Anda di halaman 1dari 3

Pancasila Sebagai Sistem Etika dan Nilai Etis Pancasila

Dewasa ini, terjadi semacam penjungkirbalikan nilai. Hal ini berarti apa yang selama ini
dikatakan baik, maka bisa menjadi buruk oleh sebagian orang, begitupun sebaliknya. Sehingga
etika ini merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki. Secara etimologis, etika diartikan
sebagai adat / kebiasaan, kebiasaan cara bertindak dan karakter. Sedangkan menurut mazhab
Anglo – Saxon, etika dibedakan dengan moral. Etika sendiri didasarkan pada akal budi,
sementara moral didasarkan pada otoritas wahyu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa etika
merupakan pemikiran sistematis tentang moral, sedangkan moral merupakan penjelasan baik –
buruknya tingkah laku seseorang.
Secara umum, etika dibagi menjadi 2 yaitu etika umum (filosofis) dan juga etika
khusus. Etika umum sendiri merupakan refleksi etis yang menyangkut kebebasan, hati nurani,
tanggung jawab, hak, nilai, keutamaan. Sedangkan etika khusus merupakan etika individu dan
etika sosial seperti etika politik, etika lingkungan, dll. Etika khusus hanya berlaku pada situasi
tertentu saja, diluar itu maka sudah tidak berlaku.
Jika ditinjau dari pendekatan norma, maka etika dapat dibagi menjadi 2 yaitu etika
deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif merupakan etika yang tidak ada penilaiannya,
biasanya etika yang bebas nilai ini dijadikan sebagai pendekatan untuk melihat etika masyarakat
tertentu. Sedangka etika normatif merupakan etika yang sifatnya mengatur dan tentunya tidak
bebas nilai. Etika normatif sendiri terbagi menjadi 2 yaitu norma umum dan norma khusus.
Selanjutnya norma umum dibagi menjadi 3 antara lain norma etiket yaitu perilaku yang nampak
berupa kesopanan, norma hukum yang berbicara mengenai benar dan salah, dan norma moral
yang berbicara mengenai baik dan buruk. Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip etika dan moral
sangat berbeda. Moral sendiri berbicara mengenai perilaku ( baik dan buruknya), sedangkan
etika adalah pendasaran rasional atas tindakan moralitas itu. Dengan kata lain semua orang harus
bermoral, tetapi belum tentu semua orang beretika karena tidak semua orang dapat memberi
pendasaran rasional atas tindakannya.
Moral merupakan perilaku baik buruknya seseorang secara keseluruhan, termasuk
rohani. Maka moral merupakan sesuatu yang lebih utuh jika digunakan untuk menilai seseorang.
Sedangkan etika hanyalah perilaku yang nampak yang ada di diri seseorang. Keduanya harus
dibedakan, tetapi jangan mengabaikan salah satunya. Misalnya kita ingin menjadi orang
bermoral, lantas mengabaikan etika. Ini merupakan contoh yang salah. Semestinya jika orang
bermoral juga sekaligus beretika dan juga sekaligus patuh terhadap hukum karena hukum
sifatnya mengatur semua orang. Namun orang tunduk kepada hukum juga belum bisa dikatakan
sebagai orang bermoral. Contohnya ada orang yang patuh terhadap pajak, tetapi memasang
wajah muram dan agak kurang ikhlas saat membayar pajak. Memang secara umum tindakannya
benar, tetapi dari sisi tindakannya yang memasang wajah muram tadi mencerminkan bahwa
orang tersebut kualitas moralitas nya masih harus dipertanyakan.
Sebelum meletakkan pancasila sebagai sistem etika, maka harus melihat dulu bahwa
etika itu beragam. Etika sendiri memiliki 3 aliran. Pertama, aliran deontologi. Dalam aliran ini,
suatu perbuatan dikatakan baik kalau itu wajib dia lakukan tanpa melihat konsekuensinya. Hal
ini sangat baik sekali dalam konteks beragama. Contohnya kewajiban sholat pada agama Islam.
Jadi dalam melakukan perbuatan tersebut kita ikhlas dan tanpa pamrih. Kedua yaitu etika
konsekuensialis. Etika ini tidak melihat dari perilaku kita yang wajib tadi, tetapi melihat dari
akibat dan tujuan perbuatan tersebut. Dalam aliran ini, suatu perbuatan dikatakan benar kalau
akibat dan tujuan nya memang baik, begitupun sebaliknya. Contohnya mahasiswa yang
mengikuti perkuliahan untuk mendapatkan nilai yang baik. Ketiga yaitu etika utilitarianis. Dalam
aliran ini, suatu perbuatan dikatakan baik, selama itu untuk kebaikan bersama.
Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan aliran –
aliran besar etika, baik deontologi, konsekuensialis, dan utilitarianis. Namun, etika pancasila
mengambil semua kebaikan dari aliran – aliran tersebut. Pancasila selalu berada pada posisi
untuk mengambil yang baik, meskipun itu dari luar. Jadi pancasila sendiri memang tidak hanya
diambil dari kebudayaan masyarakat Indonesia karena buktinya pancasila dalam
pembentukannya banyak dipengaruhi oleh aliran – aliran besar seperti liberalisme dan
komunisme. Namun yang diambil hanya kebaikan – kebaikan dari aliran tersebut.
Etika Pancasila merupakan etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk itu
berdasarkan 5 pertimbangan yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebhinekaan, musyawarah, dan
deadilan bersama secara utuh dalam satu kesatuan. Dengan kata lain, suatu perbuatan dikatakan
baik kalau mempertimbangkan 5 hal ini. Contoh tindakan yang mempertimbangkan 5 hal ini
adalah saat Walikota Surabaya memutuskan untuk menutup tempat prostitusi. Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa etika Pancasila mengutamakan kemaslahatan / kebaikan yang lebih luas
dibanding untuk kepentingan pribadi / golongan. Selain itu, etika Pancasila juga menghindari
kerusakan yang besar dan mengambil konsekuensi kerusakan yang lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai