SKRIPSI
Oleh:
Syamsul Bahri
NIM : 171430047
SKRIPSI
Oleh:
Syamsul Bahri
NIM : 171430047
Dalam dunia industri, pompa sentrifugal mempunyai peran yang sentral untuk
memindahkan fluida cair dari satu tempat ke tempat lain. Bulan Januari 2020,
PT. Torishima Guna Engineering menerima permintaan overhoul pompa sentrifugal
ETA-N 150 x 125-400 dari PT. Maligi Permata Industrial Estate yang berfungsi
sebagai pompa intake di kawasan Karawang International Industrial City (KIIC).
Pompa tersebut diketahui mengalami penurunan head dan kapasitas. Setelah dilakukan
pengecekan, ditemukan uniform surface corrosion dan erosion corrosion pada
impeller dan volute chamber, deep scratch dan light corrosion pada poros, dan
kegagalan pada bearing yang dikarenakan unbalance pada motor penggerak pompa.
Berdasarkan hasil pengecekan tersebut maka penulis melakukan perancangan ulang
pompa sentrifugal dengan metodologi penulisan yang meliputi, melakukan studi
kepustakaan, melakukan pengumpulan data-data dari lapangan, melakukan diskusi
kepada pihak-pihak yang terkait dan berkonsultasi dengan pembimbing kemudian
melakukan proses perancangan ulang yang meliputi, perancangan impeller, volute
chamber, poros dan pasak, penentuan bearing, penentuan pelumas bearing, penentuan
coupling. Dan penggantian jenis material dengan tujuan untuk mengurangi atau
menghindari korosi. Setelah dilakukan perancangan ulang pada pompa sentrifugal
dengan menggunakan standar API 610 maka didapatkan pompa sentrifugal jenis single
stage, putaran 1450 rpm, efisiensi overall pompa sebesar 80%, daya pompa sebesar
29,34 kW, menggunakan impeller jenis backward-curved dengan material bronze
UNS C95200, diameter impeller sebesar 343 mm untuk diameter luar dan 154 mm
untuk diameter dalam, menggunakan 7 bauh sudu yang mana pompa tersebut mampu
beroperasi pada kapasitas 229,8 m3/h dan head 37 m. Dan juga dilakukan tinjauan
terhadap keekonomianya diperkirakan harga pompa beserta motor listriknya adalah
Rp.167.892.453,3 dengan total keuntungan Rp.17.495.621,-/tahun dan Pay Out Time
selama 9 tahun 6 bulan, sehingga proyek ini dapat dikatakan layak untuk diteruskan.
ii
ABSTRACT
In the industry, centrifugal pump has a central function for moving liquid from
one place to another place. In january 2021, PT. Torishima Guna Enginering received
a overhaul request of centrifugal pump type ETA- N 150 x 125-400 from PT. Maligi
Permata Industrial Estate. Which functions as an intake pump in the Karawang
International Industrial City (KIIC) area. The pump was rumored to have decreased
head and capacity. After checking, uniform surface corrosion and erosion corrosion
were found on the impeller and volute chamber, deep scratch and light corrosion on
the shaft, and failure of the bearing due to unbalance in the pump driver motor. Based
on the results of these checks, the author will redesign the centrifugal pump with a
writing methodology which includes conducting a literature study, collecting data
from the field, conducting discussions with related parties and consulting with the
supervisor then carrying out a redesign process which includes, impeller design,
volute chamber, shaft and pin, bearing determination, bearing lubricant
determination, coupling determination. And changing the type of material in order to
reduce or avoid corrosion. After redesigning the centrifugal pump by using the API
610 standard, we get single stage centrifugal pump, with 1450 rpm speed, overall
pump efficiency is 80%, pump power is 29.34 kW, using a backward curved type of
impeller with bronze UNS C95200 material, the impeller diameter is 343 mm for the
outside diameter and 154 mm for the inside diameter, using 7 blades where the pump
is able to operate at a capacity of 229,8 m3 / h and a head of 37 m. And also a review
of its economics it is estimated that the price of the pump and its electric motor is Rp.
167.892.453,3 with a total profit of Rp. 17.495.621, - / year and Pay Out Time for 9
years and 6 months, so this project is feasible to proceed.
iii
I. PENDAHULUAN
peranan penting dalam suatu industri. Yaitu sebagai media pendistribusi fluida cair
melalui sebuah sistem perpipaan untuk menunjang kebutuhan operasi dan distribusi
Torishima Pump Mfg. Co. Ltd. dari Jepang dan PT. Guna Elektro dari Indonesia.
Torishima Guna Group terdiri dari tiga perusahaan, antara lain: PT. Torishima Guna
Indonesia sebagai pump manufacturer, PT. Geteka Founindo sebagai ferrous & non-
ferous foundry, dan PT. Torishima Guna Engineering sebagai engineering services.
Dalam kegiatan praktik kerja lapangan, penulis ditempatkan di PT. Torishima Guna
overhoul pompa sentrifugal ETA-N 150 x 125-400 dari PT. Maligi Permata Industrial
Industrial City (KIIC). Pompa tersebut diisukan mengalami penurunan head dan
kapasitas serta vibrasi yang tinggi. Setelah dilakukan pengecekan, ditemukan uniform
surface corrosion dan erosion corrosion pada impeller dan volute chamber, deep
scratch dan light corrosion pada poros, dan kegagalan pada bearing yang dikarenakan
ulang beberapa komponen pompa sentrifugal. Oleh karena itu, penulis nantinya akan
2
menentukan pompa sentrifugal yang sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan serta
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat penulis rumuskan
skripsi ini.
dibutuhkan;
ekonominya.
1.3 Hipotesis
menjadi permasalahan utama adalah terjadinya penurunan head dan kapasitas serta
3
vibrasi yang tinggi. Kemudian setelah dilakukan pengecekan, ditemukan uniform
surface corrosion dan erosion corrosion pada impeller dan volute chamber, deep
scratch dan light corrosion pada poros, dan kegagalan pada bearing yang dikarenakan
unbalance pada motor penggerak pompa. Permasalahan tersebut secara teoritis dengan
mengacu pada standard dan literatur yang ada dapat diatasi dengan melakukan
Hasil perancangan ini nantinya akan digunakan sebagai sarana pembuktian hipotesis
1.4 Tujuan
Tujuan dari perancangan ulang pompa sentrifugal ini adalah sebagai berikut:
4
3. Perancangan volute chamber;
4. Penentuan Coupling;
6. Perancangan pasak;
7. Penentuan bearing;
1.6 Manfaat
Manfaat dari perancangan ulang pompa sentrifugal ini adalah sebagai berikut:
diperoleh di bangku kuliah dengan kondisi aktual yang ada di dunia industri;
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pompa adalah suatu peralatan mekanik yang berfungsi untuk mengalirkan suatu
cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan media berupa pipa.
cairan dapat mengalir secara kontinyu karena memiliki tekanan. Tekanan dibangkitkan
oleh pompa dengan cara memberi energi pada cairan, dimana emergi yang diberikan
dapat berupa energi potensial maupun energi kecepatan yang bersumber dari suatu
penggerak.
Berdasarkan cara pemindahan dan penambahan energi pada cairan, pompa dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu pompa pemindah non positif dan pompa
pemindah positif.
Pompa pemindah non positif adalah pompa dengan volume ruang yang
tetap pada saat pompa beroperasi. Energi yang diberikan pada cairan
berupa energi kecepatan yang diubah menjadi energi tekanan oleh rumah
Pompa pemindah positif adalah pompa dangan volume ruang kerja yang
yang meliputi pemilihan pompa, pemilihan material pompa, perhitungan daya pompa,
beberapa komponen utama pompa yaitu, impeller, volute chamber, coupling, poros
Kondisi fisik maupun kimia dari suatu fluida sangat berpengaruh dalam
karakteristik dari fluida yang dipompakan tersebut terdiri dari jenis cairan, specific
gravity (SG), viskositas absolut dan tekanan uap cairan yang dipompakan.
Kapasitas suatu pompa adalah jumlah aliran kontinyu persatuan waktu yang
mampu dialirkan oleh suatu pompa. Dalam melakukan perancangan pompa, kapasitas
jangka panjang.
7
2.3.3 Menentukan Total Head Pompa
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah fluida cair yang direncanakan sesuai kondisi instalasi pompa,
yang umumnya dinyatakan dalam satuan panjang. Head dapat bervariasi pada
penampang yang berbeda, tetapi kenyataannya selalu terdapat rugi-rugi head (head
loss).
Total head pompa merupakan jumlah antara head statis dan head dinamis.
Dimana head statis merupakan head yang besarnya tidak dipengaruhi oleh kecepatan
fluida, sedangkan head dinamis besarnya dipengaruhi oleh kecepatan fluida. Total
head pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah fluida cair dapat
ditentukan dari kondisi instalasi sistem perpipaan yang dilayani oleh pompa.
1. Kapasitas;
2. Head;
8
2.5.1 Data Pemilihan Material Pompa
merupakan langkah yang sangat penting sebelum menentukan jenis material yang akan
kerusakan hingga kegagalan operasi dari pompa tersebut. (Sularso, Haruo Tahara,
2000)
2. Zat korosif yang terdapat didalam zat cair (seperti H2SO4, HCI) harus
4. Kotoran atau persentase berat zat selain yang dinyatakan dalam (2) didalam
9
b. Tekanan penguapan (kgf/cm2), pada temperatur rata-rata (˚C);
8. Viskositas :
b. Apakah zat cair disirkulasikan dalam jalur pipa tertutup atau zat cair
API 610 adalah standar untuk pompa sentrifugal yang digunakan untuk industri
minyak bumi, industri kimia dan gas jasa. API 610 meliputi standar minimum :
1. Safety
2. Reliability
3. Maintainability
10
Maka, API Standard 610 mensyaratkan penggunaan material pompa yang akan
digunakan untuk industri minyak dan gas bumi, industri kimia dan gas jasa pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Materials Class Selection Guidance (API Standart 610, 2010)
Temperature
range Pressure Materials Ref
Service
range class note
˚C ˚F
Fresh water, condensate, cooling tower
< 100 < 212 All I-1 or I-2 -
water
Boiling water and process water < 120 < 250 All I-1 or I-2 a
120 to 175 250 to 350 All S-5 a
> 175 > 350 All S-6, C-6 a
Boiler feed water
Axially split > 95 > 200 All C-6 -
Double-casing (barrel) > 95 > 200 All C-6 -
Boiler circulator > 95 > 200 All C-6 -
Foul water, reflux drum water, water S-3 or S-
< 175 < 350 All
draw, and hydrocarbons containing these 6
> 175 > 350 All
waters, inclusing reflux streams C-6
Propane, butanem liquefied petroleum < 230 < 450 All S-1 -
gasm ammonia, ethylene, low > - 46 > - 50 All S-1(LCB) h
temperature servce (minimum metal > - 73 > - 100 All S-1(LC2) h
temperature) > - 100 > - 150 All S-1(LC3) hj
> - 196 > - 320 All A-7orA-8 hj
Diesel oil; gasoline; naphtha, kerosene;
< 230 < 450 All S-1 -
gasoils; Medium and heavy lubricating
230 to 370 450 to 700 All S-6 b,c
oils; residuum; crude oil; asphalt;
> 370 > 700 All C-6 b
synthetic crude bottoms
Seawater < 95 < 200 All - f
Sour water < 260 < 470 All D-1 -
Produce water, formation water and brine All All All D-1orD-2 f
Sulfur (liquid state) All All All S-1 -
11
yang menunjukkan hubungan antara flow, head dan kecepatan pada kondisi efisiensi
number.
𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑄 = , … … … … . . … … … . . … … … … … … . … … … . … . . … … … … . (𝟐. 𝟏)
𝐻 3/4
Keterangan:
n = Putaran, rpm
geometrik sama, untuk mengangkat cairan setinggi 1 m dan memerlukan daya satu
metrik HP, serta mempunyai kapasitas pemompaan sebesar 0,075 m3/detik. Kecepatan
12
𝛾
𝑛𝑠𝑃 = √ .𝑛
75 𝑠𝑄
𝛾 𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑃 = √ . … … … … . . … … … … … … . … … … . … … . . … … … … . (𝟐. 𝟐)
75 𝐻 3 /4
Keterangan:
n = Putaran, rpm
1965:120).
𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑓 = … … … … . . … … … … … … . … … … . … … … . … … … … . (𝟐. 𝟑)
(𝑔 . 𝐻)3/4
𝑛𝑠𝑓 = 3 . 𝑛𝑠𝑄
𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑓 = 3 . … … … … . . … … … … … … . … … … . … … . . … … . . … … … . (𝟐. 𝟒)
𝐻 3/4
Keterangan:
n = Putaran, rpm
13
2.7 Penentuan Efisiensi Overall Pompa Sentrifugal
Efisiensi overall pompa sentrifugal adalah total seluruh efisiensi yang terdiri dari
menentukan harga efisiensi overall pompa berdasarkan kecepatan spesifik yang telah
Daya adalah kerja yeng dilakukan setiap satuan waktu. Pada instalasi
perpompaan daya terdiri dari daya cairan, daya pompa, dan daya penggerak.
Daya cairan adalah daya yang diterima cairan atau daya yang diberikan
impeller pada cairan. Daya cairan dapat dihitung menggunakan rumus berikut (Sularso,
14
𝑄. 𝐻. 𝛾
𝑃𝑤 = , 𝐇𝐏 … … … … . . … … … . . … … … . … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟓)
75
Keterangan:
Daya pompa merupakan daya poros pompa atau daya yang diberikan pada
impeller. Daya pompa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Sularso,
𝑃𝑤
𝑃𝑝 = , 𝐇𝐏 … … … … … . . … … … . … … … … … … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟔)
𝜂𝑜𝑝
Keterangan:
Pw = Daya Cairan, HP
Daya penggerak adalah daya poros pennggerak yang diberikan pada poros
pompa. Daya penggerak dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Sularso,
𝑃𝑝 (1 + 𝑎)
𝑃𝑚 = , 𝐇𝐏 … … … … … . . … … . … … … … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟕)
𝜂𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠
Keterangan:
Pp = Daya Pompa, HP
a = Margin Factor
15
ηtrans = Efisiensi Transmisi
NPSH merupakan head netto pada suction flange pompa sentrifugal setelah head
positif yang mengakibatkan cairan masuk ke dalam pompa dikurangi semua head
tersebut. Yang berpengaruh terhadap NPSH adalah tekanan penguapan cairan (Pv).
Terdapat dua jenis NPSH, yaitu NPSHa (Net Positive Suction Head available)
dan NPSHr (Net Positive Suction Head required). Yang mana NPSHa adalah nilai
NPSH yang ada pada sistem perpipaan di tempat pompa akan bekerja, sedangkan
NPSHr adalah nilai NPSH spesifik pompa agar bekerja dengan normal. Dalam
penulisan skripsi ini hanya akan dilakukan perhitungan NPSHr, untuk nilai NPSHa
tidak perlu dilakukan perhitungan kembali karena sistem perpipaan telah ada di
NPSH required atau NPSH yang diperlukan adalah head tekanan yang
besarnya sama dengan penurunan tekanan. Besarnya bedasarkan rancang bangun dan
tes yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Harga NPSHr pada umumnya tertera di
name plate atau data spesifikasi pompa, dimana NPSHa (yang tersedia) > NPSHr
16
Keterangan:
n = Putaran, rpm
Q = Kapasitas, m3/s
perhitungan dengan teliti dan penuh pertimbangan, sehingga dapat diperoleh data yang
Dalam menentukan jenis impeller dapat ditinjau dari tabel di bawah ini. Yang
mana penentuan jenis impeller dilakukan dengan mengacu pada kecepatan spesifik.
17
Gambar 2.2 Jenis Impeller dan Dimensi Rasio nsQ, nsP, nsf (Lazarkiewicz dkk., 1965)
18
Gambar 2.3 Dimensi Impeller
Dalam menentukan besar lubang pada impeller untuk diameter poros (dsh)
Setelah itu, pada sub bab perhitungan poros, dsh tersebut akan ditinjau
3 𝑇
𝑑𝑠ℎ = √ , … … … … … … . … . … … … … … … . … . . … … … … . (𝟐. 𝟗)
0,2 . 𝜏𝑖𝑧𝑖𝑛
Keterangan:
𝑃𝑝
T = , 𝐍𝐦 … … … … … … … . … … … … … … … … . … . . … … . (𝟐. 𝟏𝟎)
𝜔
2. 𝜋. 𝑛
ω = , 𝐫𝐩𝐬 … … … … … . … . … . … . . … … … … . … … … . (𝟐. 𝟏𝟏)
60
19
2. Menentukan Diameter Hub Impeller (dhub)
Diameter hub sisi depan (dhub) dan diameter hub sisi belakang (d’hub) dapat
𝑄
𝑄′ = , 𝐦𝟑 /𝐬 … … … … … … … . . … … … … … … … … . … … … . … . (𝟐. 𝟏𝟒)
𝜂𝑣
Perhitungan kecepatan cairan radial masuk dan keluar area sudu dapat
20
𝑐𝑚2 = 𝑘𝑐𝑚2 . √2 . 𝑔 . 𝐻, 𝐦/𝐬 … … … … … … … … … . … . … … . … . (𝟐. 𝟏𝟔)
Dimana faktor cairan radial area sudu (kcm) dapat ditentukan dengan
Gambar 2.4 Grafik Kecepatan Radial Area Sudu (Lazarkiewicz dkk., 1965)
21
4 . 𝐴′0
𝑑0 = √ , 𝐦 … … … … … … … … … … … … … … … . … . … … . … . (𝟐. 𝟏𝟖)
𝜋
Keterangan:
A’0 = 𝐴0 + 𝐴ℎ𝑢𝑏 … … … … … . . … . … . … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟏𝟗)
𝑄′
A0 = … … … … … … … … … . . … . … . … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟐𝟎)
𝐶0
𝜋 . 𝐷ℎ𝑢𝑏2
Ahub = … … … … … … … … … . . … . … . … . . … . … … … . (𝟐. 𝟐𝟏)
4
dalam (d1) dapat dibuat sama dengan diameter masuk impeller (d0) supaya
terjadi aliran fluida yang mulus dan turbulensi yang berlebihan dapat
Oleh karena itu, kecepatan tangensial pada diameter impeller bagian dalam
dkk., 1965:134).
𝜋 . 𝑑1 . 𝑛
𝑢1 = , 𝐦/𝐬. . … … … … … … … … … … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟐𝟐)
60
1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 . 𝑐𝑢2 − 𝑢1 . 𝑐𝑢1 ). . … … … … … … … . … … . … . … . (𝟐. 𝟐𝟑)
𝑔
Jika sudut pada sisi masuk impeller (a1) = 90o, maka 𝑢1 . 𝑐𝑢1 = 0, sehingga
22
1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 . 𝑐𝑢2 ). . … … … … … … . … . … … … … . … … . … … . . (𝟐. 𝟐𝟒)
𝑔
𝑢2
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 − 𝑤𝑢2 ). . … … … … … … . … . … . . … . … … … … … . . (𝟐. 𝟐𝟓)
𝑔
𝑢2 𝑐𝑚2
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 − ) . . … … … … … … . … . … … … . … … … . . (𝟐. 𝟐𝟔)
𝑔 tan 𝛽2
(𝑢2 )2 𝑢2 . 𝑐𝑚2
𝐻𝑡ℎ∞ = −( ) . . … … … … … … . … … . … … . . … … . . (𝟐. 𝟐𝟕)
𝑔 𝑔 . tan 𝛽2
𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 2
𝑢2 = + √( ) + 𝑔 . 𝐻𝑡ℎ∞ . . … … . … … … … … . . (𝟐. 𝟐𝟖)
2 . tan 𝛽2 2 . tan 𝛽2
𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 2
𝑢2 = + √( ) + 𝑔 . 𝐻𝑡ℎ (1 + 𝐶𝑝 ) . . … . . … … . . (𝟐. 𝟐𝟗)
2 . tan 𝛽2 2 . tan 𝛽2
𝐻
Dimana, 𝐻𝑡ℎ = 𝜂ℎ . Maka persamaan untuk menghitung kecepatan
𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 2 𝐻
𝑢2 = + √( ) +𝑔. (1 + 𝐶𝑝 ) . . … . . (𝟐. 𝟑𝟎)
2 . tan 𝛽2 2 . tan 𝛽2 𝜂ℎ
Keterangan:
ηh = Efisiensi Hidrolis, %
berkisar 220 s.d. 250 m/s (M. Khetagurof, 1968), hal ini mengingat:
23
1. Kemampuan Material, Keausan impeller (gesekan dengan cairan
semakin besar);
tertentu;
60 . 𝑢2
𝑑2 = , 𝐦. . … … … … … … … … … . … . … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟏)
𝜋. 𝑛
masuk secara radial. Dalam hal ini, nilai kecepatan absolut (c1) sama
dkk., 1965).
2. Besar sudut ditentukan dalam kisaran 10o s.d. 25o (untuk pompa
tanpa guide vane) dan kisaran 5o s.d. 12o(untuk pompa dengan guide
dkk., 1965).
24
4. Besar sudut ditentukan dalam kisaran 15o s.d. 35o (Lazarkiewicz
dkk., 1965).
𝑑2 + 𝑑1 𝛽1 + 𝛽2
𝑧 = 6,5 . sin ( ) . . … … … . . … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟐)
𝑑2 − 𝑑1 2
25
Gambar 2.6 Grafik Penentuan Jumlah Sudu Impeller (Dietzel, Fritz, 1980)
Untuk menghitung jarak antar sudu pada impeller sisi masuk dapat
1965:84).
𝜋 . 𝑑1
𝑡1 = , 𝐦𝐦. . … … … … … … … … . … . … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟑)
𝑧
Gambar 2.7 Jarak Antar Sudu, Tebal Sudu, Perpotongan Tebal Sudu Sisi
26
Sedangkan untuk menentukan jarak antara sudu pada impeller sisi keluar
dkk., 1965:84).
𝜋 . 𝑑2
𝑡2 = , 𝐦𝐦. . … … … … … … … … … … . … … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟒)
𝑧
Gambar 2.8 Jarak Antar Sudu, Tebal Sudu, Perpotongan Tebal Sudu Sisi
karena itu, untuk menentukan perpotongan tebal sudu impeller sisi masuk
𝑠1
𝑠𝑢1 = … … . . . . … … … … … … … … … . … . … … … . … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟓)
𝑠𝑖𝑛𝛽1
𝑠2
𝑠𝑢2 = … … . . . . … … … … … … … … … . … . … … … … . … … … … . (𝟐. 𝟑𝟔)
𝑠𝑖𝑛𝛽2
Keterangan:
27
s = 2 s.d. 10 mm (bila terbuat dari material besi tuang)
sebagai faktor penyempitan atau crowding factor (φ). Oleh karena itu,
dalam menghitung faktor penyempitan sisi masuk dan sisi keluar dapat
1965:84).
𝑡1
𝜑1 = … … . . . . … … … … … … … … … . … . … … … . … … … … . (𝟐. 𝟑𝟕)
𝑡1 − 𝑠𝑢1
𝑡2
𝜑2 = … … . . . . … … … … … … … … … . … . … … … . … … … … . (𝟐. 𝟑𝟖)
𝑡2 − 𝑠𝑢2
Perhitungan besar lebar laluan impeller pada celah sisi masuk maupun sisi
1965:135).
𝑄′
𝑏1 = 𝜑1 , 𝐦. . … … … … … … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟑𝟗)
𝜋 . 𝑑1 . 𝑐𝑚1
1965:139).
28
𝑄′
𝑏2 = 𝜑2 , 𝐦. . … … … … … … … … … . … … … … . (𝟐. 𝟒𝟎)
𝜋 . 𝑑2 . 𝑐𝑚2
Head pompa merupakan energi per satuan berat yang harus disediakan
instalasi pompa atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang
dkk., 1965:94).
1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 . 𝑐𝑢2 − 𝑢1 . 𝑐𝑢1 ), 𝐦. . … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟒𝟏)
𝑔
jumlah sudu (sudu tidak terbatas) dan kerugian head pada impeller.
𝐻𝑡ℎ∞
𝐻𝑡ℎ = , 𝐦. . … … … … … … … … … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟒𝟐)
(1 + 𝐶𝑝 )
29
Dimana, nilai (1 + Cp) berkisar antara 1,25 s.d. 1,35, atau nilai (1 + Cp)
1965:94).
𝑟22
𝐶𝑝 = 𝛹. . . … … … … … … … … … … … … … . … … … … … . . … . (𝟐. 𝟒𝟑)
𝑧 . 𝑀𝑠𝑡
Keterangan:
1
Mst = 2 . (𝑟22 − 𝑟12 ), 𝐦 . . … … … … … … … … . … … … … … . . … . (𝟐. 𝟒𝟒)
Setelah diketahui nilai head teoritis (Hth), head aktual dapat dihitung
Head aktual yang dihitung pada persamaan di atas merupakan head yang
Untuk mencari harga efisiensi hidrolis (ηth), dapat mengacu pada tabel
berikut, dimana harga efisiensi hidrolis (ηth) didapat berdasarkan harga nsf.
Tabel 2.3 Harga Efisiensi Hidrolis Berdasarkan nsf (Lazarkiewicz dkk., 1965)
30
2.10.3 Melukis Sudu Impeller
Salah satu cara umtuk melukis lengkungan sudu impeller yaitu dengan
menggunakan metoda satu busur (single arc method). Metode ini digunakan karena
hanya membutuhkan sedikit data, caranya lebih sederhana dan hasilnya cukup teliti.
4. Buat sudut AOB dengan sudut sebesar 𝛽1 + 𝛽2, dimana titik B terletak
dengan titik C;
7. Buat garis yang membentuk sudut 𝛽2 dengan garis AO, yang kemudian
titik D;
lengkung sudu).
31
Gambar 2.9 Melukis Sudu Impeller Menggunakan Single Arc Method
terbagi menjadi dua yaitu gaya radial yang tegak lurus dengan poros dan gaya aksial
Untuk mengetahui besarnya gaya radial yang diberikan impeller dapat dihitung
𝐹𝑟 = 𝑘 . 𝐾𝑟 . 𝑆𝐺 . 𝐻 . 𝑑2 . 𝑏2 … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟒𝟕)
Keterangan:
Fr = Gaya Radial, lb
k = 0,433
SG = Specific Gravity
32
d2 = Diameter Impeller Bagian Luar, in
Untuk mengetahui nilai konstanta gaya radial (radial thrust coefficient) dapat
Ketika pompa sentrifugal tengah beroperasi, gaya aksial yang diberikan oleh
impeller terjadi disebabkan adanya perbedaan luas tekanan antara sisi suction dan sisi
3 u22 − 𝑢12
𝑃𝑇 − 𝑃𝑜 = . . 𝛾 … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟒𝟖)
4 2. 𝑔
Keterangan:
33
jika telah didapat besar perbedaan tekanan yang terjadi pada impeller dari
perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas, maka gaya aksial yang terjadi
pada impeller dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Church, Austin
H, 1993:156).
𝜋 2
𝐹𝑎 = (𝑃𝑇 − 𝑃𝑜 ) . . (𝑑𝑜 − 𝑑ℎ𝑢𝑏 ) … … … … … … … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟒𝟗)
4
Keterangan:
Perlu diketahui bahwa fluida yang masuk impeller memiliki kecepatan masuk
(co), sehingga gaya momentum masuk impeller (Fm) dapat dihitung dengan
Keterangan:
w = 𝑄 . 𝛾 … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (𝟐. 𝟓𝟏)
Setelah diketahui gaya aksial (Fa) dan gaya momentum (Fm) maka resultan dari
gaya tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut (Church, Austin H, 1993:156).
34
Gambar 2.11 Volute Chamber (M. Khetagurof, 1968)
2. Volute chamber dibagi dalam beberapa bagian seperti pada gambar di atas.
Keterangan:
35
2. Lebar Laluan Lidah Volute (b3)
Keterangan:
3. Nilai Konstanta ku
Keterangan:
𝜑𝑜 𝜑𝑜
= 𝑥
+ √2 . 𝑥
. 𝑟3 . . … … … … … … … … … … . … … … … … . . … . . (𝟐. 𝟔𝟎)
720
x = . 𝑘𝑢 . 𝜋 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟏)
𝑄𝑠
setiap sudut tersebut, maka volute chamber dapat dibuat secara sederhana,
36
Tabel 2.4 Perhitungan Jari-Jari Volute (M. Khetagurof, 1968)
Cross
𝜑𝑜 𝜑𝑜 𝜑𝑜 𝜑𝑜
Section φo 2. 2. . 𝑟3 √2 . .𝑟 + r3 2 + r3
No.
𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 3
I
II
III
dst.
daya dari satu tempat ke tempat lainnya. Daya tersebut dihasilkan oleh gaya tangensial
dan momen torsi yang mana hasil akhirnya adalah daya tersebut akan ditransmisikan
kepada elemen lain yang berhubungan dengan poros tersebut. Poros juga merupakan
suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang
elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan
elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban
tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu
dengan lainnya.
dari motor listrik ke impeller pompa sentrifugal. Oleh karena itu poros akan menerima
beban puntir akibat meneruskan daya dari motor listrik yang berupa gerak berputar.
Selain beban puntir, poros juga menerima beban lentur akibat beban yang ditumpu
yaitu beban dari berat impeller, berat coupling dan berat komponen lain yang terpasang
pada poros. Sehingga untuk menentukan dimensi diameter poros berdasarkan besarnya
37
beban puntir dan lentur yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(1/3)
5,1
𝑑𝑠ℎ ≥ ( . √(𝐾𝑚 . 𝑀)2 + (𝐾𝑡 . 𝑇)) . . . … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟐)
𝜏𝑎
Keterangan:
pengecekan kekuatan poros tehadap beban puntir, beban lentur dan konsentrasi
puntir, dan beban lentur. Kemudian dilakukan pengecekan dan perbandingan dengan
38
2.14 Perancangan Pasak Pompa Sentrifugal
Pada pompa sentrifugal, pasak (key) merupakan salah satu elemen mesin yang
berfungsi untuk menghubungkan atau mengunci antara poros pompa dengan impeller
supaya tidak dapat bergeser dalam arah tertentu. Dalam perancangan pasak pompa
sentrifugal, jenis pasak terbenam yang berbentuk penampang segi empat dengan arah
standar pasak yang dapat dilihat pada gambar di bawah, dimana langkah pertama yaitu
dengan menghitung lebar pasak atau tinggi pasak dengan pendekatan secara empiris
𝑑𝑠ℎ
𝑏= , 𝐦𝐦. . … … … … … … … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟒)
4
39
2.14.2 Menentukan Dimensi Pasak
Setelah didapatkan seberapa lebar atau tinggi pasak, maka dimensi pasak dapat
Gambar 2.13 Tabel Dimensi Standar Pasak (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1978)
Kisaran panjang pasak pada gambar 2.13 dapat ditentukan dengan pendekatan
tinjauan tegangan geser dan batas tekan permukan, sehingga dapat ditentukan dengan
40
1. Ditinjau Terhadap Gaya Geser
𝑇
𝐹= , 𝐤𝐠 𝐟 . . … … … … … … … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟓)
𝑑𝑠ℎ /2
Keterangan:
Suga,1978:25).
𝜎𝑏
𝜏𝑘𝑎 = . . … … … … … … … … … … … … … … . . … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟔)
𝑆𝑓𝑘1 . 𝑆𝑓𝑘2
Keterangan:
41
Setelah didapatkan tegangan geser yang diizinkan, maka panjang pasak
Suga, 1978:25).
𝐹
𝜏𝑘𝑎 ≥ . . … … … … … … … … … … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟕)
𝑏 .𝑙
𝐹
𝑙≥ . . … … … … … … … … … … … … … … . . … . … … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟖)
𝑏 . 𝜏𝑘𝑎
pasak dibatasi supaya tidak merusak alur pasak pada poros. Dimana
𝐹
𝑃𝑎 ≥ . . … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟔𝟗)
𝑙. 𝑡
𝐹
𝑙≥ . . … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟎)
𝑃𝑎 . 𝑡
pemilihan dimensi panjang pasak yang masih berada pada range yang
42
Setalah dipilih dimensi berapa panjang dan lebar pasak, selanjutnya perlu
kisaran 25% s.d. 35% dari diameter poros, dan panjang pasak (l) sebaiknya
menghubungkan antara poros penggerak dan poros yang digerakkan, sehingga kedua
poros tersebut berputar bersama-sama. Berikut ini langkah untuk menentukan kopling
𝑃𝑚 . 1000 . 𝑆𝑓 𝐤𝐖
𝑅= , 𝐫𝐩𝐦 … … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟏)
𝑛 𝟏𝟎𝟎𝟎
43
Tabel 2.5 Service Factor (John Crane, 2003)
Lampiran 18
membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak
pada arah yang diinginkan. Bearing menjaga poros (shaft) supaya selalu berputar
terhadap sumbu porosnya. Bearing harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Beban statis dan beban dinamis harus
mampu ditahan oleh bearing yang digunakan. berdasarkan hasil perhitungan dapat
44
2.16.1 Menghitung Beban Dinamis Equivalent (P)
Beban dinamis equivalent (P) merupakan beban kombinasi dari beban radial
maupun beban aksial yang didukung oleh satu bearing selama beroperasi. Beban
dinamis equivalent dapat dihitung berdasarkan jenis bearing yang digunakan dan
Nilai beban dinamis equivalent (P) pada bearing dapat dihitung dengan
𝑃 = 𝑋 . 𝐹𝑟 + 𝑌 . 𝐹𝑎 … . … . . . … … … … … … … … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟐)
Keterangan:
kecacatan atau kerusakan untuk pertama kalinya yang umumnya terjadi pada rolling
element atau raceway. Untuk menghitung nilai basic rating life bearing (L10h) dapat
𝐶 𝑝
𝐿10 = ( ) , 𝒎𝒊𝒍𝒍𝒊𝒐𝒏 𝒐𝒇 𝒓𝒆𝒗𝒐𝒍𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏. . … … … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟑)
𝑃
𝐶 𝑝 106
𝐿10ℎ = ( ) . , 𝒐𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒉𝒐𝒖𝒓. . … … … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟒)
𝑃 60 . 𝑛
45
Keterangan:
n = Putaran, rpm
Bearing yang menerima beban kombinasi maka beban kombinasi tersebut akan
dikonversikan sebagai beban bearing statis equivalent. Untuk perhitungan beban statis
equivalent (P0) dapat dihitung berdasarkan jenis bearing yang digunakan dan
Nilai beban statis equivalent (P0) pada bearing dapat dihitung dengan
Keterangan:
beban radial statis yang diizinkan digunakanlah rating beban statis. Dalam perhitungan
46
ukuran dasar beban statis dapat menggunakan persamaan static safety factor (S0)
𝐶0
𝑆0 = . . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟔)
𝑃0
𝐶0 = 𝑆0 . 𝑃0 , 𝐤𝐍 . . … … … … … … … … … … … … . … … … … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟕)
Keterangan:
bearing akan menggunakan pelumasan oil atau grease. Berikut merupakan langkah-
Bearing.
47
Gambar 2.15 Lubricant Method Selection (SKF, 2018)
www.skf.com/group/support/engineering-tools/lubeselect-for-skf-greases.
katalog SKF. Berdasarkan katalog SKF Rolling Bearing, tahap pemilihan pelumasan
oil untuk bearing yaitu dengan menentukan kekentalan berdasarkan diameter rata-rata
dan putaran, kemudian dari kekentalan tersebut disesuaikan dengan temperatur operasi
48
Untuk menghitung diameter rata-rata bearing (dm) dapat ditentukan dengan
Gambar 2.16 Estimation of Rated Viscosity untuk Pelumas Bearing (SKF, 2018)
Setelah diketahui kekentalan pelumas melalui grafik pada gambar 2.16, maka
dapat diperoleh jenis pelumas yang sesuai berdasarkan diagram pada gambar 2.17
berikut.
49
Gambar 2.17 Viscosity-Temperatur Diagram for ISO Viscosity Grades (SKF, 2018)
Tinjauan ekonomi adalah evaluasi yang dilakukan oleh suatu proyek terhadap
rencana proyek investasi yang ditinjau dari segi ekonomi, dimana hasil evaluasi
tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan proyek dari aspek ekonomis,
apakah proyek tersebut layak diteruskan atau ditolak. Suatu investasi bertujuan
mempertimbangkan keekonomian.
50
Profitability tidak lepas dari permodalan, karena profitability merupakan
kemampuan suatu dana untuk mampu menghasilkan keuntungan. Bila jumlah suatu
memerlukan dana yang sama besarnya dengan yang tersedia, maka dengan cara
tertentu dapat diputuskan proyek investasi mana yang akan diprioritaskan untuk
dikerjakan.
produksi dan lainnya yang secara keseluruhan akan menjadi pertimbangan terhadap
rencana atau proyek yang akan dilaksanakan. Dalam analisa ini yang perlu
diperhatikan adalah hasil total atau produktifitas atau laba yang didapat dari semua
Mahal dan murahnya harga pompa di pasaran sangat dipengaruhi oleh besar
dan kecilnya kapasitas dan head pada pompa. Pada saat melakukan pemilihan pompa
sentrifugal, untuk memperkirakan harganya harus dihitung kapasitas, head dan daya
dimana pompa akan dipasang. Setelah diperoleh data-data tersebut kemudian mencari
51
2.18.3 Memperkirakan Harga Pompa
tekanan dan jenis material selain mencari dipasaran adalah dengan menggunakan buku
Plant Design and Ecomics for Chemical Engineer karya Max S. Peters, Klaus D.
berdasarkan daya motor hasil perhitungan, dapat digunakan figure 12- 23 pada buku
Harga total pompa dan electric motor pada buku Plant Design and Economics
for Chemical Engineers fifth edition merupakan perkiraan harga pada tahun 2002,
sehingga untuk memperleh perkiraan harga pada tahun 2021, digunakanlah metode
yang menggunakan nilai indeks dengan cara regresi linier dari Nelson- Farrar Cost
Setelah didapatkan nilai indeks dengan cara regresi linier, maka dapat dihitung
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 𝐴
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 𝐴 = 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 𝐵 . . … … … … … … . . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟕𝟗)
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 𝐵
Keterangan:
52
Index at B = Indeks pada Tahun B
utama (purchase equipment delivered). Harga ini tergantung dari jenis dan ukuran alat.
Penentuan harga juga dapat diperoleh dari data tahun yang lalu. Unsur-unsur yang
termasuk dalam Capital Investment dan besarnya persentasi harga terhadap purchase
53
Tabel 2.7 Estimation of Total Indirect Plant Cost (Peters dkk., 2003)
Tabel 2.8 Estimation of Total Capital Investmen Cost (Peters dkk., 2003)
keperluan proses produksi, diantaranya: direct production cost, fixed charges dan plant
over headcosts. Adapun beberapa unsur yang termasuk dalam Manufacturing Cost
Tabel 2.9 Estimation of Total Direct Production Cost (Peters dkk., 2003)
54
Tabel 2.10 Estimation of Total Production Cost (Peters dkk., 2003)
2.18.9 Keuntungan
total biaya produksi. Keuntungan akan memberi nilai tambah dari sebuah investasi
keuntungan kotor (gross earning) dan keuntungan bersih yang telah dipotong oleh
dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: Pay Out Time (POT), Net Present
Value (NPV), Profitable Index (PI) dan Interest Rate of Return (IRR).
55
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛 ($)
𝑃𝑂𝑇 = . . … … … … . … . … … … … . … . (𝟐. 𝟖𝟎)
$
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 ( )
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
dengan tingkat suku bunga tertentu serta periode tertentu. Present value
memperkirakan nilai sekarang dari nilai yang akan datang degan tingkat
suku bunga tertentu serta periode tertentu, present value dapat dihitung
Keterangan:
i = Interest, %
n = Jumlah Tahun
56
3. Internal Rate of Return (IRR)
membandingkannya dengan bunga bank. Jika IRR lebih besar dari suku
bunga komersial yang diharapkan atau lebih besar dari suku bunga
usulan proyek. Jika PI > 1 maka proyek akan diterima, tetapi jika
57
III. PEMBAHASAN
PT. Maligi Permata Industrial Estate yang beroperasi sebagai pompa intake di kawasan
industri Karawang International Industrial City (KIIC). Yang mana fungsinya adalah
untuk mengalirkan air sungai dari kali malang ke area WTP (Water treatment plant)
corrosion dan erosion corrosion pada impeller dan volute chamber, deep scratch dan
juga uniform surface corrosion pada poros, dan kegagalan pada bearing yang
67
Tabel 3.2 Data Spesifikasi Penggerak
No Item Specification
1 Output 37 kW
2 Poles 4 Poles
3 Frequency 50 Hz
4 Volts 380 V
5 Speed 1450 RPM
6 Efficeincy 90 %
penurunan head sekitar 10% – 15%. Sehingga dalam perancangan pompa sentrifugal
perlu dipertimbangkan betul besaran head yang akan digunakan. Maka akan dirancang
pompa dengan head yang sesuai dengan data desain yaitu sebesar 37 m.
Dalam penentuan jenis pompa yang akan dirancang, dapat dilakukan pemilihan
menggunakan grafik di bawah ini berdasarkan kapasitas dan head yang akan dilayani
H = 37 m = 121,397 ft
68
Gambar 3.3 Pump Type Selection Chart 12:362)
pompa dengan Q = 1.011,78 gpm dan H = 121,397 ft masuk dalam area tipe pompa
sentrifugal.
69
Gambar 3.4 Centrifugal Pump Selection Guide 5:12-10)
di lapangan.
70
3.4.1 Data Pemilihan Material Pompa
71
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa untuk jenis fluida fresh water maka
berikut.
Material
Material classes
classes and
and abbreviations
abbreviations
Setelah dilakukan pemilihan material pada setiap part pompa sentrifugal berikut
72
Tabel 3.6 Material Properties of Pump Parts
kapasitas, head dan kecepatan putaran pada kondisi efisiensi maksimal. Kecepatan
spesifik ini merupakan perhitungan paling awal dalam melakukan perancangan pompa
penentuan jenis impeller, penentuan nilai efisiensi pompa dan sebagainya. Berikut
berikut.
𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑄 =
𝐻 3/4
H = 37 m
73
Sehingga, harga kecepatan spesifik kinematik (nsQ):
berikut.
𝛾 𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑃 = √ .
75 𝐻 3 /4
= 1000 kg/m3
H = 37 m
berikut.
𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑓 = 3 .
𝐻 3/4
H = 37 m
74
Sehingga, harga dimensionless shape number (nsf):
besarnya efisiensi overall pompa. Efisiensi overall pompa sentrifugal merupakan total
seluruh efisiensi yang terdiri dari efisiensi volumetrik, efisiensi hidrolik, dan efisiensi
spesifik kinematik (nsQ), Dimensionless shape number (nsf) dan kapasitas dalam
(Q) = 229,8 m3/jam = 63,83 l/s, maka diperoleh effisiensi overall pompa sentrifugal
75
3.7 Perhitungan Daya
Daya merupakan laju energi yang dihantarkan selama melakukan usaha dalam
periode waktu tertentu. Pada instalasi sistem perpompaan terdapat 3 jenis daya yaitu
Daya cairan adalah daya yang diterima cairan atau daya yang diberikan
impeller pada cairan, daya cairan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut.
𝑄. 𝐻. 𝛾
𝑃𝑤 = , 𝐇𝐏
75
H = 37 m
= 1000 kg/m3
Daya pompa adalah daya poros pompa atau daya yang diberikan pada impeller,
𝑃𝑤
𝑃𝑝 = , 𝐇𝐏
𝜂𝑜𝑝
Diketahui: Pw = 31,47 HP
𝜂𝑜𝑝 = 80 %
76
Sehingga didapatkan daya pompa (Psh):
31,47 HP
𝑃𝑝 = = 39,34 HP = 29,34 kW
80 %
Daya penggerak adalah daya poros penggerak yang diberikan pada poros
𝑃𝑝 (1 + 𝑎)
𝑃𝑚 = , 𝐇𝐏
𝜂𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠
Diketahui: Pp = 39,34 HP
39,34 HP (1 + 0,2)
𝑃𝑚 = = 47,21 HP = 35,21 kW
1,0
Net Positive Suction Head (NPSH) merupakan head netto pada suction flange
sisi masuk pompa sentirfugal, setelah head positif yang harus menyebabkan cairan
masuk kedalam pompa dikurangi semua head negatif termasuk tekanan penguapan
cairan yang menghalangi masuknya cairan tersebut. Pengaruh yang terbesar pada
NPSH required atau NPSH yang diperlukan merupakan head tekanan yang
77
berdasarkan rancang bangun dan tes yang dikeluarkan pabrik pembuat. Dapat dihitung
S = 1200
terdapat beberapa tahapan dalam perancangan. mulai dari menentukan jenis impeller,
dimensi rasio, menghitung jumlah sudu impeller, diameter poros, diameter impeller
dan perhitungan lainnya, hingga mendapat data yang lengkap untuk melukis impeller.
Dalam menentukan jenis impeller, dapat mengacu pada tabel yang ada pada
gambar 2.6. Dimana untuk menentukan jenis impeller dilakukan berdasarkan nilai
kecepatan spesifik yang telah dihitung. Selain mendapatkan jenis impeller, juga dapat
(nsQ) = 24,41, nilai kecepatan spesifik kinematik (nsP) = 89,14 dan nilai Dimensionless
78
shape number (nsf) = 73,24 maka jenis impeller yang sesuai dapat ditentukan
Didapatkan range dimensi rasio (d2/d0) = 3,5 s.d 2,0 dan dipilih tipe sudu
dan uniform;
79
dhub dsh
d0 d1 d2
puntir (kemudian setelah desain impeller selesai, maka dsh akan ditinjau kembali).
Secara umum untuk mengetahui diameter poros dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
3 𝑇
𝑑𝑠ℎ = √
0,2 . 𝜏𝑖𝑧𝑖𝑛
τizin = 18 N/mm2
n = 1450 rpm
80
T 𝑃𝑝 𝑃𝑝
= = (2 .
𝜔 𝜋 . 𝑛)/60
T 29,34 kW
= (2 . 𝜋 . 1450 rpm)/60
T = 193,323 N.m
3 193,323 N. mm
𝑑𝑠ℎ = √ = 37,73 mm ≈ 38 mm
0,2 . 18 N/mm2
persamaan berikut.
𝑑ℎ𝑢𝑏 = 1,39 x 38 mm
𝑑ℎ𝑢𝑏 = 53 mm
𝑑 ′ ℎ𝑢𝑏 = 1,5 x 38 mm
𝑑′ℎ𝑢𝑏 = 57 mm
81
3.9.4 Menghitung Kapasitas Teoritis
pompa sentrifugal.
96,19% (interpolasi). Untuk nilai yang lebih rinci, dapat ditentukan dengan
𝑛√𝑄
𝑛𝑠𝑄 =
𝐻 3/4
H = 37 m = 121,397 ft
82
Gambar 3.8 Grafik Penentuan Efisiensi Volumetris11:58)
Berdasarkan grafik pada gambar 3.8 tersebut, dengan Q = 1.011,78 gpm dan
adalah:
persamaan berikut.
𝑄
𝑄′ = , 𝐦𝟑 /𝐬
𝜂𝑣
ηv = 96 %
′
229,8 m3 /jam
𝑄 = = 239,375 m3 /jam = 0,066 m3 /s
96 %
83
3.9.5 Menghitung Kecepatan Cairan Radial Area Sudu (Cm)
Kecepatan cairan radial area sudu merupakan nilai besaran kecepatan aliran
yang melalui impeller secara radial. Untuk mengetahui besarnya nilai kecepatan cairan
𝐶𝑚1 = 𝑘𝑐𝑚1 . √2 . 𝑔 . 𝐻
Dan untuk menentukan kecepatan cairan radial keluar area sudu menggunakan
persamaan berikut.
𝐶𝑚2 = 𝑘𝑐𝑚2 . √2 . 𝑔 . 𝐻
Dengan menggunakan nilai faktor kecepatan radial area sudu (kcm), nilai
(nsP) = 89,14 dan nilai dimensionless shape number (nsf) = 73,24. Maka untuk
mengetahui nilai faktor kecepatan radial area sudu (kcm) dapat ditentukan
Gambar 3.9 Grafik Koefisien Kecepatan Radial Area Sudu (kcm) 9:134)
84
Sehingga, nilai faktor kecepatan radial area sudu (kcm) masing–masing yaitu:
𝑘𝑐𝑚1 = 0,15
𝑘𝑐𝑚2 = 0,11
Dengan besar head (H) = 37 m, maka kecepatan cairan radial area sudu (cm):
Untuk mengetahui nilai kecepatan cairan masuk impeller (c0) untuk pompa
berikut.
Untuk mengetahui ukuran diameter masuk impeller (d0) dapat dihitung dengan
4 . 𝐴′0
𝑑0 = √
𝜋
𝑄 ′ 0,066 m3 /s
Dimana, 𝐴0 = = = 0,01634 m2
𝑐0 4,04 m/s
2
𝜋 . 𝑑ℎ𝑢𝑏 𝜋 . (53 mm)2
𝐴ℎ𝑢𝑏 = = = 2205 mm2 = 0,002205 m2
4 4
85
Sehingga, didapatkan diameter masuk (d0) sebesar:
4 . (0,0185 m2 )
𝑑0 = √ = 0,154 mm = 154 mm
𝜋
Nilai kecepatan tangensial impeller bagian dalam (u1) dipengaruhi oleh besar
diameter impeller bagian dalam (d1). Agar aliran fluida masuk impeller terhindar dari
turbulensi, maka besar diameter impeller bagian dalam (d1) dibuat sama dengan
𝑑1 = 𝑑0 = 0,154 m
Sehingga nilai kecepatan tangensial pada diameter impeller bagian dalam (u1)
dihitung dengan menggunakan turunan dari persamaan head teoritis yang ditunjukkan
𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 2 𝐻
𝑢2 = + √( ) + 𝑔 . . (1 + 𝐶𝑝 )
2 . tan 𝛽2 2 . tan 𝛽2 𝜂ℎ
𝛽2 = 15o s. d. 35o
86
𝛽2 = 30o
𝐻 = 37 m
(1 + 𝐶𝑝 ) = 1,317 (Asumsi)
𝑢2 = 26,05 m/s
Jika nilai kecepatan tangensial pada diameter impeller bagian luar (u2) adalah
sebesar 26,05 m/s, maka penggunaan meterial impeller dapat menggunakan material
Dengan mengacu pada API Standard 610 dan Torishima Pump Hand Book,
sebagaimana yang telah dibahas pada sub bab pemilihan material pompa. Maka
material untuk impeller yang cocok untuk fluida fresh water yaitu menggunakan
bronze. Oleh karena itu, dalam perancangan impeller ini akan dilakukan upgrade
material dari yang semula cast iron - FC200, menjadi aluminium bronze - UNS
C95200. Material UNS C95200 ini memiliki kelebihan yaitu high wear resistance,
60 . 𝑢2
𝑑2 =
𝜋. 𝑛
87
Diketahui: 𝑢2 = 26,05 m/s
𝑛 = 1450 rpm
60 . 26,05 m/s
𝑑2 = = 0,343 m = 343 mm
𝜋 . 1450 rpm
Setelah diketahui nilai diameter impeller bagian luar (d2) dan diameter masuk
𝑑2 343 mm
= = 2,23
𝑑0 154 mm
Jadi, dimensi rasio sebesar 2,23 masih masuk dalam range, karena berdasarkan
tabel pada gambar 3.7, dimana dengan kecepatan spesifik dinamik (nsQ) = 24,41,
Dalam
Dimana nilai kecepatan tangensial impeller bagian dalam (u1) = 11,67 m/s,
dan nilai kecepatan cairan radial area sudu (cm1) = 4,04 m/s. Jika
88
d1 = 154 mm
berikut:
cm1
α1 β1
wu1 = u1
Maka nilai kecepatan relatif pada impeller bagian dalam (w1) dan besar
𝑐𝑚1
𝛽1 = tan−1 ( )
𝑢1
𝑢1 = 11,67 m/s
4,04 m/s
𝛽1 = tan−1 ( ) = 19o
11,67 m/s
89
B. Menghitung Nilai Kecepatan Relatif pada Impeller bagian Dalam
(w1)
𝑐𝑚1
sin 𝛽1 =
𝑤1
𝑐𝑚1
𝑤1 =
sin 𝛽1
𝛽1 = 19o
4,04 m/s
𝑤1 = = 12,41 m/s
sin 19o
Luar
Dimana nilai kecepatan tangensial impeller bagian luar (u2) = 26,05 m/s,
dan nilai kecepatan cairan radial area sudu (cm2) = 2,96 m/s, kemudian
untuk nilai sudut β2, dengan range 15o – 35o diambil 30o . Maka segitiga
d2 = 343 mm
berikut:
90
Gambar 3.13 Proyeksi Segitiga Kecepatan pada Sisi Luar Impeller
Maka vector dari kecepatan absolut dan kecepatan relatif terhadap arah
kecepatan tangensial pada impeller bagian luar (Cu2 & Wu2), kemudian
kecepatan absolut dan kecepatan ralatif pada impeller bagian luar (c2 &
berikut.
𝑐𝑚2
𝑤 𝑢2 =
tan 𝛽2
𝛽2 = 30o
2,96 m/s
𝑤 𝑢2 = = 5,13 m/s
tan 30o
𝑢2 = 𝑤𝑢2 + 𝑐𝑢2
91
𝑐𝑢2 = 𝑢2 − 𝑤𝑢2
𝑐𝑚2
𝛼2 = tan−1 ( )
𝑐𝑢2
2,96 m/s
𝛼2 = tan−1 ( ) = 8o
20,92 m/s
𝛼2 = 8o
2,96 m/s
𝑐2 = = 21,27 m/s
sin 8o
92
E. Menghitung Nilai Kecepatan Relatif pada Impeller Bagian Luar (w2)
𝑐𝑚2
sin 𝛽2 =
𝑤2
𝑐𝑚2
𝑤2 =
sin𝛽2
𝛽2 = 30o
2,96 m/s
𝑤2 = = 5,92 m/s
sin 30o
Untuk mengetahui jumlah sudu (z) pada impeller dapat diketahui dengan
menggunakan grafik pada gambar 3.14 dan dapat dihitung menggunakan persamaan
2.32. Sebelum menentukan jumlah sudu impeller pada grafik dalam gambar 3.14, perlu
diketahui terlebih dahulu sudut sudu jalan yang dihitung dengan persamaan berikut.
93
Berdasarkan gambar 3.14, dengan sudut sudu jalan (β1 + β2) = 49o dan dimensi
𝑑2 + 𝑑1 𝛽1 + 𝛽2
𝑧 = 6,5 . . sin ( )
𝑑2 − 𝑑1 2
Diketahui: 𝑑1 = 154 mm
𝑑2 = 343 mm
𝛽1 = 19o
𝛽2 = 30o
𝑧 = 7,09 ≈ 7 buah
Untuk mengetahui jarak antar sudu impeller sisi masuk dan sisi keluar dapat
𝜋 . 𝑑1
𝑡1 =
𝑧
Diketahui: 𝑑1 = 154 mm
𝑧 = 7 buah
94
Sehingga, jarak antar sudu impeller sisi masuk:
𝜋 . 154 mm
𝑡1 = = 69 mm
7 buah
𝜋 . 𝑑2
𝑡2 =
𝑧
Diketahui: 𝑑2 = 343 mm
𝑧 = 7 buah
𝜋 . 343 mm
𝑡2 = = 154 mm
7 buah
Untuk menghitung perpotongan tebal sudu sisi masuk dan sisi keluar impeller
𝛽1 = 19o
6 mm
𝑠𝑢1 = = 18 mm
sin 19o
95
2. Menghitung Perpotongan Tebal Sudu Sisi Keluar Impeller
𝑠2
𝑠𝑢2 =
sin 𝛽2
𝛽2 = 30o
6 mm
𝑠𝑢2 = = 12 mm
sin 30o
Untuk menghitung nilai faktor penyempitan sisi masuk dan sisi keluar impeller
𝑡1
𝜑1 =
𝑡1 − 𝑠𝑢1
Diketahui: 𝑡1 = 69 mm
𝑠𝑢1 = 18 mm
69 mm
𝜑1 = = 1,35
69 mm − 18 mm
𝑡2
𝜑2 =
𝑡2 − 𝑠𝑢2
Diketahui: 𝑡2 = 154 mm
𝑠𝑢2 = 12 mm
96
Sehingga, faktor penyempitan sisi keluar impeller:
154 mm
𝜑2 = = 1,08
154 mm − 12 mm
Untuk menghitung lebar laluan sisi masuk dan sisi keluar impeller dapat
𝑄′
𝑏1 = 𝜑1 .
𝜋 . 𝑑1 . 𝑐𝑚1
Diketahui: 𝜑1 = 1,35
𝑄′ = 0,066 m3 /s
𝑑1 = 0,154 m
0,066 m3 /s
𝑏1 = 1,35 . = 0,046 = 46 mm
𝜋 . 0,154 m . 4,04 m/s
𝑄′
𝑏2 = 𝜑2 .
𝜋 . 𝑑2 . 𝑐𝑚2
Diketahui: 𝜑2 = 1,08
𝑄′ = 0,066 m3 /s
𝑑2 = 0,343 m
97
Sehingga, lebar laluan sisi keluar impeller:
0,066 m3 /s
𝑏2 = 1,08 . = 0,022 m = 22 mm
𝜋 . 0,343 m . 2,96 m/s
Head yang dibangkitkan oleh impeller perlu untuk ditinjau kembali agar dapat
diketahui apakah impeller yang dirancang telah memenuhi head yang diinginkan atau
tidak. Head aktual dapat dihitung dengan pendekatan persamaan head toritis, yang
1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (𝑢2 . 𝑐𝑢2 − 𝑢1 . 𝑐𝑢1 )
𝑔
𝑢2 = 26,05 m/s
𝑐𝑢1 = 0 m/s
Sehingga,
1
𝐻𝑡ℎ∞ = . (26,05 m/s . 20,92 m/s − 11,69 m/s . 0 m/s )
9,81 m/s 2
𝐻𝑡ℎ∞ = 55,55 m
Head yang dibangkitkan impeller secara teoritis dari persamaan Euler seperti
perhitungan diatas masih belum mempertimbangkan pengaruh dari jumlah sudu dan
kerugian head pada impeller. Oleh karena itu, pengaruh jumlah sudu terhadap head
𝐻𝑡ℎ∞
𝐻𝑡ℎ =
(1 + 𝐶𝑝 )
98
Setelah diameter impeller bagian luar (d2) dan jumlah sudu telah diketahui,
r22
𝐶𝑝 = Ψ .
𝑧 . 𝑀𝑠𝑡
Dimana: 𝛹 = (0,55 s. d. 0,68) + 0,6 . sin 𝛽2 = (0,6) + 0,6 . sin 30o = 0,9
𝑟2 𝑑2 0,343 m
= = = 0,172 m
2 2
𝑟1 𝑑1 0,154 m
= = = 0,077 m
2 2
𝑧 = 7 buah
(0,172 m)2
𝐶𝑝 = 0,9 . = 0,317
7 . 0,012 m2
𝐻𝑡ℎ∞ 55,55 m
𝐻𝑡ℎ = = = 42,18 m
(1 + 𝐶𝑝 ) (1,317)
Kemudian setelah diketahui head teoritis karena adanya pengaruh jumlah sudu,
maka head aktual dapat dihitung dengan mempertimbangkan faktor kerugian hidrolik,
𝐻 = 𝐻𝑡ℎ . 𝜂ℎ
99
Diketahui: 𝐻𝑡ℎ = 42,18 m
𝐻 = 42,18 m . 87,71 % = 37 m
method sesuai tahapan pada sub bab 2.10.17. Sehingga didapatkan gambaran impeller
d2 = 343 mm
β2
d1 = 154 mm
Gambar 3.15 Hasil Lukisan Sudu Impeller Menggunakan Single Arc Method
100
3.9.19 Menghitung Berat Impeller
persamaan berikut:
101
Gambar 3.16 Mass Properties of Impeller from Solidworks
102
Jika dilihat pada kalkulasi berat impeller menggunakan aplikasi Autodesk
yang Lama
perancangan yang dapat dilakukan perbandingan dengan impeller pabrikan yang lama,
103
Tabel 3.7 Perbandingan Impeller Hasil Desain dan Pabrikan
2 Head 37 m 37 m
3 Speed 1450 rpm 1450 rpm
4 Fluida Fresh Water
5 Temperature Ambient
6 Density 1000 kg/m3 1000 kg/m3
8 Driver Power 37 kW 35,21 kW
Impeller
9 Material FC200 UNS C95200
10 Jumlah Sudu 6 buah 7 buah
11 Tebal sudu 6 mm 6 mm
12 Diameter Shaft (dsh) 38 mm 38 mm
13 Diameter Depan Hub (dhub) 53,5 mm 53 mm
14 Diameter Belakang Hub (d’hub) 57,2 mm 57 mm
15 Diameter Masuk Impeller (d0) 152,7 154 mm
16 Diameter Impeller Bagian Dalam (d1) 152,7 154 mm
17 Diameter Impeller Bagian Luar (d2) 343,2 343 mm
18 Lebar Laluan Sisi Masuk Impeller (b1) (N/A) 46 mm
19 Lebar Laluan Sisi Keluar Impeller (b2) 22,50 22 mm
menjadi 2, yaitu gaya radial dan gaya aksial. Berikut perhitungan gaya radial dan gaya
Dalam menghitung gaya radial yang terjadi pada impeller, dilakukan asumsi
dimana pompa mengalami dua kondisi gaya radial, yaitu pada kondisi ketika pompa
memberikan kapasitas pada saat efisiensi terbaik (Q at BEP) yaitu (Q/Qn=1) dan kodisi
ketika pompa tidak memberikan kapasitas (Q/Qn=0). Asumsi tersebut bertujuan untuk
104
mengetahui besarnya gaya radial yang terjadi pada masing-masing kondisi, yang mana
besarnya gaya radial sangat memengaruhi defleksi poros yang terjadi dan
Dalam menghitung gaya radial, perlu diketahui dahulu nilai radial thrust
𝐾𝑟 (𝑄/𝑄𝑛=0) = 0,19
𝐾𝑟 (𝑄/𝑄𝑛−1) = 0,01
besar gaya radial yang terjadi. Dimana gaya radial yang terjadi pada impeller dapat
𝐹𝑟 = 𝑘 . 𝑘𝑟 . 𝑆𝐺 . 𝐻 . 𝑑2 . 𝑏2
Diketahui: 𝑘 = 0,433
𝑘𝑟(𝑄/𝑄𝑛−0) = 0,19
105
𝑘𝑟(𝑄/𝑄𝑛−1) = 0,01
𝑆𝐺 = 1,0
𝐻 = 37 m = 121,4 ft
𝐹𝑟 = 116,35 lb = 52,77 kg
𝐹𝑟 = 6,12 lb = 2,78 kg
terjadi karena adanya perbedaan luas tekanan antara sisi suction dan sisi discharge.
106
b2
b1 PT
P0 C0
Dimana besar perbedaan tekanan yang terjadi pada impeller dapat dihitung
3 𝑢22 − 𝑢12
𝑃𝑇 − 𝑃0 = . .𝛾
4 2 .𝑔
𝑢2 = 26,05 m/s
𝑔 = 9,81 m/s2
𝛾 = 1000 kg/m3
107
𝑃𝑇 − 𝑃0 = 20.716,61 kg/m2
Setelah didapatkan besar nilai dari perbedaan tekanan yang terjadi pada
impeller, maka gaya aksial dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
𝜋 2
𝐹𝑎 = (𝑃𝑇 − 𝑃0 ) . . (𝑑02 − 𝑑ℎ𝑢𝑏 )
4
𝑑0 = 154 mm = 0,154 m
𝑑ℎ𝑢𝑏 = 53 mm = 0,053 m
𝐹𝑎 = 340 kg
Karena fluida yang masuk impeller mempunyai nilai kecepatan masuk (co),
maka besar gaya momentum yang masuk impeller dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.
𝑤
𝐹𝑚 = .𝑐
𝑔 0
𝑔 = 9,81 m/s 2
𝑐0 = 4,04 m/s
63,8 kg/s
𝐹𝑚 = . 4,04 m/s = 26,27 kg
9,81 m/s 2
Dari kedua gaya aksial yang berbeda arahnya tersebut, dapat dihitung resultan
𝐹𝑎𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛 = 𝐹𝑎 − 𝐹𝑚
108
𝐹𝑎𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛 = 340 kg − 26,27 kg
mengubah energi kecepatan menjadi energi potensial. Dalam perancangan ini, volute
perhitungan sudut penampang area dan jari-jari volute, dimana dapat dihitung dengan
𝑟3 = (1,02 s. d. 1,05). 𝑟2
109
Dimana: 𝑟2 = Jari − jari 𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 bagian luar
𝑟2 𝑑2 343 mm
= = = 171,5
2 2
𝑏3 = 𝑏2 + (0,025 . 𝑟2 )
3. Nilai Konstanta ku
𝑘𝑢 = 𝑐𝑢3 . 𝑟3
4. Jari-Jari Volute
𝑟𝑣𝑜𝑙 = 2𝜌 + 𝑟3
110
Dimana:
φ𝑜 𝜑o
𝜌 = + √2 . . 𝑟3
𝑥 𝑥
𝑥 720
= . 𝑘𝑢 . 𝜋
Qs
𝑥 720
= . 2,78 m2 /s . π
0,0638 m3 /s
𝑥 = 98511,4 /m
𝑥 = 98,51 /mm
seperti berikut.
Cross 𝜑𝑜
𝜑° 𝜑𝑜 𝜑𝑜
Section 𝜑° 2. 2. . 𝑟3 √2 . . 𝑟3 𝜌 𝜌 + 𝑟3 2𝜌 + 𝑟3
𝜒 𝑥 𝑥 𝑥
No
7
1 2 3 4 5 6 8 9
3+6
I 10 0,10 0,20 35,70 5,97 6,08 181,07 187
II 45 0,46 0,91 159,95 12,65 13,11 188,10 201
III 90 0,91 1,83 319,90 17,89 18,80 193,80 213
IV 135 1,37 2,74 479,50 21,90 23,27 198,27 222
V 180 1,83 3,65 639,45 25,29 27,12 202,11 229
VI 225 2,28 4,56 799,40 28,28 30,56 205,56 236
VII 270 2,74 5,48 959,35 30,98 33,72 208,71 242
VIII 315 3,19 6,39 1.119,30 33,46 36,66 211,65 248
IX 360 3,65 7,31 1.278,90 35,77 39,42 214,41 254
111
Sehingga volute dapat digambarkan sebagai berikut.
persamaan berikut:
Setelah dilakukan desain volute chamber secara tiga dimensi pada aplikasi
112
Berat 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 (𝑊𝑣𝑜𝑙 ) = 7430063,54 mm3 x 0,0075 gr/mm3
Setelah dilakukan desain volute chamber secara tiga dimensi pada aplikasi
113
A48 Class No. 40 yang memiliki mechanical properties density = 0,0075
114
3.13 Perancangan Poros Pompa Sentrifugal
kembali diameter poros impeller terhadap beban puntir akibat meneruskan daya dari
motor listrik yang berupa gerak berputar. Dan juga ditinjau dari beban lentur akibat
beban yang ditumpu yaitu beban dari berat impeller, berat coupling dan berat
mechanical properties tegangan tarik (σb) = 1600 Mpa = 163,15 kg/mm2, (lampiran 8)
dan lentur yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut..
(1/3)
5,1 2
𝑑𝑠ℎ ≥( . √(𝐾𝑚 . 𝑀) + (𝐾𝑡 . 𝑇))
𝜏𝑎
1. Reaksi Momen
Nilai momen lentur yang diterima (M) dapat diilustrasikan seperti gambar
berikut.
115
LBB LBC
𝐿𝑠1 𝐿𝐵𝐵
𝑎=( + 𝐿𝑠2 + 𝐿𝑠3 ) −
2 2
𝐿𝐵𝐵 𝐿𝐵𝐶
𝑏= + 𝐿𝑠4 +
2 2
𝐿𝑠6 𝐿𝐵𝐶
𝐶 = (𝐿𝑠5 + )−
2 2
116
Dalam menentukan dimensi beberapa bagian dari poros, diasumsikan
mengikuti bentuk dan kontur poros yang telah ada sebelumnya. Hal ini
ini yaitu bearing housing pompa yang lama masih dapat digunakan
𝐿𝑠3 = 54 mm 𝑑𝑠3 = 65 mm
𝐿𝑠5 = 54 mm 𝑑𝑠5 = 65 mm
𝐿𝐵𝐵 = 33 mm
𝐿𝐵𝐶 = 33 mm
78 mm 33 mm
𝑎=( + 120 mm + 154 mm) − = 196,5 mm
2 2
33 mm 33 mm
𝑏= + 134 mm + = 167 mm
2 2
115 mm 33 mm
𝑐 = (54 mm + )− = 95 mm
2 2
𝑃5 = 𝑊𝑐𝑜𝑢𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 = 3,41 kg
(berdasarkan tabel spesifikasi 𝑐𝑜𝑢𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔)
117
Setelah didapatkan panjang antar reaksi dan nilai P1 serta P5, maka reaksi
A. Reaksi A
𝑅𝐵 = 0
𝑃1 (𝑎 + 𝑏) − (𝑃5 . 𝑐)
𝑅𝐴 =
𝑏
𝑅𝐴 = 28,82 kg
B. Reaksi B
𝑅𝐴 = 0
− (𝑃1 + 𝑎) − (𝑅𝐵 . 𝑏) + 𝑃5 (𝑏 . 𝑐) = 0
𝑃5 (𝑏 + 𝑐) − (𝑃1 . 𝑎)
𝑅𝐵 =
𝑏
𝑅𝐵 = −11,28 kg
118
A. Pada Batang AB
Dimana (0 ≤ 𝑥 < 𝑎)
𝑀𝑥 = 0
𝑀𝑥 − (𝑃1 . 𝑥) = 0
𝑀𝑥 = 𝑃1 . 𝑥
𝑥 = 0 mm → 𝑀𝑥 = 14,13 kg . 0 mm = 0 kg. mm
B. Pada Batang AC
Dimana (0 ≤ 𝑥 < 𝑏)
𝑀𝑥 = 0
𝑀𝑥 + (𝑅𝐴 . 𝑥) − 𝑃1 (𝑎 + 𝑥) = 0
119
𝑀𝑥 = 𝑃1 (𝑎 + 𝑥) − (𝑅𝐴 . 𝑥)
→ 𝑀𝑥 = 2776,55 kg. mm
C. Pada Batang AD
Dimana (0 ≤ 𝑥 < 𝑐)
𝑀𝑥 = 0
𝑀𝑥 + (𝑅𝐵 . 𝑥) + 𝑅𝐴 (𝑏 + 𝑥) − 𝑃1 (𝑎 + 𝑏 + 𝑥) = 0
𝑀𝑥 = 𝑃1 (𝑎 + 𝑏 + 𝑥) − 𝑅𝐴 (𝑏 + 𝑥) − (𝑅𝐵 . 𝑥)
−(−11,28 kg . 0 mm)
→ 𝑀𝑥 = 323,32 kg. mm
120
−28,82 kg (167 mm + 95 mm)
−(−11,28 kg . 95 mm)
→ 𝑀𝑥 = 0 kg. mm
𝑇 = 19.708,4 kg. mm
(1/3)
5,1 2
𝑑𝑠ℎ ≥( . √(1,5 . 2.776,55) + (1,5 . 19.708,4))
13,6
𝑑𝑠ℎ ≥ 11,61 mm
dan beban lentur yang diterima, dipilihlah diameter poros untuk lubang
121
3.13.2 Pemeriksaan Kekuatan Poros
pada poros bertingkat dapat dilihat faktor konsetrasi tegangan α dan faktor
konsetrasi tegangan β.
persamaan berikut.
𝑑𝑠 = Diameter poros = 38 mm
𝑟 0,5
= = 0,013
𝑑𝑠 38 mm
tegangan α = 3,0.
122
Gambar 3.29 Grafik Konsentrasi Tegangan α 17:9)
persamaan berikut.
𝑑𝑠 = Diameter poros = 38 mm
𝐷 − 𝑑 43 mm − 38 mm
𝑟= = = 2,5 mm
2 2
𝑟 2,5 mm
= = 0,07
𝑑𝑠 38 mm
𝐷 43 mm
= = 1,13
𝑑𝑠 38 mm
tegangan β = 1,32.
123
Gambar 3.30 Grafik Konsentrasi Tegangan β 17:11)
dimana tegangan α harus lebih besar faktor konsetrasi tegangan β (α > β).
𝛼>𝛽
Untuk poros yang mengalami beban puntir dan beban lentur, tegangan
(1/3)
5,1 2
𝜏𝑚𝑎𝑘𝑠 =( . √(𝐾𝑚 . 𝑀) + (𝐾𝑡 . 𝑇))
𝑑𝑠ℎ
124
Diketahui: 𝑑𝑠ℎ = 38 mm
𝑇 = 19.708,4 kg. mm
𝑀 = 2.776,55 kg. mm
(1/3)
5,1 2
𝜏𝑚𝑎𝑘𝑠 =( . √(1,5 . 2.776,55) + (1,5 . 19.708,4))
38 mm
persamaan berikut.
𝑇. 𝐿
𝜃 = 584 . 4
𝐺 . 𝑑𝑠ℎ
125
𝐺 = Modulus geser (baja)
𝑑𝑠ℎ = 38 mm
Harga defleksi puntiran poros (𝜃) = 0,4° masih berada di bawah range
batasan yang telah ditentukan yaitu maksimal 1o per satuan panjang (m)
𝐹 𝑎3 𝑏 3 − 𝑎3 𝑏 2 − 𝑐
𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = .( + + )
3𝐸 𝐼𝑎 𝐼𝑏 𝐼𝑐
126
Dimana: 𝐹 = 𝐹𝑟 + 𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 2,78 kg + 11,349 kg = 14,13 kg
𝜋 . 𝑑4
𝐼 = Momen inersia = , 𝐦𝐦
64
𝜋 . (38 mm)2
𝐼𝑎 = = 102.302 mm4
64
𝜋 . (43 mm)2
𝐼𝑏 = = 167.735 mm4
64
𝜋 . (77 mm)2
𝐼𝑐 = = 1.724.696 mm4
64
𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,01 mm
pada kondisi Q/Qn = 1 dengan besar gaya radial yang diberikan impeller
gaya radial yang diberikan impeller sebesar (Fr) = 52,77 kg, maka
127
Pada API 610 - Tenth Edition pada tabel 5 (Lampiran 10), minimum
dibatasi maksimal 0,25 mm. Maka defleksi lentur yang terjadi pada dua
persamaan berikut:
128
Gambar 3.32 Mass Properties of Shaft from Solidworks
Setelah dilakukan desain poros secara tiga dimensi pada aplikasi Autodesk
129
Jika dilihat pada kalkulasi berat poros menggunakan aplikasi Autodesk
Pasak merupakan salah satu komponen dari pompa sentrifugal yang mana
fungsinya adalah untuk mengunci sambungan poros dengan bagian yang berputar
dengan poros. Dalam perancangan pasak pompa sentrifugal ini, digunakan jenis pasak
terbenam yang mempunyai bentuk penampang segi empat dengan arah memanjang.
Untuk material pasak yang digunakan yaitu carbon steel – ASTM A276-98B 420 yang
130
memiliki nilai tegangan tarik (σb) = 650 Mpa (Lampiran 11), sehingga dapat dilakukan
Dimensi pasak ditentukan berdasarkan tabel dimensi standar pasak yang dapat
dilihat pada gambar 3.34, dimana dilakukan pendekatan dengan menghitung lebar
𝑑𝑠ℎ
𝑏= , 𝐦𝐦
4
Diketahui, 𝑑𝑠ℎ = 38 mm
38 mm
𝑏= = 9,5 mm ≈ 10 mm
4
131
Gambar 3.34 Tabel Dimensi Standar Pasak 17:10)
berikut:
132
3.14.3 Perhitungan Panjang Pasak
berada pada kisaran 22 s.d. 110 mm. Selanjutnya, panjang pasak perlu untuk ditinjau
𝑇
𝐹=
𝑑𝑠ℎ /2
𝑑𝑠ℎ = 38 mm
19.708,4 kg. mm
𝐹= = 1.037,28 kg
38 mm/2
133
Setelah dilakukan perhitungan terhadap besarnya gaya tangensial yang
terjadi pada permukaan poros, maka besar tegangan geser yang diizinkan
𝑠𝑓𝑘1 = 6
𝑠𝑓𝑘2 = 3
persamaan berikut.
𝐹
𝜏𝑘𝑎 ≥
𝑏. 𝑙
𝐹
𝑙 ≥
𝑏 . 𝜏𝑘𝑎
Diketahui: 𝐹 = 1.037,28kg
𝑏 = 10 mm
diizinkan yaitu:
1.037,28 kg
𝑙 ≥
10 mm . 3,68 kg/mm2
𝑙 ≥ 28,19 mm
134
B. Ditinjau Terhadap Tekanan Permukaan
beban puntir, maka tekanan permukaan pada pasak dibatasi supaya tidak
merusak alur pasak pada poros. Dimana batas tekanan permukaan pasak
𝐹
𝑃𝑎 ≥
𝑙. 𝑡
𝐹
𝑙 ≥
𝑃𝑎 . (𝑡1 atau 𝑡2 )
Diketahui: 𝐹 = 1.037,28 kg
𝑡1 = 5 mm
𝑡2 = 3,3 mm
𝑃𝑎 = 8 kg/mm2
diizinkan yaitu:
1.037,28 kg
𝑙(𝑡1 ) ≥
8 kg/mm2 . 5 mm
𝑙(𝑡1 ) ≥ 25,93 mm
1.037,28 kg
𝑙(𝑡2 ) ≥
8 kg/mm2 . 3,3 mm
𝑙(𝑡2 ) ≥ 39,29 mm
135
Kemudian setelah diketahui hasil perhitungan panjang pasak terhadap
28,19 mm), maka dengan mengacu pada tabel dimensi standar pasak yang
dapat dilihat tabel pada gambar 3.34 maka ditentukanlah panjang pasak
pengecekan. Dimana lebar pasak sebaiknya berada diantara 25% s.d. 35%
dari diameter poros, dan panjang pasak (l) sebaiknya berada diantara 75%
𝑏 10 mm
= = 26,3 %
𝑑𝑠ℎ 38 mm
𝑙 55 mm
= = 144,7 %
𝑑𝑠ℎ 38 mm
persamaan berikut:
136
0.000442832 m3. Dengan penggunaan material carbon steel – ASTM
137
2. Menghitung Berat Pasak dengan Autodesk Inventor 2021
Setelah dilakukan desain pasak secara tiga dimensi pada aplikasi Autodesk
138
Gambar 3.37 Mass Properties of Key from Autodesk Inventor
Coupling merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi sebagai alat yang
mentransmisikan daya antara dua poros yang berputar. Dalam penentuan coupling
berikut.
𝑃𝑚 . 1000 . 𝑠𝑓
𝑅=
𝑛
139
Diketahui: 𝑃𝑚 = 47,21 HP = 35,21 kW
𝑛 = 1450 rpm
Item Specification
Type Diapharagm coupling
Coupling number MHSO-0030
Coupling rating 30 kW/1000 rpm
Max. speed 14.000 rpm
DBSE 35,7 mm
Weight Hub 3,41 kg
Bearing memiliki peranan yang cukup penting pada sistem mekanika karena
bearing berfungsi untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa
mengalami gesekan yang berlebihan, sehingga putaran atau gerakan dapat berlangsung
secara halus, aman dan dapat berumur panjang. Beban statis dan beban dinamis harus
140
Dalam melakukan perancangan pompa sentrifugal, digunakan referensi
penentuan bearing yang mengacu pada SKF Bearing Catalogue. Jenis bearing dipilih
berdasarkan kemampuan untuk menahan beban radial dan beban aksial yang terjadi.
Bearing pada pompa sentrifugal akan menerima beban aksial dan beban radial
dari impeller. Setelah diketahui dimensi poros, maka poros akan memiliki beban
Yang pada perhitungan yang sebelumnya, telah diketahui bahwa impeller akan
menerima gaya aksial sebesar (Fa) = 312,68 kg dan gaya radial (Fr) = 2,78 kg.
beban:
141
a = Jarak titk beban P1 dengan tumpuan bearing B = 196, 5 mm
𝜋 2
𝑃1 = 𝐹𝑟 + 𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 + ( . 𝑑𝑠1 . 𝐿𝑠1 . 𝜌𝑠ℎ )
4
Diketahui: 𝐹𝑟 = 2,78 kg
𝑊𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 = 11,349 kg
𝑑𝑠1 = 38 mm = 0,038 m
𝐿𝑠1 = 78 mm = 0,078 m
Sehingga,
𝜋
𝑃1 = 2,78 + 11,349 kg + ( . (0,038 m)2 . 0,078 m . 7.800 kg/m2 )
4
𝑃1 = 14,82 kg
𝜋 2
𝑃2 = . 𝑑𝑠4 . 𝐿𝑠4 . 𝜌𝑠ℎ
4
142
𝜌𝑠ℎ = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 poros = 7.800 kg/m3
Sehingga,
𝜋
𝑃2 = + ( . (0,077 m)2 . 0,134 m . 7.800 kg/m2 )
4
𝑃2 = 4,86 kg
𝜋 2
𝑃3 = 𝑊𝑐𝑜𝑢𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 + ( . 𝑑𝑠6 . 𝐿𝑠6 . 𝜌𝑠ℎ )
4
𝑑𝑠6 = 42 mm = 0,042 m
Sehingga,
𝜋
𝑃1 = 3,41 kg + ( . (0,042 m)2 . 0,115 m . 7.800 kg/m2 )
4
𝑃1 = 4,65 kg
persamaan berikut.
𝐶𝑦 = 0
143
[14,82 . (196,5 + 167)] + [4,86 . 83,5] − [4,65 . 95]
𝐵𝑦 =
167
𝐵𝑦 = 32,04 kg (↑)
𝐵𝑦 = 0
𝐶𝑦 = −7,71 kg (↓)
dengan coupling. Arah beban merupakan faktor utama dalam pemilihan jenis bearing,
dimana beban pada sebuah bearing merupakan kombinasi dari beban radial maupun
beban aksial.
144
Gambar 3.39 Direction of Load yang Terjadi pada Bearing 14:78)
Dengan mengacu pada gambar 3.39, serta pertimbangan beban yang terjadi
menggunakan jenis bearing yang sama yaitu single row deep groove ball bearing,
Item Specification
Manufacturer SKF
Type Single row deep groove ball bearing
Serial number 6313-2RS1
Shaft diameter (dsh) 65 mm
Rating beban statis (C0) 60 kN
Rating beban dinamis (C) 97,5 kN
Calculation factors (f0) 13,2
145
Gambar 3.40 Single Row Deep Groove Ball Bearing 14:284)
Nilai beban dinamis equivalent (P) untuk deep groove ball bearing dapat
𝐹𝑎/𝐹𝑟 ≤ 𝑒 → 𝑃 = 𝐹𝑟
𝐹𝑎/𝐹𝑟 > 𝑒 → 𝑃 = 𝑋 . 𝐹𝑟 + 𝑌 . 𝐹𝑎
Dimana: 𝐹𝑎 = 3,08 kN
𝐹𝑎/𝐹𝑟 = 9,58
𝐶𝑜 = 60 kN
𝑓0 = 13,2
𝑓0 . 𝐹𝑎/𝐶0 = 0,6776
146
Gambar 3.41 Tabel Calculation Factors for Deep Groove Ball Bearing 14:257)
𝑒 = 0,259
Sehingga:
𝐹𝑎/𝐹𝑟 > 𝑒
𝑃 = 𝑋 . 𝐹𝑟 + 𝑌 . 𝐹𝑎
Diketahui: 𝐹𝑎 = 3,08 kN
𝐹𝑟 = 0,3204 kN
𝑋 = 0,56
𝑌 = 1,71
147
Sehingga, didapatkan nilai beban dinamis equivalent (P):
Nilai basic life bearing (L10h) dari penggunaan deep groove ball bearing
𝐶 𝑝 106
𝐿1𝑜ℎ =( ) .
𝑝 60 . 𝑛
Diketahui: 𝐶 = 97,5 kN
𝑃 = 5,45 kN
𝑛 = 1450 rpm
97,5 kN 3 106
𝐿1𝑜ℎ =( ) . = 65.812 jam
5,45 kN 60 . 1450 rpm
pada kondisi Q/Qn = 1 dengan besar gaya radial yang diberikan impeller
(Fr) sebesar 2,78 kg, sehingga didapatkan L10h = 65.812 jam atau setara
life bearing pada kondisi Q/Qn = 0 dengan besar gaya radial yang
diberikan impeller (Fr) sebesar 52,77 kg, akan didapatkan L10h = 47.871
berdasarkan basic rating life bearing pada peralatan yang beoperasi secara
kontinyu selama 24 jam seperti pompa, Basic rating life bearing dibatasi
148
minimal 43.800 jam atau sekitar 5 tahun (kondisi maintenance free
Nilai beban statis equivalent (P0) untuk deep groove ball bearing dapat
𝑃0 = 0,6 . 𝐹𝑟 + 0,5 . 𝐹𝑎
𝑃0 < 𝐹𝑟 → 𝑃0 = 𝐹𝑟
Diketahui: 𝐹𝑎 = 3,08 kN
𝐹𝑟 = 0,3204 kN
𝑃0 = 2,008 kN
Nilai rating beban statis yang terjadi (C0) dapat ditentukan dengan
𝐶0
𝑆0 =
𝑃0
𝐶0 = 𝑆0 . 𝑃0
149
Diketahui: 𝑆0 = 1,5 (berdasarkan gambar 2.21)
𝑃0 = 2,008 kN
𝐶0 = 1,5 . 2,002 kN = 3 kN
Jika dilihat Pada perhitungan diatas nilai rating beban statis pada kondisi
Q/Qn = 1 dengan besar gaya radial yang diberikan impeller (Fr) = 2,78 kg
terhadap rating beban statis pada kondisi Q/Qn = 0 dengan besar gaya
radial yang diberkan impeller (Fr) = 52,77 kg, maka akan didapatkan C0 =
3,83 kN.
Nilai rating beban statis yang terjadi (C0) pada dua kondisi diatas, masih
berada dibawah dari spesifikasi rating beban statis bearing (C0) = 60 kN.
yang sesuai.
150
1. Menghitung Diameter Rata-Rata Bearing
berikut.
(𝐷 + 𝑑)
𝑑𝑚 =
2
(140 mm + 65 mm)
𝑑𝑚 = = 102,5 mm
2
151
Berdasarkan grafik pada gambar 3.42 dengan menghubungkan diameter rata-
rata (dm) = 102,5 mm pada putaran 1.450 rpm diperoleh nilai kekentalan oli pelumas
grafik pada gambar 3.43 dengan menghubungkan antara kekentalan 9,5 mm2/s dan
temperatur operasi ±90 oC, maka diperoleh jenis pelumas bearing yang sesuai yaitu
152
3.17.2 Pemilihan Grease
Untuk menentukan grease yang sesuai jenis bearing yang digunakan, dapat
dilakukan dengan menggunakan plaform SKF yang tersedia secara online di situs
www.skf.com/group/support/engineering-tools/lubeselect-for-skf-greases, dengan
memasukkan data-data jenis bearing dan kondisi operasi bearing yang digunakan.
153
Gambar 3.45 Grease yang Sesuai untuk Bearing 6313-2RS1 20:…)
tertentu, didapat rating grease yang tertinggi yaitu LGHP2 yang memiliki umur
(grease life) yang lebih lama yaitu 8.900 jam, sehingga memiliki interval untuk
relubrication yang lebih lama. Dari hasil pertimbangan tersebut, grease LGHP2 sesuai
Dalam banyak kasus, grease lebih banyak dipilih untuk pelumas bearing
daripada oil, dikarenakan pertimbangan efktifitas biaya yang lebih murah dan grease
lebih sederhana, karena grease lebih mudah ditahan dalam bearing dan housing,
sehingga tidak membutuhkan pengaturan seal yang rumit seperti pelumas oil. Kecuali
lain:
daripada oil;
154
3. Membersihkan atau menghilangkan bekas grease menjadi tidak praktis
155
IV. TINJAUAN EKONOMI
Dalam penyusunan skripsi ini dilakukan tinjauan ekonomi dengan tujuan untuk
yang telah dirancang layak untuk diteruskan atau tidak jika ditinjau dari segi
ekonominya.
kapasitas dan jenis pompa, kemudian harga yang didapat dikalikan dengan material
yang digunakan, dan tekanan pompa. Berikut merupakan harga pompa yang didapat
spesifikasi berikut:
Sehingga, didapatkan:
Kemudian, jika dikonversi ke rupiah dengan kurs rupiah saat ini (16 April
2021), adalah sebesar US$ 1 = Rp. 14.571 Maka didapatkan harga pompa dalam kurs
rupiah sebesar:
Dikarenakan grafik pada gambar 4.1 dikeluarkan pada Januari 2002, maka
untuk mengetahui harga pompa pada tahun 2021 perlu diketahui indeks inflasi harga
regresi linier dengan menggunakan grafik harga peralatan dari data tahun 2002 dengan
tingkat inflasi peralatan refinery yang diketahui, hasil regresi linier pada tahun 2021.
157
Gambar 4.2 Nelson-Farrar Cost Indexes for Pumps
Pada gambar 4.2 tersebut tidak menunjukkan nilai indeks pada tahun 2002
maupun 2021, maka untuk mengetahui nilai indeks pada tahun tersebut dapat dicari
1. Mencari Persamaan
𝑦 ′ = 𝑎 + 𝑏𝑥
2015 + 2016
𝑇𝑚 = Nilai tengah = = 2015,5
2
Tahun X Index
(Ti- xy (xy)2 x2 y2
(Ti) (y)
Tm)
2014 -1,5 2.271,9 -3.407,85 11.613.441,623 2,25 5.161.529,61
2015 -0,5 3.313,6 -1.156,80 1.338.186,240 0,25 5.352.744,96
2016 0,5 2.333,2 1.166,60 1.360.955,560 0,25 5.443.822,24
2017 1,5 2.365,3 3.547,95 12.587.949,203 2,25 5.594.644,09
Total 0,00 9.284 149,9 26.900.532,626 5 21.552.740,9
158
Berdasrkan nilai dari tabel di atas, maka dapat digunakan persamaan
𝑦 ′ = 2.321 + 29,98𝑥
𝑛 . ∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 . ∑𝑦
𝑟=
√𝑛 . ∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 . √𝑛 . ∑𝑦 2 − (∑𝑦)2
(4 . 149,9) − (0 . 9.284)
𝑟=
√(4 . 5) − 02 . √4 . 21.552.740,9 − 9.2842
159
4. Mencari Cost Index pada Tahun 2021
1962 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2021
Tahun
Gambar 4.3 Grafik Cost Index Pompa Sentrifugal Tahun 1962 s.d. 2021
Jika dilihat pada grafik diatas garis kontinyu merupakan interpretasi dari harga
pompa per lima tahun sejak tahun 1962 hingga tahun 2021. Sedangkan untuk garis
putus putus merupakan garis linear dari peningkatan harga pompa sejak tahun 1962
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2021
𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = 𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2002 .
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2002
160
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2002 = 1.916,27
2.485,89
𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = US$ 6.000 .
1.916,27
Dikarenakan motor listrik pada pompa yang lama juga telah mengalami
kerusakan, maka dalam skripsi ini akan dicantumkan juga untuk melakukan pengadaan
Dalam penentuan harga motor listrik nilainya didasarkan pada daya yang
ditransmisikan dan jenis motor listriknya. Berikut merupakan perhitungan harga motor
listrik.
161
Gambar 4.5 Grafik Penentuan Harga Motor Listrik (Januari 2002) 13:520)
Mengacu pada grafik di atas, dimana dibutuhkan motor listrik dengan spesifikasi
berikut:
Sehingga, didapatkan harga motor listrik sebesar US$ 2.800 = Rp. 40.798.800
Dikarenakan grafik pada gambar 4.5 dikeluarkan pada Januari 2002, maka dalam
menentukan harga motor listrik pada tahun 2021 perlu diketahui nilai indeks inflasi
Indeks inflasi nilainya dapat diketahui dengan cara regresi linier dengan
menggunakan grafik harga peralatan dari data tahun 2002 dengan tingkat inflasi
162
peralatan refinery yang diketahui, hasil regresi linier pada tahun 2021. Nilai indeks
Pada gambar di atas tidak menampilkan nilai indeks pada tahun 2002 maupun
2021, maka untuk mengetahui nilai indeks pada tahun tersebut dapat dicari
1. Mencari Persamaan
𝑦 ′ = 𝑎 + 𝑏𝑥
2014 + 2015
𝑇𝑚 = Nilai tengah = = 2014,5
2
163
Tabel 4.2 Regresi Linier Harga Motor Listrik
Tahun X Index
(Ti- xy (xy)2 x2 y2
(Ti) (y)
Tm)
2013 -1,5 516,7 -775,05 600702,503 2,25 266.978,89
2014 -0,5 515,8 -257,90 66.512,410 0,25 266.049,64
2015 0,5 515,5 257,75 66.435,063 0,25 265.740,25
2016 1,5 513,2 769,80 592.592,040 2,25 263.374,24
Total 0,0 2.061,2 -5,4 1.326.242,016 5,0 1.062.143,02
𝑦 ′ = 515,3 + (−1,08)𝑥
𝑛 .∑𝑥𝑦−∑𝑥 . ∑𝑦
𝑟=
√𝑛 . ∑𝑥 2 −(∑𝑥)2 . √𝑛 . ∑𝑦 2 −(∑𝑦)2
(4 . 2,1) − (0 . 2.061)
𝑟=
√(4 . 5) − 02 . √4 . 1.061.936,38 − 2.0612
Jadi, regresi ini bisa digunakan untuk menghitung nilai index karena nilai
164
3. Mencari Cost Index pada Tahun 2002
400
300
200
100
0
1962 1980 2013 2014 2015 2016 2021
Tahun
Harga Motor Listrik Sejak Tahun 1962
Gambar 4.7 Grafik Cost Index Motor Listrik Tahun 1962 s.d. 2021
Jika dilihat pada grafik diatas garis kontinyu merupakan interpretasi dari harga
motor listrik sejak tahun 1962 hingga tahun 2021. Sedangkan untuk garis putus putus
merupakan garis linear dari peningkatan harga pompa sejak tahun 1962 hingga tahun
2021.
165
Berdasarkan data-data tersebut, maka nilainya dapat digunakan untuk
menentukan harga motor listrik pada tahun 2021 dengan menggunakan persamaan
berikut.
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2021
𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = 𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2002 .
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑎𝑡 2002
528,8
𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑡 2021 = US$ 2.800 .
508,28
delivery (sampai tempat tujuan) harus disertakan juga. Nilainya adalah sekitar 10%
166
2. Biaya Pengiriman Motor Listrik
= Rp. 167.892.453,3
Jika dibandingkan dengan total cost overhoul pompa ETA-N 150 x 125- 400 di
part-part baru, mesin, FAT dan lain-lain), maka secara tinjauan ekonomi ini layak
untuk digunakan.
4.5 Keuntungan
167
Dengan mengacu pada ketetapan Kementerian ESDM tentang besaran tarif
listrik oleh PLN pada tahun 2021, dimana untuk konsumen industri skala menengah
yang termasuk golongan I-3/TM dikenakan biaya pemakaian Rp. 1.115/kWh. Maka
penggantian pompa dan motor listrik maka dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
Biaya investasi
𝑃𝑂𝑇 =
Profit/tahun
yang dikeluarkan dengan keuntungan yang didapat dari penggantian pompa dan motor
Rp. 167.892.453
𝑃𝑂𝑇 = = 9 tahun 6 bulan
Rp. 17.495.621, −/tahun
investasi kembali < 20 tahun (umur desain peralatan), sehingga investasi pompa
168
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
• Head : 37 m
• Temperatur : Ambient
2. Dimensi Impeller
• Tebal sudu : 6 mm
170
• Diameter Section No.6 : 236 mm
4. Dimensi Poros
171
5. Dimensi Pasak
• Lebar Pasak : 10 mm
• Tinggi Pasak : 8 mm
• Panjang Pasak : 55 mm
6. Spesifikasi Coupling
• Type : MHSO-0030
• DBSE : 35,7 mm
172
7. Spesifikasi Bearing dan Pelumasnya
• Manufacturer : SKF
bearing – 6313-2RS1
• Shaft Diameter : 65 mm
8. Tinjauan Ekonomi
5.2 Saran
173
3. Pada perancangan selanjutnya dapat dilakukan perancangan terhadap
4. Perkiraan harga pompa hasil perancangan belum pasti akurat 100%, untuk
kehandalannya
kehandalannya.
174
DAFTAR PUSTAKA
1. API Standart 610. 2010. “Centrifugal Pumps for Petroleum, Petrochemical and
Natural Gas Industries” tenth Edition, America
2. AZoM, 2001, “Stainless Steel - Grade 420 (UNS S42000)”
https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=972
3. Church, Austin H. 1993. Pompa dan Blower Sentrifugal. Terjemahan oleh:
Zulkifli Harahap. Jakarta: Erlangga.
4. Dietzel, Fritz. 1980. Turbin Pompa dan Kompresor. Cetakan ke-5. Jakarta:
Erlangga.
5. GPSA. 2004. Engineering Data Book. Twelfth Edition-FPS. USA: Gas Processors
Suppliers Association.
6. Igor J. Karassik. 1985.”Pump Hand Book” Second edition. Mc Graw-Hill :
Singapore.
7. Interlloy, ………., “420 Martensitic Stainless Steel Bar”
http://www.interlloy.com.au/our-products/stainless-steel/420-martensitic-
stainless-steel-bar/
8. JohnCrane. 2003. M Series Catalogue. JohnCrane Companies. Slough.
9. Lazarkiewicz, Stephen, dan Adam T. Troskolanski. 1965. Impeller Pump.
Translated by: David K. Rutter. London: Pergamon Press.
10. M. Khetagurof, 1968, Marine Auxiliary Machinery and System. Peace Publisher,
Moscow.
11. Mahardika, Muslim., dkk. 2018. Perancangan dan Manufaktur Pompa
Sentrifugal. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
12. Mott, Robert L., Joseph A. Untener. 2014. Applied Fluid Mechanic. Seventh
Edition. USA: Pearson.
13. Peters, Max S., dkk. 2003. Plant Design and Economics for Chemical Engineers.
Fifth Edition. USA: Mc Graw-Hill.
14. SKF. 2018. Rolling Bearing SKF Catalouge. Gothenburg: SKF Group.
15. SKF. 2021. 6313-2RS1 Deep Groove Ball Bearing. Gothenburg: SKF Group
16. Sularso, dan Haruo Tahara. 2000. Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakaian,
dan Pemeliharaan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
17. Sularso, dan Kiyokatsu Suga. 1978. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
18. Torishima. 2011. Torishima Pump Hand Book. Osaka: Torishima Pump MFG.
Co., Ltd.
19. Turton, R. K. 1994. Rotodynamic Pump Design. Cambridgeshire: Cambridge
University Press.
20. .........., ……….., “SKF LubeSelect for SKF Greases”
www.skf.com/group/support/engineering-tools/lubeselect-for-skf-greases
21. .........., 2020, “Hardened 420 Stainless Steel”
https://www.makeitfrom.com/material-properties/Hardened-420-Stainless-Steel
Lampiran 1: Nameplate Pompa Sentrifugal ETA-N 150 x 125-400
Lampiran 2: Kondisi Incoming Pompa Sentrifugal ETA-N 150 x 125-400
Lampiran 3: Materials Class Selection Guide by API Standard 610 1:124)
Lampiran 4: Material Classes for Pump Parts 1:127)
Lampiran 5: Material Specifications for Pump Parts 1:129)
Lampiran 5: (Lanjutan)
Lampiran 5: (Lanjutan)
Lampiran 5: (Lanjutan)
Lampiran 5: (Lanjutan)
Lampiran 6: Miscellaneous Material Specifications 1:134)
Lampiran 7: Construction Materials for Pumping Various Liquids 18:69)
Lampiran 7: (Lanjutan)
Lampiran 8: Tensile Strength of Grade 420 Stainless Steels at Tempering Temperature 2:2)
Lampiran 9: Mechanical Properties of Hardened 420 Stainless Steels 21:…..)
Lampiran 9: (Lanjutan)
Lampiran 10: Minimum Running Clearances 1:34)
Lampiran 11: Mechanical Properties of 420 Stainless Steels 7:…..)
Lampiran 11: (Lanjutan)
Lampiran 12: Description of MHSO Coupling 8:…..)
Lampiran 12: (Lanjutan)
Lampiran 13: Dimension of MHSO-0030 Coupling 8:…..)
Lampiran 13: (Lanjutan)
Lampiran 14: Technical Specification of 6313-2RS1 Deep Groove Ball Bearing 15:….)
Lampiran 14: (Lanjutan)
Lampiran 15: Tampilan Proses Input Data Kondisi Operasi dalam Pemilihan Grease
untuk Bearing 62213-2RS1 Deep Groove Ball Bearing 20:….)
Lampiran 16: SKF Bearing Grease Selection Chart 14:124)