Anda di halaman 1dari 2

Asal mula Kota Dumai

Dulu Dumai hanyalah sebuah dusun nelayan yang berada di pesisir timur Provinsi Riau.
Sekarang Dumai kaya dengan minyak bumi menjelma menjadi kota pelabuhan dan menjadi pintu
gerbang menuju Riau, serta juga dinobatkan sebagai kota terluas di Indonesia.

Cerita asal usul tentang Kota Dumai dimulai dengan cerita Putri Tujuh. Putri Tujuh adalah
putri dari seorang raja perempuan yang menguasai Kerajaan Sri Bunga Tanjung. Kerajaan itu
dipimpin oleh seorang raja perempuan yang bernama Ratu Cik Sima, yang memiliki tujuh orang
putri yang dikenal dengan sebutan Putri Tujuh. Ketujuh putri tersebut terkenal akan
kecantikannya. Namun, yang tercantik dari ketujuh putri tersebut adalah putri bungsu yang
bernama Sri Mayang Mangurai. Kecantikannya menawan hati sang pangeran dari kerajaan
Empang Kuala.

Rombongan kerajaan Empang Kuala berniat ingin meminang putri bungsu, merekapun
berangkat dari Empang Kuala menuju Sri Bunga Tanjung. Karena lelah berjalan rombongan
itupun beristirahat sejenak dipinggir lubuk pemandian sarang umai, tempat pemandian Putri
Tujuh. Umai adalah sejenis landak berbulu tegak dan keras seperti duri.

Mereka tertegun melihat seorang gadis jelita dan segera memberitahukan kepada Pangeran
dan ia berkata “ Ya… gadis jelita di lubuk umai, seorang paling cantik di lubuk du umai,
ya,,, d’umai”. Tak lama kemudian rombongan itu melanjutkan perjalanan hingga sampai ke
tujuan.

Setelah berada di istana Kerajaan Sri Bunga Tanjung, sang Pangeran pun menjelaskan
maksud kedatangannya untuk meminang putri ketujuh. Namun, Ratu Cik Sima menolaknya
karena sang putri tidak akan boleh menikah sebelum putri putri diatasnya terlebih dulu menikah.
Diperlakukan seperti itu akhirnya Pangeran Empang Kuala murka dan menyatakan perang
dengan Kerajaan Sri Bunga Tanjung.

Peperangan tersebut terjadi selama tiga purnama atau lebih kurang tiga bulan lamanya. Dan
mengharuskan ketujuh putri disurukkan ke sebuah gua atas perintah Ratu Cik Sima dengan
membawa makanan untuk jangka waktu tiga bulan. Peperangan tersebut banyak memakan
korban dan ternyata terjadi lebih dari tiga bulan. Walau telah kehabisan tenaga, akhirnya perang
itupun dimenangkan oleh Ratu Cik Sima. Bergegas sang Ratu melihat keadaan ketujuh putrinya,
namun ia tak menyangka bahwa ketujuh putrinya itu telah berpulang kepada yang Esa karena
kelaparan. Sang Ratu bersedih dan memakamkan ketujuh putrinya itu disebuah makam yang kita
kenal sebagai “Makam Putri Tujuh”.

Walaupun telah menyatakan perang dan kemudian kalah dalam peperangan tersebut, sang
Pangeran tetap mencintai putri bungsu Mayang Mangurai. Dan terus menerus menyebutkan “
lubuk umai , ya… du umai, du umai, lubuk d’umai”. Karena ucapan tergagap gagap Pangeran itu
yang setiap saat mengatakan lubuk umai, akhirnya dua kata itupun lama kelamaan bertaut
menjadi “Dumai”, sehingga dusun nelayan itupun kini telah diresmikan menjadi sebuah kota
yang kita kenal dengan Kota Dumai.

KOTA PENGANTIN
BERSERI

Anda mungkin juga menyukai