Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Dengan Syok Hipovolemik


Dosen Pengampu: Ns. I Made Dwie Pradnya Susila, S.Kep., M.Kes

OLEH:

KELOMPOK 1
Putu Yudiarta C1118070
Ni Kadek Emawati C1118073
Putu Ari Ningsih C1118075
Ni Putu Anggie Juni Andari C1118096
Detty Tabuni C1117034
Kadek Desi Fajar Yanti C1116146

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sistim sirkulasi
dengan akibat ketidakcukupan pasokan oksigen dan substrat metabolic lain
ke jaringan serta kegagalan pembuangan sisa metabolisme. Hypovolemic
shock atau syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai berkurangnya
volume sirkulasi darah dibandingkan dengan kapasitas pembuluh darah
total. Hypovolemic shock merupakan syok yang disebabkan oleh
kehilangan cairan intravascular yang umumnya berupa darah atau plasma.
Kehilangan darah oleh luka yang terbuka merupakan salah satu penyebab
yang umum, namun kehilangan darah yang tidak terlihat dapat ditemukan
di abdominal, jaringan retroperitoneal, atau jaringan di sekitar retakan
tulang. Sedangkan kehilangan plasma protein dapat diasosiasikan dengan
penyakit seperti pankreasitis, peritonitis, luka bakar dan anafilaksis
(Ganesha & Putra, 2016)

B. EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya
menyebabkan terjadinya 5 juta kematian di seluruh dunia. Angka kematian
pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan angka
kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36%. 1 Dalam sebuah
penelitian yang dilaksanakan oleh Yamaguchi dan Hopper (1964), dari 10
kasus ada 3 kasus dimana pasien mengalami syok yang disebabkan oleh
komplikasi dari sindrom nefrotik. Di Indonesia sendiri, angka kematian
penderita hypovolemic shock akibat Demam Berdarah dengan ranjatan
(dengue shock syndrome) yang disertai dengan perdarahan yaitu berkisar
56 sampai 66 jiwa ditahun 2014 (Fitria, 2012).
C. ETIOLOGI
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat
berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi
akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan
perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan
dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar, muntah, dan diare
berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan
disebabkan oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga
dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai
trauma hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai
dengan luka ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama
(Danusantoso, 2016).

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika
kekurangan darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada
saat ini masih dapat dikompensasi oleh tubuh dengan meningkatkan
tahanan pembuluh dan frekuensi dan kontraktilitas otot jantung. Bila
perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasinya dan menimbulkan gejala-gejala klinis. Secara umum
syok hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan frekuensi jantung dan
nadi (takikardi), peningkatan RR, pengisian nadi yang lemah, tekanan
darah yang menurun, kulit dingin dengan turgor yang jelek, ujung-ujung
ektremitas yang dingin dan pengisian kapiler yang lambat. (Hardisman &
Iqbal Tafwid, 2013)

E. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan perjalanan klinis syok seiring dengan jumlah
kehilangan darah terlihat bahwa penurunan refiling kapiler, tekanan nadi
dan produksi urin lebih dulu terjadi dari pada penurunan tekanan darah
sistolik. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang seksama sangat penting
dilakukan. Pemeriksaan yang hanya berdasarkan perubahan tekanan darah
sitolik dan frekuensi nadi dapat meyebabkan kesalahan atau keterlambatan
diagnosoa dan penatalaksanaan (neglected cases).
Penurunan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi karena
adanya mekanisme kompensasi tubuh terhadap terjadinya hipovolemia.
Pada awal- awal terjadinya kehilangan darah, terjadi respon sistim saraf
simpatis yang mengakibatkan peningkatan kontraktilitas dan frekuensi
jantung. Dengan demikian pada tahap awal tekanan darah sistolik dapat
dipertahankan. Namun kompensasi yang terjadi tidak banyak pada
pembuuh perifer sehingga telah terjadi penurunan diastolik sehingga
secara bermakna akan terjadi penurunan tekanan nadi rata-rata.
Berdasarkan kemampuan respon tubuh terhadap kehilangan
volume sirkulasi tersebut maka secara klinis tahap syok hipovolemik dapat
dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu tahapan kompensasi, tahapan
dekompensasi dan tahapan irevesrsibel. Pada tahapan kompensasi,
mekanisme autoregulasi tubuh masih dapat mempertahankan fungsi
srikulasi dengan meningkatkan respon simpatis. Pada tahapan
dekompensasi, tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya
dengan baik untuk seluruh organ dan sistim organ. Pada tahapan ini
melalui mekanisme autoregulasi tubuh berupaya memberikan perfusi ke
jaringan organ-organ vital terutama otak dan terjadi penurunan aliran
darah ke ekstremitas. Akibatnya ujung-ujung jari lengan dan tungkai mulai
pucat dan terasa dingin. Selanjutnya pada tahapan ireversibel terjadi bila
kehilangan darah terus berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan organ
yang menetap dan tidak dapat diperbaiki. Kedaan klinis yang paling nyata
adalah terjadinya kerusakan sistim filtrasi ginjal yang disebut sebagai
gagal ginjal akut. (Hardisman, 2013)
Kehilangan cairan eksternal :
O2  CO2 
Trauma (Multiple Vehicle Trauma)
Pembedahan Perpindahan cairan internal:
Muntah-muntah Hemoragi internal
Luka bakar Hipoperfusi Alveoli
Diare
Diuresis Asites
F. PATHWAY (Danusantoso, 2016) Peritonitis
Diabetes Insipidus
Nafas Cepat

Ketidakefektifan
Ketidakefektifan pola
pola nafas
nafas
Tubuh kekurangan
oksigen dan darah

Hipovolemia
Defisien
Defisien Volume Metabolism Anaerob Iskemia Gastro
Cairan
Cairan
Cardiac Filling
Menghasilkan Energy Tingkat Rendah Ulserasi Akibat Stress Lambung
(Bersifat Asam)
Cardiac Output menurun
Risiko
Risiko Infeksi
Infeksi
TD menurun Sel Membengkak

Tonus Simpatik Membrane Sel Lebih


Permeable
Vasokonstriksi
Pembuluh Darah
Elektrolit dan Cairan
Mudah Merembes
Kulit
Perubahan
Perubahan Perfusi
Perfusi
Akral Dingin Jaringan
Jaringan Kematian Sel

Letargi Pelepasan ADH oleh


Kelenjar Pituitari
Koma
Ginjal Menahan Air
Lebih Banyak
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis syok
hipovolemik, biasanya dipakai hanya untuk mencari etiologi penyakit
yang mendasarinya, mengevaluasi beratnya hipoperfusi dan, disfungsi
organ, serta gangguan metabolik yang terjadi. Pemeriksaan awal yang bisa
dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap, elektrolit, analisis
gas darah, laktat, gula darah, urinalisis, dan pemeriksaan lain sesuai
kemungkinan etiologinya (Hardisman, 2013)

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-
tanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal.
Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada
kondisi satabil. Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut yang utama
terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang. Jika
ditemukan oleh petugas dokter atau petugas medis, maka penatalaksanaan
syok harus dilakukan secara komprehensif yang meliputi penatalaksanaan
sebelum dan di tempat pelayanan kesehatan atau rumah sakit.
Penatalaksanaan sebelum di tempat pelayanan kesehatan harus
memperhatikan prinsip-prinsip tahapan resusitasi. Selanjutnya bila kondisi
jantung, jalan nafas dan respirasi dapat dipertahankan, tindakan
selanjutnya adalah adalah menghentikan trauma penyebab perdarahan
yang terjadi dan mencegah perdarahan berlanjut. Menghentikan
perdarahan sumber perdarahan dan jika memungkinkan melakukan
resusitasi cairan secepat mungkin. Selanjutnya dibawa ke tempat pelayaan
kesehatan, dan yang perlu diperhatikan juga adalah teknik mobilisai dan
pemantauan selama perjalanan. Perlu juga diperhatikan posisi pasien yang
dapat membantu mencegah kondisi syok menjadi lebih buruk, misalnya
posisi pasien trauma agar tidak memperberat trauma dan perdarahan yang
terjadi, pada wanita hamil dimiringkan kea rah kiri agar kehamilannya
tidak menekan vena cava inferior yang dapat memperburuh fungsi
sirkulasi. Sedangkan saat ini posisi tredelenberg tidak dianjurkan lagi
karena justru dapat memperburuk fungsi ventilasi paru.
Pada pusat layanan kesehatan atau dapat dimulai sebelumnya harus
dilakukan pemasangan infus intravena. Cairan resusitasi yang digunakan
adalah cairan isotonik NaCl 0,9% atau ringer laktat. Pemberian awal
adalah dengan tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-
2liter pada orang dewasa. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan
dengan pemantauan tanda vital dan hemodinamiknya. Jika terdapat
perbaikan hemodinamik, maka pemberian kristaloid terus dilanjutnya
Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat perkiraan volume darah
yang hilang dalam waktu satu jam, karena distribusi cairan koloid lebih
cepat berpindah dari intravaskuler ke ruang intersisial. Jika tidak terjadi
perbaikan hemodinamik maka pilihannya adalah dengan pemberian
koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera.(Hardisman & Iqbal
Tafwid, 2013)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi nama, umur, no. RM, alamat, pekerjaan,
status perkawinan.
2. Keluhan utama biasanya meliputi tanda-tanda syok perdarahan
atau luka bakar atau diare tergantung dari etiologi syok
hipovolemik.
3. Riwayat penyakit sekarang yang meliputi kronologis dari
terjadinya syok hipovolemik.
4. Keadaan umum meliputi tanda-tanda vital seperti nadi meningkat
dari normal, tekanan darah menurun dibawah normal, pernapasan
meningkat diatas normal.
5. Pemeriksaan fisik
a. Airway biasanya jalan nafas bersih tapi perlu di kaji
Lebih mendalam apakah ada sumbatan jalan napas seperti
darah/sputum/cairan asing pada mulut atau hidung, apakah
ada batuk atau tidak.
b. Breathing pergerakan dada akan simetris, pola nafas
takipneu, suara nafas vesikuler, sesak tidak terkaji, adanya
retrasi otot nafas, dan suara paru disesuaikan apakah sonor
atau redup.
c. Circulation akral dingin, nadi irregular dan lemah, CRT >
3 detik, warna kulit sianosis, turgor lambat kembali, kulit
kering, membran mukosa lembab, peningkatan JVP,
perdarahannya dicatat berapa cc.
d. Disability meliputi kesadaran stupoor, refleks cahaya,
GCS, kejang, APGAR Score, Hemiparase, tetraplegi, nyeri
skala, luka.
e. Eliminasi & Obstetri ginekologi
f. Fahrenheit meliputi tanda-tanda vital badan akral dingin,
TD menurun, nadi meningkat, respirasi meningkat.
g. Gastrointestinal

B. Diagnosa keperawatan yang Muncul


1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru, suplai oksigen.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
darah ke jaringan, penurunan curah jantung.
3. Defisiensi volume cairan berhubungan dengan perdarahan massive,
mual dan muntah
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan infeksi nosokomial
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan
napas berhubungan
diharapkan pola nafas klien kemabli normal kedalaman. 2. Catat upaya pernafasan, contoh
dengan penurunan
ekspansi paru, suplai dengan kriteria hasil: adanya dyspnea penggunaan alat bantu nafas
oksigen.
1. Area paru bersih Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada
2. Bebas sianosis dan tanda atau gejala lain posisi duduk tinggi atau semi fowler
dari hipoksia bunyi nafas sama secara 3. Dorong pasien untuk berpartisipasi selama
bilateral nafas dalam gunakan alat bantu (meniup botol)
4. Auskultasi bunyi nafas, catat area yang
menurun/ tidak ada bunyi nafas dan adanya
bunyi tambahan

2 Perubahan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Awasi tanda vital, palpasi nadi perifer,
jaringan berhubungan
diharapkan klien dapat: perhatikan kekuatan dan kesamaan
dengan penurunan
suplai darah ke 1. Klien menunjukkan perfusi jaringan yang 2. Lalukan pengkajian neurovaskuler periodic
jaringan, penurunan
adekuat 3. Berikan tekanan langsung pada sisi
curah jantung.
2. Nadi dapat teraba perdarahan
3. Kulit hangat dan kering 4. Kaji aliran kapiler, warna kulit dan
kehangatan

3 Defisiensi volume Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1. Kaji status volume cairan (TD, FJ, FP,
cairan berhubungan diharapkan menunjukkan perbaikan suhu, bunyi jantung) setiap 1 jam
dengan perdarahan keseimbangan cairan (normovolemik) 2. Berikan cairan IV sesuai instruksi
massive, mual dan 3. Kaji semua data laboratorium
muntah 4. Monitor irama jantng
5. Berikan obat dan elektrolit sesuai instruksi
6. Berikan pengobatan β-adrenerjik sesuai
instruksi
4 Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Dapatkan biakan darah sesuai instruksi
berhubungan dengan
diharapkan dapat mencegah infeksi 2. Dapatkan urin, sputum dan drainase luka
infeksi nosokomial
nosokomial dan tangani mikroorganisme untuk biakan sesuai indikasi
yang teridentifikas 3. Temani pasien pada pemeriksaan radiologi
diagnostic
4. Pantau S, VS dan SDP
5. Berikan antibiotic sesuai instruksi
6. Pantau kadar obat antibiotic sesuai
instruksi
7. Berikan obat-obat lain: Antihistamin,
NSAIDs, antibody monoclonal, steroid
8. Gunakan teknik aseptic yang ketat saat
menangani aliran infasive, kateter, selang-
selang dsb
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam
tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan. Dalam pelaksanaan rencana tindakan
terdapat 2 jenis tindakan, yaitu tindakan mandiri perawat dan tindakan
kolaborasi (Danusantoso, 2016)
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses perawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap
intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Dalam kasus ini diharapkan pola napas
menjadi efektif, perfusi jaringan perifer adekuat, volume cairan adekuat,
tidak terjadi infeksi (Dwipoerwantoro, 2012)
Daftar Pustaka
Danusantoso, M. M. (2016). Pengukuran Indeks Syok untuk Deteksi Dini Syok
Hipovolemik pada Anak dengan Takikardia: telaah terhadap perubahan
indeks isi sekuncup. Sari Pediatri, 15(5), 319.
https://doi.org/10.14238/sp15.5.2014.319-24
Dwipoerwantoro, P. G. (2012). Perdarahan Saluran Cerna pada Anak. In
PENDIDIKAN KEDOKTERAN BERKELANJUTAN LXI: Kegawatan pada
Bayi dan Anak.
Fitria, C. N. (2012). Syok Dan Penanganannya. Gaster : Jurnal Kesehatan, 7(2),
593–604. Retrieved from http://www.jurnal.stikes-
aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/60/57
Ganesha, H., & Putra, K. B. . (2016). Hypovolemic shock. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, 2016(1602511171).
Hardisman, H. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok
Hipovolemik: Update dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3), 178.
https://doi.org/10.25077/jka.v2i3.167
Hardisman, H., & Iqbal Tafwid, M. (2013). Tatalaksana Syok Hipovolemik Et
Causa Suspek Intra Abdominal Hemorrhagic Post Sectio Caesaria. Jurnal
Agromed Unila, 2(3), 203–210.
Cardiac
Akral
O2 
Hipovolemia
Menghasilkan
Elektrolit
Kematian
Vasokonstrik
Perpindahan
Nafas
Hipoperfusi
Metabolism
Kehilangan
Membrane
Gangguan
Pelepasan
Ulserasi
Iskemia
Cardiac
Letargi
Resiko dan
Defisit
Tubuh
Ginjal
Tonus
Koma
Kulit
Sel
TD Dingin
Cepat
CO2 
Sel
Filling
Akibat
Menahan
si cairan
Membengkak
kekurangan
Pertukaran
ADH
Sel
Simpatik
Anaerob
Volume
Pembuluh
Alveoli
Energy
Toksin
Output
Cairan
Gastro
Tinggi
Lebih
Stress
oleh
Air
eksternal
internal:
Lebih
oksigen
Permeable
Lambung
Kelenjar
Tingkat
Mudah
Nutrisi
Infeksi
Cairan
Darah
Gas
Banyak:
dan
Hemoragi
Trauma
Kurang
Merembes
Pituitari
Rendah
darahDari
(Multiple
internal
Kebutuhan
(Bersifat
Luka
Vehicle
bakar

Anda mungkin juga menyukai