Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA
Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga

Koordinator Mata Kuliah : Lina Safarina, S.Kp., M.Kep.


Dosen Pembimbing : Oop Ropei, S.Pd., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom.

Oleh:
Anggi Rahmayunita (214120027)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan

darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu

sama lain (Harmoko, 2012).

Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga

adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama

lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

B. Struktur keluarga

Struktur keluarga terdiri atas:

1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.

2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.

3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari

istri.

4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari

suami.

5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena

adanya hubungan dengan suami istri.

Ciri-ciri struktur keluarga:


1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.

2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan

dan fungsinya masing-masing.

Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur

keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma

keluarga, dan kekuatan keluarga.


1. Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,

komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional

memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan

seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi

verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-

kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi

sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada

saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang

membuat istri marah.

2. Struktur peran keluarga.

Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun

informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.

3. Struktur nilai dan norma keluarga.

Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau

bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal

dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat,

dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi

diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan

makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune,

2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau

tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga

merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan

peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan

sistem nilai dalam keluarga.

4. Struktur kekuatan keluarga


Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari

individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah

kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk

mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang

yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert power),

pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima (reward power),

pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang


dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang diberikan melalui

manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).

C. Tugas Keluarga

Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu

muda.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatam dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-

fasilitas kesehatan yang ada.

D. Tahap perkembangan keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem

keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya

disepanjang waktu.

Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada

setiap tahapan perkembangan.

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan

perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan


meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti

psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan

orang tuanya.

Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian

peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan

kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan

sebagainya.

Tugas perkembangan

a. Membina hubungan intim dan memuaskan.

b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,

keluarga istri dan keluarga sendiri.

2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai

anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.

Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:

a. Persiapan menjadi orang tua

b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan

sexual

dan kegiatan.

c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua

dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi

dan

orang tua dapat tercapai.

3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat

anak berusia 5 tahun.

Tugas perkembangan

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,

privasi dan rasa aman.

b. Membantu anak untuk bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga

harus terpenuhi.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun

denganmasyarakat.

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir

pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai

jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah,

masing- masing anak memiliki minat sendiri. Demikian pula orang tua

mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga.


a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

b. Mempertahankan keintiman pasangan. Memenuhi kebutuhan dan biaya

kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan

kesehatan anggota keluarga.

Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan

pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun

kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang

lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.

Tugas perkembangan

a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.

b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua

d. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

e. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan

membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang

tua dan remaja.

6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center

family).

Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada

saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah
anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal

bersama orang tua.

Tugas perkembangan

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b. Mempertahankan keintiman pasangan.

c. Membantu orang tua memasuki masa tua.

d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa

pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak

dan perasaan gagal sebagai orang tua.

Tugas perkembangan

a. Mempertahankan kesehatan.

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan

anak-anak.

c. Meningkatkan keakraban pasangan.

Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang,

olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Tahap VIII keluarga usia lanjut

Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan

keduanya meninggal.
Tugas perkembangan

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan

pendapatan.

c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.

d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

e. Melakukan life review.

f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama

keluarga pada tahap ini.

E. Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang

mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau

anggota keluarga yang

di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga.

Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :

1. Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga

2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga

3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga

atau anggota keluarga yang bermasalah.

F. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)

1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:

a. Sandang, Pangan dan papan

b. Hubungan seksual suami istri


c. Reproduksi atau pengembangan keturunan

2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban

menafkahi keluarganya (istri dan anaknya).

3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator

sosial budaya bagi anak).

4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan

dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi

kualitas generasi yang akan datang.

5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga

dari gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan

ketidaknyamanan (fisik,psikologis) para anggotanya.

6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi

kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya

7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama

kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.

G. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi

prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan,

meliputi:

1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah

sebagai

berikut:

a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.

b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.


c. Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit

keturunan.

2. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:

a. Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).

b. Menderita kekurangan gizi atau anemia.

c. Menderita hipertensi.

d. Primipara atau multipara.

e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.

3. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:

a. Lahir prematur atau BBLR.

b. Lahir dengan cacat bawaan.

c. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.

d. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.

4. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:

a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan

b. Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok

dan tegang.

c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.

d. Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan

keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan
keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC

Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai