Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI & SUPERVISI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Disusun Oleh : Kelompok 1

Tabita Raisya Rizanti 1105618014


Ummu Kaltsum Gusti Annisa 1105618019
Reyhan Alifatur Rosyida 1105618020
Mia Anggraini 1105618026
Sabrina Rahma Fadillah 1105618064

Dosen Pengampu :
Eriva Syamsiatin, S.Pd., M.Si.

Lapor ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah :


Pengelolaan Kelompok Bermain (KB)

Universitas Negeri Jakarta


Fakultas Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
2021
1. Definisi Evaluasi dan Supervisi Untuk Pendidik dan Tenaga Pendidikan

Evaluasi menurut Hornby dan Parnwell (dalam Mardikanto, 2009) adalah sebagai suatu
tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu objek, keadaan, peristiwa atau kegiatan
tertentu yang sedang diamati. Evaluasi juga diperlukan ketika sudah melakukan sesuatu kegiatan,
evaluasi di gunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan tersebut lancar, apakah sesuai dengan
rencana kegiatan, dari evaluasi tersebut kita belajar untuk memperbaiki kesalahan yang ada.
Evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap suatu kegiatan. Kegiatan dapat berupa
suatu program yang sudah direncanakan, sehingga untuk mengetahui keberhasilan dan
manfaatnya dilakukan proses penilaian. Evaluasi sebagai suatu proses hanya menyiapkan data
kepada pengambilan keputusan. Data yang disediakan mengandung nilai yang dapat memberikan
arti tergantung pada pertimbangan yang dilakukan oleh pengambil keputusan. Evaluasi dapat
diartikan juga sebagai menilai kesenjangan antara standart yang di tetapkan dengan program
yang terlaksana di lapangan untuk mengetahui kelemahan dari suatu program tersebut dan
dilakukan perbaikan program.
Pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 16 Tahun 2009 mengatakan bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian yang
dilakukan terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir,
kepangkatan, dan jabatannya. Ini dilakukan agar kinerja guru profesional bisa sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Evaluasi kinerja tenaga kependidikan dilakukan demi menjaga kulitas tenaga
kependidikan. Dengan adanya evaluasi kinerja, setiap tenaga kependidikan akan memiliki
pedoman sebagai tolak ukur kinerja mereka dimasa yang akan datang. Setiap Tenaga
Kependidikan tentu memerlukan umpan balik atas kinerja mereka, hal ini dapat menjadi
pedoman bagi kinerja mereka kedepannya, oleh karena itu dibutuhkan pedoman penilaian yang
menggambarkan kinerja personil. Hasil penilaian kinerja dapat menunjukkan apakah Tenaga
Kependidikan yang ada telah memenuhi standar yang dikehendaki oleh lembaga, baik dilihat
dari kualitas maupun kuantitas. Informasi dalam penilaian kinerja Tenaga Kependidikan ini
merupakan refleksi dari perkembangan lembaga.
Supervisi adalah proses kerja supervisor dalam mendiagnosis, menentukan fokus,
melakukan bimbingan profesional, dan menilai peningkatan profesionalitas guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, baik secara individual maupun secara kolektif. Supervisi
adalah aktivitas dan kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh seorang profesional untuk
membantu guru dan tenaga pendidikan lainnya dalam memperbaiki bahan, metode dan evaluasi
pengajaran dengan melakukan stimulasi, koordinasi dan bimbingan secara kontinyu agar guru
menjadi lebih profesional dalam meningkatkan pencapaian tujuan sekolah.
Supervisi pendidik dan tenaga kependidikan yaitu segala bantuan dari para pemimpin
sekolah yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan pendidik dan tenaga kepenedidikan
lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. la berupa dorongan, bimbingan, dan
kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam
usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan
alat-alat pelajaran dan metode - metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang
sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Selain itu juga pengamatan
supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dengan pelancar
terlaksanannya pembelajaran. Dengan kata lain, Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi pendidik dan tenaga kependidikan merupakan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar
pengawasan fisik terhadap fisik material. Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan
akademik yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar ,
pengawasan terhadap situasi yang menyababkannya.
Supervisi pendidik adalah bantuan profesional keadaan guru, melalui siklus perencanaan
yang sistimatis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang beroobjektif dan segera.
Dengan cara itu guru dapat mengunakan balikan tersebut untuk memperhatikan kinerjanyan.
Supervisi merupakan proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,
menilainya dan bila perlu mengkoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula. Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih
profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didik.
2. Strategi/ Cara yang Dilakukan Untuk Melakukan Evaluasi dan Supervisi Pendidik dan
Tenaga Pendidikan
1) Evaluasi pendidik dan tenaga kependidikan untuk melihat bagaimana keterlaksanaan
tugas pokok dan fungsi sesuai struktur organisasi disetiap lembaga menurut Karyono,
2017 dalam Modul Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Untuk melakukan
evaluasi pendidik dan tenaga kependidikan membuat tabel untuk menguraikan atau
menjelaskan tugas pokok dan fungsi, atau rincian tugas dari masing-masing komponen
struktur organisasi, berikut contoh tabelnya :

No Jabatan Tugas Pokok dan Fungsi Kondisi / Keadaan Saran/Reko


dalam seharusnya Berdasarkan Nyata di TK mendasi/Sol
struktur Peraturan / usi
Perundangan
1. Kepala KB
2. Tenaga
Administrasi
TK
3. Psikolog
4. Dokter
5. Penjaga
KB/Satpam
6. Tenaga
Kebersihan
7. Guru
8. Guru
Pendamping
9. Guru
Pendamping
Muda
2) Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki jobdisk yang berbeda-beda tetapi dalam
melakukan supervisi terhadap mereka cara yang dilakukan akan sama untuk itu berikut
langkah-langkah yang dilakukan supervisi tenaga kependidikan pada modul pelatihan
penguatan kepala sekolah yang kami temukan yaitu :
a. Perencanaan Supervisi Tenaga Kependidikan
Menyusun program supervisi tenaga kependidikan
1) Latar belakang, Landasan hukum, Merumuskan tujuan dan indikator
keberhasilan
2) Hasil supervisi tahun sebelumnya
3) Menetapkan sasaran dan jadwal
4) Memilih pendekatan, teknik, dan model
5) Memilih dan menetapkan instrumen
b. Pelaksanaan Supervisi Tenaga Kependidikan
1) Kepala sekolah meminta tenaga kependidikan untuk memaparkan hasil
kinerjanya. Pemaparan difokuskan pada komponen-komponen yang terdapat
pada instrumen
2) Kepala Sekolah melakukan pengamatan terhadap bukti-bukti fisik yang
disajikan tenaga kependidikan
3) Kepala sekolah melakukan konfirmasi dan meminta penjelasan hasil kinerja
Tenaga Kependidikan yang bersangkutan.
4) Kepala sekolah melakukan pencatatan hasil supervisi yang telah
dilaksanakan
5) Kepala sekolah menyampaikan hasil catatan supervisinya dan memberikan
saran-saran untuk perbaikan kinerja tendik yang bersangkutan.
c. Tindak Lanjut Hasil Supervisi Tenaga Kependidikan
1). Mengumpulkan hasil supervisi tenaga kependidikan
2). Menginventaris item-item komponen yang rendah-rendah
3). Menganalisis hasil supervisi tenaga kependidikan
4). Membuat program perbaikan kinerja tenaga kependidikan
5). Pembinaan umum tentang perbaikan kinerja tenaga kependidikan
6). Melaksanakan program perbaikan kinerja tendik diantaranya :
a) In House Training tentang peningkatan kompetensi teknis masing-masing
tenaga kependidikan.
b) Konsultasi antara tenaga kependidikan dengan kepala sekolah/supervisor
c) Memberi penghargaan (rewards) bagi tenaga kependidikan yang
melaksanakan tugas dengan baik.

3. Self Reflection dalam Supervisi Pendidik dan Tenaga Pendidikan


Menurut Bowman (1989) refleksi diri merupakan elemen utama profesionalisme. Melakukan
refleksi atas praktek-praktek profesional guru, terutama belajar dan mengajar merupakan faktor
penting bagi terbentuknya inovasi dan revolasi pembelajaran di kelas (Loughran, 2005).
Refleksi diri ini terdapat pada prosuder pelaksanaan penilaian kinerja guru, yang mana dalam
prosesnya terdapat kegiatan evaluasi diri yang dilakukan untuk memperoleh profil kompetensi
guru yang bermanfaat sebagai salah satu dasar bagi kepala sekolah/madrasah dan/atau
koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk merencanakan program
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang harus dilaksanakan guru. Evaluasi diri dan
penyusunan rencana pengembangan keprofesian berkelanjutan dilaksanakan dalam kurun waktu
4-6 minggu di awal semester yang telah ditetapkan. Bagi guru yang mutasi di pertengahan tahun
ajaran, evaluasi dirinya dapat diperoleh/menggunakan hasil evaluasi diri yang dilaksanakan di
sekolah asal. Lalu pada tenaga kependidikan yang mana tenaga kepenidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan
(UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1, BAB 1 ketentuan umum). Dalam penilaian tenaga
kependidikan dilakukan oleh pengawas/kepala sekolah tersebut untuk memberi kesempatan bagi
tenaga kependidikan untuk melakukan evaluasi diri dalam aturan yang sudah pengawas/kepala
sekolah buat sebelumnya.

Lalu pada supervisor menggunakan teknik supervisi sebagai alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhirnya dapat melakukan perbaikan pengajaran
yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam teknik supervisi individual terdapat menilai diri
sendiri yang mana pada bagian ini, guru melakukan penilaian diri secara obyektif. Untuk maksud
itu diperlukan kejujuran diri sendiri. Berikut cara-cara menilai diri sendiri:
 Membuat suatu daftar yang berisi pandangan atau pendaat yang disampaikan kepada
anak-anak untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas, yang disusun dalam bentuk
pertanyaan secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama
 Melakukan analisa tes-tes terhadap unit kerja
 Mencatat aktivitas anak-anak dalam suatu catatan, ketika mereka bekerja secara individu
maupun secara kelompok

Kesimpulan yang dapat dituliskan mengenai self reflection ini adalah penilaian diri bagi
pendidik dan tenaga kependidikan dalam pekerjaan mereka yang mana mereka melakukan
evaluasi diri sesuai dengan kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya untuk meningkatkan
dan mengembangkan sikap keprofesional agar dapat menjadi lebih baik dalam bekerja.

4. Kompetensi yang Dilakukan Supervisi Untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Tenaga pendidik diharapkan memiliki kompetensi:
a. Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang berkaitan dengan bagaimana tenaga
pendidik mampu mengelola kegiatan belajar mengajar, mulai dari memahami tahapan
perkembangan siswa, memahami teori bermain dan teori lainnya yang terkait, merancang
kegiatan pengembangan, mengembangkan teknologi informasi, mengembangkan potensi
anak, kemampuan berkomunikasi secara efektif, membuat laporan penilaian, melakukan
asesmen, dan menggunakan hasil penilaian, Menurut Soebahar, pengembangan, dan
evaluasi program untuk kepentingan pengembangan anak usia dini. Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan, pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
 Pemahaman terhadap Peserta Didik
Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya memahami setiap
individu peserta didik, karena antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya
berbeda. Baik dilihat dari tingkat kecerdasannya, penyerapan materi yang ajarkan oleh
guru dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Oleh karena itu penting
sekali bagi guru untuk memahami peserta didik. Jadi, guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran hendaknya memahami setiap individu peserta didik, karena antara peserta
didik yang satu dengan yang lainnya berbeda. Baik dilihat dari tingkat kecerdasannya,
penyerapan materi yang diajarkan oleh guru dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik. Menurut Oemar, guru mengenal peserta didiknya dengan maksud agar guru dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Oleh karena itu penting
sekali bagi guru untuk memahami dan mengenal peserta didiknya, agar guru dapat
menentukan bahan-bahan yang akan diberikan dan juga dapat mendiagnosis atas
kesulitan yang dihadapi peserta didik sehingga guru dapat membantu peserta didik
mengatasi masalah ataupun kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat dipahami pada hakekatnya merupakan
keharusan bagi seorang guru untuk memahami peserta didik sehingga proses
pembelajaran berjalan secara efektif dan efesien serta guru juga dapat menentukan
langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan
baik.
 Pengembangan potensi peserta didik
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan
potensinya semaksimal mungkin, menurut Soemanto, peserta didik memandang
madrasah sebagai tempat mencari bekal yang akan membuka dunia bagi mereka. Oleh
karena itu madrasah dituntut untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang cakap. Dengan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, maka peserta
didik dapat memahami kelebihan serta kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga
akhirnya mereka dapat menutupi kekurangan yang ada pada dirinya guna untuk
menyongsong masa depan yang lebih baik menurut Soemanto, Jadi, potensi yang
dimiliki oleh peserta didik harus dikembangkan oleh guru agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian mempunyai
kerampilan yang dibutuhkan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Peserta didik memandang madrasah adalah sebagai tempat mencari bekal yang kelak
akan membuka dunia bagi mereka. Oleh karena itu madrasah dituntut untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi warga negara yang cakap.
b. Kepribadian
Kompetensi kepribadian berkaitan dengan bagaimana tenaga pendidik berperilaku
sesuai norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri
sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi anak usia dini, menunjukkan
etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
c. Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
yang ditetapkan dalam standar pendidikan nasional Soebahar, sedangkan menurut
Muhaimin, kompetensi profesional yakni menyangkut kemampuan dan kesediaan serta
tekad untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan yang dirancang melalui proses dan
produk kerja yang bermutu. Jadi kompetensi profesional yang dimaksud adalah
menyangkut kemampuan dan kesediaan serta tekad untuk mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan dengan cara penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.
Mengembangkan materi, struktur, dan konsep bidang keilmuan yang mendukung serta
sejalan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak usia dini. Merancang berbagai
kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan (1998) yang dikutip oleh Sukmadinata
merumuskan kompetensi profesional mencakup diantaranya:
1) Penguasaan Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan isi pengajaran yang akan disampaikan guru kepada peserta
didiknya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Agar proses pembelajaran berjalan dengan
baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran seorang guru dalam menjalankan tugasnya
harus menguasai materi pelajaran dengan baik. Sulit dibayangkan bila seorang guru
mengajar tanpa menguasai materi pelajaran, maka proses pembelajaran yang berlangsung
tidak akan berjalan dengan lancar dan jauh dari kondusif, sehingga proses pembelajaran
menjadi kaku dan peserta didik kurang tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran,
akhirnya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan tidak dapat dicapai dengan baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi bagi guru sangat penting dan hal ini tidak
terbatas pada buku sumber pegangan guru, tetapi harus ditunjang dengan sumber-sumber
lain yang menunjang terhadap materi yang diajarkan.
2) Penguasaan Wawasan Landasan dan Kependidikan
Peran guru dalam kegiatan belajar belajar mengajar tidaklah hanya sekedar menjalankan
proses belajar mengajar menurut ketentuanketentuan yang ada, tetapi juga orang yang
melaksanakan suatu tugas yang bertanggung jawab. Dalam melaksanakan tugasnya guru
diharapkan tidak hanya tergantung pada tugas itu sendidri, tetapi juga tergantung pada
sikap dan pandangannya secara pribadi terhadap tugas yang dihadapinya, dengan kata lain
tergantung pada wawasan kependidikan yang dimiliki oleh guru.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran selain menguasai wawasan kependidikan,
seorang guru harus juga harus menguasai landasan kependidikan agar proses pembelajaran
yang berlangsung bisa terarah dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat dicapai dengan
baik. Menurut Sanjaya, untuk menguasai landasan kependidikan ini, misalnya guru paham
akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, dan tujuan pemebelajaran.
3) Penguasaan Proses Kependidikan
Proses kependidikan merupakan proses pembelajaran pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan secara menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup untuk mengembangakan
kreativitas sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Penguasaan proses kependidikan
bagi seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sangat penting agar tercipta
pembelajaran yang efektif, bermakna dan menyenangkan. Penguasaan proses kependidikan
ini bisa melalui penggunaan strategi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan tujuan yang
telah direncanakan.
d. Sosial
Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh
wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Berkomunikasi
dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Peran yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor dalam peningkatan kinerja tenaga
kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat di deskripsikan sebagai berikut: Pertama;
mengikutsertakan guru-guru dalam penataranpenataran, untuk menambah wawasan para guru.
Kepala madrasah harus juga memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kedua; kepala madrasah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik
untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan
dipapan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat
belajar dan meningkatkan prestasinya. Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di
madrasah, dengan mengakhiri pelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta
memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.
Kemampuan membimbing guru, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
dan pelaksanaan program pembelajaran dan bimbingan konseling (BK), penilaian hasil belajar
peserta didik dan layanan bimbingan konseling, analisis hasil penilaian belajar dan layanan
bimbingan konseling, serta pengembangan program melalui kegiatan pengayaan dan perbaikan
pembelajaran.
Kemampuan mengembangkan tenaga kependidikan terutama berkaitan dengan pemberian
kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan
secara teratur; revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Guru
Pembimbing (MGP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG); diskusi, seminar dan lokakarya, dan
penyediaan sumber belajar dalam rangka pengembangan tenaga kependidikan, kepala madrasah
juga harus memperhatikan dan meningkatkan kompetensi guru agar proses belajar mengajar bisa
berjalan dengan baik dan efisien (Mulyasa, 2005: 101-102).
Adapun supervisor dalam meningkatkan kompetensi guru adalah membina dan memberikan
pengarahan kepada guru untuk mengembangkan potensi peserta didik, menciptakan iklim
madrasah yang kondusif, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga pendidikan dan berperan
serta dalam melaksanakan model pembelajaran yang menarik dan melakukan evaluasi terhadap
aktualisasi berbagai potensi yang dimiliki peserta didik sehingga dapat mengadakan program
akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
Seorang supervisor dalam meningkatkan kompetensi guru yakni dengan memberikan contoh
dan suri tauladan yang baik sekaligus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan
yang harmonis dengan lingkungan, baik di lingkungan madrasah maupun di lingkungan
masyarakat dan mencari gagasan baru serta mengintegrasikan setiap kegiatannya, memberikan
teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di madrasah.
Pengembangan kompetensi guru ditujukan semata-mata untuk meningkatkan kualitas
madrasah dan peserta didik dalam hal pengetahuan tentang materi-materi ajar yang diajarkan
oleh guru. Beberapa hal yang dapat di kembangkan untuk pengembangan kompetensi guru
antara lain meliputi; (1) peningkatan pengetahuan dan keterampilan, (2) peningkatan kualitas
tenaga kependidikan, (3) peningkatan keterampilan mengajar (4) peningkatan kemampuan
pengembangan program pembelajaran. (Sulton, 2006: 77)

5. SOP dan Instrumen Mengenai Evaluasi dan Supervisi Pendidik dan Tenaga


Pendidikan Dilembaga KB
A. Standar Operasional Prosedur (SOP) evaluasi dan supervisi
 Berpegang teguh pada prinsip-prinsip evaluasi program supervisi pendidikan, yaitu (1)
Komprehensif. Bahwa evaluasi program supervisipendidikan harus mencakup bidang
sasaran yang luas atau menyeluruh, baik aspek personalnya, materialnya, maupun
aspek operasionalnya. Evaluasi Jangan hanya ditujukan pada salah satu aspek saja.
Misalnya aspek personalnya, jangan hanya menilai gurunya saja, tetapi juga murid,
karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu pula untuk aspek material dan
operasionalnya. Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh; (2) Komparatif. Prinsip
ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi program supervisi pendidikan
harus dilaksanakan secara bekerjasama dengan semua orang yang terlibat dalam
aktivitas supervisi pendidikan. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru
dalam mengajar, harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri,
dan bahkan, dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak dalam evaluasi
program supervisi pendidikan ini diharapkan kita dapat mencapai keobyektifan dalam
mengevaluasi; (3) Kontinyu. Evaluasi program supervisi pendidikan hendaknya
dilakukan secara terus-menerus selama proses pelaksanaan program. Evaluasi tidak
hanya dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana
sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting dimaksudkan untuk selalu dapat
memonitor setiap saat atas keberhasilan yang telah dicapai dalam periode waktu
tertentu. Aktivitas yang berhasil diusahakan untuk ditingkatkan, sedangkan aktivitas
yang gagal dicari jalan lain untuk mencapai keberhasilan; (4) Obyektif. Dalam
mengadakan evaluasi program supervisi pendidikan harus menilai sesuai dengan
kenyataan yang ada. Katakanlah yang hijau itu hijau dan yang merah itu merah.
Jangan sampai mengatakan yang hijau itu. kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai
contoh, apabila seorang guru itu sukses dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru
ini sukses, dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil dalam mengajar, maka
katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai keobyektifan dalam
evaluasi perlu adanya data dan atau fakta. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah
untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat
dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan; (5) Berdasarkan
Kriteria yang Valid. Selain perlu adanya data dan fakta, juga perIu adanya kriteria-
kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan
tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini digunakan agar memiliki standar yang jelas
apabila menilai suatu aktivitas supervisi pendidikan. Kekonsistenan kriteria evaluasi
dengan tujuan berarti kriteria yang dibuat harus mempertimbangkan hakekat substansi
supervisi pendidikan. Kriteria dalam evaluasi program supervisi pendidikan ada dua,
yaitu pertama, kriteria objetive yang berkenaan dengan patokan tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan inilah yang dijadikan kriteria keberhasilan pelaksanaan program
supervisi pendidikan. Kedua, kriteria metodis yang berkaitan dengan patokan teknik
penganalisaan hasil evaluasi: misalnya dengan menggunakan prosentase, interval,
kuantitatif, atau perhitungan matematis lainnya; (6) Fungsional. Hasil evaluasi
program supervisi pendidikan tidak hanya dimaksudkan untuk membuat laporan
kepada atasan yang kemudian di “peti es” kan. Hasil evaluasi program supervisi
pendidikan berarti fungsional apabila dapat digunakan untuk memperbaiki situasi yang
ada pada saat itu. Dengan demikian evaluasi program supervisi pendidikan benar-
benar memiliki nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan
langsungnya adalah dapatnya hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan apa yang
dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu
dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan lainnya; (7) Diagnostik. Evaluasi
program supervisi pendidikan hendaknya mampu mengidentifikasi kekurangan-
kekurangan atau kelemahan-kelemahan apa yang dievaluasi sehingga dapat
memperbaikinya. Oleh sebab itu setiap hasil evaluasi program supervisi pendidikan
harus didokumentasikan. Bahan-bahan dokumentasi hasil evaluasi inilah yang dapat
dijadikan dasar penemuan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang
kemudian harus diusahakan jalan pemecahannya.

 Mengikuti proses evaluasi program supervisi pendidikan dengan berupa prosedur,


tahapan-tahapan, atau langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh supervisor dalam
mengevaluasi keberhasilan program supervisi pendidikan. Berikut ini akan diuraikan
langkah-langkahnya, yaitu:
1) Merumuskan tujuan evaluasi. Supervisor dalam wadah tersebut pertama-tama
harus menentukan bersama apa yang hendak dicapai dalam program evaluasinya.
Dalam proses yang bersifat kooperatif dibutuhkan waktu untuk mencapai
kesepakatan tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang merupakan pedoman
dan arahan dalam menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi. Untuk
mempermudah proses perumusan tujuan sebaiknya terlebih dahulu diadakan survey
atau penelitian sebagai usaha menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan evaluasional
suatu situasi, misalnya dengan cara: (a) metode analisa: menganalisis tujuan-tujuan
umum pendidikan dan supervisi pendidikan yang telah dituangkan dalam program
supervisi pendidikan. Metode ini digunakan untuk menganalisa kebutuhan-
kebutuhan untuk mengevaluasi; (b) Metode angket: mengumpulkan pendapat-
pendapat secara tertulis dari pihak-pihak yang bersangkutan, baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam rangka menentukan kebutuhan-kebutuhan; (c)
Metode wawancara: menanyakan langsung secara lisan pendapat-pendapat dari
pihak-pihak yang bersangkutan mengenai kebutuhan-kebutuhan tersebut.
2) Penyeleksi alat-alat evaluasi. Sebenarnya alat-alat evaluasi pendidikan sangat
banyak baik alat-alat yang dapat dikelompokkan didalam teknik tes maupun teknik
non tes. Tetapi tidak semua alat-alat yang secara formal telah disusun secara
terstandar dalam evaluasi pendidikan itu sesuai dan dapat digunakan untuk setiap
tujuan evaluasi program supervisi pendidikan. Oleh sebab itu supervisor pendidikan
bersama-sama stafnya perlu mengadakan pilihan atau menyeleksi alat-alat yang
sekiranya lebih cepat dan lebih baik untuk digunakan dalam situasi tertentu.

3) Menyusun alat evaluasi. Bagi beberapa tujuan program evaluasi supervisi


pendidikan alat-alat formal seperti tes, skala penilaian atau bentuk-bentuk lainnya
yang tidak sesuai walaupun telah disusun secara terstandar. Apalagi di Indonesia
alat-alat semacam itu masih sangat terbatas dan kebanyakan masih merupakan
terjemahan dari berbagai evaluasi asing. Jika terjadi yang demikian itu supervisor
pendidikan bersama stafnya harus menyusun sendiri alat-alat evaluasi yang
dibutuhkan. Dalam hubungannya dengan hal tersebut, supervisor perlu memiliki
pengetahuan yang cukup luas tentang betuk-bentuk tes sehingga dapat membantu
staf dan atau menyusun sendiri alat-alat evaluasi yang dibutuhkan. Dalam proses
penyusunan alat-alat evaluasi ini panitia atau penyusun hendaknya mengajak pula
pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyumbangkan ide-ide bagi perumusan
item-item (pernyataan-pernyataan/pertanyaan-pertanyaan) yang diperlukan.
Misalnya tiap guru diberi kesempatan menyatakan beberapa aspek mengenai
“kepemimpinan” jika hendak mengevaluasi tentang efektifitas kepemimpinan
kepala sekolah, atau mengenai “perasaan kelompok” jika hendak mengevalusi
tentang ketrampilan-ketrampilan ketua dalam memimpin rapat dan sebagainya. Jika
semua sumbangan pikiran itu telah diterima, harus dituangkan dalam suatu bentuk
tertentu dan diperbanyak untuk disampaikan kembali kepada guru-guru untuk
dikoreksi atau diperbaiki. Hasil terakhir setelah disempurnakan, dirumuskan dalam
bentuk yang permanen dapatlah digunakan sebagai alat evaluasi yang disusun
sendiri.
4) Menerapkan alat-alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang telah disusun sendiri
untuk menilai suatu situasi diterapkan yaitu disebarkan kepada pihak –pihak yang
bersangkutan ( sample) untuk dijawab. Semua lembaran dikumpulkan atau
dikembalikan kepada panitia secara bebas tanpa membading-bandingkan jawaban
seseorang dengan seseorang yang lain. Untuk menghindari saling terpengaruh opini
orang lain maka perlu ditandaskan bahwa pada saat memberikan jawaban/
pertimbangan supaya lepas dari pendapat orang lain.
5) Mengolah hasil-hasil evaluasi. Hasil-hasil yang diperoleh dalam evaluasi perlu
diolah menurut tata cara tertentu.Dalam hal ini kiranya perlu dibentuk suatu sub
panitia khusus untuk menganalisis hasl-hasil yang diperoleh. Adapun tata cara
pengolahan biasanya meliputi kegiatan yang dimulai dari kegiatan pemeriksaan
berkas kemudian, diseleksi, diklasifikasi, dan mungkin saja perlu pula perhitungan-
perhitungan statistik seperti menghitung prosentase, men-tabulasi, dan seterusnya.
Hasil Pengolahan tersebut perlu diiterprestasikan guna memperoleh kesimpulan-
kesimpulan tertentu mengenai “sampai dimana terwujudnya tujuan” supervisi
pendidikan yang telah ditetapkan.
6) Menyimpulkan hasil-hasil evaluasi. Tidaklah mudah mengintrepretasikan dan
menyimpulkan hasil-hasil suatu kegiatan evaluasi . Suatu sub panitia khusus dapat
melakukan fungsi ini dengan baik dan efektif apabila terpilih dari mereka yang
cukup ahli untuk mengadakan analisis terhadap hasil-hasil dan implikasi-
implikasinya bagi tindakan. Supervisor dapat memanfaatkan hasil-hasil evaluasi ini
semaksimal mungkin.
7) Follow Up Evaluasi. Agar evaluasi terhadap program supervisi pendidikan
bermanfaat perlu sekali dipikirkan oleh supervisor akan tindak lanjutnya. Biasanya
tindak lanjut atau follow up dari hasil-hasil evaluasi yang diperoleh perlu sekali
mendapat supervisi yang seksama dan kontinyu dari supervisor dalam rangka
pengembangan program supervisinya.
B. Instrumen Evaluasi Dan Supervisi

Instrumen evaluasi dan supervisi pendidik dalam perencanaan pembelajaran


Instrumen evaluasi dan supervisi tenaga kependidikan
(kepala sekolah dalam kepribadian sosial)
DAFTAR PUSTAKA

_____. 2015. Laporan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah. Tasikmalaya: UPTD


Abdul Halim Soebahar. 2005. Matrik Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Marwa
Badan PSDMP dan PMP. 2012. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
BP-PAUD, Dikmas. 2019. Panduan Optimalisasi Pelaksanaan Supervisi Satuan Paud Melalui
Supervisi Mandiri Di Sulawesi Selatan. Makassar.
Danim ,Sudarwan dan Khairil. 2010. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Iskandar, Uray. 2015. Evaluasi Program Supervisi Pendidikan. Diakses pada Rabu, 19 Mei 2020
melalui http://uray-iskandar.blogspot.com/2015/10/evaluasi-program-supervisi-
pendidikan.html?m=1
Karyono. Iman, Yusron dan Emmy Ratih. 2017. Modul Pengelolaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Mardikanto T. 2009.  Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta (ID): LPP UNS dan UNS Press.
Maryono. 2011. Dasar-dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan. Yogyakarta: Arruz
Media.
Oemar,Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bima
Aksara
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:
Alfabeta.
Soemanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Cet-ke-IV
Supriyana, Heri dan Sutedjo. 2019. Supervisi dan Penilaian Kinerja Tenaga Kependidikan.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Wina,Sanjaya. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Rahman, Bujang. Refleksi Diri dan Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Di
Provinsi Lampung. Bandar Lampung: FKIP UNILA.
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan. 2019. Supervisi dan Penilaian Kinerja Tenaga
Kependidikan (MPPKS-PKT).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Modul Supervisi Akademik (Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Kepala Sekolah 2017).
Sulthon, M, dan Khusnuridhlo, Moh. 2006. Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspektif
Global. Yogyakarta: laksBang PRESSIndo

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru.

Anda mungkin juga menyukai