk dan harganya.
Daftar Pustaka
Fifield. P (2007) Marketing Strategy: The Difference Between Marketing and Markets. Third edition.
Elsevier Ltd.
Fifield. P (2007) Marketing Strategy Master Class. First edition. Elsevier Ltd.
Kotler. P, and Lee. N (2019) Social Marketing: Behavior Changen for Social Good. Six edition. Sage
Publications Ltd.
Lovelock. C, and Chatterjee () Services Marketing: People, Technology, Strategy. Pearson Education.
Zeithaml. V, Bitner. JM, and Gremler (2018) Service Marketing: Integrating Customer Focus Across
The Firm. Sevent edition. McGrawHill Education.