Anda di halaman 1dari 197

PERANCANGAN ULANG POMPA SENTRIFUGAL

DI PT TORISHIMA GUNA ENGINEERING UNTUK INTAKE


PUMP KARAWANG INTERNATIONAL INDUSTRIAL CITY

SKRIPSI

Oleh:
Syamsul Bahri
NIM : 171430047

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN KILANG


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
CEPU
2021
PERANCANGAN ULANG POMPA SENTRIFUGAL
DI PT TORISHIMA GUNA ENGINEERING UNTUK INTAKE
PUMP KARAWANG INTERNATIONAL INDUSTRIAL CITY

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Profesional Sarjana Terapan pada Program Sarjana Terapan Program
Studi Teknik Mesin Kilang PEM Akamigas

Oleh:
Syamsul Bahri
NIM : 171430047

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN KILANG


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
CEPU
2021
ABSTRAK

Dalam dunia industri, pompa sentrifugal mempunyai peran yang sentral untuk
memindahkan fluida cair dari satu tempat ke tempat lain. Bulan Januari 2020,
PT. Torishima Guna Engineering menerima permintaan overhoul pompa sentrifugal
ETA-N 150 x 125-400 dari PT. Maligi Permata Industrial Estate yang berfungsi
sebagai pompa intake di kawasan Karawang International Industrial City (KIIC).
Pompa tersebut diketahui mengalami penurunan head dan kapasitas. Setelah dilakukan
pengecekan, ditemukan uniform surface corrosion dan erosion corrosion pada
impeller dan volute chamber, deep scratch dan light corrosion pada poros, dan
kegagalan pada bearing yang dikarenakan unbalance pada motor penggerak pompa.
Berdasarkan hasil pengecekan tersebut maka penulis melakukan perancangan ulang
pompa sentrifugal dengan metodologi penulisan yang meliputi, melakukan studi
kepustakaan, melakukan pengumpulan data-data dari lapangan, melakukan diskusi
kepada pihak-pihak yang terkait dan berkonsultasi dengan pembimbing kemudian
melakukan proses perancangan ulang yang meliputi, perancangan impeller, volute
chamber, poros dan pasak, penentuan bearing, penentuan pelumas bearing, penentuan
coupling. Dan penggantian jenis material dengan tujuan untuk mengurangi atau
menghindari korosi. Setelah dilakukan perancangan ulang pada pompa sentrifugal
dengan menggunakan standar API 610 maka didapatkan pompa sentrifugal jenis single
stage, putaran 1450 rpm, efisiensi overall pompa sebesar 80%, daya pompa sebesar
29,34 kW, menggunakan impeller jenis backward-curved dengan material bronze
UNS C95200, diameter impeller sebesar 343 mm untuk diameter luar dan 154 mm
untuk diameter dalam, menggunakan 7 bauh sudu yang mana pompa tersebut mampu
beroperasi pada kapasitas 229,8 m3/h dan head 37 m. Dan juga dilakukan tinjauan
terhadap keekonomianya diperkirakan harga pompa beserta motor listriknya adalah
Rp.167.892.453,3 dengan total keuntungan Rp.17.495.621,-/tahun dan Pay Out Time
selama 9 tahun 6 bulan, sehingga proyek ini dapat dikatakan layak untuk diteruskan.

Kata Kunci: Pompa sentrifugal, perancangan ulang, tinjauan keekonomian.

ii
ABSTRACT

In the industry, centrifugal pump has a central function for moving liquid from
one place to another place. In january 2021, PT. Torishima Guna Enginering received
a overhaul request of centrifugal pump type ETA- N 150 x 125-400 from PT. Maligi
Permata Industrial Estate. Which functions as an intake pump in the Karawang
International Industrial City (KIIC) area. The pump was rumored to have decreased
head and capacity. After checking, uniform surface corrosion and erosion corrosion
were found on the impeller and volute chamber, deep scratch and light corrosion on
the shaft, and failure of the bearing due to unbalance in the pump driver motor. Based
on the results of these checks, the author will redesign the centrifugal pump with a
writing methodology which includes conducting a literature study, collecting data
from the field, conducting discussions with related parties and consulting with the
supervisor then carrying out a redesign process which includes, impeller design,
volute chamber, shaft and pin, bearing determination, bearing lubricant
determination, coupling determination. And changing the type of material in order to
reduce or avoid corrosion. After redesigning the centrifugal pump by using the API
610 standard, we get single stage centrifugal pump, with 1450 rpm speed, overall
pump efficiency is 80%, pump power is 29.34 kW, using a backward curved type of
impeller with bronze UNS C95200 material, the impeller diameter is 343 mm for the
outside diameter and 154 mm for the inside diameter, using 7 blades where the pump
is able to operate at a capacity of 229,8 m3 / h and a head of 37 m. And also a review
of its economics it is estimated that the price of the pump and its electric motor is Rp.
167.892.453,3 with a total profit of Rp. 17.495.621, - / year and Pay Out Time for 9
years and 6 months, so this project is feasible to proceed.

Keywords: Centrifugal Pump, redesign, review of the economy.

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pompa sentrifugal merupakan salah satu peralatan mekanik yang mempunyai

peranan penting dalam suatu industri. Yaitu sebagai media pendistribusi fluida cair

melalui sebuah sistem perpipaan untuk menunjang kebutuhan operasi dan distribusi

dalam suatu industri.

Torishima Guna Group merupakan sebuah perusahaan joint venture antara

Torishima Pump Mfg. Co. Ltd. dari Jepang dan PT. Guna Elektro dari Indonesia.

Torishima Guna Group terdiri dari tiga perusahaan, antara lain: PT. Torishima Guna

Indonesia sebagai pump manufacturer, PT. Geteka Founindo sebagai ferrous & non-

ferous foundry, dan PT. Torishima Guna Engineering sebagai engineering services.

Dalam kegiatan praktik kerja lapangan, penulis ditempatkan di PT. Torishima Guna

Engineering dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penulis

di bidang turbomachinery services and engineering, terutama di bidang pompa.

Bulan Januari 2021, PT. Torishima Guna Engineering menerima permintaan

overhoul pompa sentrifugal ETA-N 150 x 125-400 dari PT. Maligi Permata Industrial

Estate yang berfungsi sebagai pompa intake di Kawasan Karawang International

Industrial City (KIIC). Pompa tersebut diisukan mengalami penurunan head dan

kapasitas serta vibrasi yang tinggi. Setelah dilakukan pengecekan, ditemukan uniform

surface corrosion dan erosion corrosion pada impeller dan volute chamber, deep

scratch dan light corrosion pada poros, dan kegagalan pada bearing yang dikarenakan

unbalance pada motor penggerak pompa.


Gambar 1.1 Kondisi Incoming Pompa Sentrifugal ETA-N 150 x 125-400

Mengacu pada hasil pengecekan tersebut, penulis ingin melakukan perancangan

ulang beberapa komponen pompa sentrifugal. Oleh karena itu, penulis nantinya akan

menuangkan hasil perancangan pompa tersebut ke dalam skripsi yang berjudul

“Perancangan ulang pompa sentrifugal di PT Torishima Guna Engineering untuk

intake pump Karawang International Industrial City”, dengan tujuan untuk

2
menentukan pompa sentrifugal yang sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan serta

handal dan ekonomis.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat penulis rumuskan

secara spesifik gambaran mengenai masalah-masalah yang diangkat dalam penulisan

skripsi ini.

1. Uniform surface corrosion yang dialami impeller dan sudu-sudu impeller

yang mengalami erosion corrosion, yang mengakibatkan penurunan

performa pada pompa senrifugal;

2. Volute casing mengalami uniform surface corrosion

3. Poros pompa mengalami uniform surface corrosion dan ditemukan banyak

goresan (deep scratch).

4. Bearing mengalami kegagalan yang dikarenakan unbalance pada motor

pompa, sehingga dapat menyebabkan vibrasi berlebihan

5. Menentukan jenis pompa sentrifugal yang sesuai dengan kapasitas yang

dibutuhkan;

6. Kemudian melakukan perhitungan dimensi untuk bagian-bagian utama

pompa sentrifugal dan menentukan elemen-elemen mesin pendukungnya;

7. Melakukan tinjauan ekonomi untuk mengetahui kebutuhan dan kelayakan

ekonominya.

1.3 Hipotesis

Dalam perancangan ulang pompa sentrifugal ETA-N 150 x 125-400 yang

menjadi permasalahan utama adalah terjadinya penurunan head dan kapasitas serta

3
vibrasi yang tinggi. Kemudian setelah dilakukan pengecekan, ditemukan uniform

surface corrosion dan erosion corrosion pada impeller dan volute chamber, deep

scratch dan light corrosion pada poros, dan kegagalan pada bearing yang dikarenakan

unbalance pada motor penggerak pompa. Permasalahan tersebut secara teoritis dengan

mengacu pada standard dan literatur yang ada dapat diatasi dengan melakukan

penggantian material pada komponen-komponen yang mengalami degradasi kekuatan.

Hasil perancangan ini nantinya akan digunakan sebagai sarana pembuktian hipotesis

tersebut. Sehingga diperoleh hasil kajian yang terbukti secara ilmiah.

1.4 Tujuan

Tujuan dari perancangan ulang pompa sentrifugal ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan upgrade material untuk impeller, volute chamber, poros dan

pasak agar lebih tahan terhadap korosi;

2. Melakukan perancangan ulang beberapa komponen pompa sentrifugal yang

meliputi perancangan impeller, volute chamber, poros dan pasak, penentuan

bearing, penentuan pelumas bearing, dan penentuan coupling. Kemudian

melakukan tinjauan keekonomiannya. Dengan tujuan untuk menentukan

pompa yang sesuai dengan kebutuhan operasi.

1.5 Batasan Masalah

Pada saat proses penyusunan skripsi, penulis hanya akan membatasi

permasalahnya pada perancangan yang meliputi:

1. Upgrade material untuk beberapa komponen pompa yang mengalami

uniform surface corrosion, erosion corrosiom dan deep scratch;

2. Perancangan impeller pompa dan sudunya;

4
3. Perancangan volute chamber;

4. Penentuan Coupling;

5. Perancangan poros pompa;

6. Perancangan pasak;

7. Penentuan bearing;

8. Penentuan pelumas bearing;

9. Perhitungan biaya yang ditimbulkan dari perancangan peralatan tersebut

yang kemudian dilakukan peninjauan kelayakan secara keekonomiannya.

1.6 Manfaat

Manfaat dari perancangan ulang pompa sentrifugal ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai kajian ilmiah yang dapat digunakan dalam proses reverse

engineering yang sering ditemui di industri manufaktur;

2. Sebagai sarana pembanding antara ilmu-ilmu dan pengetahuan yang

diperoleh di bangku kuliah dengan kondisi aktual yang ada di dunia industri;

3. Mampu menerapkan ilmu-ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di bangku

kuliah sesuai bidangnya.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pompa

Pompa adalah suatu peralatan mekanik yang berfungsi untuk mengalirkan suatu

cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan media berupa pipa.

Pemindahan tersebut dilakukan dengan menambahkan energi pada cairan sehingga

cairan dapat mengalir secara kontinyu karena memiliki tekanan. Tekanan dibangkitkan

oleh pompa dengan cara memberi energi pada cairan, dimana emergi yang diberikan

dapat berupa energi potensial maupun energi kecepatan yang bersumber dari suatu

penggerak.

2.2 Klasifikasi Pompa

Berdasarkan cara pemindahan dan penambahan energi pada cairan, pompa dapat

diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu pompa pemindah non positif dan pompa

pemindah positif.

1. Pompa Pemindah Non Positif

Pompa pemindah non positif adalah pompa dengan volume ruang yang

tetap pada saat pompa beroperasi. Energi yang diberikan pada cairan

berupa energi kecepatan yang diubah menjadi energi tekanan oleh rumah

pompa itu sendiri.

2. Pompa Pemindah Positif

Pompa pemindah positif adalah pompa dangan volume ruang kerja yang

berubah-ubah dari besar ke kecil atau sebaliknya, selama pompa


beroperasi. Energi yang diberikan kepada cairan adalah energi potensial

sehingga cairan berpindah volume per volume.

2.3 Perencanaan Perancangan Pompa Sentrifugal

Perancangan pompa sentrifugal harus mempertimbangkan karakteristik

pengoperasian dan fluida yang akan dipompakan. Kemudian melakukan perhitungan

yang meliputi pemilihan pompa, pemilihan material pompa, perhitungan daya pompa,

perhitungan NPSHr pompa, kemudian melakukan perancangan dan menentukan

beberapa komponen utama pompa yaitu, impeller, volute chamber, coupling, poros

pompa, pasak pompa, bearing dan sistem pelumasannya.

2.3.1 Karakteristik Fluida yang Dipompakan

Kondisi fisik maupun kimia dari suatu fluida sangat berpengaruh dalam

perancangan dan perhitungan pompa. Jenis fluida beserta karakteristiknya perlu

diketahui sebagai dasar untuk perhitungan perancangan pompa sentrifugal,

karakteristik dari fluida yang dipompakan tersebut terdiri dari jenis cairan, specific

gravity (SG), viskositas absolut dan tekanan uap cairan yang dipompakan.

2.3.2 Menentukan Kapasitas Pompa

Kapasitas suatu pompa adalah jumlah aliran kontinyu persatuan waktu yang

mampu dialirkan oleh suatu pompa. Dalam melakukan perancangan pompa, kapasitas

merupakan data yang dibutuhkan sebagai dasar perhitungan perancangan pompa.

Kapasitas ini ditentukan berdasarkan kebutuhan proses dangan pertimbangan operasi

jangka panjang.

7
2.3.3 Menentukan Total Head Pompa

Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk

mengalirkan sejumlah fluida cair yang direncanakan sesuai kondisi instalasi pompa,

yang umumnya dinyatakan dalam satuan panjang. Head dapat bervariasi pada

penampang yang berbeda, tetapi kenyataannya selalu terdapat rugi-rugi head (head

loss).

Total head pompa merupakan jumlah antara head statis dan head dinamis.

Dimana head statis merupakan head yang besarnya tidak dipengaruhi oleh kecepatan

fluida, sedangkan head dinamis besarnya dipengaruhi oleh kecepatan fluida. Total

head pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah fluida cair dapat

ditentukan dari kondisi instalasi sistem perpipaan yang dilayani oleh pompa.

2.4 Penentuan Jenis Pompa

Penentuan jenis pompa dapat dilaksanakan dengan pertimbangan berdasarkan

beberapa parameter operasi, antara lain:

1. Kapasitas;

2. Head;

3. Tinggi angkat statis;

4. Jenis cairan yang dilayani.

2.5 Pemilihan Material Pompa

Pemilihan material merupakan tahapan yang paling utama dalam melakukan

perancangan ulang pompa sentrifugal, pemilihan material yang salah akan

mengakibatkan kegagalan operasi pada pompa tersebut.

8
2.5.1 Data Pemilihan Material Pompa

Melakukan identifikasi terhadap properties dan kandungan dari fluida service

merupakan langkah yang sangat penting sebelum menentukan jenis material yang akan

digunakan untuk pompa tersebut, identifikasi yang salah akan menyebabkan

kerusakan hingga kegagalan operasi dari pompa tersebut. (Sularso, Haruo Tahara,

2000)

Berikut merupakan data yang perlu diketahui sebelum menentukan jenis

material yang akan digunakan.

1. Jenis zat cair yang akan dipompkan (fluida service);

2. Zat korosif yang terdapat didalam zat cair (seperti H2SO4, HCI) harus

diidentifikasi secara jelas;

3. Kandungan Ph pada zat cair yang dipompakan;

4. Kotoran atau persentase berat zat selain yang dinyatakan dalam (2) didalam

zat cair (seperti garam logam, zat organik, dan lain-lain);

5. Temperatur zat cair:

a. Temperatur maksimum (˚C);

b. Temperatur rata-rata (˚C);

c. Temperatur minimum (˚C).

6. Berat jenis atau kerapatan zat cair yang dipompa:

a. Berat jenis cairan (kg/m2), pada temperatur maksimum (˚C);

b. Berat jenis cairan (kg/m2), pada temperatur rata-rata (˚C);

c. Berat jenis cairan (kg/m2), pada temperatur minimum (˚C).

7. Tekanan penguapan pada temperatur tersebut dalam (6) :

a. Tekanan penguapan (kgf/cm2), pada temperatur maksimum (˚C);

9
b. Tekanan penguapan (kgf/cm2), pada temperatur rata-rata (˚C);

c. Tekanan penguapan (kgf/cm2), pada temperatur minimum (˚C).

8. Viskositas :

a. Viskositas cairan (kg.s/m2), pada temperatur maksimum (˚C);

b. Viskositas cairan (kg.s/m2), pada temperatur rata-rata (˚C);

c. Viskositas cairan (kg.s/m2), pada temperatur minimum (˚C).

9. Zat padat yang terkandung

a. Berat jenis atau kerapatan (g/m3);

b. Jumlah kandungan (ppm).

10. Kondisi pemakaian pompa

a. Operasi terus menerus atau terputus;

b. Apakah zat cair disirkulasikan dalam jalur pipa tertutup atau zat cair

baru ditambahkan terus menerus;

c. Apakah pompa kadang kadang dibuka atau bagian dalamnya kadang-

kadang tekena udara.

11. Umur pompa yang diminta berdasarkan pertimbangan ekonomi

2.5.2 Standar Pemilihan Material Pompa

API 610 adalah standar untuk pompa sentrifugal yang digunakan untuk industri

minyak bumi, industri kimia dan gas jasa. API 610 meliputi standar minimum :

1. Safety

2. Reliability

3. Maintainability

10
Maka, API Standard 610 mensyaratkan penggunaan material pompa yang akan

digunakan untuk industri minyak dan gas bumi, industri kimia dan gas jasa pada Tabel

2.1.

Tabel berikut memberikan panduan yang menunjukkan kelas material yang

dapat sesuai untuk berbagai layanan.

Tabel 2.1 Materials Class Selection Guidance (API Standart 610, 2010)

Temperature
range Pressure Materials Ref
Service
range class note
˚C ˚F
Fresh water, condensate, cooling tower
< 100 < 212 All I-1 or I-2 -
water
Boiling water and process water < 120 < 250 All I-1 or I-2 a
120 to 175 250 to 350 All S-5 a
> 175 > 350 All S-6, C-6 a
Boiler feed water
Axially split > 95 > 200 All C-6 -
Double-casing (barrel) > 95 > 200 All C-6 -
Boiler circulator > 95 > 200 All C-6 -
Foul water, reflux drum water, water S-3 or S-
< 175 < 350 All
draw, and hydrocarbons containing these 6
> 175 > 350 All
waters, inclusing reflux streams C-6
Propane, butanem liquefied petroleum < 230 < 450 All S-1 -
gasm ammonia, ethylene, low > - 46 > - 50 All S-1(LCB) h
temperature servce (minimum metal > - 73 > - 100 All S-1(LC2) h
temperature) > - 100 > - 150 All S-1(LC3) hj
> - 196 > - 320 All A-7orA-8 hj
Diesel oil; gasoline; naphtha, kerosene;
< 230 < 450 All S-1 -
gasoils; Medium and heavy lubricating
230 to 370 450 to 700 All S-6 b,c
oils; residuum; crude oil; asphalt;
> 370 > 700 All C-6 b
synthetic crude bottoms
Seawater < 95 < 200 All - f
Sour water < 260 < 470 All D-1 -
Produce water, formation water and brine All All All D-1orD-2 f
Sulfur (liquid state) All All All S-1 -

2.6 Perhitungan Kecepatan Spesifik

Dalam melakukan perancangan pompa sentrifugal, hal utama yang perlu

diperhatikan adalah kecepatan spesifik. Kecepatan spesifik merupakan bilangan index

11
yang menunjukkan hubungan antara flow, head dan kecepatan pada kondisi efisiensi

maksimal. Kecepatan spesifik digunakan untuk menentukan jenis impeller dan

geometri impeller. Kecepatan Spesifik dapat dihitung dengan beberapa persamaan

yaitu, kecepatan spesifik kinematik, kecepatan spesifik dinamik, dimensionless shape

number.

2.6.1 Kecepatan Spesifik Kinematik (nsQ)

Kecepatan spesifik kinematik adalah kecepatan impeller yang secara geometris

sama apabila ukuran impeller tersebut diubah, sehingga memberikan kapasitas

pemompaan 1 m3/s dengan head 1 m. Kecepatan spesifik kinematik dapat dirumuskan

sebagai berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965:106).

𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑄 = , … … … … . . … … … . . … … … … … … . … … … . … . . … … … … . (𝟐. 𝟏)
𝐻 3/4

Keterangan:

n = Putaran, rpm

Q = Kapasitas Cairan, m3/s

H = Head total Pompa, m

2.6.2 Kecepatan Spesifik Dinamik (nsP)

Kecepatan spesifik dinamik adalah kecepatan impeller yang mana secara

geometrik sama, untuk mengangkat cairan setinggi 1 m dan memerlukan daya satu

metrik HP, serta mempunyai kapasitas pemompaan sebesar 0,075 m3/detik. Kecepatan

spesifik dinamik dirumuskan sebagai berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965:108).

12
𝛾
𝑛𝑠𝑃 = √ .𝑛
75 𝑠𝑄

𝛾 𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑃 = √ . … … … … . . … … … … … … . … … … . … … . . … … … … . (𝟐. 𝟐)
75 𝐻 3 /4

Keterangan:

γ = Berat jenis Cairan, kg/m3

n = Putaran, rpm

Q = Kapasitas Cairan, m3/s

H = Head total Pompa, m

2.6.3 Dimensionless Shape Number (nsf)

Dimensionless shape number merupakan kecepatan spesifik yang menyatakan

bilangan bentuk, dimana dapat dirumuskan sebagai berikut (Lazarkiewicz dkk.,

1965:120).

𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑓 = … … … … . . … … … … … … . … … … . … … … . … … … … . (𝟐. 𝟑)
(𝑔 . 𝐻)3/4

Atau setara dengan:

𝑛𝑠𝑓 = 3 . 𝑛𝑠𝑄

𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑓 = 3 . … … … … . . … … … … … … . … … … . … … . . … … . . … … … . (𝟐. 𝟒)
𝐻 3/4

Keterangan:

n = Putaran, rpm

Q = Kapasitas Cairan, m3/s

H = Head total Pompa, m

13
2.7 Penentuan Efisiensi Overall Pompa Sentrifugal

Efisiensi overall pompa sentrifugal adalah total seluruh efisiensi yang terdiri dari

efisiensi volumetris, efisiensi hidrolik, dan efisiensi mekanik. Untuk dapat

menentukan harga efisiensi overall pompa berdasarkan kecepatan spesifik yang telah

ditentukan, dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Grafik Efisiensi Pompa berdasarkan Kecepatan Spesifik

(Lazarkiewicz dkk., 1965)

2.8 Perhitungan Daya

Daya adalah kerja yeng dilakukan setiap satuan waktu. Pada instalasi

perpompaan daya terdiri dari daya cairan, daya pompa, dan daya penggerak.

2.8.1 Menghitung Daya Cairan (Pw)

Daya cairan adalah daya yang diterima cairan atau daya yang diberikan

impeller pada cairan. Daya cairan dapat dihitung menggunakan rumus berikut (Sularso,

Haruo Tahara, 2000:53).

14
𝑄. 𝐻. 𝛾
𝑃𝑤 = , 𝐇𝐏 … … … … . . … … … . . … … … . … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟓)
75

Keterangan:

Q = Kapasitas Cairan, m3/s

H = Head total Pompa, m

γ = Berat Jenis Cairan, kg/m3

2.8.2 Menghitung Daya Pompa (Pp)

Daya pompa merupakan daya poros pompa atau daya yang diberikan pada

impeller. Daya pompa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Sularso,

Haruo Tahara, 2000:53).

𝑃𝑤
𝑃𝑝 = , 𝐇𝐏 … … … … … . . … … … . … … … … … … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟔)
𝜂𝑜𝑝

Keterangan:

Pw = Daya Cairan, HP

ηop = Efisiensi Overall Pompa

2.8.3 Menghitung Daya Penggerak (Pm)

Daya penggerak adalah daya poros pennggerak yang diberikan pada poros

pompa. Daya penggerak dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Sularso,

Haruo Tahara, 2000:58).

𝑃𝑝 (1 + 𝑎)
𝑃𝑚 = , 𝐇𝐏 … … … … … . . … … . … … … … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟕)
𝜂𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠

Keterangan:

Pp = Daya Pompa, HP

a = Margin Factor

15
ηtrans = Efisiensi Transmisi

2.9 Perhitungan Net Positive Suction Head (NPSH)

NPSH merupakan head netto pada suction flange pompa sentrifugal setelah head

positif yang mengakibatkan cairan masuk ke dalam pompa dikurangi semua head

negatif termasuk tekanan penguapan cairan yang menghalangi masuknya cairan

tersebut. Yang berpengaruh terhadap NPSH adalah tekanan penguapan cairan (Pv).

Terdapat dua jenis NPSH, yaitu NPSHa (Net Positive Suction Head available)

dan NPSHr (Net Positive Suction Head required). Yang mana NPSHa adalah nilai

NPSH yang ada pada sistem perpipaan di tempat pompa akan bekerja, sedangkan

NPSHr adalah nilai NPSH spesifik pompa agar bekerja dengan normal. Dalam

penulisan skripsi ini hanya akan dilakukan perhitungan NPSHr, untuk nilai NPSHa

tidak perlu dilakukan perhitungan kembali karena sistem perpipaan telah ada di

lapangan dan tidak dilakukan perancangan perpipaan baru lagi.

2.9.1 Net Positive Suction Head Required (NPSHr)

NPSH required atau NPSH yang diperlukan adalah head tekanan yang

besarnya sama dengan penurunan tekanan. Besarnya bedasarkan rancang bangun dan

tes yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Harga NPSHr pada umumnya tertera di

name plate atau data spesifikasi pompa, dimana NPSHa (yang tersedia) > NPSHr

(yang diperlukan) Harga NPSHr dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan

berikut (Sularso, Haruo Tahara, 2000:46).


𝟒
𝑛√𝑄 𝟑
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑟 = ( ) , 𝐦 … … … … … . . … … . … … … … . … … … … … … … . (𝟐. 𝟖)
𝑆

16
Keterangan:

n = Putaran, rpm

Q = Kapasitas, m3/s

S = Harga Kecepatan Spesifik Isap

= (Untuk pompa-pompa berbentuk umum S = 1200)

2.10 Perancangan Impeller Pompa Sentrifugal

Dalam rancang bangun impeller pompa sentrifugal terdapat langkah-langkah

perancangan. Langkah yang pertama merupakan yang paling penting yaitu

menentukan jenis impeller. Untuk langkah-langkah selanjutnya perlu dilakukan

perhitungan dengan teliti dan penuh pertimbangan, sehingga dapat diperoleh data yang

lengkap untuk menggambar dimensi impeller.

2.10.1 Menentukan Jenis Impeller

Dalam menentukan jenis impeller dapat ditinjau dari tabel di bawah ini. Yang

mana penentuan jenis impeller dilakukan dengan mengacu pada kecepatan spesifik.

17
Gambar 2.2 Jenis Impeller dan Dimensi Rasio nsQ, nsP, nsf (Lazarkiewicz dkk., 1965)

2.10.2 Menentukan Dimensi Impeller

Setelah diketahui jenis impeller yang akan digunakan, selanjutnya adalah

melakukan perhitungan dimensi impeller. Berikut merupakan rangkaian perhitungan

untuk mengetahui dimensi impeller yang akan digunakan.

18
Gambar 2.3 Dimensi Impeller

1. Menghitung Diameter Poros (dsh)

Dalam menentukan besar lubang pada impeller untuk diameter poros (dsh)

dilakukan perhitungan dengan berdasarkan pada kekuatan momen puntir.

Setelah itu, pada sub bab perhitungan poros, dsh tersebut akan ditinjau

kembali. Perhitungan diameter poros dapat menggunakan persamaan

berikut (Dietzel, Fritz, 1980:260).

3 𝑇
𝑑𝑠ℎ = √ , … … … … … … . … . … … … … … … . … . . … … … … . (𝟐. 𝟗)
0,2 . 𝜏𝑖𝑧𝑖𝑛

Keterangan:
𝑃𝑝
T = , 𝐍𝐦 … … … … … … … . … … … … … … … … . … . . … … . (𝟐. 𝟏𝟎)
𝜔

2. 𝜋. 𝑛
ω = , 𝐫𝐩𝐬 … … … … … . … . … . … . . … … … … . … … … . (𝟐. 𝟏𝟏)
60

τizin = (single stage = 20 N/mm2)

τizin = (multi stage = 15 N/mm2)

19
2. Menentukan Diameter Hub Impeller (dhub)

Diameter hub sisi depan (dhub) dan diameter hub sisi belakang (d’hub) dapat

ditentukan berdasarkan perbandingan hasil perhitungan diameter poros

(dsh) yakni sebagai berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965:132).

𝑑ℎ𝑢𝑏 = (1,3 s. d. 1,4) . 𝐷𝑠ℎ … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟏𝟐)

𝑑′ℎ𝑢𝑏 = (1,35 s. d. 1,5) . 𝐷𝑠ℎ … … … … … … … . … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟏𝟑)

3. Menghitung Kapasitas Teoritis

Untuk mengetahui besarnya kapasitas teoritis pompa, maka dapat dihitung

berdasarkan efisiensi volumetrisnya. Efisiensi volumetris merupakan

perbandingan antara kapasitas sesungguhnya dengan kapasitas teoritis

sehingga, kapasitas teoritis dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965:133).

𝑄
𝑄′ = , 𝐦𝟑 /𝐬 … … … … … … … . . … … … … … … … … . … … … . … . (𝟐. 𝟏𝟒)
𝜂𝑣

Dimana kisaran harga efisiensi volumetris dapat diketahui berdasarkan

kecepatan spesifik dinamik (nsp) seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Harga Efisiensi Volumetris (M. Khetagurof, 1968)

ns1 60 - 100 100 – 150 150 – 220


ηv 0,94 - 0,97 0,97 – 0,99 0,98 – 0,995

4. Menghitung Kecepatan Cairan Radial Area Sudu (Cm)

Perhitungan kecepatan cairan radial masuk dan keluar area sudu dapat

dihitung dengan persamaan berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965:133).

𝑐𝑚1 = 𝑘𝑐𝑚1 . √2 . 𝑔 . 𝐻, 𝐦/𝐬 … … … … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟏𝟓)

20
𝑐𝑚2 = 𝑘𝑐𝑚2 . √2 . 𝑔 . 𝐻, 𝐦/𝐬 … … … … … … … … … . … . … … . … . (𝟐. 𝟏𝟔)

Dimana faktor cairan radial area sudu (kcm) dapat ditentukan dengan

menggunakan grafik pada gambar berikut.

Gambar 2.4 Grafik Kecepatan Radial Area Sudu (Lazarkiewicz dkk., 1965)

5. Menghitung Kecepatan Cairan Masuk Impeller (C0)

Perhitungan kecepatan cairan masuk impeller (C0) untuk pompa

sentrifugal single stage (end-suction) dapat dihitung dengan persamaan

berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965:133).

𝑐0 = (0,9. s. d. 1,0). 𝑐𝑚1 … … … . … … … … … … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟏𝟕)

6. Menghitung Diameter Masuk Impeller (d0)

Dalam penentuan besar diameter masuk impeller (d0) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965:133).

21
4 . 𝐴′0
𝑑0 = √ , 𝐦 … … … … … … … … … … … … … … … . … . … … . … . (𝟐. 𝟏𝟖)
𝜋

Keterangan:
A’0 = 𝐴0 + 𝐴ℎ𝑢𝑏 … … … … … . . … . … . … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟏𝟗)
𝑄′
A0 = … … … … … … … … … . . … . … . … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟐𝟎)
𝐶0
𝜋 . 𝐷ℎ𝑢𝑏2
Ahub = … … … … … … … … … . . … . … . … . . … . … … … . (𝟐. 𝟐𝟏)
4

7. Menghitung Diameter Impeller Bagian Dalam (d1)

Dalam perancangan pompa sentrifugal, besar diameter impeller bagian

dalam (d1) dapat dibuat sama dengan diameter masuk impeller (d0) supaya

terjadi aliran fluida yang mulus dan turbulensi yang berlebihan dapat

terhindarkan (Church, Austin H, 1993).

Oleh karena itu, kecepatan tangensial pada diameter impeller bagian dalam

(u1) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Lazarkiewicz

dkk., 1965:134).

𝜋 . 𝑑1 . 𝑛
𝑢1 = , 𝐦/𝐬. . … … … … … … … … … … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟐𝟐)
60

8. Menghitung Diameter Impeller bagian Luar (d2)

Untuk menghitung diameter impeller bagian luar (d2) dapat dihitung

dengan melakukan pendekatan menggunakan persamaan head teoritis

impeller (Lazarkiewicz dkk., 1965:138).

1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 . 𝑐𝑢2 − 𝑢1 . 𝑐𝑢1 ). . … … … … … … … . … … . … . … . (𝟐. 𝟐𝟑)
𝑔

Jika sudut pada sisi masuk impeller (a1) = 90o, maka 𝑢1 . 𝑐𝑢1 = 0, sehingga

rumus Hth∞ menjadi:

22
1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 . 𝑐𝑢2 ). . … … … … … … . … . … … … … . … … . … … . . (𝟐. 𝟐𝟒)
𝑔

𝑢2
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 − 𝑤𝑢2 ). . … … … … … … . … . … . . … . … … … … … . . (𝟐. 𝟐𝟓)
𝑔

𝑢2 𝑐𝑚2
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 − ) . . … … … … … … . … . … … … . … … … . . (𝟐. 𝟐𝟔)
𝑔 tan 𝛽2

(𝑢2 )2 𝑢2 . 𝑐𝑚2
𝐻𝑡ℎ∞ = −( ) . . … … … … … … . … … . … … . . … … . . (𝟐. 𝟐𝟕)
𝑔 𝑔 . tan 𝛽2

𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 2
𝑢2 = + √( ) + 𝑔 . 𝐻𝑡ℎ∞ . . … … . … … … … … . . (𝟐. 𝟐𝟖)
2 . tan 𝛽2 2 . tan 𝛽2

𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 2
𝑢2 = + √( ) + 𝑔 . 𝐻𝑡ℎ (1 + 𝐶𝑝 ) . . … . . … … . . (𝟐. 𝟐𝟗)
2 . tan 𝛽2 2 . tan 𝛽2

𝐻
Dimana, 𝐻𝑡ℎ = 𝜂ℎ . Maka persamaan untuk menghitung kecepatan

tangensial impeller bagian luar (u2) yaitu:

𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 2 𝐻
𝑢2 = + √( ) +𝑔. (1 + 𝐶𝑝 ) . . … . . (𝟐. 𝟑𝟎)
2 . tan 𝛽2 2 . tan 𝛽2 𝜂ℎ

Keterangan:

Cm2 = Kecepatan Cairan Radial Keluar Area Sudu, m/s

g = Percepatan Gravitasi, 9,81 m/s2

H = Head Total Pompa, m

ηh = Efisiensi Hidrolis, %

(1+Cp) = Faktor Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Head Teoritis

(1+Cp) = 1,25 s.d. 1,35

Kecepatan tangensial bagian luar impeller (u2) maksimum dibatasi

berkisar 220 s.d. 250 m/s (M. Khetagurof, 1968), hal ini mengingat:

23
1. Kemampuan Material, Keausan impeller (gesekan dengan cairan

semakin besar);

2. Dimensi impeller (diameter luar d2) semakin besar pada putaran

tertentu;

3. Bobot impeller semakin berat.

Setelah diketahui nilai kecepatan tangensial impeller bagian luar (u2),

maka diameter impeller bagian luar dapat dihitung menggunakan

persamaan berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965:138):

60 . 𝑢2
𝑑2 = , 𝐦. . … … … … … … … … … . … . … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟏)
𝜋. 𝑛

9. Menentukan Sudut Sudu Impeller

Pendekatan secara empiris dalam menentukan sudut  dan  pada

umumnya dinyatakan sebagai berikut:

1. Besar sudut  ditentukan 90o, jika aliran fluida memasuki impeller

masuk secara radial. Dalam hal ini, nilai kecepatan absolut (c1) sama

dengan nilai kecepatan radial masuk impeller (cm1) (Lazarkiewicz

dkk., 1965).

2. Besar sudut  ditentukan dalam kisaran 10o s.d. 25o (untuk pompa

tanpa guide vane) dan kisaran 5o s.d. 12o(untuk pompa dengan guide

vane) (Lazarkiewicz dkk., 1965).

3. Besar sudut  ditentukan dalam kisaran 15o s.d. 30o (Lazarkiewicz

dkk., 1965).

24
4. Besar sudut  ditentukan dalam kisaran 15o s.d. 35o (Lazarkiewicz

dkk., 1965).

Gambar 2.5 Segitiga Kecepatan pada Impeller

10. Menghitung Jumlah Sudu (z)

Untuk menentukan jumlah sudu (z) dapat ditentukan dengan menggunakan

grafik di bawah ini. Dan juga dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut (Dietzel, Fritz, 1980:255).

𝑑2 + 𝑑1 𝛽1 + 𝛽2
𝑧 = 6,5 . sin ( ) . . … … … . . … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟐)
𝑑2 − 𝑑1 2

25
Gambar 2.6 Grafik Penentuan Jumlah Sudu Impeller (Dietzel, Fritz, 1980)

11. Menghitung Jarak Antar Sudu (t)

Untuk menghitung jarak antar sudu pada impeller sisi masuk dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Lazarkiewicz dkk.,

1965:84).

𝜋 . 𝑑1
𝑡1 = , 𝐦𝐦. . … … … … … … … … . … . … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟑)
𝑧

Gambar 2.7 Jarak Antar Sudu, Tebal Sudu, Perpotongan Tebal Sudu Sisi

Masuk Impeller (Lazarkiewicz dkk., 1965)

26
Sedangkan untuk menentukan jarak antara sudu pada impeller sisi keluar

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Lazarkiewicz

dkk., 1965:84).

𝜋 . 𝑑2
𝑡2 = , 𝐦𝐦. . … … … … … … … … … … . … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟒)
𝑧

Gambar 2.8 Jarak Antar Sudu, Tebal Sudu, Perpotongan Tebal Sudu Sisi

Keluar Impeller (Lazarkiewicz dkk., 1965)

12. Menghitung Perpotongan Tebal Sudu Impeller (su)

Ketebalan sudu impeller (s) berpengaruh terhadap luas penampang aliran

sebab mengurangi luas penampang aliran. Perpotongan tebal sudu impeller

(sul) inilah yang mempengaruhi besarnya penyempitan tersebut. Oleh

karena itu, untuk menentukan perpotongan tebal sudu impeller sisi masuk

dan keluar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut

(Lazarkiewicz dkk., 1965:84).

𝑠1
𝑠𝑢1 = … … . . . . … … … … … … … … … . … . … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟓)
𝑠𝑖𝑛𝛽1

𝑠2
𝑠𝑢2 = … … . . . . … … … … … … … … … . … . … … … … . … … … … . (𝟐. 𝟑𝟔)
𝑠𝑖𝑛𝛽2

Keterangan:

s = Tebal Sudu impeller

27
s = 2 s.d. 10 mm (bila terbuat dari material besi tuang)

s = 3 s.d. 6 mm (bila terbuat dari material perunggu, baja tuang)

13. Menghitung Faktor Penyempitan Luas Penampang Aliran (φ)

Penyempitan luas penampang aliran akan mempengaruhi perubahan

kecepatan aliran fluida, dimana perubahan kecepatan aliran ini dinyatakan

sebagai faktor penyempitan atau crowding factor (φ). Oleh karena itu,

dalam menghitung faktor penyempitan sisi masuk dan sisi keluar dapat

dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut (Lazarkiewicz dkk.,

1965:84).

𝑡1
𝜑1 = … … . . . . … … … … … … … … … . … . … … … . … … … … . (𝟐. 𝟑𝟕)
𝑡1 − 𝑠𝑢1

𝑡2
𝜑2 = … … . . . . … … … … … … … … … . … . … … … . … … … … . (𝟐. 𝟑𝟖)
𝑡2 − 𝑠𝑢2

14. Menghitung Lebar Laluan Impeller (b)

Perhitungan besar lebar laluan impeller pada celah sisi masuk maupun sisi

keluar sudu dapat dihitung berdasarkan persamaan kontinyuitas, sehingga

dapat diperoleh persamaan-persamaan berikut.

1. Menentukan Celah Sisi Masuk Sudu (b1) (Lazarkiewicz dkk.,

1965:135).

𝑄′
𝑏1 = 𝜑1 , 𝐦. . … … … … … … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟗)
𝜋 . 𝑑1 . 𝑐𝑚1

2. Menentukan Celah Sisi Keluar Sudu (b2) (Lazarkiewicz dkk.,

1965:139).

28
𝑄′
𝑏2 = 𝜑2 , 𝐦. . … … … … … … … … … . … … … … . (𝟐. 𝟒𝟎)
𝜋 . 𝑑2 . 𝑐𝑚2

15. Meninjau Head yang Dibangkitkan Impeller

Head pompa merupakan energi per satuan berat yang harus disediakan

untuk mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai kondisi

instalasi pompa atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang

umumnya dinyatakan dalam satuan panjang. Head pompa yang harus

disediakan untuk mengalirkan sejumlah fluida cair dapat ditentukan dari

kondisi instalasi sistem perpipaan yang dilayani oleh pompa.

Sedangkan untuk head yang dibangkitkan impeller secara teoritis dapat

ditentukan dengan menggunakan persamaan Euler berikut (Lazarkiewicz

dkk., 1965:94).

1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 . 𝑐𝑢2 − 𝑢1 . 𝑐𝑢1 ), 𝐦. . … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟒𝟏)
𝑔

Besarnya head yang dibangkitkan impeller secara teoritis dari persamaan

Euler tersebut masih belum mempertimbangkan pengaruh-pengaruh dari

jumlah sudu (sudu tidak terbatas) dan kerugian head pada impeller.

Kerugian head pada impeller dikarenakan head dalam laluan pompa

diperoleh dari pertimbangan efisiensi hidrolik (ηh)

Dengan demikian, pengaruh jumlah sudu terhadap head dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965:94).

𝐻𝑡ℎ∞
𝐻𝑡ℎ = , 𝐦. . … … … … … … … … … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟒𝟐)
(1 + 𝐶𝑝 )

29
Dimana, nilai (1 + Cp) berkisar antara 1,25 s.d. 1,35, atau nilai (1 + Cp)

juga dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Lazarkiewicz dkk.,

1965:94).

𝑟22
𝐶𝑝 = 𝛹. . . … … … … … … … … … … … … … . … … … … … . . … . (𝟐. 𝟒𝟑)
𝑧 . 𝑀𝑠𝑡

Keterangan:
1
Mst = 2 . (𝑟22 − 𝑟12 ), 𝐦 . . … … … … … … … … . … … … … … . . … . (𝟐. 𝟒𝟒)

Ψ = (0,55 s. d. 0,68) + 0,6 . 𝑠𝑖𝑛𝛽 … … … … … … … . . . . … . (𝟐. 𝟒𝟓)

Setelah diketahui nilai head teoritis (Hth), head aktual dapat dihitung

dengan mempertimbangkan faktor kerugian hidrolik, seperti persamaan

berikut (M. Khetagurof, 1968:242).

𝐻 = 𝐻𝑡ℎ . 𝜂ℎ , 𝐦. . … … … … … … … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟒𝟔)

Head aktual yang dihitung pada persamaan di atas merupakan head yang

mampu dibangkitkan oleh impeller yang dirancang dan ditentukan

dimensinya. Hasil perhitungan head aktual ini juga menunjukan apakah

impeller yang dirancang dan ditentukan dimensinya mampu memenuhi

head yang dibutuhkan dalam perancangan.

Untuk mencari harga efisiensi hidrolis (ηth), dapat mengacu pada tabel

berikut, dimana harga efisiensi hidrolis (ηth) didapat berdasarkan harga nsf.

Tabel 2.3 Harga Efisiensi Hidrolis Berdasarkan nsf (Lazarkiewicz dkk., 1965)

nsf 36 57 114 174 231 288 348 400


ηh 75 86 92 93 94 95 95,5 96

30
2.10.3 Melukis Sudu Impeller

Salah satu cara umtuk melukis lengkungan sudu impeller yaitu dengan

menggunakan metoda satu busur (single arc method). Metode ini digunakan karena

hanya membutuhkan sedikit data, caranya lebih sederhana dan hasilnya cukup teliti.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Lazarkiewicz dkk., 1965).

1. Tentukan titik pusat lingkaran dengan menandai dengan titik O;

2. Gambar lingkaran dengan titik pusat O, sehingga membentuk lingkaran

dalam (d1) dan lingkaran luar (d2);

3. Tentukan titik A sembarang di lingkaran luar impeller (d2);

4. Buat sudut AOB dengan sudut sebesar 𝛽1 + 𝛽2, dimana titik B terletak

pada lingkaran dalam impeller (d1);

5. Tarik garis AB hingga memotong lingkaran dalam (d1), kemudian tandai

dengan titik C;

6. Buat garis sumbu yang tegak lurus di tengah-tengah garis AC;

7. Buat garis yang membentuk sudut 𝛽2 dengan garis AO, yang kemudian

memotong garis sumbu. Perpotongan tersebut kemudian ditandai dengan

titik D;

8. Lukis profil lengkungan sudu impeller dengan menarik busur lingkaran

dari titik C ke A yang berpusat di titik D (DA = DC = r = jari-jari

lengkung sudu).

31
Gambar 2.9 Melukis Sudu Impeller Menggunakan Single Arc Method

(Turton, R. K., 1994)

2.11 Perhitungan Gaya yang Terjadi

Ketika sebuah pompa sentrifugal beroperasi, gaya yang diberikan impeller

terbagi menjadi dua yaitu gaya radial yang tegak lurus dengan poros dan gaya aksial

yang sejajar dengan poros pompa.

2.11.1 Menghitung Gaya Radial

Untuk mengetahui besarnya gaya radial yang diberikan impeller dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut (Igor J. Karassik, 1985:2.168).

𝐹𝑟 = 𝑘 . 𝐾𝑟 . 𝑆𝐺 . 𝐻 . 𝑑2 . 𝑏2 … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟒𝟕)

Keterangan:

Fr = Gaya Radial, lb

k = 0,433

SG = Specific Gravity

H = Head Total Pompa, ft

32
d2 = Diameter Impeller Bagian Luar, in

b2 = Lebar Laluan Keluar Impeller, in

Kr = Konstanta Gaya Radial

Untuk mengetahui nilai konstanta gaya radial (radial thrust coefficient) dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.10 Grafik Radial Thrust Coefficient (Igor J. Karassik, 1985)

2.11.2 Menghitung Gaya Aksial

Ketika pompa sentrifugal tengah beroperasi, gaya aksial yang diberikan oleh

impeller terjadi disebabkan adanya perbedaan luas tekanan antara sisi suction dan sisi

discharge pompa sentrifugal.

Untuk menghitung besarnya perbedaan yang terjadi pada impeller dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Church, Austin H, 1993:156).

3 u22 − 𝑢12
𝑃𝑇 − 𝑃𝑜 = . . 𝛾 … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟒𝟖)
4 2. 𝑔

Keterangan:

u1 = Kecepatan Tangensial Impeller Bagian Dalam, m/s

u2 = Kecepatan Tangensial Impeller Bagian Luar, m/s

γ = Berat Jenis Cairan, kg/m3

33
jika telah didapat besar perbedaan tekanan yang terjadi pada impeller dari

perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas, maka gaya aksial yang terjadi

pada impeller dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Church, Austin

H, 1993:156).

𝜋 2
𝐹𝑎 = (𝑃𝑇 − 𝑃𝑜 ) . . (𝑑𝑜 − 𝑑ℎ𝑢𝑏 ) … … … … … … … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟒𝟗)
4

Keterangan:

do = Diameter Masuk Impeller, m

dhub = Diameter Hub Impeller, m

Perlu diketahui bahwa fluida yang masuk impeller memiliki kecepatan masuk

(co), sehingga gaya momentum masuk impeller (Fm) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (Church, Austin H, 1993:156).


𝑤
𝐹𝑚 = . 𝑐𝑜 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟓𝟎)
𝑔

Keterangan:

w = Laju Aliran Massa, kg/s

w = 𝑄 . 𝛾 … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟓𝟏)

co = Kecepatan Aliran Masuk Impeller, m/s

Setelah diketahui gaya aksial (Fa) dan gaya momentum (Fm) maka resultan dari

gaya tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut (Church, Austin H, 1993:156).

𝐹𝑎𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛 = 𝐹𝑎 − 𝐹𝑚 … … … … … … … … … … … . . … … … … … … … … . (𝟐. 𝟓𝟐)

2.12 Perancangan Volute Chamber

Volute chamber merupakan komponen pompa yang mana fungsinya adalah

sebagai pengubah energi kecepatan fluida menjadi energi potensial.

34
Gambar 2.11 Volute Chamber (M. Khetagurof, 1968)

Dalam perancangan volute chamber diasumsikan:

1. Kerugian head di dalam volute chamber diabaikan;

2. Volute chamber dibagi dalam beberapa bagian seperti pada gambar di atas.

Dalam perancangan volute chamber, parameter utamanya adalah sudut

penampang area dan jari-jari volute, dimana perhitungannya dijabarkan sebagai

berikut (M. Khetagurof, 1968:248).

1. Jari-Jari Lidah Volute (r3)

𝑟3 = (1,02 s. d. 1,05) . 𝑟2 , 𝐦𝐦. . … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟓𝟑)

Keterangan:

r2 = Jari-Jari Impeller Bagian Luar, mm

35
2. Lebar Laluan Lidah Volute (b3)

𝑏3 = 𝑏2 + (0,025 . 𝑟2 ), 𝐦𝐦. . … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟓𝟒)

Keterangan:

b2 = Lebar Laluan Keluar Impeller, mm

r2 = Jari-Jari Impeller Bagian Luar, mm

3. Nilai Konstanta ku

𝑘𝑢 = 𝑐𝑢3 . 𝑟3 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟓𝟓)

Untuk mencari nilai cu3, dapat dihitung dengan rumus berikut.

𝐻 𝑘𝑢2 . 𝑢2 . 𝑐2 . 𝑐𝑜𝑠𝛼2 𝑢3 . 𝑐3 . 𝑐𝑜𝑠𝛼3


= = … … … … … … . … . … . (𝟐. 𝟓𝟔)
𝜂ℎ 𝑔 𝑔

Jika diasumsikan u2 = u3, maka:

𝑘𝑐𝑢2 . 𝑐2 . cos 𝑎2 = 𝑐3 . cos 𝑎3 … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟓𝟕)

𝑘𝑐𝑢2 . 𝑐𝑢2 = 𝑐𝑢3 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟓𝟖)

4. Jari-Jari Volute (rvol)

𝑟𝑣𝑜𝑙 = 2 .  + 𝑟3 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟓𝟗)

Keterangan:

𝜑𝑜 𝜑𝑜
 = 𝑥
+ √2 . 𝑥
. 𝑟3 . . … … … … … … … … … … . … … … … … . . … . . (𝟐. 𝟔𝟎)

720
x = . 𝑘𝑢 . 𝜋 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟏)
𝑄𝑠

Dengan pengasumsian beberapa nilai sudut φo dan perhitungan radius untuk

setiap sudut tersebut, maka volute chamber dapat dibuat secara sederhana,

yang mana dapat ditabelkan sebagai berikut.

36
Tabel 2.4 Perhitungan Jari-Jari Volute (M. Khetagurof, 1968)

Cross
𝜑𝑜 𝜑𝑜 𝜑𝑜 𝜑𝑜
Section φo 2. 2. . 𝑟3 √2 . .𝑟   + r3 2 + r3
No.
𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 3
I
II
III
dst.

2.13 Perancangan Poros Pompa Sentrifugal

Poros (shaft) merupakan elemen mesin yang digunakan untuk mentransmisikan

daya dari satu tempat ke tempat lainnya. Daya tersebut dihasilkan oleh gaya tangensial

dan momen torsi yang mana hasil akhirnya adalah daya tersebut akan ditransmisikan

kepada elemen lain yang berhubungan dengan poros tersebut. Poros juga merupakan

suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang

elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban

tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu

dengan lainnya.

2.13.1 Ditinjau Terhadap Beban Puntir dan Lentur

Poros (shaft) pada pompa sentrifugal berfungsi untuk mentransmisikan daya

dari motor listrik ke impeller pompa sentrifugal. Oleh karena itu poros akan menerima

beban puntir akibat meneruskan daya dari motor listrik yang berupa gerak berputar.

Selain beban puntir, poros juga menerima beban lentur akibat beban yang ditumpu

yaitu beban dari berat impeller, berat coupling dan berat komponen lain yang terpasang

pada poros. Sehingga untuk menentukan dimensi diameter poros berdasarkan besarnya

37
beban puntir dan lentur yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1978:18).

(1/3)
5,1
𝑑𝑠ℎ ≥ ( . √(𝐾𝑚 . 𝑀)2 + (𝐾𝑡 . 𝑇)) . . . … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟐)
𝜏𝑎

Keterangan:

τa = Tegangan Geser Poros yang Diijinkan, kg/mm2


𝜎𝑏
τa = 𝑆𝑓 . … … … … … … … … … . . … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟑)
1 . 𝑆𝑓2

σb = Tegangan Tarik Material, kg/mm2

Sf1 = Faktor Keamanan Karena Kelelahan Puntir (5,6 s.d. 6,0)

Sf2 = Faktor Keamanan Karena Tegangan (1,3 s.d. 3,0)

T = Momen Puntir, kg.mm

M = Momen Lentur, kg.mm

Kt = Faktor Koreksi Momen Puntir Berdasarkan Jenis Beban

Km = Faktor Koreksi Momen Lentur Berdasarkan Jenis Beban

Setelah didapatkan dimensi poros pompa sentrifugal, maka perlu dilakukan

pengecekan kekuatan poros tehadap beban puntir, beban lentur dan konsentrasi

tegangan yang terjadi.

Setelah dilakukan pengecekan dimensi poros dan kekuatannya terhadap beban

puntir, dan beban lentur. Kemudian dilakukan pengecekan dan perbandingan dengan

perhitungan diameter lubang poros yang terdapat pada perhitungan perancangan

impeller pompa sentrifugal.

38
2.14 Perancangan Pasak Pompa Sentrifugal

Pada pompa sentrifugal, pasak (key) merupakan salah satu elemen mesin yang

berfungsi untuk menghubungkan atau mengunci antara poros pompa dengan impeller

supaya tidak dapat bergeser dalam arah tertentu. Dalam perancangan pasak pompa

sentrifugal, jenis pasak terbenam yang berbentuk penampang segi empat dengan arah

memanjang yang akan digunakan.

Gambar 2.12 Dimensi Pasak

2.14.1 Menentukan Lebar Pasak

Untuk penentuan dimensi pasak dapat ditentukan berdasarkan tabel dimensi

standar pasak yang dapat dilihat pada gambar di bawah, dimana langkah pertama yaitu

dengan menghitung lebar pasak atau tinggi pasak dengan pendekatan secara empiris

yang menggunakan persamaan berikut (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1978:9).

1. Lebar pasak (b)

𝑑𝑠ℎ
𝑏= , 𝐦𝐦. . … … … … … … … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟒)
4

39
2.14.2 Menentukan Dimensi Pasak

Setelah didapatkan seberapa lebar atau tinggi pasak, maka dimensi pasak dapat

dipilih berdasarkan tabel pada gambar berikut.

Gambar 2.13 Tabel Dimensi Standar Pasak (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1978)

2.14.3 Menghitung Panjang Pasak

Kisaran panjang pasak pada gambar 2.13 dapat ditentukan dengan pendekatan

tinjauan tegangan geser dan batas tekan permukan, sehingga dapat ditentukan dengan

pasti berapa panjang pasak yang akan digunakan.

40
1. Ditinjau Terhadap Gaya Geser

Gambar 2.14 Gaya Tangensial pada Permukaan Poros

Untuk menghitung besarnya gaya tangensial yang terjadi pada permukaan

poros dapat dihitung menggunakan persamaan poros berikut (Sularso,

Kiyokatsu Suga, 1978:25).

𝑇
𝐹= , 𝐤𝐠 𝐟 . . … … … … … … … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟓)
𝑑𝑠ℎ /2

Keterangan:

T = Momen Puntir, kg.mm

dsh = Diameter Poros, mm

Sedangkan untuk menghitung besarnya nilai tegangan geser yang

diizinkan (τka) dapat menggunakan persamaan berikut (Sularso, Kiyokatsu

Suga,1978:25).

𝜎𝑏
𝜏𝑘𝑎 = . . … … … … … … … … … … … … … … . . … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟔)
𝑆𝑓𝑘1 . 𝑆𝑓𝑘2

Keterangan:

σb = Tegangan Tarik Material, kg/mm2

Sfk1 = Faktor Keamanan Karena Kelelahan Puntir (5,6 s.d. 6,0)

Sfk2 = Faktor Keamanan Karena Tegangan (1,3 s.d. 3,0)

41
Setelah didapatkan tegangan geser yang diizinkan, maka panjang pasak

minimum dapat ditentukan dengan persamaan berikut (Sularso, Kiyokatsu

Suga, 1978:25).

𝐹
𝜏𝑘𝑎 ≥ . . … … … … … … … … … … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟕)
𝑏 .𝑙
𝐹
𝑙≥ . . … … … … … … … … … … … … … … . . … . … … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟖)
𝑏 . 𝜏𝑘𝑎

2. Ditinjau Terhadap Tekanan Permukaan

Tekanan permukaan juga dapat mempengaruhi penentuan panjang pasak.

Dikarenakan pasak menerima beban puntir, maka tekanan permukaan pada

pasak dibatasi supaya tidak merusak alur pasak pada poros. Dimana

tekanan permukaan pasak yang diizinkan (Pa) dibatasi sebagai berikut:

a. Poros berdiameter kecil dibatasi 8 kg/mm2

b. Poros berdiamater besar dibatasi 10 kg/mm2

Sehingga panjang poros dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan berikut (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1978:27).

𝐹
𝑃𝑎 ≥ . . … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟗)
𝑙. 𝑡
𝐹
𝑙≥ . . … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟎)
𝑃𝑎 . 𝑡

Setalah hasil perhitungan panjang pasak terhadap tinjauan terhadap

tekanan permukaan yang diizinkan dan tinjauan terhadap tegangan geser

yang diizinkan telah didapatkan, maka dapat menjadi pertimbangan untuk

pemilihan dimensi panjang pasak yang masih berada pada range yang

terdapat dalam tabel dimensi standar pasak pada gambar 2.13.

42
Setalah dipilih dimensi berapa panjang dan lebar pasak, selanjutnya perlu

dilakukan crosscheck supaya lebar pasak (b) sebaiknya berada dalam

kisaran 25% s.d. 35% dari diameter poros, dan panjang pasak (l) sebaiknya

berada dalam kisaran 75% s.d. 150% dari diameter poros.

2.15 Penentuan Coupling

Kopling adalah suatu mekanisme pemindahan tenaga yang dipergunakan untuk

menghubungkan antara poros penggerak dan poros yang digerakkan, sehingga kedua

poros tersebut berputar bersama-sama. Berikut ini langkah untuk menentukan kopling

pompa sentrifugal mengacu pada katalog (John Crane, 2003).

1. Menentukan Coupling Rating

𝑃𝑚 . 1000 . 𝑆𝑓 𝐤𝐖
𝑅= , 𝐫𝐩𝐦 … … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟏)
𝑛 𝟏𝟎𝟎𝟎

2. Memilih Service Factor

43
Tabel 2.5 Service Factor (John Crane, 2003)

Torque Variation Service Factor


Centrifugal Pump
Centrifugal Compressor
Constant Torque 1,0
Axial Compressor
Centrifugal Blower
Screw Compressor
Gear, Lobe, Vane Pumps
Slight Torque
Forced Draft Fan 1,5
Fluctuation
Medium Duty Mixer
Lobe Blower
Reciprocating Pumps
Substantial Torque
Heavy Duty Mixers 2,0
Fluctuations
Induced Draft Fans

3. Memilih Coupling dengan Rating yang Sama Berdasarkan Tabel pada

Lampiran 18

2.16 Penentuan Bearing

Bearing merupakan sebuah komponen mekanika yang berfungsi untuk

membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak

pada arah yang diinginkan. Bearing menjaga poros (shaft) supaya selalu berputar

terhadap sumbu porosnya. Bearing harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta

elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Beban statis dan beban dinamis harus

mampu ditahan oleh bearing yang digunakan. berdasarkan hasil perhitungan dapat

dipilih bearing yang sesuai mengacu pada katalog SKF.

44
2.16.1 Menghitung Beban Dinamis Equivalent (P)

Beban dinamis equivalent (P) merupakan beban kombinasi dari beban radial

maupun beban aksial yang didukung oleh satu bearing selama beroperasi. Beban

dinamis equivalent dapat dihitung berdasarkan jenis bearing yang digunakan dan

berdasarkan pembebanan yang dialami oleh bearing.

Nilai beban dinamis equivalent (P) pada bearing dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (SKF, 2018:92).

𝑃 = 𝑋 . 𝐹𝑟 + 𝑌 . 𝐹𝑎 … . … . . . … … … … … … … … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟐)

Keterangan:

Fr = Gaya Radial pada Bearing, kN

Fa = Gaya Aksial pada Bearing, kN

X = Radial Load Factor for the Bearing (berdasarkan jenis bearing)

Y = Axial Load Factor for the Bearing (berdasarkan jenis bearing)

2.16.2 Menghitung Basic Rating Life Bearing (L10h)

Rating life bearing adalah kemampuan bearing berdasarkan lamanya waktu

operasi atau banyaknya jumlah putaran sebelum bearing menunjukan tanda-tanda

kecacatan atau kerusakan untuk pertama kalinya yang umumnya terjadi pada rolling

element atau raceway. Untuk menghitung nilai basic rating life bearing (L10h) dapat

menggunakan persamaan berikut (SKF, 2018:89).

𝐶 𝑝
𝐿10 = ( ) , 𝒎𝒊𝒍𝒍𝒊𝒐𝒏 𝒐𝒇 𝒓𝒆𝒗𝒐𝒍𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏. . … … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟑)
𝑃
𝐶 𝑝 106
𝐿10ℎ = ( ) . , 𝒐𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒉𝒐𝒖𝒓. . … … … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟒)
𝑃 60 . 𝑛

45
Keterangan:

C = Rating Beban Dinamis, kN

P = Beban Dinamis Equivalent, kN

n = Putaran, rpm

p = 3 (untuk ball bearing)

= 10/3 (untuk roller bearing)

2.16.3 Menghitung Beban Statis Equivalent (P0)

Bearing yang menerima beban kombinasi maka beban kombinasi tersebut akan

dikonversikan sebagai beban bearing statis equivalent. Untuk perhitungan beban statis

equivalent (P0) dapat dihitung berdasarkan jenis bearing yang digunakan dan

pembebanan yang dialami oleh bearing.

Nilai beban statis equivalent (P0) pada bearing dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (SKF, 2018:105).

𝑃0 = 𝑋0 . 𝐹𝑟 + 𝑌0 . 𝐹𝑎. . … … … … . . … … … … … . . … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟓)

Keterangan:

Fr = Gaya Radial pada Bearing, kN

Fa = Gaya Aksial pada Bearing, kN

X0 = Radial Load Factor for the Bearing (berdasarkan jenis bearing)

Y0 = Axial Load Factor for the Bearing (berdasarkan jenis bearing)

2.16.4 Menghitung Rating Beban Statis (C0)

Untuk melakukan perhitungan terhadap kemampuan bearing dalam menumpu

beban radial statis yang diizinkan digunakanlah rating beban statis. Dalam perhitungan

46
ukuran dasar beban statis dapat menggunakan persamaan static safety factor (S0)

sebagai berikut (SKF, 2018:46).

𝐶0
𝑆0 = . . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟔)
𝑃0

𝐶0 = 𝑆0 . 𝑃0 , 𝐤𝐍 . . … … … … … … … … … … … … . … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟕)

Keterangan:

P0 = Beban Statis Equivalent, kN

S0 = Static Safety factor

2.17 Penentuan Pelumas Bearing

Pelumas berfungsi untuk mengurangi gesekan, sebagai pendingin dan

membersihkan serpihan keausan pada permukanaan komponen yang bergesekan.

Langkah pertama dalam menentukan pelumas yaitu dengan mengetahui apakah

bearing akan menggunakan pelumasan oil atau grease. Berikut merupakan langkah-

langkah pertimbangan dalam pemilihan pelumasan berdasarkan katalog SKF Rolling

Bearing.

47
Gambar 2.15 Lubricant Method Selection (SKF, 2018)

Untuk pelumasan menggunakan grease, dapat memilih grease yang sesuai

dengan menggunakan aplikasi yang tersedia secara online di situs

www.skf.com/group/support/engineering-tools/lubeselect-for-skf-greases.

Sedangkan untuk pelumasan menggunakan oil, dapat dilakukan pemilihan dari

katalog SKF. Berdasarkan katalog SKF Rolling Bearing, tahap pemilihan pelumasan

oil untuk bearing yaitu dengan menentukan kekentalan berdasarkan diameter rata-rata

dan putaran, kemudian dari kekentalan tersebut disesuaikan dengan temperatur operasi

pelumasan sehingga didapat jenis pelumas yang sesuai.

48
Untuk menghitung diameter rata-rata bearing (dm) dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan berikut (SKF, 2018:101).

𝑑𝑚 = 0,5 . (𝑑 + 𝐷) , 𝐦𝐦 … … … … … … … … … … … . … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟖)

Gambar 2.16 Estimation of Rated Viscosity untuk Pelumas Bearing (SKF, 2018)

Setelah diketahui kekentalan pelumas melalui grafik pada gambar 2.16, maka

dapat diperoleh jenis pelumas yang sesuai berdasarkan diagram pada gambar 2.17

berikut.

49
Gambar 2.17 Viscosity-Temperatur Diagram for ISO Viscosity Grades (SKF, 2018)

2.18 Tinjauan Ekonomi

Tinjauan ekonomi adalah evaluasi yang dilakukan oleh suatu proyek terhadap

rencana proyek investasi yang ditinjau dari segi ekonomi, dimana hasil evaluasi

tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan proyek dari aspek ekonomis,

apakah proyek tersebut layak diteruskan atau ditolak. Suatu investasi bertujuan

mendapatkan keuntungan atau profit, sehingga keputusan akhir selalu

mempertimbangkan keekonomian.

50
Profitability tidak lepas dari permodalan, karena profitability merupakan

kemampuan suatu dana untuk mampu menghasilkan keuntungan. Bila jumlah suatu

dana terbatas, sedangkan terdapat beberarapa alternatif proyek investasi yang

memerlukan dana yang sama besarnya dengan yang tersedia, maka dengan cara

tertentu dapat diputuskan proyek investasi mana yang akan diprioritaskan untuk

dikerjakan.

2.18.1 Tujuan Evaluasi Ekonomi

Tujuan evaluasi ekonomi adalah untuk memperkirakan kelayakan daripada

suatu rencana kegiatan atau proyek (pembangunan atau perancangan) yang

berdasarkan pada perhitungan kemampuan suatu rencana atau proyek untuk

menghasilkan keuntungan seperti kemungkinan keuntungan yang diperoleh, biaya

produksi dan lainnya yang secara keseluruhan akan menjadi pertimbangan terhadap

rencana atau proyek yang akan dilaksanakan. Dalam analisa ini yang perlu

diperhatikan adalah hasil total atau produktifitas atau laba yang didapat dari semua

sumber yang dipakai dalam proyek tersebut

2.18.2 Memperkirakan Harga Pompa Dipasaran

Mahal dan murahnya harga pompa di pasaran sangat dipengaruhi oleh besar

dan kecilnya kapasitas dan head pada pompa. Pada saat melakukan pemilihan pompa

sentrifugal, untuk memperkirakan harganya harus dihitung kapasitas, head dan daya

dimana pompa akan dipasang. Setelah diperoleh data-data tersebut kemudian mencari

harga pompa sentrifugal di pasaran.

51
2.18.3 Memperkirakan Harga Pompa

Metoda lain untuk mendapatkan estimasi harga pompa berdasarkan kapasitas,

tekanan dan jenis material selain mencari dipasaran adalah dengan menggunakan buku

Plant Design and Ecomics for Chemical Engineer karya Max S. Peters, Klaus D.

Timmerhaus dan Ronald E. West pada Figure.

2.18.4 Memperkirakan Harga Electric Motor

Metoda untuk mendapatkan estimasi harga electric motor pompa sentrifugal

berdasarkan daya motor hasil perhitungan, dapat digunakan figure 12- 23 pada buku

Plant Design and Economics for Chemical Engineers fifth edition.

2.18.5 Memperkirakan Harga Pompa Tahun 2021

Harga total pompa dan electric motor pada buku Plant Design and Economics

for Chemical Engineers fifth edition merupakan perkiraan harga pada tahun 2002,

sehingga untuk memperleh perkiraan harga pada tahun 2021, digunakanlah metode

yang menggunakan nilai indeks dengan cara regresi linier dari Nelson- Farrar Cost

Indexes yang diperoleh dari Oil and Gas Journal.

Setelah didapatkan nilai indeks dengan cara regresi linier, maka dapat dihitung

harga pompa pada tahun 2021 sebagai berikut:

𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 𝐴
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 𝐴 = 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 𝐵 . . … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟗)
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 𝐵

Keterangan:

Cost at A = Harga pada Tahun A (satuan mata uang)

Cost at B = Harga Pada Tahun B (satuan mata uang)

Index at A = Indeks pada Tahun A

52
Index at B = Indeks pada Tahun B

2.18.6 Biaya Pengiriman Alat

Biaya yang diperlukan untuk keperluan pra-rancang pada suatu proyek,

besarnya purchase equipment delivery (sampai lokasi proyek) dapat diestimasikan

dengan melakukan penambahan 10% dari purchase equipment cost.

2.18.7 Capital Investment

Modal yang diperlukan untuk memulai suatu proyek sampai dapat

menghasilkan produk yang diinginkan dapat dihintung berdasarkan harga peralatan

utama (purchase equipment delivered). Harga ini tergantung dari jenis dan ukuran alat.

Penentuan harga juga dapat diperoleh dari data tahun yang lalu. Unsur-unsur yang

termasuk dalam Capital Investment dan besarnya persentasi harga terhadap purchase

equipment delivered dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Perhitungan Total Direct Cost (Peters dkk., 2003)

No. Direct Plant Cost (DPC) % PEC


1. Purchase Equipment Delivered Cost (PEC) 100 %
2. Equipment Installation 25 - 55 %
3. Instruments and Control Installation 8 – 50 %
4. Piping Installation 10 – 80 %
5. Electrical Installation 10 – 40 %

53
Tabel 2.7 Estimation of Total Indirect Plant Cost (Peters dkk., 2003)

No. Indirect Plant Cost (IPC) %


1. Engineering and Supervision 5 – 30 % PEC
2. Legal Expenses 1 – 3 % FCI
3. Contractor fee and construction 10 – 20 % FCI
4. Contingency 5 – 15 % FCI

Tabel 2.8 Estimation of Total Capital Investmen Cost (Peters dkk., 2003)

No. Fixed Capital Investment %


1. Fixed Capital Investment (FCI) DPC + IPC
2. Working capital (WC) 10 – 20 % FCI
Total Capital Investment FCI + WC

2.18.8 Annual Manufacturing Cost

Annual Manufacturing Cost merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam

keperluan proses produksi, diantaranya: direct production cost, fixed charges dan plant

over headcosts. Adapun beberapa unsur yang termasuk dalam Manufacturing Cost

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.9 Estimation of Total Direct Production Cost (Peters dkk., 2003)

No. Direct Production Cost %


1. Raw Material 10 – 80 % TPC
2. Operating Labor 10 – 20 % TPC
3. Maintenance and Repair 10 – 20 % Operation Labor
4. Operating Supplies 10 – 20 % Maintenance

54
Tabel 2.10 Estimation of Total Production Cost (Peters dkk., 2003)

No. General Expense %


1. Administration 2 - 5 % TPC
2. Research and Development 2 - 5 % TPC
3. Distribution and Expenses (GE) 2 - 20 % TPC
Total General Expenses (GE) 15 - 25 % TPC
Total Production Cost MC + GE

2.18.9 Keuntungan

Keuntungan dapat didefinisikan sebagai total pemasukan dikurangi dengan

total biaya produksi. Keuntungan akan memberi nilai tambah dari sebuah investasi

sekaligus untuk pengembangan investasi itu sendiri. Keuntungan dibedakan menjadi

keuntungan kotor (gross earning) dan keuntungan bersih yang telah dipotong oleh

biaya pajak (profit after tax).

2.18.10 Parameter yang Digunakan

Parameter yang digunakan untuk melakukan evaluasi ekonomi suatu proyek

dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: Pay Out Time (POT), Net Present

Value (NPV), Profitable Index (PI) dan Interest Rate of Return (IRR).

1. Pay Out Time (POT)

POT digunakan sebagai parameter untuk mengukur kemampuan

kembalinya dana investasi suatu proyek (tahun), dalam industri

perminyakan POT berkisar antara 5 s.d. 10 tahun. Semakin kecil POT,

maka semakin menguntungkan untuk dilaksanakan. Berikut merupakan

perhitungan POT (Peters dkk., 2003:32).

55
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛 ($)
𝑃𝑂𝑇 = . . … … … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟖𝟎)
$
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 ( )
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

2. Net Present Value (NPV)

NPV adalah nilai penerimaan bersih yang diproyeksikan ke tahun

sekarang. Untuk mengetahui nilai NPV, dapat diketahui dengan

menggunakan bantuan tabel cash flow. Dalam menyusun tabel cash

flow, penerimaan tahunan di tahun sekarang diproyeksikan selama

umur daya guna. Metode proyeksi dilakukan dengan cara forecast

menggunakan metode regresi linier. Proyeksi nilai sekarang (present

value) memperkirakan nilai sekarang dari nilai yang akan datang

dengan tingkat suku bunga tertentu serta periode tertentu. Present value

memperkirakan nilai sekarang dari nilai yang akan datang degan tingkat

suku bunga tertentu serta periode tertentu, present value dapat dihitung

dengan persamaan berikut (Peters dkk., 2003:291).

𝑃 = 𝐹(1 + 𝑖)−𝑛 . . … … … … … … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟖𝟏)

Keterangan:

P = Nilai Present Value (satuan mata uang)

F = Nilai Future Value (satuan mata uang)

i = Interest, %

n = Jumlah Tahun

Berdasarkan tabel cash flow dapat dilakukan perhitungan NPV sebagai

berikut. (Peters dkk., 2003:327)

𝑁𝑃𝑉 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 ($) − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 ($) . . . … … . … . (𝟐. 𝟖𝟐)

56
3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah besarnya keuntungan pada suatu investasi dengan

membandingkannya dengan bunga bank. Jika IRR lebih besar dari suku

bunga komersial yang diharapkan atau lebih besar dari suku bunga

bank, maka proyek dianggap menguntungkan dan layak untuk

dilaksanakan. Perhitungan IRR dilakukan dengan percobaan trial and

error berdasarkan tabel cash flow

4. Menghitung Profitable Index (PI)

PI merupakan profitable index yang menunjukan kemampuan

mendatangkan laba per satuan nilai investasi. PI dapat digunakan

sebagai pertimbangan secara langsung menarik atau tidaknya suatu

usulan proyek. Jika PI > 1 maka proyek akan diterima, tetapi jika

ternyata PI < 1 maka proyek lebih baik ditolak. Perhitungan nilai PI

dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Peters dkk., 2003:330)

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 ($)


𝑃𝐼 = . . … … … … … . . … . … … … . … . (𝟐. 𝟖𝟑)
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 ($)

57
III. PEMBAHASAN

3.1 Pompa Sentrifugal ETA-N 150 x 125-400

Pompa sentrifugal ETA-N 150 x 125-400 merupakan pompa sentrifugal milik

PT. Maligi Permata Industrial Estate yang beroperasi sebagai pompa intake di kawasan

industri Karawang International Industrial City (KIIC). Yang mana fungsinya adalah

untuk mengalirkan air sungai dari kali malang ke area WTP (Water treatment plant)

di Karawang International Industrial City (KIIC)

Gambar 3.1 Pompa Sentrifugal ETA-N 150 x 125-400

PT. Torishima Guna Engineering, menerima order overhaul untuk pompa

sentrifugal ETA-N 150 x 125-400. Dikarenakan pompa tersebut diisukan mengalami

penurunan head dan kapasitas. Setelah dilakukan investigasi dengan pembongkaran

pompa di workshop PT. Torishima Guna Engineering, ditemukan uniform surface

corrosion dan erosion corrosion pada impeller dan volute chamber, deep scratch dan
juga uniform surface corrosion pada poros, dan kegagalan pada bearing yang

dikarenakan unbalance pada motor penggerak pompa.

Gambar 3.2 Pompa Sentrifugal dan Motor Listrik

3.2 Data Desain Pompa Sentrifugal

Data desain merupakan parameter yang dibutuhkan untuk dapat merencanakan

desain pompa sentrifugal. Berikut merupakan data-data parameter yang akan

digunakan dalam perancangan pompa sentrifugal.

Tabel 3.1 Data Spesifikasi Pompa Sentrifugal


No Item Specification
1. Manufacturer Torishima
2. Item No. TS9610621
3. Type & Size ETA-N 150 x 125-400
4. Total Head 37 m
5. Rate Flow 229,8 m3/jam
6. Speed 1450 rpm
7. Efficiency 73 %
8. Driver Capacity 37 kW
9. Liquid Fresh Water
10. Temperature Ambient
11. Density 1000 kg/m3

67
Tabel 3.2 Data Spesifikasi Penggerak
No Item Specification
1 Output 37 kW
2 Poles 4 Poles
3 Frequency 50 Hz
4 Volts 380 V
5 Speed 1450 RPM
6 Efficeincy 90 %

Secara umum pompa-pompa yang hendak dioverhoul setelah dilakukan

performance test di PT. Torishima Guna Engineering, biasanya akan mengalami

penurunan head sekitar 10% – 15%. Sehingga dalam perancangan pompa sentrifugal

perlu dipertimbangkan betul besaran head yang akan digunakan. Maka akan dirancang

pompa dengan head yang sesuai dengan data desain yaitu sebesar 37 m.

3.3 Penentuan Jenis Pompa

Dalam penentuan jenis pompa yang akan dirancang, dapat dilakukan pemilihan

menggunakan grafik di bawah ini berdasarkan kapasitas dan head yang akan dilayani

pompa. Dimana, kapasitas dan head pompa yaitu:

Q = 229,8 m3/jam = 1.011,78 gpm

H = 37 m = 121,397 ft

68
Gambar 3.3 Pump Type Selection Chart 12:362)

Berdasarkan hasil grafik pada gambar diatas, hasilnya menunjukkan bahwa

pompa dengan Q = 1.011,78 gpm dan H = 121,397 ft masuk dalam area tipe pompa

sentrifugal.

69
Gambar 3.4 Centrifugal Pump Selection Guide 5:12-10)

Berdasarkan hasil dari grafik centrifugal pump selection guide tersebut,

dipilihlah pompa sentrifugal jenis single stage (single suction).

3.4 Pemilihan Material Pompa

Setelah dilakukan pemilihan jenis pompa, selanjutnya dilakukan pemilihan

material yang akan digunakan. Tentunya dengan mempertimbangkan kondisi operasi

di lapangan.

70
3.4.1 Data Pemilihan Material Pompa

Berikut merupakan data properties dari fluida service.

Tabel 3.3 Data Properties dari Fluida Service

No. Deskripsi Nilai

1. Jenis Cairan Fresh Water

2. Temperatur Operasi Ambient

3. Density () 1000 kg/m3

4. Specific Weight (γ) 10 kN/m3

5. Viscosity (μ) 1,0 mPa.s

3.4.2 Pemilihan Material Pompa Berdasarkan API 610

Setelah diperoleh data properties dari fluida selanjutnya adalah menentukan

material class dengan menggunakan Tabel berikut.

Tabel 3.4 Materials Class Selection Guidance 1:124)

71
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa untuk jenis fluida fresh water maka

material class nya adalah 1-1 atau 1-2.

Kemudian setelah diketahui material class nya. Selanjutnya adalah

menentukan jenis material berdasarkan material class dengan menggunakan tabel

berikut.

Tabel 3.5 Material Classes for Pump Parts 1:127)

Material
Material classes
classes and
and abbreviations
abbreviations

Setelah dilakukan pemilihan material pada setiap part pompa sentrifugal berikut

merupakan jenis material yang akan digunakan.

72
Tabel 3.6 Material Properties of Pump Parts

tegangan Modulus Modulus


No. Part Material Density ()
tarik (σb) geser elastisitas
1. Impeller UNS C95200 520 Mpa 42 GPa 110 GPa 7640 kg/m3
ASTM A48 Class
2. Volute 310 Mpa 69 GPa 180 GPa 7.500 kg/m3
No. 40
ASTM A276-98B
3. Poros 1600 Mpa 76 GPa 190 GPa 7800 kg/m3
420 (Tempered)
ASTM A276-98B
4. Pasak 650 Mpa 76 GPa 190 GPa 7800 kg/m3
420

3.5 Perhitungan Kecepatan Spesifik

Kecepatan spesifik merupakan nilai yang menunjukan hubungan antara

kapasitas, head dan kecepatan putaran pada kondisi efisiensi maksimal. Kecepatan

spesifik ini merupakan perhitungan paling awal dalam melakukan perancangan pompa

sentrifugal, karena berhubungan dengan perhitungan-perhitungan selanjutnya, seperti

penentuan jenis impeller, penentuan nilai efisiensi pompa dan sebagainya. Berikut

merupakan perhitungan dari kecepatan spesifik.

3.5.1 Kecepatan Spesifik Kinematik (nsQ)

Kecepatan spesifik kinematik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut.

𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑄 =
𝐻 3/4

Diketahui: n = 1450 rpm

Q = 229,8 m3/jam = 0,0638 m3/s

H = 37 m

73
Sehingga, harga kecepatan spesifik kinematik (nsQ):

1450 rpm . √0,0638 m3 /s


𝑛𝑠𝑄 = = 24,41
(37 m)3/4

3.5.2 Kecepatan Spesifik Dinamik (nsP)

Kecepatan spesifik dinamik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut.

𝛾 𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑃 = √ .
75 𝐻 3 /4

Diketahui: n = 1450 rpm

 = 1000 kg/m3

Q = 229,8 m3/jam = 0,0638 m3/s

H = 37 m

Sehingga, harga kecepatan spesifik dinamik (nsP):

1000 kg/m3 1450 rpm . √0,0638 m3 /s


𝑛𝑠𝑃 = √ . = 89,14
75 (37 m)3/4

3.5.3 Dimensional Shape Number (nsf)

Dimensionless shape number dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut.

𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑓 = 3 .
𝐻 3/4

Diketahui: n = 1450 rpm

Q = 229,8 m3/jam = 0,0638 m3/s

H = 37 m

74
Sehingga, harga dimensionless shape number (nsf):

1450 rpm . √0,0638 m3 /s


𝑛𝑠𝑓 = 3 . = 73,24
(37 m)3/4

3.6 Penentuan Efisiensi Overall Pompa Sentrifugal (𝜂op)

Setelah diketahui besarnya nilai kecepatan spesifik, selanjutnya dapat diketahui

besarnya efisiensi overall pompa. Efisiensi overall pompa sentrifugal merupakan total

seluruh efisiensi yang terdiri dari efisiensi volumetrik, efisiensi hidrolik, dan efisiensi

mekanik. Efisiensi Overall pompa sentrifugal tergantung pada harga kecepatan

spesifik kinematik (nsQ), Dimensionless shape number (nsf) dan kapasitas dalam

liter/detik seperti yang ditunjukkan pada grafik berikut.

Gambar 3.5 Grafik Efisiensi Overall Pompa 9:129)

Berdasarkan kecepatan spesifik kinematik (nsQ) = 24,41 dan kapasitas pompa

(Q) = 229,8 m3/jam = 63,83 l/s, maka diperoleh effisiensi overall pompa sentrifugal

(𝜂op) sebasar 80%.

75
3.7 Perhitungan Daya

Daya merupakan laju energi yang dihantarkan selama melakukan usaha dalam

periode waktu tertentu. Pada instalasi sistem perpompaan terdapat 3 jenis daya yaitu

daya cairan, daya pompa, dan daya penggerak.

3.7.1 Daya Cairan (Pw)

Daya cairan adalah daya yang diterima cairan atau daya yang diberikan

impeller pada cairan, daya cairan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut.

𝑄. 𝐻. 𝛾
𝑃𝑤 = , 𝐇𝐏
75

Diketahui: Q = 229,8 m3/jam = 0,0638 m3/s

H = 37 m

 = 1000 kg/m3

Sehingga didapatkan daya cairan (Pw):

(0,0638 m3 /s). (37 m) . 1000 kg/m3


𝑃𝑤 = = 31,47 HP = 23,47 kW
75

3.7.2 Daya Pompa (Pp)

Daya pompa adalah daya poros pompa atau daya yang diberikan pada impeller,

daya pompa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

𝑃𝑤
𝑃𝑝 = , 𝐇𝐏
𝜂𝑜𝑝

Diketahui: Pw = 31,47 HP

𝜂𝑜𝑝 = 80 %

76
Sehingga didapatkan daya pompa (Psh):

31,47 HP
𝑃𝑝 = = 39,34 HP = 29,34 kW
80 %

3.7.3 Daya Penggerak (Pm)

Daya penggerak adalah daya poros penggerak yang diberikan pada poros

pompa. Daya penggerak dapat dihitung menggunakan persamaan berikut

𝑃𝑝 (1 + 𝑎)
𝑃𝑚 = , 𝐇𝐏
𝜂𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠

Diketahui: Pp = 39,34 HP

 = 0,2 (motor induksi – Berdasarkan Tabel 2.5)

ɳtrans = 1,0 (direct coupling – Berdasarkan Tabel 2.4)

Sehingga didapatkan daya penggerak (Pm),

39,34 HP (1 + 0,2)
𝑃𝑚 = = 47,21 HP = 35,21 kW
1,0

3.8 Perhitungan Net Positive Suction Head (NPSH)

Net Positive Suction Head (NPSH) merupakan head netto pada suction flange

sisi masuk pompa sentirfugal, setelah head positif yang harus menyebabkan cairan

masuk kedalam pompa dikurangi semua head negatif termasuk tekanan penguapan

cairan yang menghalangi masuknya cairan tersebut. Pengaruh yang terbesar pada

NPSH adalah tekanan penguapan akibat perubahan suhu cairan.

3.8.1 NPSH Required (NPSHr)

NPSH required atau NPSH yang diperlukan merupakan head tekanan yang

besarnya sama dengan penurunan tekanan. Besarnya nilai NPSHr diperoleh

77
berdasarkan rancang bangun dan tes yang dikeluarkan pabrik pembuat. Dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut.


𝟒
𝟑
𝑛√𝑄
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑟 = ( ) ,𝐦
𝑆

Diketahui: n = 1450 rpm

Q = 229,8 m3/jam = 3,83 m3/menit

S = 1200

Sehingga didapatkan NPSHr,


𝟒
1450 rpm . √3,83 m /menit 𝟑
3
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑟 = ( ) = 3,15 m
1200

3.9 Perancangan Impeller Pompa Sentrifugal

Dalam melakukan perancangan impeller pada sebuah pompa sentrifugal,

terdapat beberapa tahapan dalam perancangan. mulai dari menentukan jenis impeller,

dimensi rasio, menghitung jumlah sudu impeller, diameter poros, diameter impeller

dan perhitungan lainnya, hingga mendapat data yang lengkap untuk melukis impeller.

3.9.1 Menentukan Jenis Impeller

Dalam menentukan jenis impeller, dapat mengacu pada tabel yang ada pada

gambar 2.6. Dimana untuk menentukan jenis impeller dilakukan berdasarkan nilai

kecepatan spesifik yang telah dihitung. Selain mendapatkan jenis impeller, juga dapat

diketahui besar dimensi rasio pada impeller pada tabel tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai kecepatan spesifik dinamik

(nsQ) = 24,41, nilai kecepatan spesifik kinematik (nsP) = 89,14 dan nilai Dimensionless

78
shape number (nsf) = 73,24 maka jenis impeller yang sesuai dapat ditentukan

berdasarkan gambar berikut.

Gambar 3.7 Jenis Impeller berdasarkan Kecepatan Spesifik

Didapatkan range dimensi rasio (d2/d0) = 3,5 s.d 2,0 dan dipilih tipe sudu

impeller dengan type backward-curved, dengan kelebihan sebagai berikut:

1. Perubahan kecepatan dan distribusi cairan di celah-celah sudu lebih halus

dan uniform;

2. Kerugian gesekan hidrolik lebih kecil;

3. Operasi lebih stabil dan tidak menimbulkan kebisingan;

4. Head dan Kapasitas lebih mudah untuk diatur;

5. Tenaga penggerak relatif sehingga lebih efisien.

79
dhub dsh

d0 d1 d2

Gambar 3.6 Dimensi Impeller Pompa Sentrifugal


Gambar 3.6 Dimensi Impeller Pompa Sentrifugal

3.9.2 Menghitung Diameter Poros (dsh)

Perhitungan diameter poros (dsh) dilakukan dengan pertimbangan kekuatan

puntir (kemudian setelah desain impeller selesai, maka dsh akan ditinjau kembali).

Secara umum untuk mengetahui diameter poros dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut.

3 𝑇
𝑑𝑠ℎ = √
0,2 . 𝜏𝑖𝑧𝑖𝑛

Diketahui: τizin = (single stage =15 - 20 N/mm2)

τizin = (multi stage = 10 - 15 N/mm2)

τizin = 18 N/mm2

n = 1450 rpm

P = Pp = 29,34 kW = 29340 Nm/s

80
T 𝑃𝑝 𝑃𝑝
= = (2 .
𝜔 𝜋 . 𝑛)/60

T 29,34 kW
= (2 . 𝜋 . 1450 rpm)/60

T = 193,323 N.m

Sehingga didapatkan diameter shaft (dsh),

3 193,323 N. mm
𝑑𝑠ℎ = √ = 37,73 mm ≈ 38 mm
0,2 . 18 N/mm2

3.9.3 Menentukan Diameter Hub (dhub)

Dalam menentukan diameter hub pada impeller dapat dihitung dengan

menggunakan perbandingan hasil perhitungan diameter poros, dimana diameter poros

(dsh) = 38 mm. Perhitungan diameter hub dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan berikut.

1. Diameter Hub Sisi Depan (dhub)

𝑑ℎ𝑢𝑏 = (1,3 s. d. 1,4) . 𝑑𝑠ℎ

𝑑ℎ𝑢𝑏 = 1,39 x 38 mm

𝑑ℎ𝑢𝑏 = 53 mm

2. Diameter Hub Sisi Belakang (d’hub)

𝑑′ℎ𝑢𝑏 = (1,35 s. d. 1,5) . 𝑑𝑠ℎ

𝑑 ′ ℎ𝑢𝑏 = 1,5 x 38 mm

𝑑′ℎ𝑢𝑏 = 57 mm

81
3.9.4 Menghitung Kapasitas Teoritis

Kapasitas teoritis merupakan perbandingan antara kapasitas sesungguhnya

dengan efisiensi volumetrisnya. Untuk mengetahui besarnya kapasitas teoritisnya

diperlukan efisiensi volumetris. Berikut merupakan tabel herga efisiensi volumetris

pompa sentrifugal.

Tabel 3.6 Harga Efisiensi Volumetris 9:253)

ns1 60 - 100 100 – 150 150 – 220


ηv 0,94 - 0,97 0,97 – 0,99 0,98 – 0,995

Berdasarkan Tabel di atas dengan nsP = 89,14 efisiensi volumetrisnya sebesar

96,19% (interpolasi). Untuk nilai yang lebih rinci, dapat ditentukan dengan

menghubungkannya ke grafik yang terdapat dalam gambar 3.8.

Pada grafik di gambar 3.8 di bawah, membutuhkan nilai kecepatan spesifik

kinematik (nsQ) dalam satuan U.S Unit.

Berikut merupakan perhitungan kecepatan spesifik kinematik dalam satuan U.S

units dengan menggunakan persamaan berikut

𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑄 =
𝐻 3/4

Diketahui: n = 1450 rpm

Q = 229,8 m3/jam = 1.011,78 gpm

H = 37 m = 121,397 ft

Sehingga, harga kecepatan spesifik kinematik (nsQ) dalam U.S units:

1450 rpm . √1.011,78 gpm


𝑛𝑠𝑄 = = 1.261,12
(121,397 m)3/4

82
Gambar 3.8 Grafik Penentuan Efisiensi Volumetris11:58)

Berdasarkan grafik pada gambar 3.8 tersebut, dengan Q = 1.011,78 gpm dan

nsQ = 1.261,12 didapatkan 1-ηv = 0,04. Sehingga, harga efisiensi volumetrisnya

adalah:

𝜂𝑣 = 1 − 0,04 = 0,96 = 96%

Kemudian untuk kapasitas teoritis dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut.

𝑄
𝑄′ = , 𝐦𝟑 /𝐬
𝜂𝑣

Diketahui: Q = 229,8 m3/jam

ηv = 96 %

Sehingga, didapatkan kapasitas teoritis sebesar:


229,8 m3 /jam
𝑄 = = 239,375 m3 /jam = 0,066 m3 /s
96 %

83
3.9.5 Menghitung Kecepatan Cairan Radial Area Sudu (Cm)

Kecepatan cairan radial area sudu merupakan nilai besaran kecepatan aliran

yang melalui impeller secara radial. Untuk mengetahui besarnya nilai kecepatan cairan

radial masuk area sudu menggunakan persamaan berikut.

𝐶𝑚1 = 𝑘𝑐𝑚1 . √2 . 𝑔 . 𝐻

Dan untuk menentukan kecepatan cairan radial keluar area sudu menggunakan

persamaan berikut.

𝐶𝑚2 = 𝑘𝑐𝑚2 . √2 . 𝑔 . 𝐻

Dengan menggunakan nilai faktor kecepatan radial area sudu (kcm), nilai

kecepatan spesifik dinamik (nsQ) = 24,41, nilai kecepatan spesifik kinematik

(nsP) = 89,14 dan nilai dimensionless shape number (nsf) = 73,24. Maka untuk

mengetahui nilai faktor kecepatan radial area sudu (kcm) dapat ditentukan

menggunakan grafik pada gambar berikut.

Gambar 3.9 Grafik Koefisien Kecepatan Radial Area Sudu (kcm) 9:134)

84
Sehingga, nilai faktor kecepatan radial area sudu (kcm) masing–masing yaitu:

𝑘𝑐𝑚1 = 0,15

𝑘𝑐𝑚2 = 0,11

Dengan besar head (H) = 37 m, maka kecepatan cairan radial area sudu (cm):

𝑐𝑚1 = 0,15 . √2 . 9,81 m/s2 . 37 m = 4,04 m/s

𝑐𝑚2 = 0,11 . √2 . 9,81 m/s2 . 37 m = 2,96 m/s

3.9.6 Menghitung Kecepatan Cairan Masuk Impeller (c0)

Untuk mengetahui nilai kecepatan cairan masuk impeller (c0) untuk pompa

sentrifugal single stage (end-suction) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut.

𝑐0 = (0,9 s. d 1,0) . 𝑐𝑚1

𝑐0 = 1,0 . 4,04 m/s = 4,04 m/s

3.9.7 Menghitung Diameter Masuk Impeller (do)

Untuk mengetahui ukuran diameter masuk impeller (d0) dapat dihitung dengan

melakukan pendekatan menggunakan persamaan berikut.

4 . 𝐴′0
𝑑0 = √
𝜋

𝑄 ′ 0,066 m3 /s
Dimana, 𝐴0 = = = 0,01634 m2
𝑐0 4,04 m/s
2
𝜋 . 𝑑ℎ𝑢𝑏 𝜋 . (53 mm)2
𝐴ℎ𝑢𝑏 = = = 2205 mm2 = 0,002205 m2
4 4

𝐴′0 = 𝐴0 + 𝐴ℎ𝑢𝑏 = 0,01634 m2 + 0,002205 m2 = 0,0185 m2

85
Sehingga, didapatkan diameter masuk (d0) sebesar:

4 . (0,0185 m2 )
𝑑0 = √ = 0,154 mm = 154 mm
𝜋

𝑑0 ≈ 6,07 inch (𝐹𝑙𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 ANSI B16.5)

3.9.8 Menghitung Kecepatan Tangensial Impeller Bagian Dalam (u1)

Nilai kecepatan tangensial impeller bagian dalam (u1) dipengaruhi oleh besar

diameter impeller bagian dalam (d1). Agar aliran fluida masuk impeller terhindar dari

turbulensi, maka besar diameter impeller bagian dalam (d1) dibuat sama dengan

diameter masuk impeller (d0). 1:94)

𝑑1 = 𝑑0 = 0,154 m

Sehingga nilai kecepatan tangensial pada diameter impeller bagian dalam (u1)

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

𝜋 . 𝑑1 . 𝑛 𝜋 . 0,154 m . 1450 rpm


𝑢1 = = = 11,69 m/s
60 60

3.9.9 Menghitung Kecepatan Tangensial Impeller Bagian Luar (u2)

Untuk mengetahui besarnya kecepatan tangensial impeller bagian luar dapat

dihitung dengan menggunakan turunan dari persamaan head teoritis yang ditunjukkan

pada persamaan berikut.

𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 2 𝐻
𝑢2 = + √( ) + 𝑔 . . (1 + 𝐶𝑝 )
2 . tan 𝛽2 2 . tan 𝛽2 𝜂ℎ

Diketahui: 𝑐𝑚2 = 2,96 m/s

𝛽2 = 15o s. d. 35o

86
𝛽2 = 30o

𝐻 = 37 m

𝜂ℎ = 87,71 % (Hasil interpolasi dari tabel 2.7)

(1 + 𝐶𝑝 ) = 1,317 (Asumsi)

Sehingga, diperoleh kecepatan tangensial impeller bagian luar sebesar,

2,96 m/s 2,96 m/s 2 37 m


𝑢2 = + √( ) + 9,81 m/s 2 . . (1,317)
2 . tan 30o 2 . tan 30o 87,7 %

𝑢2 = 26,05 m/s

Jika nilai kecepatan tangensial pada diameter impeller bagian luar (u2) adalah

sebesar 26,05 m/s, maka penggunaan meterial impeller dapat menggunakan material

bronze, dimana untuk penggunaan material bronze dibatasi maksimum 60 m/s.

Dengan mengacu pada API Standard 610 dan Torishima Pump Hand Book,

sebagaimana yang telah dibahas pada sub bab pemilihan material pompa. Maka

material untuk impeller yang cocok untuk fluida fresh water yaitu menggunakan

bronze. Oleh karena itu, dalam perancangan impeller ini akan dilakukan upgrade

material dari yang semula cast iron - FC200, menjadi aluminium bronze - UNS

C95200. Material UNS C95200 ini memiliki kelebihan yaitu high wear resistance,

good strength dan high corrosion resistance.

3.9.10 Menghitung Diameter Impeller Bagian Luar (d2)

Agar dapat membangkitkan head sebesar 37 m, besar diameter impeller bagian

luar (d2) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.

60 . 𝑢2
𝑑2 =
𝜋. 𝑛

87
Diketahui: 𝑢2 = 26,05 m/s

𝑛 = 1450 rpm

Sehingga, besar diameter impeller bagian luar yaitu:

60 . 26,05 m/s
𝑑2 = = 0,343 m = 343 mm
𝜋 . 1450 rpm

Setelah diketahui nilai diameter impeller bagian luar (d2) dan diameter masuk

impeller (d0), maka dapat diketahui dimensi rasionya, yaitu:

𝑑2 343 mm
= = 2,23
𝑑0 154 mm

Jadi, dimensi rasio sebesar 2,23 masih masuk dalam range, karena berdasarkan

tabel pada gambar 3.7, dimana dengan kecepatan spesifik dinamik (nsQ) = 24,41,

dimensi rasionya dibatasi d2/d0 = 3,5 s.d 2,0.

3.9.11 Perhitungan Komponen Segitiga Kecepatan Pada Impeller

Perhitungan pada komponen segitiga kecepatan pada impeller meliputi 2

bagian, antara lain:

1. Perhitungan Komponen Segitiga Kecepatan pada Impeller Bagian

Dalam

Dimana nilai kecepatan tangensial impeller bagian dalam (u1) = 11,67 m/s,

dan nilai kecepatan cairan radial area sudu (cm1) = 4,04 m/s. Jika

diasumsikan kecepatan absolut yang masuk kedalam sudu masuk secara

langsung sehingga sudut α1 = 90o, maka segitiga kecepatan pada impeller

bagian dalam dapat digambarkan sebagai berikut.

88
d1 = 154 mm

Gambar 3.10 Segitiga Kecepatan pada Sisi Dalam Impeller

Sehingga proyeksi segitiga kecepatan dari gambar di atas adalah sebagai

berikut:
cm1

α1 β1
wu1 = u1

Gambar 3.11 Proyeksi Segitiga Kecepatan pada Sisi Dalam Impeller

Maka nilai kecepatan relatif pada impeller bagian dalam (w1) dan besar

sudut β1 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

A. Menghitung Besar Sudut β1


𝑐𝑚1
tan 𝛽1 =
𝑢1

𝑐𝑚1
𝛽1 = tan−1 ( )
𝑢1

Diketahui: 𝑐𝑚1 = 4,04 m/s

𝑢1 = 11,67 m/s

Sehingga, besar sudut β1:

4,04 m/s
𝛽1 = tan−1 ( ) = 19o
11,67 m/s

89
B. Menghitung Nilai Kecepatan Relatif pada Impeller bagian Dalam

(w1)
𝑐𝑚1
sin 𝛽1 =
𝑤1
𝑐𝑚1
𝑤1 =
sin 𝛽1

Diketahui: 𝑐𝑚1 = 4,04 m/s

𝛽1 = 19o

Sehingga, besar kecepatan ralatif pada impeller bagian dalam:

4,04 m/s
𝑤1 = = 12,41 m/s
sin 19o

2. Perhitungan Komponen Segitiga Kecepatan Pada Impeller Bagian

Luar

Dimana nilai kecepatan tangensial impeller bagian luar (u2) = 26,05 m/s,

dan nilai kecepatan cairan radial area sudu (cm2) = 2,96 m/s, kemudian

untuk nilai sudut β2, dengan range 15o – 35o diambil 30o . Maka segitiga

kecepatan pada impeller bagian luar dapat digambarkan sebagai berikut.

d2 = 343 mm

Gambar 3.12 Segitiga Kecepatan pada Sisi Luar Impeller

Sehingga proyeksi segitiga kecepatan dari gambar di atas adalah sebagai

berikut:

90
Gambar 3.13 Proyeksi Segitiga Kecepatan pada Sisi Luar Impeller

Maka vector dari kecepatan absolut dan kecepatan relatif terhadap arah

kecepatan tangensial pada impeller bagian luar (Cu2 & Wu2), kemudian

kecepatan absolut dan kecepatan ralatif pada impeller bagian luar (c2 &

w2) serta sudut α2 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut.

A. Menghitung Nilai Vector dari Kecepatan relative Terhadap Arah

Kecepatan Tangensial pada Impeller Bagian Luar (wu2)


𝑐𝑚2
tan 𝛽2 =
𝑤𝑢2

𝑐𝑚2
𝑤 𝑢2 =
tan 𝛽2

Diketahui: 𝑐𝑚2 = 2,96 m/s

𝛽2 = 30o

Sehingga, besar wu2:

2,96 m/s
𝑤 𝑢2 = = 5,13 m/s
tan 30o

B. Menghitung Nilai Vector dari Kecepatan Absolut Terhadap Arah

Kecepatan Tangensial pada Impeller Bagian Luar (cu2)

𝑢2 = 𝑤𝑢2 + 𝑐𝑢2

91
𝑐𝑢2 = 𝑢2 − 𝑤𝑢2

Diketahui: 𝑢2 = 26,05 m/s

𝑤𝑢2 = 5,13 m/s

Sehingga, besar cu2:

𝑐𝑢2 = 26,05 m/s − 5,13 m/s = 20,92 m/s

C. Menghitung Besar Sudut α2


𝑐𝑚2
tan 𝛼2 =
𝑐𝑢2

𝑐𝑚2
𝛼2 = tan−1 ( )
𝑐𝑢2

Diketahui: 𝑐𝑚2 = 2,96 m/s

𝑐𝑢2 = 20,92 m/s

Sehingga, besar sudut 𝛼2:

2,96 m/s
𝛼2 = tan−1 ( ) = 8o
20,92 m/s

D. Menghitung Nilai Kecepatan Absolut pada Impeller Bagian Luar (c2)


𝑐𝑚2
sin 𝛼2 =
𝑐2
𝑐𝑚2
𝑐2 =
sin 𝛼2

Diketahui: 𝑐𝑚2 = 2,96 m/s

𝛼2 = 8o

Sehingga, besar kecepatan absolut pada impeller bagian luar:

2,96 m/s
𝑐2 = = 21,27 m/s
sin 8o

92
E. Menghitung Nilai Kecepatan Relatif pada Impeller Bagian Luar (w2)
𝑐𝑚2
sin 𝛽2 =
𝑤2
𝑐𝑚2
𝑤2 =
sin𝛽2

Diketahui: 𝑐𝑚2 = 2,96 m/s

𝛽2 = 30o

Sehingga, besar kecepatan relatif pada impeller bagian luar:

2,96 m/s
𝑤2 = = 5,92 m/s
sin 30o

3.9.12 Menghitung Jumlah Sudu (z)

Untuk mengetahui jumlah sudu (z) pada impeller dapat diketahui dengan

menggunakan grafik pada gambar 3.14 dan dapat dihitung menggunakan persamaan

2.32. Sebelum menentukan jumlah sudu impeller pada grafik dalam gambar 3.14, perlu

diketahui terlebih dahulu sudut sudu jalan yang dihitung dengan persamaan berikut.

𝛽1 + 𝛽2 = 19o + 30o = 49o

Gambar 3.14 Grafik Penentuan Jumlah Sudu Impeller 4:255)

93
Berdasarkan gambar 3.14, dengan sudut sudu jalan (β1 + β2) = 49o dan dimensi

rasio (d2/d0) = 2,23, didapatkan jumlah sudu impeller sebanyak 7 buah.

Sedangkan berdasarkan perhitungan dari persamaan 2.32, jumlah sudu

impeller yaitu sebagai berikut.

𝑑2 + 𝑑1 𝛽1 + 𝛽2
𝑧 = 6,5 . . sin ( )
𝑑2 − 𝑑1 2

Diketahui: 𝑑1 = 154 mm

𝑑2 = 343 mm

𝛽1 = 19o

𝛽2 = 30o

Sehingga, jumlah sudu impeller:

343 mm + 153 mm 19o + 30o


𝑧 = 6,5 . . sin ( )
343 mm − 153 mm 2

𝑧 = 7,09 ≈ 7 buah

3.9.13 Menghitung Jarak Antar Sudu impeller (t)

Untuk mengetahui jarak antar sudu impeller sisi masuk dan sisi keluar dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

1. Menghitung Nilai Jarak Antar Sudu Impeller Sisi Masuk

𝜋 . 𝑑1
𝑡1 =
𝑧

Diketahui: 𝑑1 = 154 mm

𝑧 = 7 buah

94
Sehingga, jarak antar sudu impeller sisi masuk:

𝜋 . 154 mm
𝑡1 = = 69 mm
7 buah

2. Menghitung Nilai Jarak Antar Sudu Impeller Sisi Keluar

𝜋 . 𝑑2
𝑡2 =
𝑧

Diketahui: 𝑑2 = 343 mm

𝑧 = 7 buah

Sehingga, jarak antar sudu impeller sisi keluar:

𝜋 . 343 mm
𝑡2 = = 154 mm
7 buah

3.9.14 Menghitung Perpotongan Tebal Sudu Impeller (su)

Untuk menghitung perpotongan tebal sudu sisi masuk dan sisi keluar impeller

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

1. Menghitung Perpotongan Tebal Sudu Sisi Masuk Impeller


𝑠1
𝑠𝑢1 =
sin 𝛽1

Diketahui: 𝑠1 = 6 mm (untuk material 𝑏𝑟𝑜𝑛𝑧𝑒)

𝛽1 = 19o

Sehingga, perpotongan tebal sudu impeller sisi masuk sebesar:

6 mm
𝑠𝑢1 = = 18 mm
sin 19o

95
2. Menghitung Perpotongan Tebal Sudu Sisi Keluar Impeller
𝑠2
𝑠𝑢2 =
sin 𝛽2

Diketahui: 𝑠2 = 6 mm (untuk material 𝑏𝑟𝑜𝑛𝑧𝑒)

𝛽2 = 30o

Sehingga perpotongan tebal sudu impeller sisi keluar sebesar:

6 mm
𝑠𝑢2 = = 12 mm
sin 30o

3.9.15 Menghitung Faktor Penyempitan Luas Penampangan Aliran (φ)

Untuk menghitung nilai faktor penyempitan sisi masuk dan sisi keluar impeller

dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.

1. Menghitung Faktor Penyempitan Sisi Masuk Impeller

𝑡1
𝜑1 =
𝑡1 − 𝑠𝑢1

Diketahui: 𝑡1 = 69 mm

𝑠𝑢1 = 18 mm

Sehingga, faktor penyempitan sisi masuk impeller:

69 mm
𝜑1 = = 1,35
69 mm − 18 mm

2. Menghitung Faktor Penyempitan Sisi Keluar Impeller

𝑡2
𝜑2 =
𝑡2 − 𝑠𝑢2

Diketahui: 𝑡2 = 154 mm

𝑠𝑢2 = 12 mm

96
Sehingga, faktor penyempitan sisi keluar impeller:

154 mm
𝜑2 = = 1,08
154 mm − 12 mm

3.9.16 Menghitung Lebar Laluan Impeller (b)

Untuk menghitung lebar laluan sisi masuk dan sisi keluar impeller dapat

dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut.

1. Menghitung Lebar Laluan Sisi Masuk Impeller

𝑄′
𝑏1 = 𝜑1 .
𝜋 . 𝑑1 . 𝑐𝑚1

Diketahui: 𝜑1 = 1,35

𝑄′ = 0,066 m3 /s

𝑑1 = 0,154 m

𝑐𝑚1 = 4,04 m/s

Sehingga, lebar laluan sisi masuk impeller:

0,066 m3 /s
𝑏1 = 1,35 . = 0,046 = 46 mm
𝜋 . 0,154 m . 4,04 m/s

2. Menghitung Lebar Laluan Sisi Keluar Impeller

𝑄′
𝑏2 = 𝜑2 .
𝜋 . 𝑑2 . 𝑐𝑚2

Diketahui: 𝜑2 = 1,08

𝑄′ = 0,066 m3 /s

𝑑2 = 0,343 m

𝑐𝑚2 = 2,96 m/s

97
Sehingga, lebar laluan sisi keluar impeller:

0,066 m3 /s
𝑏2 = 1,08 . = 0,022 m = 22 mm
𝜋 . 0,343 m . 2,96 m/s

3.9.17 Meninjau Head Aktual yang Dibangkitkan Impeller

Head yang dibangkitkan oleh impeller perlu untuk ditinjau kembali agar dapat

diketahui apakah impeller yang dirancang telah memenuhi head yang diinginkan atau

tidak. Head aktual dapat dihitung dengan pendekatan persamaan head toritis, yang

dapat ditentukan dengan persamaan berikut.

1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 . 𝑐𝑢2 − 𝑢1 . 𝑐𝑢1 )
𝑔

Diketahui: 𝑢1 = 11,69 m/s

𝑢2 = 26,05 m/s

𝑐𝑢1 = 0 m/s

𝑐𝑢2 = 20,92 m/s

Sehingga,

1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (26,05 m/s . 20,92 m/s − 11,69 m/s . 0 m/s )
9,81 m/s 2

𝐻𝑡ℎ∞ = 55,55 m

Head yang dibangkitkan impeller secara teoritis dari persamaan Euler seperti

perhitungan diatas masih belum mempertimbangkan pengaruh dari jumlah sudu dan

kerugian head pada impeller. Oleh karena itu, pengaruh jumlah sudu terhadap head

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

𝐻𝑡ℎ∞
𝐻𝑡ℎ =
(1 + 𝐶𝑝 )

98
Setelah diameter impeller bagian luar (d2) dan jumlah sudu telah diketahui,

maka nilai (1 + Cp) dapat dihitung dengan persamaan berikut.

r22
𝐶𝑝 = Ψ .
𝑧 . 𝑀𝑠𝑡

Dimana: 𝛹 = (0,55 s. d. 0,68) + 0,6 . sin 𝛽2 = (0,6) + 0,6 . sin 30o = 0,9

𝑟2 𝑑2 0,343 m
= = = 0,172 m
2 2

𝑟1 𝑑1 0,154 m
= = = 0,077 m
2 2

𝑧 = 7 buah

𝑀𝑠𝑡 = 1 . (𝑟22 − 𝑟12 ) = 1 . [(0,172 m)2 − (0,077 m)2 ] = 0,012 m2


2 2

Sehingga, besar nilai Cp:

(0,172 m)2
𝐶𝑝 = 0,9 . = 0,317
7 . 0,012 m2

Maka, nilai (1 + Cp) yaitu:

(1 + 𝑐𝑝 ) = 1 + 0,317 = 1,317 (Asumsi pada hal. 85 benar)

Nilai (1 + Cp) sama dengan sama dengan yang diasumsikan, sehingga

didapatkan head teoritis karena adanya pengaruh jumlah sudu, yaitu:

𝐻𝑡ℎ∞ 55,55 m
𝐻𝑡ℎ = = = 42,18 m
(1 + 𝐶𝑝 ) (1,317)

Kemudian setelah diketahui head teoritis karena adanya pengaruh jumlah sudu,

maka head aktual dapat dihitung dengan mempertimbangkan faktor kerugian hidrolik,

seperti persamaan berikut.

𝐻 = 𝐻𝑡ℎ . 𝜂ℎ

99
Diketahui: 𝐻𝑡ℎ = 42,18 m

𝜂ℎ = 87,71 % (Hasil interpolasi Tabel 2.7)

Sehingga, besar head aktual:

𝐻 = 42,18 m . 87,71 % = 37 m

Setelah ditinjau kembali, didapatkan head aktual perancangan impeller sebesar

37 m, dimana head tersebut telah sesuai dengan head yang diinginkan.

3.9.18 Melukis Sudu Impeller

Dalam melukis sudu impeller pompa sentrifugal, digunakanlah single arc

method sesuai tahapan pada sub bab 2.10.17. Sehingga didapatkan gambaran impeller

tampak depan sebagai berikut.

d2 = 343 mm

β2

d1 = 154 mm

Gambar 3.15 Hasil Lukisan Sudu Impeller Menggunakan Single Arc Method

100
3.9.19 Menghitung Berat Impeller

Untuk mengetahui berat impeller, dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut:

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 (𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 ) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 x 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦

1. Menghitung Berat Impeller dengan Solidworks 2020

Setelah dilakukan desain impeller secara tiga dimensi pada aplikasi

Solidworks 2020 didapatkan volume total sebesar 1485292,74 mm3

= 0,00148529274 m3. Dengan penggunaan material aluminium bronze -

UNS C95200 yang memiliki density = 0,00764 gr/mm3 = 7640 kg/m3.

Sehingga dapat diperkirakan berat impeller:

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 (𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 ) = 1485292,74 mm3 x 0,00764 gr/mm3

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 (𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 ) = 11347,64 gram

Jika dilihat pada kalkulasi berat impeller menggunakan aplikasi

Solidworks 2020, didapatkan mass properties sebagai berikut.

101
Gambar 3.16 Mass Properties of Impeller from Solidworks

2. Menghitung Berat Impeller dengan Autodesk Inventor 2021

Setelah dilakukan desain impeller secara tiga dimensi pada aplikasi

Autodesk Inventor 2021 didapatkan volume total sebesar 1485448,1 mm3

= 0,0014854481 m3. Dengan penggunaan material aluminium bronze -

UNS C95200 yang memiliki density = 0,00764 gr/mm3 = 7640 kg/m3.

Sehingga dapat diperkirakan berat impeller:

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 (𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 ) = 1485448,1 mm3 x 0,00764 gr/mm3

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 (𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 ) = 11348,82 gram

102
Jika dilihat pada kalkulasi berat impeller menggunakan aplikasi Autodesk

Inventor 2021, didapatkan mass properties sebagai berikut.

Gambar 3.17 Mass Properties of Impeller from Autodesk Inventor

3.10 Perbandingan Impeller Baru Hasil Perancangan dengan Impeller Pabrikan

yang Lama

Setelah dilakukan perhitungan rancang bangun impeller, didapatkan hasil

perancangan yang dapat dilakukan perbandingan dengan impeller pabrikan yang lama,

seperti yang ditampilkan pada tabel berikut.

103
Tabel 3.7 Perbandingan Impeller Hasil Desain dan Pabrikan

No Parameter Pabrikan Hasil Desain


1 Flow 229,8 m /jam 229,8 m3/jam
3

2 Head 37 m 37 m
3 Speed 1450 rpm 1450 rpm
4 Fluida Fresh Water
5 Temperature Ambient
6 Density 1000 kg/m3 1000 kg/m3
8 Driver Power 37 kW 35,21 kW
Impeller
9 Material FC200 UNS C95200
10 Jumlah Sudu 6 buah 7 buah
11 Tebal sudu 6 mm 6 mm
12 Diameter Shaft (dsh) 38 mm 38 mm
13 Diameter Depan Hub (dhub) 53,5 mm 53 mm
14 Diameter Belakang Hub (d’hub) 57,2 mm 57 mm
15 Diameter Masuk Impeller (d0) 152,7 154 mm
16 Diameter Impeller Bagian Dalam (d1) 152,7 154 mm
17 Diameter Impeller Bagian Luar (d2) 343,2 343 mm
18 Lebar Laluan Sisi Masuk Impeller (b1) (N/A) 46 mm
19 Lebar Laluan Sisi Keluar Impeller (b2) 22,50 22 mm

3.11 Perhitungan Gaya yang Terjadi

Ketka pompa sentrifugal beroperasi, gaya yang diberikan impeller terbagi

menjadi 2, yaitu gaya radial dan gaya aksial. Berikut perhitungan gaya radial dan gaya

aksial yang dialami oleh impeller.

3.11.1 Perhitungan Gaya Radial

Dalam menghitung gaya radial yang terjadi pada impeller, dilakukan asumsi

dimana pompa mengalami dua kondisi gaya radial, yaitu pada kondisi ketika pompa

memberikan kapasitas pada saat efisiensi terbaik (Q at BEP) yaitu (Q/Qn=1) dan kodisi

ketika pompa tidak memberikan kapasitas (Q/Qn=0). Asumsi tersebut bertujuan untuk

104
mengetahui besarnya gaya radial yang terjadi pada masing-masing kondisi, yang mana

besarnya gaya radial sangat memengaruhi defleksi poros yang terjadi dan

memengaruhi dalam pemilihan bearing.

Dalam menghitung gaya radial, perlu diketahui dahulu nilai radial thrust

coefficient, dengan menggunakan grafik pada gambar berikut.

Gambar 3.18 Grafik Radial Thrust Coefficient 6:2.168)

Berdasarkan nilai kecepatan spesifik kinematik (nsQ) = 1261,12 (dalam satuan

U.S units) diperoleh nilai radial thrust coefficient sebagai berikut.

𝐾𝑟 (𝑄/𝑄𝑛=0) = 0,19

𝐾𝑟 (𝑄/𝑄𝑛−1) = 0,01

Setelah diketahui nilai radial thrust coefficient, selanjutnya dapat dihitung

besar gaya radial yang terjadi. Dimana gaya radial yang terjadi pada impeller dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

𝐹𝑟 = 𝑘 . 𝑘𝑟 . 𝑆𝐺 . 𝐻 . 𝑑2 . 𝑏2

Diketahui: 𝑘 = 0,433

𝑘𝑟(𝑄/𝑄𝑛−0) = 0,19

105
𝑘𝑟(𝑄/𝑄𝑛−1) = 0,01

𝑆𝐺 = 1,0

𝐻 = 37 m = 121,4 ft

𝑑2 = 0,343 m = 13,39 inch

𝑏2 = 0,022 m = 0,87 inch

Sehingga, didapatkan besar gaya radial pada masing-masing kondisi.

1. Gaya Radial pada Q/Qn = 0

𝐹𝑟 = 0,433 . 0,19 . 1,0 . 121,4 ft . 13,39 inch . 0,87 inch

𝐹𝑟 = 116,35 lb = 52,77 kg

2. Gaya Radial pada Q/Qn = 1

𝐹𝑟 = 0,433 . 0,01 . 1,0 . 121,4 ft . 13,39 inch . 0,87 inch

𝐹𝑟 = 6,12 lb = 2,78 kg

3.11.2 Perhitungan Gaya Aksial

Ketika pompa sentrifugal beroperasi, gaya aksial yang diberikan impeller

terjadi karena adanya perbedaan luas tekanan antara sisi suction dan sisi discharge.

Perbedaan tekanan yang terjadi dapat dilihat pada gambar berikut.

106
b2

b1 PT

P0 C0

d0 dhub dsh d’hub d2

Gambar 3.19 Perbedaan Tekanan pada Impeller

Dimana besar perbedaan tekanan yang terjadi pada impeller dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut.

3 𝑢22 − 𝑢12
𝑃𝑇 − 𝑃0 = . .𝛾
4 2 .𝑔

Diketahui: 𝑈1 = 11,69 m/s

𝑢2 = 26,05 m/s

𝑔 = 9,81 m/s2

𝛾 = 1000 kg/m3

Sehingga, diketahui besar dari perbedaan tekanan adalah sebagai berikut.

3 (26,05 m/s)2 − (11,69 m/s)2


𝑃𝑇 − 𝑃0 = . 2
. 1000 kg/m3
4 2 . 9,81 m/s

107
𝑃𝑇 − 𝑃0 = 20.716,61 kg/m2

Setelah didapatkan besar nilai dari perbedaan tekanan yang terjadi pada

impeller, maka gaya aksial dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
𝜋 2
𝐹𝑎 = (𝑃𝑇 − 𝑃0 ) . . (𝑑02 − 𝑑ℎ𝑢𝑏 )
4

Diketahui: 𝑃𝑇 − 𝑃0 = 20.716,61 kg/m2

𝑑0 = 154 mm = 0,154 m

𝑑ℎ𝑢𝑏 = 53 mm = 0,053 m

Sehingga, didapatkan besar gaya aksial:


𝜋
𝐹𝑎 = (20.716,61 kg/m2 ) . . ((0,154 m)2 − (0,053)2 )
4

𝐹𝑎 = 340 kg

Karena fluida yang masuk impeller mempunyai nilai kecepatan masuk (co),

maka besar gaya momentum yang masuk impeller dapat ditentukan dengan persamaan

berikut.
𝑤
𝐹𝑚 = .𝑐
𝑔 0

Dimana: 𝑤 = 𝑄 . 𝛾 = 0,0638 m3 /s . 1000 kg/m3 = 63,8 kg/s

𝑔 = 9,81 m/s 2

𝑐0 = 4,04 m/s

Sehingga, besar gaya momentum masuk impeller:

63,8 kg/s
𝐹𝑚 = . 4,04 m/s = 26,27 kg
9,81 m/s 2

Dari kedua gaya aksial yang berbeda arahnya tersebut, dapat dihitung resultan

gaya aksial yang bekerja pada impeller, yaitu:

𝐹𝑎𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛 = 𝐹𝑎 − 𝐹𝑚

108
𝐹𝑎𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛 = 340 kg − 26,27 kg

𝐹𝑎𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛 = 313,73 kg = 3,08 kN

3.12 Perancangan Volute Chamber

Volute chamber adalah salah satu komponen pompa sentrifugal yang

mengelilingi impeller sebagai casing. Volute chamber memiliki fungsi untuk

mengubah energi kecepatan menjadi energi potensial. Dalam perancangan ini, volute

chamber akan dibagi menjadi beberapa section seperti gambar berikut.

Gambar 3.20 Rancangan Volute Chamber10:246)

Dalam perancangan volute chamber yang menjadi parameter utama adalah

perhitungan sudut penampang area dan jari-jari volute, dimana dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan-persamaan berikut.

1. Jari-Jari Lidah Volute (r3)

𝑟3 = (1,02 s. d. 1,05). 𝑟2

109
Dimana: 𝑟2 = Jari − jari 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 bagian luar

𝑟2 𝑑2 343 mm
= = = 171,5
2 2

Sehingga, didapatkan besar jari-jari lidah volute (r3):

𝑟3 = (1,02). 171,5 mm = 175 mm

2. Lebar Laluan Lidah Volute (b3)

𝑏3 = 𝑏2 + (0,025 . 𝑟2 )

Diketahui: 𝑏2 = Lebar laluan keluar 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 22 mm

𝑟2 = Jari − jari 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 bagian luar = 171,5

Sehingga, didapatkan besar lebar laluan lidah volute (b3):

𝑏3 = 22 mm + (0,025 . 171,5 mm) = 26 mm

3. Nilai Konstanta ku

𝑘𝑢 = 𝑐𝑢3 . 𝑟3

Dimana: 𝑟3 = Lebar laluan lidah 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 = 175 mm = 0,175 m

𝑘𝑐𝑢2 = 0,76 (berdasarkan tabel 2.8)

𝑐𝑢2 = 20,92 m/s

𝑐𝑢3 = 𝑘𝑐𝑢2 . 𝑐𝑢2 = 0,76 . 20,92 m/s = 15,9 m/s

Sehingga didapatkan nilai konstanta ku:

𝑘𝑢 = 15,9 m/s . 0,175 m = 2,78 m2 /s

4. Jari-Jari Volute

𝑟𝑣𝑜𝑙 = 2𝜌 + 𝑟3

110
Dimana:
φ𝑜 𝜑o
𝜌 = + √2 . . 𝑟3
𝑥 𝑥

𝑥 720
= . 𝑘𝑢 . 𝜋
Qs

𝑥 720
= . 2,78 m2 /s . π
0,0638 m3 /s

𝑥 = 98511,4 /m

𝑥 = 98,51 /mm

Maka persamaan jari-jari volute pada masing-masing bagian dapat ditabelkan

seperti berikut.

Tabel 3.8 Perhitungan Jari-Jari Volute

Cross 𝜑𝑜
𝜑° 𝜑𝑜 𝜑𝑜
Section 𝜑° 2. 2. . 𝑟3 √2 . . 𝑟3 𝜌 𝜌 + 𝑟3 2𝜌 + 𝑟3
𝜒 𝑥 𝑥 𝑥
No
7
1 2 3 4 5 6 8 9
3+6
I 10 0,10 0,20 35,70 5,97 6,08 181,07 187
II 45 0,46 0,91 159,95 12,65 13,11 188,10 201
III 90 0,91 1,83 319,90 17,89 18,80 193,80 213
IV 135 1,37 2,74 479,50 21,90 23,27 198,27 222
V 180 1,83 3,65 639,45 25,29 27,12 202,11 229
VI 225 2,28 4,56 799,40 28,28 30,56 205,56 236
VII 270 2,74 5,48 959,35 30,98 33,72 208,71 242
VIII 315 3,19 6,39 1.119,30 33,46 36,66 211,65 248
IX 360 3,65 7,31 1.278,90 35,77 39,42 214,41 254

111
Sehingga volute dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.21 Section View of Volute Chamber

3.12.2 Menghitung Berat Volute Chamber

Untuk mengetahui berat volute chamber, dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut:

Berat 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 (𝑊𝑣𝑜𝑙 ) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 x 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦

1. Menghitung Berat Volute Chamber dengan Solidworks 2020

Setelah dilakukan desain volute chamber secara tiga dimensi pada aplikasi

Solidworks 2020 didapatkan volume total sebesar 7430063,54 mm3

= 0,743006354 m3. Dengan penggunaan material gray cast iron – ASTM

A48 Class No. 40 yang memiliki mechanical properties density = 0,0075

gr/mm3 = 7.500 kg/m3. Sehingga dapat diperkirakan berat volute chamber:

112
Berat 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 (𝑊𝑣𝑜𝑙 ) = 7430063,54 mm3 x 0,0075 gr/mm3

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 55725,48 gram

Jika dilihat pada kalkulasi berat volute chamber menggunakan aplikasi

Solidworks 2020, didapatkan mass properties sebagai berikut.

Gambar 3.22 Mass Properties of Volute Chamber from Solidworks

2. Menghitung Berat Volute Chamber dengan Autodesk Inventor 2021

Setelah dilakukan desain volute chamber secara tiga dimensi pada aplikasi

Autodesk Inventor 2021 didapatkan volume total sebesar 7431279,03 mm3

= 0,743127903 m3. Dengan penggunaan material gray cast iron – ASTM

113
A48 Class No. 40 yang memiliki mechanical properties density = 0,0075

gr/mm3 = 7.500 kg/m3. Sehingga dapat diperkirakan berat volute chamber:

Berat 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 (𝑊𝑣𝑜𝑙 ) = 7431279,03 mm3 x 0,0075 gr/mm3

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 55734,59 gram

Jika dilihat pada kalkulasi berat volute chamber menggunakan aplikasi

Autodesk Inventor 2021, didapatkan mass properties sebagai berikut.

Gambar 3.23 Mass Properties of Volute Chamber from Autodesk Inventor

114
3.13 Perancangan Poros Pompa Sentrifugal

Pada saat melakukan perhitungan perancangan impeller telah dilakukan

perhitungan lubang poros sebagai tinjauan sementara. Kemudian dilakukan tinjauan

kembali diameter poros impeller terhadap beban puntir akibat meneruskan daya dari

motor listrik yang berupa gerak berputar. Dan juga ditinjau dari beban lentur akibat

beban yang ditumpu yaitu beban dari berat impeller, berat coupling dan berat

komponen lain yang terpasang pada poros.

Dalam perancangan poros pompa sentrifugal akan dilakukan perhitungan

dengan penggunaan material ASTM A276-98B 420 (Tempered) yang memiliki

mechanical properties tegangan tarik (σb) = 1600 Mpa = 163,15 kg/mm2, (lampiran 8)

sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut.

3.13.1 Ditinjau Terhadap Beban Puntir dan Lentur

Untuk menentukan dimensi diameter poros berdasarkan besarnya beban puntir

dan lentur yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut..

(1/3)
5,1 2
𝑑𝑠ℎ ≥( . √(𝐾𝑚 . 𝑀) + (𝐾𝑡 . 𝑇))
𝜏𝑎

1. Reaksi Momen

Nilai momen lentur yang diterima (M) dapat diilustrasikan seperti gambar

berikut.

115
LBB LBC

Gambar 3.24 Reaksi Gaya pada Bantalan

Panjang antar titik beban dapat dihitung dengan persamaan mekanika

teknik sebagai berikut.

𝐿𝑠1 𝐿𝐵𝐵
𝑎=( + 𝐿𝑠2 + 𝐿𝑠3 ) −
2 2

𝐿𝐵𝐵 𝐿𝐵𝐶
𝑏= + 𝐿𝑠4 +
2 2
𝐿𝑠6 𝐿𝐵𝐶
𝐶 = (𝐿𝑠5 + )−
2 2

Gambar 3.25 Perancangan Dimensi Poros

116
Dalam menentukan dimensi beberapa bagian dari poros, diasumsikan

mengikuti bentuk dan kontur poros yang telah ada sebelumnya. Hal ini

dilakukan dengan mempertimbangkan kaidah reverse engineering, yaitu

menggunakan kembali komponen yang masih dapat digunakan. Dalam hal

ini yaitu bearing housing pompa yang lama masih dapat digunakan

Kembali sehingga diperoleh dimensi poros sebagai berikut:

𝐿𝑠1 = 78 mm 𝑑𝑠1 = 𝑑𝑠ℎ = 38 mm

𝐿𝑠2 = 120 mm 𝑑𝑠2 = 43 mm

𝐿𝑠3 = 54 mm 𝑑𝑠3 = 65 mm

𝐿𝑠4 = 134 mm 𝑑𝑠4 = 77 mm

𝐿𝑠5 = 54 mm 𝑑𝑠5 = 65 mm

𝐿𝑠6 = 115 mm 𝑑𝑠6 = 42 mm

𝐿𝐵𝐵 = 33 mm

𝐿𝐵𝐶 = 33 mm

Sehingga, panjang antar titik beban yaitu:

78 mm 33 mm
𝑎=( + 120 mm + 154 mm) − = 196,5 mm
2 2

33 mm 33 mm
𝑏= + 134 mm + = 167 mm
2 2

115 mm 33 mm
𝑐 = (54 mm + )− = 95 mm
2 2

Untuk beban pada impeller (P1) yaitu sebagai berikut:

𝑃1 = 𝐹𝑟 + 𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 2,78 kg + 11,349 kg = 14,13 kg

𝑃5 = 𝑊𝑐𝑜𝑢𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 = 3,41 kg
(berdasarkan tabel spesifikasi 𝑐𝑜𝑢𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔)

117
Setelah didapatkan panjang antar reaksi dan nilai P1 serta P5, maka reaksi

pada masing-masing tumpuan dapat didapatkan sebagai berikut.

A. Reaksi A

𝑅𝐵 = 0

−𝑃1 (𝑎 + 𝑏) − (𝑅𝐴 . 𝑏) + (𝑃5 . 𝑐) = 0

𝑃1 (𝑎 + 𝑏) − (𝑃5 . 𝑐)
𝑅𝐴 =
𝑏

14,13 kg (196,5 mm + 167 mm) − (3,41 kg . 95 mm)


𝑅𝐴 =
167 mm

𝑅𝐴 = 28,82 kg

B. Reaksi B

𝑅𝐴 = 0

− (𝑃1 + 𝑎) − (𝑅𝐵 . 𝑏) + 𝑃5 (𝑏 . 𝑐) = 0

𝑃5 (𝑏 + 𝑐) − (𝑃1 . 𝑎)
𝑅𝐵 =
𝑏

3,41 kg (167 mm + 95 mm) − (14,13 kg . 196,5 mm)


𝑅𝐵 =
167 mm

𝑅𝐵 = −11,28 kg

2. Momen Lentur Maksimal

Berikut merupakan perhitungan yang digunakan untuk mencari momen

lentur yang paling besar menggunakan persamaan mekanika teknik.

118
A. Pada Batang AB

Gambar 3.26 Reaksi Gaya pada Batang AB

Dimana (0 ≤ 𝑥 < 𝑎)

𝑀𝑥 = 0

𝑀𝑥 − (𝑃1 . 𝑥) = 0

𝑀𝑥 = 𝑃1 . 𝑥

𝑥 = 0 mm → 𝑀𝑥 = 14,13 kg . 0 mm = 0 kg. mm

𝑥 = 196,5 mm → 𝑀𝑥 = 14,13 kg . 196,5 mm = 2.776,55 kg. mm

B. Pada Batang AC

Gambar 3.27 Reaksi Gaya pada Batang AC

Dimana (0 ≤ 𝑥 < 𝑏)

𝑀𝑥 = 0

𝑀𝑥 + (𝑅𝐴 . 𝑥) − 𝑃1 (𝑎 + 𝑥) = 0

119
𝑀𝑥 = 𝑃1 (𝑎 + 𝑥) − (𝑅𝐴 . 𝑥)

𝑥 = 0 mm → 𝑀𝑥 = 14,13 kg (196,5 mm + 0 mm)


−(28,82 kg . 0 mm)

→ 𝑀𝑥 = 2776,55 kg. mm

𝑥 = 167 mm → 𝑀𝑥 = 14,13 kg (196,5 mm + 167 mm)


−(28,82 kg . 167 mm)
→ 𝑀𝑥 = 323,32 kg. mm

C. Pada Batang AD

Gambar 3.28 Reaksi Gaya pada Batang AD

Dimana (0 ≤ 𝑥 < 𝑐)

𝑀𝑥 = 0

𝑀𝑥 + (𝑅𝐵 . 𝑥) + 𝑅𝐴 (𝑏 + 𝑥) − 𝑃1 (𝑎 + 𝑏 + 𝑥) = 0

𝑀𝑥 = 𝑃1 (𝑎 + 𝑏 + 𝑥) − 𝑅𝐴 (𝑏 + 𝑥) − (𝑅𝐵 . 𝑥)

𝑥 = 0 mm → 𝑀𝑥 = 14,13 kg (196,5 mm + 167 mm + 0 mm)


−28,82 kg (167 mm + 0 mm)

−(−11,28 kg . 0 mm)

→ 𝑀𝑥 = 323,32 kg. mm

𝑥 = 95 mm → 𝑀𝑥 = 14,13 kg (196,5 mm + 167 mm + 95 mm)

120
−28,82 kg (167 mm + 95 mm)

−(−11,28 kg . 95 mm)
→ 𝑀𝑥 = 0 kg. mm

Berdasarkan perhitungan-perhitungan tersebut, didapatkan nilai

momen lentur terbesar yang diterima (M) = 2776,55 kg.mm, sehingga

diameter poros dapat dihitung.

Dimana: 𝜎𝑏 163,15, kg/mm2


𝜏𝑎 = = = 13,6 kg/mm2
𝑠𝑓1 . 𝑠𝑓2 6. 2

𝐾𝑡 = 1,5 (berdasarkan tabel 2.11)

𝐾𝑚 = 1,5 (berdasarkan tabel 2.13)

𝑇 = 19.708,4 kg. mm

Sehingga, didapatkan diameter poros minimal berdasarkan beban

punter dan beban lentur:

(1/3)
5,1 2
𝑑𝑠ℎ ≥( . √(1,5 . 2.776,55) + (1,5 . 19.708,4))
13,6

𝑑𝑠ℎ ≥ 11,61 mm

Setelah dilakukan perhitungan diameter poros terhadap beban puntir

dan beban lentur yang diterima, dipilihlah diameter poros untuk lubang

impeller (dsh) sebesar 38 mm, dimana angka tersebut merupakan

diameter poros berdasarkan hasil perhitungan pada perancangan

impeller. Yang mana diameter tersebut aman jika ditinjau terhadap

beban puntir dan beban lentur yang diterima.

121
3.13.2 Pemeriksaan Kekuatan Poros

Setelah diketahui dimensi poros, kemudian dilakukan pemerikasaan kekuatan

poros yang dapat ditinjau terhadap beberapa hal berikut.

1. Pemeriksaan Poros Terhadap Konsentrasi Tegangan

Kosentrasi tegangan yang terjadi pada poros bertingkat yang mempunyai

alur pasak perlu diperhitungkan. Untuk mengecek konsentrasi tegangan

pada poros bertingkat dapat dilihat faktor konsetrasi tegangan α dan faktor

konsetrasi tegangan β.

Dimana nilai faktor konsentrasi tegangan α, dapat ditentukan dengan

persamaan berikut.

𝑟 = 𝑐 (Jari − jari fillet alur pasak) = 0,5 mm (berdasarkan gambar 3,34)

𝑑𝑠 = Diameter poros = 38 mm

𝑟 0,5
= = 0,013
𝑑𝑠 38 mm

Sehingga berdasarkan gambar 3.29 didapatkan nilai faktor konsentrasi

tegangan α = 3,0.

122
Gambar 3.29 Grafik Konsentrasi Tegangan α 17:9)

Kemudian nilai faktor konsentrasi tegangan β, dapat ditentukan dengan

persamaan berikut.

𝑟 = Jari − jari fillet alur poros

𝑑𝑠 = Diameter poros = 38 mm

𝐷 = Diameter step kedua = 43 mm

𝐷 − 𝑑 43 mm − 38 mm
𝑟= = = 2,5 mm
2 2

𝑟 2,5 mm
= = 0,07
𝑑𝑠 38 mm

𝐷 43 mm
= = 1,13
𝑑𝑠 38 mm

Sehingga, berdasarkan gambar 3.30 didapatkan nilai faktor konsentrasi

tegangan β = 1,32.

123
Gambar 3.30 Grafik Konsentrasi Tegangan β 17:11)

Setelah diketahui nilai faktor konsetrasi tegangan α dan faktor konsetrasi

tegangan β. Maka persyaratan dalam perancangan poros harus dipenuhi

dimana tegangan α harus lebih besar faktor konsetrasi tegangan β (α > β).

𝛼>𝛽

3,0 > 1,32 (𝐀𝐦𝐚𝐧)

Tegangan geser juga memberikan pengaruh terhadap kosentrasi tegangan.

Untuk poros yang mengalami beban puntir dan beban lentur, tegangan

geser maksimum poros dapat ditentukan dengan persamaan berikut.

(1/3)
5,1 2
𝜏𝑚𝑎𝑘𝑠 =( . √(𝐾𝑚 . 𝑀) + (𝐾𝑡 . 𝑇))
𝑑𝑠ℎ

124
Diketahui: 𝑑𝑠ℎ = 38 mm

𝐾𝑡 = 1,5 (berdasarkan tabel 2.10)

𝐾𝑚 = 1,5 (berdasarkan tabel 2.11)

𝑇 = 19.708,4 kg. mm

𝑀 = 2.776,55 kg. mm

Sehingga, didapatkan tegangan geser maksimum poros:

(1/3)
5,1 2
𝜏𝑚𝑎𝑘𝑠 =( . √(1,5 . 2.776,55) + (1,5 . 19.708,4))
38 mm

𝜏𝑚𝑎𝑘𝑠 = 8,24 kg/mm2

Dimana persyaratan yang harus dipenuhi supaya hasil perancangan poros

aman terhadap konsentrasi tegangan yaitu:

𝜏𝑎 . 𝑠𝑓2 > 𝜏𝑚𝑎𝑘𝑠 . 𝛼

13,6 kg/mm2 . 2 > 8,24 kg/mm2 . 3

27,2 kg/mm2 > 24,72 kg/mm2 (𝐀𝐦𝐚𝐧)

2. Pemeriksaan Poros Terhadap Defleksi Puntiran

Defleksi puntiran merupakan defleksi poros yang disebabkan oleh momen

puntir. Besarnya defleksi puntiran dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut.

𝑇. 𝐿
𝜃 = 584 . 4
𝐺 . 𝑑𝑠ℎ

Diketahui: 𝑇 = 19.708,4 kg. mm

𝐿 = Panjang poros = 555 mm

125
𝐺 = Modulus geser (baja)

= 76 GPa = 7749,84 kg/mm2 (Lampiran 9)

𝑑𝑠ℎ = 38 mm

Sehingga, didapatkan besar defleksi puntiran yang terjadi:

19.708,4 kg. mm . 555 mm


𝜃 = 584 . = 0,4o
7749,84 kg/mm2 . (38 mm)4

Harga defleksi puntiran poros (𝜃) = 0,4° masih berada di bawah range

batasan yang telah ditentukan yaitu maksimal 1o per satuan panjang (m)

untuk poros-poros transmisi, Hal ini menunjukan bahwa poros yang

dirancang telah memenuhi persyaratan (aman).

3. Pemeriksaan Poros Terhadap Defleksi Lentur

Beban-beban lentur yang terjadi pada poros mengakibatkan poros

mengalami defleksi lentur. Defleksi lentur maksimum pada poros dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

𝐹 𝑎3 𝑏 3 − 𝑎3 𝑏 2 − 𝑐
𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = .( + + )
3𝐸 𝐼𝑎 𝐼𝑏 𝐼𝑐

Gambar 3.31 Defleksi lentur pada Poros

126
Dimana: 𝐹 = 𝐹𝑟 + 𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 2,78 kg + 11,349 kg = 14,13 kg

𝐸 = Modulus elastisitas (baja)

= 190 GPa = 19.374,61 kg/mm2 (Lampiran 9)

(Asumsi pusat beban impeller terletak di pertengahan Ls1)

𝑎 = Jarak pusat beban dengan step poros pertama = 39 mm

𝑏 = Jarak pusat beban dengan pusat tumpuan = 196,5 mm

𝑐 = Jarak antar tumpuan = 167 mm

𝜋 . 𝑑4
𝐼 = Momen inersia = , 𝐦𝐦
64

𝜋 . (38 mm)2
𝐼𝑎 = = 102.302 mm4
64

𝜋 . (43 mm)2
𝐼𝑏 = = 167.735 mm4
64

𝜋 . (77 mm)2
𝐼𝑐 = = 1.724.696 mm4
64

Sehingga, didapatkan besar defleksi lentur yang terjadi yaitu:

14,13 393 196,53 − 393 196,52 − 167


𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = .( + + )
3 . 19.374,61 102.302 167.735 1.724.696

𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,01 mm

Pada perhitungan di atas menunjukan nilai dari defleksi lentur maksimal

pada kondisi Q/Qn = 1 dengan besar gaya radial yang diberikan impeller

sebesar (Fr) = 2,78 kg didapatkan Ymaks = 0,01 mm. Jika dilakukan

perhitungan kembali defleksi lentur pada kondisi Q/Qn = 0 dengan besar

gaya radial yang diberikan impeller sebesar (Fr) = 52,77 kg, maka

didapatkan Ymaks = 0,05 mm.

127
Pada API 610 - Tenth Edition pada tabel 5 (Lampiran 10), minimum

diametral clearance untuk diameter of rotating member (< 50 mm)

dibatasi maksimal 0,25 mm. Maka defleksi lentur yang terjadi pada dua

kondisi di atas aman.

3.13.3 Menghitung Berat Poros

Untuk mengetahui berat poros, dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut:

Berat 𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠 (𝑊𝑠ℎ ) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 x 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦

1. Menghitung Berat Poros dengan Solidworks 2020

Setelah dilakukan desain poros secara tiga dimensi pada aplikasi

Solidworks 2020 didapatkan volume total sebesar 1400517,86 mm3 =

0.140051786 m3. Dengan penggunaan material carbon steel – ASTM

A276-98B 420 yang memiliki mechanical properties density = 0,0078

gr/mm3 = 7800 kg/m3. Sehingga dapat diperkirakan berat poros:

Berat 𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠 (𝑊𝑠ℎ ) = 1400517,86 mm3 x 0,0078 gr/mm3

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 10924,04 gram

Jika dilihat pada kalkulasi berat poros menggunakan aplikasi Solidworks

2020, didapatkan mass properties sebagai berikut.

128
Gambar 3.32 Mass Properties of Shaft from Solidworks

2. Menghitung Berat Poros dengan Autodesk Inventor 2021

Setelah dilakukan desain poros secara tiga dimensi pada aplikasi Autodesk

Inventor 2021 didapatkan volume total sebesar 1400516,62 mm3

= 0,140051662 m3. Dengan penggunaan material carbon steel – ASTM

A276-98B 420 yang memiliki mechanical properties density = 0,0078

gr/mm3 = 7800 kg/m3. Sehingga dapat diperkirakan berat poros:

Berat 𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠 (𝑊𝑠ℎ ) = 1400516,62 mm3 x 0,0078 gr/mm3

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑟 = 10924,03 gram

129
Jika dilihat pada kalkulasi berat poros menggunakan aplikasi Autodesk

Inventor 2021, didapatkan mass properties sebagai berikut.

Gambar 3.33 Mass Properties of Shaft from Autodesk Inventor

3.14 Perancangan Pasak Pompa Sentrifugal

Pasak merupakan salah satu komponen dari pompa sentrifugal yang mana

fungsinya adalah untuk mengunci sambungan poros dengan bagian yang berputar

dengan poros. Dalam perancangan pasak pompa sentrifugal ini, digunakan jenis pasak

terbenam yang mempunyai bentuk penampang segi empat dengan arah memanjang.

Untuk material pasak yang digunakan yaitu carbon steel – ASTM A276-98B 420 yang

130
memiliki nilai tegangan tarik (σb) = 650 Mpa (Lampiran 11), sehingga dapat dilakukan

perhitungan dimensi pasak sesuai perhitungan berikut.

3.14.1 Perhitungan Lebar Pasak (b)

Dimensi pasak ditentukan berdasarkan tabel dimensi standar pasak yang dapat

dilihat pada gambar 3.34, dimana dilakukan pendekatan dengan menghitung lebar

pasak terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan berikut.

𝑑𝑠ℎ
𝑏= , 𝐦𝐦
4

Diketahui, 𝑑𝑠ℎ = 38 mm

Sehngga, didapatkan lebar pasak:

38 mm
𝑏= = 9,5 mm ≈ 10 mm
4

3.14.2 Menentukan Dimensi Pasak

Kemudian setelah diketahui lebar pasak, maka dapat dilakukan pemilihan

dimensi pasak berdasarkan tabel pada berikut.

131
Gambar 3.34 Tabel Dimensi Standar Pasak 17:10)

Berdasarkan tabel pada gambar 3.34, didapatkan dimensi pasak sebagai

berikut:

Ukuran nominal pasak = 10 x 8

Lebar pasak (𝑏) = 10 mm

Tinggi pasak (ℎ) = 8 mm

Jari − jari fillet pasak (𝑐) = 0,5 mm

Tinggi alur pasak pada poros (𝑡1 ) = 5 mm

Tinggi alur pasak pada ℎ𝑢𝑏/𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 (𝑡2 ) = 3,3 mm

Panjang pasak (𝑖) = 22 s. d 110

132
3.14.3 Perhitungan Panjang Pasak

Setelah diperoleh dimensi pasak, ditentukan bahwa range panjang pasak

berada pada kisaran 22 s.d. 110 mm. Selanjutnya, panjang pasak perlu untuk ditinjau

dari tegangan geser dan tekanan permukaan.

A. Ditinjau Terhadap Gaya Geser

Gaya tangensial pada permukaan poros pompa sentrifugal dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.35 Gaya Tangensial pada Permukaan Poros

Pada perhitungan sebelumnya, poros menderita momen puntir (T) sebesar

19.708,4 kg.mm, sehingga besarnya gaya tangensial yang terjadi pada

permukaan poros dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

𝑇
𝐹=
𝑑𝑠ℎ /2

Diketahui: 𝑇 = 19.708,4 kg. mm

𝑑𝑠ℎ = 38 mm

Sehingga, diketahui gaya tangensial yang bekerja pada poros sebesar:

19.708,4 kg. mm
𝐹= = 1.037,28 kg
38 mm/2

133
Setelah dilakukan perhitungan terhadap besarnya gaya tangensial yang

terjadi pada permukaan poros, maka besar tegangan geser yang diizinkan

dapat ditentukan dengan mengunakan persamaan berikut.


𝜎𝑏
𝜏𝑘𝑎 =
𝑠𝑓𝑘1 . 𝑠𝑓𝑘2

Diketahui: 𝜎𝑏 = 650 Mpa = 66,28 kg. mm2

𝑠𝑓𝑘1 = 6

𝑠𝑓𝑘2 = 3

Sehingga, didapatkan besar tegangan geser yang diizinkan yaitu:

66,28 kg. mm2


𝜏𝑘𝑎 = = 3,68 kg/mm2
6. 3

Dengan mengacu pada hasil perhitungan tegangan geser yang diizinkan,

maka panjang pasak minimal dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan berikut.

𝐹
𝜏𝑘𝑎 ≥
𝑏. 𝑙
𝐹
𝑙 ≥
𝑏 . 𝜏𝑘𝑎

Diketahui: 𝐹 = 1.037,28kg

𝑏 = 10 mm

𝜏𝑘𝑎 = 3,68 kg/mm2

Sehingga didapatkan panjang pasak berdasarkan tegangan geser yang

diizinkan yaitu:

1.037,28 kg
𝑙 ≥
10 mm . 3,68 kg/mm2

𝑙 ≥ 28,19 mm

134
B. Ditinjau Terhadap Tekanan Permukaan

Selain dipengaruhi tegangan geser, penentuan panjang pasak juga

dipengaruhi oleh tekanan permukaan. Hal ini dikarenakan pasak menerima

beban puntir, maka tekanan permukaan pada pasak dibatasi supaya tidak

merusak alur pasak pada poros. Dimana batas tekanan permukaan pasak

yang diizinkan untuk poros berdiameter kecil yaitu Pa = 8 kg/mm2 dan

untuk poros berdiameter besar yaitu Pa = 10 kg/mm2. Sehingga panjang

poros dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut.

𝐹
𝑃𝑎 ≥
𝑙. 𝑡
𝐹
𝑙 ≥
𝑃𝑎 . (𝑡1 atau 𝑡2 )

Diketahui: 𝐹 = 1.037,28 kg

𝑡1 = 5 mm

𝑡2 = 3,3 mm

𝑃𝑎 = 8 kg/mm2

Sehingga, didapatkan panjang pasak berdasarkan tekanan permukaan yang

diizinkan yaitu:

1.037,28 kg
𝑙(𝑡1 ) ≥
8 kg/mm2 . 5 mm

𝑙(𝑡1 ) ≥ 25,93 mm

1.037,28 kg
𝑙(𝑡2 ) ≥
8 kg/mm2 . 3,3 mm

𝑙(𝑡2 ) ≥ 39,29 mm

135
Kemudian setelah diketahui hasil perhitungan panjang pasak terhadap

tinjauan terhadap tekanan permukaan yang diizinkan (l ≥ 25,93 mm) dan (l

≥ 39,29 mm), serta tinjauan terhadap tegangan geser yang diizinkan (l ≥

28,19 mm), maka dengan mengacu pada tabel dimensi standar pasak yang

dapat dilihat tabel pada gambar 3.34 maka ditentukanlah panjang pasak

yaitu (l) = 55 mm.

Setelah dimensi pasak diketahui, maka selanjutnya perlu dilakukan

pengecekan. Dimana lebar pasak sebaiknya berada diantara 25% s.d. 35%

dari diameter poros, dan panjang pasak (l) sebaiknya berada diantara 75%

s.d. 150% dari diameter poros.

𝑏 10 mm
= = 26,3 %
𝑑𝑠ℎ 38 mm

𝑙 55 mm
= = 144,7 %
𝑑𝑠ℎ 38 mm

Hal ini menandakan hasil perancangan dimensi pasak telah memenuhi

persyaratan dan aman untuk digunakan.

3.14.4 Menghitung Berat Pasak

Untuk mengetahui berat pasak, dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut:

Berat 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑘 (𝑊𝑘𝑒𝑦 ) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 x 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦

1. Menghitung Berat Pasak dengan Solidworks 2020

Setelah dilakukan desain pasak secara tiga dimensi pada aplikasi

Solidworks 2020 didapatkan volume total sebesar 4228,32 mm3 =

136
0.000442832 m3. Dengan penggunaan material carbon steel – ASTM

A276-98B 420 yang memiliki mechanical properties density = 0,0078

gr/mm3 = 7800 kg/m3. Sehingga dapat diperkirakan berat pasak:

Berat poros (𝑊𝑘𝑒𝑦 ) = 4228.32 mm3 x 0,0078 g/m3

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 32,98 gram

Jika dilihat pada kalkulasi berat pasak menggunakan aplikasi Solidworks

2020, didapatkan mass properties sebagai berikut.

Gambar 3.36 Mass Properties of Key from Solidworks

137
2. Menghitung Berat Pasak dengan Autodesk Inventor 2021

Setelah dilakukan desain pasak secara tiga dimensi pada aplikasi Autodesk

Inventor 2021 didapatkan volume total sebesar 4228,32 mm3 =

0.000442832 m3. Dengan penggunaan material carbon steel – ASTM

A276-98B 420 yang memiliki mechanical properties density = 0,0078

gr/mm3 = 7800 kg/m3. Sehingga dapat diperkirakan berat pasak:

Berat poros (𝑊𝑘𝑒𝑦 ) = 4228.32 mm3 x 0,0078 g/m3

Berat 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 32,98 gram

Jika dilihat pada kalkulasi berat pasak menggunakan aplikasi Autodesk

Inventor 2021, didapatkan mass properties sebagai berikut.

138
Gambar 3.37 Mass Properties of Key from Autodesk Inventor

3.15 Penentuan Coupling

Coupling merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi sebagai alat yang

mentransmisikan daya antara dua poros yang berputar. Dalam penentuan coupling

berdasarkan John Crane Catalogue Coupling diperlukan nilai rating coupling

berdasarkan perhitungan yang melibatkan putaran dan besarnya daya yang

ditrasmisikan. Nilai rating coupling dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan

berikut.

𝑃𝑚 . 1000 . 𝑠𝑓
𝑅=
𝑛

139
Diketahui: 𝑃𝑚 = 47,21 HP = 35,21 kW

𝑠𝑓 = 1,0 (berdasarkan gambar 2.10)

𝑛 = 1450 rpm

Sehingga didapatkan rating coupling:

35,21 kW . 1000 . 1,0


𝑅= = 24,28 kW/1000 rpm
1450 rpm

Setelah didapatkan nilai rating coupling, Kemudian dapat dilakukan pemilihan

coupling pada Joh Crane Coupling Catalouge – M Series Diaphragm Couplings,

sehingga didapatkan spesifikasi coupling sebagai berikut.

Tabel 3.9 Spesifikasi Coupling

Item Specification
Type Diapharagm coupling
Coupling number MHSO-0030
Coupling rating 30 kW/1000 rpm
Max. speed 14.000 rpm
DBSE 35,7 mm
Weight Hub 3,41 kg

3.16 Penentuan Bearing

Bearing memiliki peranan yang cukup penting pada sistem mekanika karena

bearing berfungsi untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa

mengalami gesekan yang berlebihan, sehingga putaran atau gerakan dapat berlangsung

secara halus, aman dan dapat berumur panjang. Beban statis dan beban dinamis harus

mampu ditahan oleh bearing yang digunakan.

140
Dalam melakukan perancangan pompa sentrifugal, digunakan referensi

penentuan bearing yang mengacu pada SKF Bearing Catalogue. Jenis bearing dipilih

berdasarkan kemampuan untuk menahan beban radial dan beban aksial yang terjadi.

Bearing pada pompa sentrifugal akan menerima beban aksial dan beban radial

dari impeller. Setelah diketahui dimensi poros, maka poros akan memiliki beban

dimana distribusi bebannya dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.38 Distribusi Beban pada Bearing

Yang pada perhitungan yang sebelumnya, telah diketahui bahwa impeller akan

menerima gaya aksial sebesar (Fa) = 312,68 kg dan gaya radial (Fr) = 2,78 kg.

3.16.1 Menghitung Reaksi Pada Masing-masing Tumpuan

Berdasarkan gambar 3.38, nilai dari tumpuan By dan tumpuan Cy dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

1. Nilai Masing-Masing Jarak dan Beban

Berikut merupakan masing-masing jarak antar tumpuan dengan titik

beban:

141
a = Jarak titk beban P1 dengan tumpuan bearing B = 196, 5 mm

b = Jarak titk beban P2 dengan tumpuan bearing B = 83,5 mm

c = Jarak titk beban P2 dengan tumpuan bearing C = 83,5 mm

d = Jarak tumpuan bearing B dengan tumpuan bearing C = 167 mm

e = Jarak titk beban P3 dengan tumpuan bearing C = 95 mm

2. Menghitung Nilai Beban P1

𝑃1 = 𝐹𝑟 + 𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 + 𝑊𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛

𝜋 2
𝑃1 = 𝐹𝑟 + 𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 + ( . 𝑑𝑠1 . 𝐿𝑠1 . 𝜌𝑠ℎ )
4

Diketahui: 𝐹𝑟 = 2,78 kg

𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 11,349 kg

𝑑𝑠1 = 38 mm = 0,038 m

𝐿𝑠1 = 78 mm = 0,078 m

𝜌𝑠ℎ = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 poros = 7.800 kg/m3

Sehingga,
𝜋
𝑃1 = 2,78 + 11,349 kg + ( . (0,038 m)2 . 0,078 m . 7.800 kg/m2 )
4

𝑃1 = 14,82 kg

3. Menghitung Nilai Beban P2

𝑃2 = 𝑊𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ

𝜋 2
𝑃2 = . 𝑑𝑠4 . 𝐿𝑠4 . 𝜌𝑠ℎ
4

Diketahui: 𝑑𝑠4 = 77 mm = 0,077 m

𝐿𝑠4 = 134 mm = 0,134 m

142
𝜌𝑠ℎ = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 poros = 7.800 kg/m3

Sehingga,
𝜋
𝑃2 = + ( . (0,077 m)2 . 0,134 m . 7.800 kg/m2 )
4

𝑃2 = 4,86 kg

4. Menghitung Nilai Beban P3

𝑃3 = 𝑊𝑐𝑜𝑢𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 + 𝑊𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔

𝜋 2
𝑃3 = 𝑊𝑐𝑜𝑢𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 + ( . 𝑑𝑠6 . 𝐿𝑠6 . 𝜌𝑠ℎ )
4

Diketahui: 𝑊𝑐𝑜𝑢𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 = 3,41 kg (berdasarkan spesifikasi 𝑐𝑜𝑢𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 − hal. 138

𝑑𝑠6 = 42 mm = 0,042 m

𝐿𝑠6 = 115 mm = 0,115 m

𝜌𝑠ℎ = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 poros = 7.800 kg/m3

Sehingga,
𝜋
𝑃1 = 3,41 kg + ( . (0,042 m)2 . 0,115 m . 7.800 kg/m2 )
4

𝑃1 = 4,65 kg

5. Reaksi pada Tumpuan By

Nilai reaksi pada bearing B dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut.

𝐶𝑦 = 0

−[𝑃1 . (𝑎 + 𝑑)] + [𝐵𝑦 . 𝑑] − [𝑃2 . 𝑐] + [𝑃3 . 𝑒] = 0

[𝑃1 . (𝑎 + 𝑑)] + [𝑃2 . 𝑐] − [𝑃3 . 𝑒]


𝐵𝑦 =
𝑑

143
[14,82 . (196,5 + 167)] + [4,86 . 83,5] − [4,65 . 95]
𝐵𝑦 =
167

𝐵𝑦 = 32,04 kg (↑)

6. Reaksi pada Tumpuan Cy

Nilai reaksi pada bearing C dapat dihitung dengan persamaan berikut.

𝐵𝑦 = 0

−[𝑃1 . 𝑎] + [𝑃2 . 𝑏] − [𝐶𝑦 . 𝑑] + [𝑃3 . (𝑒 + 𝑑)] = 0

−[𝑃1 . 𝑎] + [𝑃2 . 𝑏] + [𝑃3 . (𝑒 + 𝑑)]


𝐶𝑦 =
𝑑

−[14,82 . 196,5] + [4,86 . 83,5] + [4,65 . (95 + 167)]


𝐶𝑦 =
167

𝐶𝑦 = −7,71 kg (↓)

3.16.2 Menentukan Inboard dan outboard Bearing

Inboard bearing merupakan sebuah bearing yang posisinya berdekatan dengan

impeller. Sedangkan outboard bearing adalah bearing yang posisinya berdekatan

dengan coupling. Arah beban merupakan faktor utama dalam pemilihan jenis bearing,

dimana beban pada sebuah bearing merupakan kombinasi dari beban radial maupun

beban aksial.

144
Gambar 3.39 Direction of Load yang Terjadi pada Bearing 14:78)

Dengan mengacu pada gambar 3.39, serta pertimbangan beban yang terjadi

dalam pompa sentrifugal, dan juga mempertimbangkan dalam efisiensi dan

kemudahan dalam perancangan maka dalam perancangan pompa sentrifugal ini

direncanakan menggunakan jenis bearing untuk inboard dan outboard akan

menggunakan jenis bearing yang sama yaitu single row deep groove ball bearing,

dengan spesifikasi sebagai berikut.

Tabel 3.10 Spesifikasi Inboard dan Outboard Bearing

Item Specification
Manufacturer SKF
Type Single row deep groove ball bearing
Serial number 6313-2RS1
Shaft diameter (dsh) 65 mm
Rating beban statis (C0) 60 kN
Rating beban dinamis (C) 97,5 kN
Calculation factors (f0) 13,2

145
Gambar 3.40 Single Row Deep Groove Ball Bearing 14:284)

1. Menghitung Beban Dinamis Equivalent (P)

Nilai beban dinamis equivalent (P) untuk deep groove ball bearing dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

𝐹𝑎/𝐹𝑟 ≤ 𝑒 → 𝑃 = 𝐹𝑟

𝐹𝑎/𝐹𝑟 > 𝑒 → 𝑃 = 𝑋 . 𝐹𝑟 + 𝑌 . 𝐹𝑎

Dimana: 𝐹𝑎 = 3,08 kN

𝐹𝑟=By = 32,04 kg = 0,3204 kN

𝐹𝑎/𝐹𝑟 = 9,58

𝐶𝑜 = 60 kN

𝑓0 = 13,2

𝑓0 . 𝐹𝑎/𝐶0 = 0,6776

146
Gambar 3.41 Tabel Calculation Factors for Deep Groove Ball Bearing 14:257)

Dengan mengacu pada gambar 3.41 diperoleh:

𝑒 = 𝐿𝑖𝑚𝑖𝑡 𝑓𝑜𝑟 𝑡ℎ𝑒 𝑙𝑜𝑎𝑑 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑛 𝑡ℎ𝑒 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑠ℎ𝑖𝑝

𝑒 = 0,259

Sehingga:

𝐹𝑎/𝐹𝑟 > 𝑒

9,58 > 0,259

Berdasarkan ketentuan di atas maka:

𝑃 = 𝑋 . 𝐹𝑟 + 𝑌 . 𝐹𝑎

Diketahui: 𝐹𝑎 = 3,08 kN

𝐹𝑟 = 0,3204 kN

𝑋 = 0,56

𝑌 = 1,71

147
Sehingga, didapatkan nilai beban dinamis equivalent (P):

𝑃 = 0,56 . 0,3204 kN + 1,71 . 3,08 kN = 5,45 kN

2. Menghitung Basic Rating Life Bearing (L10h)

Nilai basic life bearing (L10h) dari penggunaan deep groove ball bearing

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

𝐶 𝑝 106
𝐿1𝑜ℎ =( ) .
𝑝 60 . 𝑛

Diketahui: 𝐶 = 97,5 kN

𝑃 = 5,45 kN

𝑝 = 𝐸𝑥𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛𝑡 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑙𝑖𝑓𝑒 𝑒𝑞𝑢𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 − 3 (untuk 𝑏𝑎𝑙𝑙 𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔)

𝑛 = 1450 rpm

Sehingga, didapatkan basic rating life bearing:

97,5 kN 3 106
𝐿1𝑜ℎ =( ) . = 65.812 jam
5,45 kN 60 . 1450 rpm

Perhitungan diatas menunjukan besarnya nilai basic rating life bearing

pada kondisi Q/Qn = 1 dengan besar gaya radial yang diberikan impeller

(Fr) sebesar 2,78 kg, sehingga didapatkan L10h = 65.812 jam atau setara

dengan 8 tahun. Jika dilakukan perhitungan kembali terhadap basic rating

life bearing pada kondisi Q/Qn = 0 dengan besar gaya radial yang

diberikan impeller (Fr) sebesar 52,77 kg, akan didapatkan L10h = 47.871

jam atau setara 5 tahun 5 bulan.

Jika dilihat pada SKF catalogue, petunjuk untuk pemilihan bearing

berdasarkan basic rating life bearing pada peralatan yang beoperasi secara

kontinyu selama 24 jam seperti pompa, Basic rating life bearing dibatasi

148
minimal 43.800 jam atau sekitar 5 tahun (kondisi maintenance free

period), maka penggunaan bearing berdasarkan basic rating life bearing

pada dua kondisi diatas aman.

3. Menghitung Beban Statis Equivalent (P0)

Nilai beban statis equivalent (P0) untuk deep groove ball bearing dapat

ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut.

𝑃0 = 0,6 . 𝐹𝑟 + 0,5 . 𝐹𝑎

𝑃0 < 𝐹𝑟 → 𝑃0 = 𝐹𝑟

Diketahui: 𝐹𝑎 = 3,08 kN

𝐹𝑟 = 0,3204 kN

Sehingga didapatkan nilai P0:

𝑃0 = 0,6 . 0,3204 kN + 0,5 . 3,08 kN = 2,008 kN

Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan nilai 𝑃0 > 𝐹𝑟

Maka, nilai beban statis equivalent (P0):

𝑃0 = 2,008 kN

4. Menghitung Rating Beban Statis (C0)

Nilai rating beban statis yang terjadi (C0) dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan static safety factor (S0) berikut.

𝐶0
𝑆0 =
𝑃0

𝐶0 = 𝑆0 . 𝑃0

149
Diketahui: 𝑆0 = 1,5 (berdasarkan gambar 2.21)

𝑃0 = 2,008 kN

Sehingga, nilai rating beban statis yang terjadi (C0) yaitu:

𝐶0 = 1,5 . 2,002 kN = 3 kN

Jika dilihat Pada perhitungan diatas nilai rating beban statis pada kondisi

Q/Qn = 1 dengan besar gaya radial yang diberikan impeller (Fr) = 2,78 kg

didapatkan C0 = 3 kN. Kemudian jika dilakukan perhitungan kembali

terhadap rating beban statis pada kondisi Q/Qn = 0 dengan besar gaya

radial yang diberkan impeller (Fr) = 52,77 kg, maka akan didapatkan C0 =

3,83 kN.

Nilai rating beban statis yang terjadi (C0) pada dua kondisi diatas, masih

berada dibawah dari spesifikasi rating beban statis bearing (C0) = 60 kN.

Maka penggunaan bearing berdasarkan rating beban statis pada dua

kondisi diatas aman.

3.17 Pemilihan Pelumas Bearing

Tahap pertama dalam pemilihan pelumasan yaitu apakah bearing akan

menggunakan pelumasan oil atau grease.

3.17.1 Pemilihan Oil Pelumas

Dengan mengacu pada Rolling Bearing SKF Catalogue, tahap pemilihan

pelumasan oil untuk bearing yaitu dengan menentukan kekentalan berdasarkan

diameter rata-rata dan putarannya, kemudian dari kekentalan tersebut disesuaikan

dengan temperatur operasi pelumasan sehingga didapatkan jenis pelumas bearing

yang sesuai.

150
1. Menghitung Diameter Rata-Rata Bearing

Untuk menentukan diameter rata-rata bearing dapat digunakan persamaan

berikut.

(𝐷 + 𝑑)
𝑑𝑚 =
2

Diketahui: 𝐷 = 140 mm (berdasarkan lampiran 14)

𝑑 = 65 mm (berdasarkan lampiran 14)

Sehingga, didapatkan diameter bearing rata-rata yaitu:

(140 mm + 65 mm)
𝑑𝑚 = = 102,5 mm
2

Gambar 3.42 Grafik Rated Viscosity Pelumas Bearing 14:101)

151
Berdasarkan grafik pada gambar 3.42 dengan menghubungkan diameter rata-

rata (dm) = 102,5 mm pada putaran 1.450 rpm diperoleh nilai kekentalan oli pelumas

pada temperatur operasi yaitu 9,5 mm2/s.

Gambar 3.43 Grafik ISO VG Pelumas Bearing 14:100)

Setelah didapatkan kekentalan pelumas pada temperatur operasi, berdasarkan

grafik pada gambar 3.43 dengan menghubungkan antara kekentalan 9,5 mm2/s dan

temperatur operasi ±90 oC, maka diperoleh jenis pelumas bearing yang sesuai yaitu

ISO VG (International Standards Organizations Viscosity Grade) 46.

152
3.17.2 Pemilihan Grease

Untuk menentukan grease yang sesuai jenis bearing yang digunakan, dapat

dilakukan dengan menggunakan plaform SKF yang tersedia secara online di situs

www.skf.com/group/support/engineering-tools/lubeselect-for-skf-greases, dengan

memasukkan data-data jenis bearing dan kondisi operasi bearing yang digunakan.

Gambar 3.44 Aplikasi Online SKF untuk Pemilihan Grease 20:…)

Setelah memasukkan data-data diantaranya, jenis bearing yang akan digunakan

beserta kondisi operasinya, kemudian diperoleh 3 pilihan grease seperti yang

ditunjukkan pada gambar berikut.

153
Gambar 3.45 Grease yang Sesuai untuk Bearing 6313-2RS1 20:…)

Berdasarkan aplikasi SKF, untuk bearing 6313-2RS1 pada kondisi operasi

tertentu, didapat rating grease yang tertinggi yaitu LGHP2 yang memiliki umur

(grease life) yang lebih lama yaitu 8.900 jam, sehingga memiliki interval untuk

relubrication yang lebih lama. Dari hasil pertimbangan tersebut, grease LGHP2 sesuai

untuk digunakan sebagai pelumas. Berikut merupakan spesifikasi grease LGHP2.

Dalam banyak kasus, grease lebih banyak dipilih untuk pelumas bearing

daripada oil, dikarenakan pertimbangan efktifitas biaya yang lebih murah dan grease

lebih sederhana, karena grease lebih mudah ditahan dalam bearing dan housing,

sehingga tidak membutuhkan pengaturan seal yang rumit seperti pelumas oil. Kecuali

terdapat keadaan-keadaan tertentu dimana yang mengharuskan untuk lebih

menggunakan pelumas oil daripada grease, dimana keadaan-keadaan tersebut antara

lain:

1. Kondisi operasi yang mana interval relubrication grease terlalu pendek

daripada oil;

2. Diperlukannya heat removal melalui circulating oil;

154
3. Membersihkan atau menghilangkan bekas grease menjadi tidak praktis

atau mahal untuk ditangani.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka dalam perancangan

pompa sentrifugal ini dipilihlah sistem pelumasan bearing menggunakan grease

LGHP2. Berikut merupakan spesifikasi grease LGHP2.

Gambar 3.46 Details of LGHP2 from SKF 20:…)

155
IV. TINJAUAN EKONOMI

4.1 Tinjauan Ekonomi

Dalam penyusunan skripsi ini dilakukan tinjauan ekonomi dengan tujuan untuk

melakukan evaluasi apakah proyek penggantian pompa sentrifugal dengan spesifikasi

yang telah dirancang layak untuk diteruskan atau tidak jika ditinjau dari segi

ekonominya.

4.2 Memperkirakan Harga Pompa Sentrifugal di Pasaran

Dalam memperkirakan harga pompa, penentuan harganya didasarkan pada

kapasitas dan jenis pompa, kemudian harga yang didapat dikalikan dengan material

yang digunakan, dan tekanan pompa. Berikut merupakan harga pompa yang didapat

berdasarkan gambar grafik dibawah ini.

Gambar 4.1 Grafik Penentuan Harga Pompa (Januari 2002) 13:519)


Berdasarkan grafik pada gambar 4.1, dimana pompa sentrifugal dengan data

spesifikasi berikut:

Kapasitas (Q) = 229,8 m3 /jam = 0,0638 m3 /s

Pressure = 1.035 kPa

Material = 𝐶𝑎𝑠𝑡 iron

Sehingga, didapatkan:

Purchased cost = US$ 6.000

Pressure adjustment factor = 1,0

Material adjustment factor = 1,0

Maka, didapatkan harga pompa sentrifugal pada tahun 2002 yaitu:

𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2002 = US$ 6.000 . 1,0 . 1,0 = US$ 6.000

Kemudian, jika dikonversi ke rupiah dengan kurs rupiah saat ini (16 April

2021), adalah sebesar US$ 1 = Rp. 14.571 Maka didapatkan harga pompa dalam kurs

rupiah sebesar:

𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2002 = US$ 6.000 . Rp. 14.571 = Rp. 87.426.000

4.2.1 Memperkirakan Harga Pompa Sentrifugal Tahun 2021

Dikarenakan grafik pada gambar 4.1 dikeluarkan pada Januari 2002, maka

untuk mengetahui harga pompa pada tahun 2021 perlu diketahui indeks inflasi harga

pompa pada tahun 2021.

Untuk besaran indeks inflasi dapat diketahui nilainya dengan pendekatan

regresi linier dengan menggunakan grafik harga peralatan dari data tahun 2002 dengan

tingkat inflasi peralatan refinery yang diketahui, hasil regresi linier pada tahun 2021.

Nilai indeks inflasi didapat dari Nelson-Farrar Cost Indexes.

157
Gambar 4.2 Nelson-Farrar Cost Indexes for Pumps

Pada gambar 4.2 tersebut tidak menunjukkan nilai indeks pada tahun 2002

maupun 2021, maka untuk mengetahui nilai indeks pada tahun tersebut dapat dicari

menggunakan persamaan regresi linier.

1. Mencari Persamaan

𝑦 ′ = 𝑎 + 𝑏𝑥

𝑛 = Jumlah data observasi = 4

2015 + 2016
𝑇𝑚 = Nilai tengah = = 2015,5
2

Tabel 4.1 Regresi Linier Harga Pompa Sentrifugal

Tahun X Index
(Ti- xy (xy)2 x2 y2
(Ti) (y)
Tm)
2014 -1,5 2.271,9 -3.407,85 11.613.441,623 2,25 5.161.529,61
2015 -0,5 3.313,6 -1.156,80 1.338.186,240 0,25 5.352.744,96
2016 0,5 2.333,2 1.166,60 1.360.955,560 0,25 5.443.822,24
2017 1,5 2.365,3 3.547,95 12.587.949,203 2,25 5.594.644,09
Total 0,00 9.284 149,9 26.900.532,626 5 21.552.740,9

158
Berdasrkan nilai dari tabel di atas, maka dapat digunakan persamaan

regresi linier sebagai berikut.

∑𝑦 . ∑𝑥 2 − ∑𝑥 . ∑𝑥𝑦 (9.284 . 5) − (0 . 149,9)


𝑎= = = 2.321
𝑛 . ∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 (4 . 5) − 02

𝑛 . ∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 . ∑𝑦 (4 . 149,9) − (0 . 9.284)


𝑏= = = 29,98
𝑛 . ∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 (4 . 5) − 02

Sehingga, nilai y’ = a + bx yaitu:

𝑦 ′ = 2.321 + 29,98𝑥

2. Mencari Koefisien Korelasi (r)

Untuk memenuhi persyaratan dalam menghitung cost index, maka nilai

koefisien relasi (r) harus mendekati 1, sehingga

𝑛 . ∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 . ∑𝑦
𝑟=
√𝑛 . ∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 . √𝑛 . ∑𝑦 2 − (∑𝑦)2

(4 . 149,9) − (0 . 9.284)
𝑟=
√(4 . 5) − 02 . √4 . 21.552.740,9 − 9.2842

𝑟 = 0,991 (𝐌𝐞𝐦𝐞𝐧𝐮𝐡𝐢 𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐭)

Jadi, regresi dari hasil perhitungan di atas bisa digunakan untuk

menghitung nilai index karena nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1.

3. Mencari Cost Index pada Tahun 2002

𝑥 = 𝑇𝑖 − 𝑇𝑚 = 2002 − 2015,5 = −13,5

Sehingga, cost index untuk tahun 2002, yaitu:

𝑦 ′ = 2.321 + 29,98 (−13,5) = 1.916,3

159
4. Mencari Cost Index pada Tahun 2021

𝑥 = 𝑇𝑖 − 𝑇𝑚 = 2021 − 2015,5 = 5,5

Sehingga, cost index untuk tahun 2021, yaitu:

𝑦 ′ = 2.321 + 29,98 (5,5) = 2.485,89

Grafik Cost Index


Cost Index

1962 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2021
Tahun

Harga Pompa/5 Tahun Linear (Harga Pompa/5 Tahun)

Gambar 4.3 Grafik Cost Index Pompa Sentrifugal Tahun 1962 s.d. 2021

Jika dilihat pada grafik diatas garis kontinyu merupakan interpretasi dari harga

pompa per lima tahun sejak tahun 1962 hingga tahun 2021. Sedangkan untuk garis

putus putus merupakan garis linear dari peningkatan harga pompa sejak tahun 1962

hingga tahun 2021.

Berdasarkan data-data di atas, maka dapat diketahui harga pompa sentrifugal

pada tahun 2021 dengan menggunakan persamaan berikut.

𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2021
𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = 𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2002 .
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2002

Diketahui: 𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2002 = US$ 6.000

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2021 = 2.485,89

160
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2002 = 1.916,27

Sehingga, harga pompa sentrifugal pada tahun 2021 yaitu:

2.485,89
𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = US$ 6.000 .
1.916,27

𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = US$ 7.783,53 = Rp. 113.413.815,6

4.3 Memperkirakan Harga Motor Listrik Pompa Sentrifugal di Pasaran

Dikarenakan motor listrik pada pompa yang lama juga telah mengalami

kerusakan, maka dalam skripsi ini akan dicantumkan juga untuk melakukan pengadaan

motor listrik baru.

Gambar 4.4 Kondisi Motor Listrik yang Lama

Dalam penentuan harga motor listrik nilainya didasarkan pada daya yang

ditransmisikan dan jenis motor listriknya. Berikut merupakan perhitungan harga motor

listrik.

161
Gambar 4.5 Grafik Penentuan Harga Motor Listrik (Januari 2002) 13:520)

Mengacu pada grafik di atas, dimana dibutuhkan motor listrik dengan spesifikasi

berikut:

Delivered power = 35,21 kW

Type = 𝐸𝑛𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑, 𝑓𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑

Sehingga, didapatkan harga motor listrik sebesar US$ 2.800 = Rp. 40.798.800

4.3.1 Memperkirakan Harga Motor Listrik Pompa Sentrifugal Tahun 2021

Dikarenakan grafik pada gambar 4.5 dikeluarkan pada Januari 2002, maka dalam

menentukan harga motor listrik pada tahun 2021 perlu diketahui nilai indeks inflasi

harga motor listrik tahun 2021.

Indeks inflasi nilainya dapat diketahui dengan cara regresi linier dengan

menggunakan grafik harga peralatan dari data tahun 2002 dengan tingkat inflasi

162
peralatan refinery yang diketahui, hasil regresi linier pada tahun 2021. Nilai indeks

inflasi didapat dari Nelson-Farrar Cost Indexes.

Gambar 4.6 Nelson-Farrar Cost Indexes for Electrical Machinery

Pada gambar di atas tidak menampilkan nilai indeks pada tahun 2002 maupun

2021, maka untuk mengetahui nilai indeks pada tahun tersebut dapat dicari

menggunakan persamaan regresi linier.

1. Mencari Persamaan

𝑦 ′ = 𝑎 + 𝑏𝑥

𝑛 = Jumlah data observasi = 4

2014 + 2015
𝑇𝑚 = Nilai tengah = = 2014,5
2

163
Tabel 4.2 Regresi Linier Harga Motor Listrik

Tahun X Index
(Ti- xy (xy)2 x2 y2
(Ti) (y)
Tm)
2013 -1,5 516,7 -775,05 600702,503 2,25 266.978,89
2014 -0,5 515,8 -257,90 66.512,410 0,25 266.049,64
2015 0,5 515,5 257,75 66.435,063 0,25 265.740,25
2016 1,5 513,2 769,80 592.592,040 2,25 263.374,24
Total 0,0 2.061,2 -5,4 1.326.242,016 5,0 1.062.143,02

Dengan menggunakan nilai pada tabel di atas, maka dapat digunakan

persamaan regresi linier sebagai berikut.

∑𝑦 . ∑𝑥 2 − ∑𝑥 . ∑𝑥𝑦 (2.061,2 . 5) − (0 . −5,4)


𝑎= = = 515,3
𝑛 . ∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 (4 . 5) − 02

𝑛 . ∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 . ∑𝑦 (4 . −5,4) − (0 . 2.061,2)


𝑏= = = −1,08
𝑛 . ∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 (4 . 5) − 02

Sehingga, nilai y’ = a + bx yaitu:

𝑦 ′ = 515,3 + (−1,08)𝑥

2. Mencari Koefisien Korelasi (r)

Untuk memenuhi persyaratan dalam melakukan perhitungan cost index,

maka nilai koefisien relasi (r) harus mendekati 1, sehingga:

𝑛 .∑𝑥𝑦−∑𝑥 . ∑𝑦
𝑟=
√𝑛 . ∑𝑥 2 −(∑𝑥)2 . √𝑛 . ∑𝑦 2 −(∑𝑦)2

(4 . 2,1) − (0 . 2.061)
𝑟=
√(4 . 5) − 02 . √4 . 1.061.936,38 − 2.0612

𝑟 = − 0,936 (𝐌𝐞𝐦𝐞𝐧𝐮𝐡𝐢 𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐭)

Jadi, regresi ini bisa digunakan untuk menghitung nilai index karena nilai

koefisien korelasi (r) mendekati -1.

164
3. Mencari Cost Index pada Tahun 2002

𝑥 = 𝑇𝑖 − 𝑇𝑚 = 2002 − 2014,5 = −12,5

Sehingga, cost index untuk tahun 2002, yaitu:

𝑦 ′ = 515,3 + 1,08 (−12,5) = 528,8

4. Mencari Cost Index pada Tahun 2021

𝑥 = 𝑇𝑖 − 𝑇𝑚 = 2021 − 2014,5 = 6,5

Sehingga, cost index untuk tahun 2021, yaitu:

𝑦 ′ = 515,3 + (−1,08) . (6,5) = 508,28

Grafik Cost Index


700
600
500
Cost Index

400
300
200
100
0
1962 1980 2013 2014 2015 2016 2021
Tahun
Harga Motor Listrik Sejak Tahun 1962

Linear (Harga Motor Listrik Sejak Tahun 1962)

Gambar 4.7 Grafik Cost Index Motor Listrik Tahun 1962 s.d. 2021

Jika dilihat pada grafik diatas garis kontinyu merupakan interpretasi dari harga

motor listrik sejak tahun 1962 hingga tahun 2021. Sedangkan untuk garis putus putus

merupakan garis linear dari peningkatan harga pompa sejak tahun 1962 hingga tahun

2021.

165
Berdasarkan data-data tersebut, maka nilainya dapat digunakan untuk

menentukan harga motor listrik pada tahun 2021 dengan menggunakan persamaan

berikut.

𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2021
𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = 𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2002 .
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2002

Diketahui: 𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2002 = US$ 2.800

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2021 = 528,8

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2002 = 508,28

Sehingga, harga motor listrik pada tahun 2021 yaitu:

528,8
𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = US$ 2.800 .
508,28

𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = US$ 2.691,35 = Rp. 39.215.660,85

4.4 Biaya Pengiriman Alat

Ketika melakukan pembelian suatu equipment, nilai purchase equipment

delivery (sampai tempat tujuan) harus disertakan juga. Nilainya adalah sekitar 10%

dari purchase equipment cost.

1. Biaya Pengiriman Pompa Sentrifugal

𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑝. 𝑑𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦 = 10% . US$ 7.783,53

𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑝. 𝑑𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦 = US$ 778,35

Sehingga, didapatkan total cost pompa sentrifgal sebesar:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡(𝑝𝑢𝑚𝑝) = 𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑞. 𝑐𝑜𝑠𝑡 + 𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑞. 𝑑𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡(𝑝𝑢𝑚𝑝) = US$ 7.783,53 + US$ 778,35

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡(𝑝𝑢𝑚𝑝) = US$ 8.561,88 = Rp. 124.755.153,5

166
2. Biaya Pengiriman Motor Listrik

𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑝. 𝑑𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦 = 10% . US$ 2.691,35

𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑝. 𝑑𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦 = US$ 269,14

Sehingga, didapatkan total cost untuk motor listrik sebesar:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡(𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟) = 𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑞. 𝑐𝑜𝑠𝑡 + 𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑞. 𝑑𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡(𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟) = US$ 2.691,35 + US$ 269,14

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡(𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟) = US$ 2.960,49 = Rp. 43.137.299,79

Sehingga total investasi yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengadaan

unit pompa dan motor listrik baru yaitu:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡(𝑝𝑢𝑚𝑝) + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡(𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟)

= Rp. 124.755.153,5 + Rp. 43.137.299,79

= Rp. 167.892.453,3

Jika dibandingkan dengan total cost overhoul pompa ETA-N 150 x 125- 400 di

PT. Torishima Guna Engineering yang mencapai Rp.310.500.000 (termasuk fabrikasi

part-part baru, mesin, FAT dan lain-lain), maka secara tinjauan ekonomi ini layak

untuk digunakan.

4.5 Keuntungan

Setelah melakukan perancangan ulang pompa sentrifugal, maka didapatkan

penghematan pemakaian daya sebagai berikut.

Pemakaian daya sebelum 𝑟𝑒𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 = 37 kW

Pemakaian daya setelah 𝑟𝑒𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 = 35,21 kW

Total penghematan daya = 37 kW − 35,21 kW = 1,79 kW

167
Dengan mengacu pada ketetapan Kementerian ESDM tentang besaran tarif

listrik oleh PLN pada tahun 2021, dimana untuk konsumen industri skala menengah

yang termasuk golongan I-3/TM dikenakan biaya pemakaian Rp. 1.115/kWh. Maka

didapatkan total penghematan pemakaian daya sebesar:

Total penghematan daya = 1,79 kW . Rp. 1.115/kWh

= Rp. 1995,85, −/jam

= Rp. 17.495.621, −/tahun

4.6 Waktu Pengembalian Modal (Pay Out Time)

Untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal yang diperlukan dalam

penggantian pompa dan motor listrik maka dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut.

Biaya investasi
𝑃𝑂𝑇 =
Profit/tahun

Diketahui: Biaya investasi = Rp. 167.892.453

𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = Rp. 17.495.621, −/tahun

Tanpa memperhitungkan bunga bank, waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan modal/investasi didapat dengan cara membandingkan biaya investasi

yang dikeluarkan dengan keuntungan yang didapat dari penggantian pompa dan motor

listrik, sehingga dapat dihitung sebagai berikut:

Rp. 167.892.453
𝑃𝑂𝑇 = = 9 tahun 6 bulan
Rp. 17.495.621, −/tahun

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai POT = 9 tahun 6 bulan. Dimana biaya

investasi kembali < 20 tahun (umur desain peralatan), sehingga investasi pompa

sentrifugal ini layak untuk dilanjutkan.

168
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan perhitungan rancang bangun pompa sentrifugal beserta

tinjauan nilai keekonomiannya menggunakan persamaan-persamaan yang ada, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Data Spesifikasi Pompa

• Jumlah stage : Single stage

• Kapasitas : 229,8 m3/h

• Head : 37 m

• Putaran : 1.450 rpm

• Efisiensi Overall : 80%

• Daya Pompa : 29,34 kW

• Fluida : Fresh water

• Temperatur : Ambient

• Density : 1000 kg/m3

2. Dimensi Impeller

• Material : UNS C95200

• Tipe impeller : Low specific speed impeller

• Jumlah sudu : 7 buah

• Lubang diameter poros impeller : 38 mm

• Diameter depan hub : 53 mm


• Diameter belakang hub : 57 mm

• Diameter masuk impeller : 154 mm

• Diameter impeller bagian dalam : 154 mm

• Diameter impeller bagian luar : 343 mm

• Lebar laluan impeller sisi dalam : 46 mm

• Lebar laluan impeller sisi luar : 22 mm

• Tebal sudu : 6 mm

• Jarak antar sudu bagian dalam : 69 mm

• Jarak antar sudu bagian luar : 154 mm

• Perpotongan tebal sudu sisi dalam : 18 mm

• Perpotongan tebal sudu sisi luar : 12 mm

• Volume total impeller : 1485448,1 mm3

• Berat impeller : 11,349 kg

3. Dimensi Volute Chamber

• Material : ASTM A48 Class No. 40

• Diameter Lidah Volute : 350 mm

• Lebar Laluan Lidah Volute : 26 mm

• Diameter Section No.1 : 187 mm

• Diameter Section No.2 : 201 mm

• Diameter Section No.3 : 213 mm

• Diameter Section No.4 : 221 mm

• Diameter Section No.5 : 229 mm

170
• Diameter Section No.6 : 236 mm

• Diameter Section No.7 : 242 mm

• Diameter Section No.8 : 248 mm

• Diameter Section No.9 : 254 mm

• Volume total volute chamber : 7431279,03 mm3

• Berat volute chamber : 55,73 kg

4. Dimensi Poros

• Material : ASTM A276-98B 420

• Diameter poros Bagian 1 : 38 mm

• Diameter poros Bagian 2 : 43 mm

• Diameter poros Bagian 3 : 65 mm

• Diameter poros Bagian 4 : 77 mm

• Diameter poros Bagian 5 : 65 mm

• Diameter poros Bagian 6 : 42 mm

• Panjang poros Bagian 1 : 78 mm

• Panjang poros Bagian 2 : 120 mm

• Panjang poros Bagian 3 : 54 mm

• Panjang poros Bagian 4 : 134 mm

• Panjang poros Bagian 5 : 54 mm

• Panjang poros Bagian 6 : 115 mm

• Volume Total Poros : 1400516,62 mm3

• Berat Poros : 10,92 kg

171
5. Dimensi Pasak

• Material : ASTM A276-98B 420

• Ukuran Nominal Pasak : 10 × 8

• Lebar Pasak : 10 mm

• Tinggi Pasak : 8 mm

• Jari – Jari Fillet Pasak : 0,5 mm

• Tinggi Alur Pasak pada Poros : 5 mm

• Tinggi Alur Pasak pada Impeller : 3,3 mm

• Panjang Pasak : 55 mm

• Volume Total Pasak : 4228,32 mm3

• Berat Pasak : 32,98 gram

6. Spesifikasi Coupling

• Manufacturer : John Crane

• Type : MHSO-0030

• Coupling Rating : 30 kW/1000 rpm

• Max. Speed : 14.000 rpm

• DBSE : 35,7 mm

• Berat Coupling : 3,41 kg

172
7. Spesifikasi Bearing dan Pelumasnya

• Manufacturer : SKF

• Inboard dan Outboard Bearing : Single row deep groove ball

bearing – 6313-2RS1

• Shaft Diameter : 65 mm

• Lubricant : Grease LGHP2

8. Tinjauan Ekonomi

• Perkiraan Harga Pompa Sentrifugal : Rp. 124.755.153,5

• Perkiraan Harga Motor Listrik : Rp. 43.137.299,8

• Total Investasi : Rp. 167.892.453,3

• Keuntungan : Rp. 17.495.621,-/tahun

• Pay Out Time : 9 tahun 6 bulan

5.2 Saran

Adapun saran dari penulis setelah melaksanakan perhitungan perancangan ulang

pompa sentrifugal adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi perancangan pompa sentrifugal bersifat preliminary design,

sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut apabila digunakan sebagai dasar

dalam perancangan pompa sentrifugal;

2. Pemilihan bahan-bahan yang digunakan dalam perancangan pompa dipilih

bahan yang tahan terhadap korosi;

173
3. Pada perancangan selanjutnya dapat dilakukan perancangan terhadap

komponen- komponen lain pada pompa sentrifugal untuk menyempurnakan

perancangan yang telah dilakukan;

4. Perkiraan harga pompa hasil perancangan belum pasti akurat 100%, untuk

mendapatkan harga pompa yang sejenis dapat langsung menghubungi

vendor terkait untuk mendapatkan harga yang lebih tepat;

5. Sebelum pompa dioperasikan sebaiknya dilakukan balancing test dan

performance test terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan maksimum

dari pompa hasil perancangan;

6. Ketika pompa telah beroperasi, sebaiknya pompa dioperasikan pada kondisi

efisiensi terbaiknya (Best Efficiency Point) dan tetap melaksanakan

maintenance secara teratur sesuai SOP supaya pompa tetap terjaga

kehandalannya

7. Ketika pompa telah beroperasi, sebaiknya pompa dioperasikan pada kondisi

efisiensi terbaiknya (Best Efficiency Point) dan tetap melaksanakan

maintenance secara teratur sesuai SOP supaya pompa tetap terjaga

kehandalannya.

174
DAFTAR PUSTAKA

1. API Standart 610. 2010. “Centrifugal Pumps for Petroleum, Petrochemical and
Natural Gas Industries” tenth Edition, America
2. AZoM, 2001, “Stainless Steel - Grade 420 (UNS S42000)”
https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=972
3. Church, Austin H. 1993. Pompa dan Blower Sentrifugal. Terjemahan oleh:
Zulkifli Harahap. Jakarta: Erlangga.
4. Dietzel, Fritz. 1980. Turbin Pompa dan Kompresor. Cetakan ke-5. Jakarta:
Erlangga.
5. GPSA. 2004. Engineering Data Book. Twelfth Edition-FPS. USA: Gas Processors
Suppliers Association.
6. Igor J. Karassik. 1985.”Pump Hand Book” Second edition. Mc Graw-Hill :
Singapore.
7. Interlloy, ………., “420 Martensitic Stainless Steel Bar”
http://www.interlloy.com.au/our-products/stainless-steel/420-martensitic-
stainless-steel-bar/
8. JohnCrane. 2003. M Series Catalogue. JohnCrane Companies. Slough.
9. Lazarkiewicz, Stephen, dan Adam T. Troskolanski. 1965. Impeller Pump.
Translated by: David K. Rutter. London: Pergamon Press.
10. M. Khetagurof, 1968, Marine Auxiliary Machinery and System. Peace Publisher,
Moscow.
11. Mahardika, Muslim., dkk. 2018. Perancangan dan Manufaktur Pompa
Sentrifugal. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
12. Mott, Robert L., Joseph A. Untener. 2014. Applied Fluid Mechanic. Seventh
Edition. USA: Pearson.
13. Peters, Max S., dkk. 2003. Plant Design and Economics for Chemical Engineers.
Fifth Edition. USA: Mc Graw-Hill.
14. SKF. 2018. Rolling Bearing SKF Catalouge. Gothenburg: SKF Group.
15. SKF. 2021. 6313-2RS1 Deep Groove Ball Bearing. Gothenburg: SKF Group
16. Sularso, dan Haruo Tahara. 2000. Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakaian,
dan Pemeliharaan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
17. Sularso, dan Kiyokatsu Suga. 1978. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
18. Torishima. 2011. Torishima Pump Hand Book. Osaka: Torishima Pump MFG.
Co., Ltd.
19. Turton, R. K. 1994. Rotodynamic Pump Design. Cambridgeshire: Cambridge
University Press.
20. .........., ……….., “SKF LubeSelect for SKF Greases”
www.skf.com/group/support/engineering-tools/lubeselect-for-skf-greases
21. .........., 2020, “Hardened 420 Stainless Steel”
https://www.makeitfrom.com/material-properties/Hardened-420-Stainless-Steel
Lampiran 1: Nameplate Pompa Sentrifugal ETA-N 150 x 125-400
Lampiran 2: Kondisi Incoming Pompa Sentrifugal ETA-N 150 x 125-400
Lampiran 3: Materials Class Selection Guide by API Standard 610 1:124)
Lampiran 4: Material Classes for Pump Parts 1:127)
Lampiran 5: Material Specifications for Pump Parts 1:129)
Lampiran 5: (Lanjutan)
Lampiran 5: (Lanjutan)
Lampiran 5: (Lanjutan)
Lampiran 5: (Lanjutan)
Lampiran 6: Miscellaneous Material Specifications 1:134)
Lampiran 7: Construction Materials for Pumping Various Liquids 18:69)
Lampiran 7: (Lanjutan)
Lampiran 8: Tensile Strength of Grade 420 Stainless Steels at Tempering Temperature 2:2)
Lampiran 9: Mechanical Properties of Hardened 420 Stainless Steels 21:…..)
Lampiran 9: (Lanjutan)
Lampiran 10: Minimum Running Clearances 1:34)
Lampiran 11: Mechanical Properties of 420 Stainless Steels 7:…..)
Lampiran 11: (Lanjutan)
Lampiran 12: Description of MHSO Coupling 8:…..)
Lampiran 12: (Lanjutan)
Lampiran 13: Dimension of MHSO-0030 Coupling 8:…..)
Lampiran 13: (Lanjutan)
Lampiran 14: Technical Specification of 6313-2RS1 Deep Groove Ball Bearing 15:….)
Lampiran 14: (Lanjutan)
Lampiran 15: Tampilan Proses Input Data Kondisi Operasi dalam Pemilihan Grease
untuk Bearing 62213-2RS1 Deep Groove Ball Bearing 20:….)
Lampiran 16: SKF Bearing Grease Selection Chart 14:124)

Anda mungkin juga menyukai