Anda di halaman 1dari 11

KELAYAKAN BAHAN AJAR MODUL PADA MATERI KEANEKARAGAMAN

HAYATI KELAS X SMA

Julia Inka Sari, Syamswisna, Yokhebed


Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN, Pontianak
Email: juliaingkasari@gmail.com

Abstract
This research aimed to determine the feasibility of module biodiversity material as
teaching materials at class X high school. CVR analysis according Lawshe Method with
a Likert Scale . The selection validators is done by purposive sampling technique. The
validation includes instrument validation and module teaching material validation.
Validation of the module instrument is validated by 2 lecturers in the field of Biology
who understand about making teaching materials and 1 biology teacher. Validator
module teaching materials consist of 2 lecturers in Biology Education and 3 of biology
class X high school teachers. Aspects assessed in the validation stage include 4 aspects,
namely the feasibility of content, language, presentation, and graphics. Based on the
results the analysis all aspects of the module feasibility assessment, the CVI value of
0.96 was obtained. Valid categories are founded in all criteria in the aspects of content,
linguistics and presentation, while invalid categories is founded in one of the six criteria
in graphic aspects with a CVR value of 0.6, namely the criteria for drawing or graphic
attractiveness. The implementation of modules in learning could be done after
improvements to invalid criteria.

Keywords: inventory, modules, medicinal plants

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil wawancara dengan guru


Modul merupakan salah satu bentuk biologi di SMAS Muhammadiyah 1 Pontianak
bahan ajar yang dikemas secara utuh dan pada tanggal 18 Mei 2018 didapatkan
sistematis, di dalamnya memuat seperangkat informasi bahwa bahan ajar yang biasa
pengalaman belajar yang terencana dan digunakan dalam pembelajaran biologi adalah
didesain untuk membantu peserta didik untuk buku paket, LKS, dan LKPD yang dibuat oleh
menguasai tujuan pembelajaran yang spesifik guru. Bahan ajar berupa buku paket, LKS, dan
(Daryanto, 2013: 9). Modul dapat membantu LKPD diantaranya digunakan pada
sekolah dalam mewujudkan pembelajaran pembelajaran Materi Keanekaragaman
yang berkualitas karena dapat digunakan Hayati. Akan tetapi bahan ajar yang
sebagai bahan ajar yang bersifat mandiri dan digunakan tersebut masih memberikan
mudah digunakan oleh siswa. Modul juga bisa kendala bagi guru yaitu kurang efektifnya
digunakan sebagai pengganti buku pegangan waktu selama pembelajaran sedangkan bagi
siswa yang disediakan sekolah karena bersifat siswa, bahan ajar tersebut jarang dibawa saat
utuh (self contained) dan berdiri sendiri (stand proses pembelajaran khususnya LKS karena
alone) sehingga tidak bergantung pada bahan kurang menarik bagi siswa dan kurang
ajar atau media lain (Daryanto, 2013: 9-11). menggali keingintahuan siswa dalam
Meskipun demikian, beberapa sekolah belum mempelajari materi. Hasil wawancara juga
memanfaatkan modul sebagai bahan ajar mengungkap bahwa penggunaan modul pada
dalam proses pembelajaran misalnya di Materi Keanekaragaman Hayati cocok
SMAS Muhammadiyah 1 Pontianak. diterapkan dalam proses pembelajaran karena

1
berisi kegiatan pembelajaran secara lengkap teknik purposive sampling. Menurut
dan sistematis sehingga guru lebih mudah Sugiyono (2015: 124), teknik purposive
untuk menjelaskan materi dan membuat sampling merupakan teknik penentuan sampel
LKPD yang harus dikerjakan oleh siswa sudah dengan pertimbangan tertentu. Adapun
tersedia. kriteria dosen sebagai validator yaitu dosen
Materi Keanekaragaman Hayati dibidang Biologi yang memahami tentang
merupakan salah satu materi yang terdapat pembuatan bahan ajar, dan kriteria guru
pada Kurikulum 2013 dan membahas hasil sebagai validator yaitu guru mata pelajaran
observasi tentang berbagai tingkat biologi kelas X SMA yang menggunakan
keanekaragaman hayati (gen, jenis, dan kurikulum 2013, yaitu SMAN 1 Galing
ekosistem) di Indonesia serta ancaman dan Kabupaten Sambas, SMAS 1 Muhammadiyah
pelestariannya. Manfaat keanekaragaman Pontianak, dan SMAS Santun Untan
hayati khususnya pemanfaatan Pontianak.
keanekaragaman hayati sebagai sumber obat- Validasi modul pada penelitian ini
obatan merupakan salah satu submateri yang dilakukan dengan menggunakan pengukuran
terdapat pada kompetensi dasar dalam yang menghasilkan data kuantitatif yang
menganalisis data hasil observasi tentang akurat, yaitu dengan menggunakan skala.
berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, (Sugiyono, 2012: 92). Skala pengukuran
jenis, dan ekosistem) di Indonesia. Informasi validasi bahan ajar modul yang digunakan
tentang pengetahuan masyarakat akan jenis- dalam penelitian ini adalah Skala Likert.
jenis tumbuhan obat dan cara penggunaanya Menurut Sugiyono (2012: 93) Skala Likert
melalui bahan ajar berupa modul tentunya adalah skala yang dapat digunakan untuk
akan bermanfaat bagi peserta didik karena mengukur sikap, pendapat dan persepsi
memuat potensi alam khususnya tumbuh- seseorang tentang objek atau fenomena
tumbuhan setempat sehingga peserta didik tertentu.
diharapkan lebih mengenal tumbuhan dan Aspek yang dinilai pada tahap validasi
manfaatnya serta meningkatkan kepedulian modul mengacu dari aspek pengembangan
terhadap kelestarian lingkungan yang ada di yang ditulis oleh Depdiknas 2008 yang
daerahnya. mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian,
dan kegrafisan. Penilaian dilakukan dengan
METODE PENELITIAN skala Likert yaitu Sangat Baik (SB) bernilai 4,
Penelitian ini dilaksanakan melalui dua Baik (B) bernilai 3, Kurang Baik (KB) bernilai
tahap yaitu pembuatan modul dan tahap 2, dan Tidak Baik (TB) bernilai 1.
validasi modul. Langkah-langkah pembuatan Hasil validasi dianalisis menggunakan
dilakukan dengan urutan sebagai berikut: (1) analisis Content Validity Ratio (CVR)
Analisis kebutuhan modul; (2) menurut Lawshe (1975) dengan rumus
Mengidentifikasi dan menganalisis standar sebagai berikut:
kompetensi yang akan dipelajari; (3)
𝑁
Menyusun bahan ajar mengenai satuan atau 𝑛𝑒−
2
unit ajar yang kebudian diberi nama, dan CVR = 𝑁 .................(1)
2
dijadikan sebagai judul modul; (4) Melakukan
penyusunan modul berdasarkan priorotas Keterangan:
kebutuhan; (5) Mendesain modul. Ne : jumlah validator yang menyatakan
Pada penelitian ini uji kelayakan setuju dan sangat setuju atau memberi
dilakukan dengan uji validitas dengan metode skor 3 atau 4
analisis CVR menurut Lawshe. Validasi N : jumlah anggota validator atau tim ahli
dilakukan untuk mengetahui kelayakan atau
kevalidan bahan ajar modul. Dalam penelitian Setelah dihitung nilai CVR setiap
ini, validasi yang dilakukan mencakup kriteria kemudian dihitung nilai CVI (Content
validasi instrumen dan validasi bahan ajar Validity Index) atau nilai rata-rata
modul. Pemilihan validator dilakukan dengan

2
CVR secara keseluruhan dan nilai sumber obat-obatan. Hasil penelitian yang
rata-rata CVI untuk setiap aspek. Media diimplementasikan adalah jenis tumbuhan
dinyatakan valid jika nilai CVI 0,99. obat berdasarkan jenis penyakit yang
𝐶𝑉𝑅 diobati. Kertas yang digunakan pada
CVI = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑏 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 ...................(2)
pembuatan modul yaitu kertas A4 80 gram.
Isi modul dibuat menggunakan Microsoft
HASIL PENELITIAN DAN Word 2007, sedangkankan bagian cover
PEMBAHASAN modul dibuat menggunakan aplikasi Corel
Hasil Penelitian Draw
Hasil penelitian tumbuhan obat yang Validator bahan ajar modul terdiri dari
digunakan sebagai obat tradisional oleh 2 orang dosen di Pendidikan Biologi dan 3
masyarakat Desa Santaban Kabupaten orang guru mata pelajaran biologi kelas X
Sambas diimplementasi ke dalam submateri SMA. Berikut adalah media modul yang
manfaat keanekaragaman hayati sebagai telah dibuat.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1. Bagian-bagian Modul; (a) Cover Modul, (b) Pendahuluan, (c) Pembelajaran,
(d) Daftar Pustaka

3
Tabel 1. Hasil Analisis Validasi Bahan Ajar Modul Materi Keanekaragaman Hayati
Kelas X SMA
Validator CVR Ket.
Aspek Kriteria
1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan 4 4 4 4 4 0,99 Valid


Indikator pembelajaran
2. Kebermanfaatan materi 3 3 4 4 3 0,99 Valid
Kelayakan terhadap pengetahuan
isi 3. Kesesuaian dengan 3 4 4 4 4 0,99 Valid
kebutuhan bahan ajar
4. Kesesuaian dengan 4 3 3 4 4 0,99 Valid
kebutuhan peserta didik
5. Penggunaan bahasa 4 3 4 4 4 0,99 Valid
komunikatif
6. Penggunaan bahasa yang 4 3 4 4 4 0,99 Valid
sesuai dengan PUEBI
Kebahasaan
7. Penggunaan bahasa yang
sesuai dengan 4 4 4 4 4 0,99 Valid
perkembangan peserta
didik
8. Kejelasan tujuan 4 3 4 4 4 0,99 Valid

9. Kerunutan penyajian 4 4 4 4 4 0,99 Valid

Sajian 10. Pemberian motivasi 3 3 3 3 4 0,99 Valid

11. Pemberian stimulus dan 4 4 4 4 3 0,99 Valid


respon
12. Kelengkapan informasi 3 4 3 3 3 0,99 Valid

13. Kejelasan font yang 4 4 4 4 4 0,99 Valid


digunakan
Kegrafisan 14. Pengunaan lay out dan tata 4 3 4 4 4 0,99 Valid
letak
15. Kemenarikan cover modul 4 4 4 4 4 0,99 Valid

16. Kesesuaian isi modul 4 4 4 4 4 0,99 Valid


dengan desain
17. Kesesuaian grafis atau 4 3 4 3 4 0,99 Valid
gambar dalam isi modul
18. Kemenarikan grafis atau Tidak
3 2 4 3 4 0,6
gambar Valid

CVI 0,96 Valid

(Modifikasi: Depdiknas, 2008: 28).

4
Pembahasan berdekatan sehingga tampilannya lebih
Berdasarkan hasil analisis empat aspek menarik (Tabel 2). Pengaturan komposisi
(kelayakan isi, kebahasaan, sajian dan gambar yang tidak tepat dapat mempengaruhi
kegrafisan) yang terdiri dari 18 kriteria pemahaman siswa tentang bentuk asli dari
penilaian kelayakan modul diperoleh nilai objek yang dimaksud dan tulisan yang terlalu
CVI sebesar 0,96. Kategori valid ditemukan berdekatan akan mempengaruhi ketertarikan
pada seluruh kriteria dalam aspek kelayakan siswa untuk membaca. Menurut Alias dan
isi, kebahasaan dan sajian, sedangkan kategori Siraj (2012: 84), modul merupakan salah satu
tidak valid ditemukan pada satu dari enam bahan ajar yang cocok diterapkan sebagai
kriteria dalam aspek kegrafisan dengan nilai pembelajaran visual sehingga suatu modul
CVR 0,6. Sesuai saran validator, perbaikan harus didesain semenarik mungkin agar
modul perlu dilakukan terutama agar grafis peserta didik termotivasi dalam membaca dan
atau gambar sesuai dengan komposisi asli dan memahami modul.
penempatan tulisan yang tidak terlalu

Tabel 2. Perubahan pada Komposisi Gambar dan Penempatan Tulisan pada Modul
Sebelum dan Sesudah Revisi.
No Sebelum revisi Sesudah revisi
1

Gambar contoh keanekaragaman tingkat jenis pada Gambar contoh keanekaragaman


halaman 17 tidak menampilkan komposisi yang tingkat jenis pada halaman 17
sesuai dengan objek sesungguhnya. sudah sesuai dengan komposisi
pada objek sesungguhnya

Gambar contoh keanekaragaman tingkat jenis yang Gambar contoh keanekaragaman


menampilkan anggota spesies dari Famili Felidae tingkat jenis yang menampilkan
pada halaman 8 tidak sesuai dengan objek anggota spesies dari Famili
sesungguhnya. Felidae pada halaman 8 sudah
sesuai dengan objek
sesungguhnya.

5
3

Contoh tulisan pada halaman 9 yang terlalu Contoh tulisan pada halaman 9
berdekatan. yang sudah diatur ulang
sehingga tidak terlalu
berdekatan.

Pada aspek kelayakan isi, rata-rata nilai Dalam penelitian ini, modul
CVR untuk keempat kriteria adalah 0,99 keanekaragaman hayati dibuat dengan
(valid). Indikator penilaian yang diperhatikan menyesuaikan kebutuhan bahan ajar yaitu
pada aspek ini adalah kesesuaian dengan disajikan secara berurutan sesuai urutan dalam
indikator pembelajaran, kebermanfaatan silabus Kurikulum 2013, memuat soal
materi terhadap pengetahuan, kesesuaian isi evaluasi untuk mengukur hasil belajar dan
materi dengan kebutuhan bahan ajar dan menargetkan tujuan tertentu. Menurut Bahtiar
kesesuaian isi materi dengan kebutuhan (2015: 4), bahan ajar yang baik harus berisi
peserta didik. Indikator pembelajaran yang substansi yang memadai dan disajikan secara
dibuat di dalam modul sudah menyesuaikan sistematis untuk mencapai tujuan
dengan silabus Kurikulum 2013. Hamdani pembelajaran. Modul berisi materi yang
(dalam Fajarini dkk., 2016: 6) menyatakan mudah dipahami, dapat memberikan motivasi
bahwa struktur modul sebagai bahan ajar belajar dan mendorong peserta didik agar bisa
sebaiknya dibuat sesuai dengan tuntutan belajar secara mandiri. Peserta didik akan
kurikulum dan kebutuhan peserta didik. memiliki motivasi belajar jika pembelajaran
Kebermanfaatan materi terkait pengetahuan menggunakan media dan metode yang sesuai
pada modul ini juga dapat dilihat dari isi dengan minat dan kebutuhannya. Penggunaan
contoh gambar-gambar tumbuhan beserta bahan ajar yang menarik akan mendorong
manfaat dan tata cara pengolahan tumbuhan peserta didik untuk mempelajarinya dengan
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui baik (Sanjaya, 2012: 41).
pembelajaran dengan modul ini, peserta didik Untuk meningkatkan kebermanfaatan
bisa mempraktikkan secara langsung cara modul, pada aspek kelayakan isi, validator
pengolahan tumbuhan obat tradisional sesuai menyarankan untuk menambahkan narasi
kebutuhannya dalam kehidupan sehari-hari. tentang nilai penting dari upaya melestarikan
Peserta didik juga tergali untuk melestarikan keanekaragaman hayati yang belum tercantum
keanekaragaman hayati, khususnya dengan dengan lengkap dalam modul (Tabel 3).
mengetahui potensi obat yang dikandung oleh Penggunaan kalimat dalam modul sebaiknya
masing-masing tumbuhan yang ada di juga dipilih yang lebih memotivasi agar
lingkungan sekitar mereka. peserta didik bersemangat dalam
melaksanakan proses pembelajaran meskipun

6
pada aspek kebahasaan sudah memperoleh upaya peningkatan kesadaran peserta didik
rata-rata nilai CVR 0,99 (valid). Pemilihan untuk melestarikan keanekaragaman hayati.
kalimat yang memotivasi dapat menunjang

Tabel 3. Perubahan Kebermanfaatan Modul pada Narasi Nilai Penting dari Upaya
Melestarikan Keanekaragaman Hayati Sebelum dan Sesudah revisi.
Sebelum revisi Sesudah revisi

Gambar usaha pelestarian keanekaragaman Gambar contoh keanekaragaman tingkat


hayati pada halaman 31 tidak menampilkan jenis pada halaman 31 sudah
narasi tentang nilai penting dari manfaat menampilkan narasi tentang nilai
menjaga keanekaragaman hayati. penting dari manfaat menjaga
keanekaragaman hayati.

Diluar kriteria penggunaan kalimat yang tepat dan juga menggunakan huruf miring
memotivasi yang tidak tercantum dalam untuk menunjukkan kata asing atau ilmiah.
lembar validasi untuk aspek kebahasaan, Modul juga dibuat dengan menggunakan
namun modul sudah dibuat menggunakan bahasa percakapan dengan tata bahasa
bahasa yang sederhana, kalimat yang jelas, sederhana, serta paragraf yang jelas, padat dan
singkat dan padat. Sebagaimana diungkapkan kalimatnya tidak berbelit-belit. Penggunaan
oleh Daryanto (2013: 48) bahwa tata bahasa bahasa yang dibuat menyesuaikan dengan
dalam pembuatan modul harus menggunakan salah satu karakteristik dari sifat modul yaitu
tata bahasa yang sederhana, tidak bersahabat (user friendly) yang artinya harus
menggunakan kalimat ilmiah, dan disajikan akrab dengan siswa (Daryanto, 2013: 11).
dalam bentuk yang sederhana. Penyusunan Paragraf yang ada di dalam modul harus
kalimat dalam modul juga sudah mengikuti dikembangkan dengan paragraf yang tidak
PUEBI, misalnya awal kalimat menggunakan terlalu panjang atau pendek sehingga
huruf kapital, menggunaan tanda baca yang

7
membuat peserta didik merasa nyaman ketika yang bermakna bagi peserta didik. Kegiatan
membaca isi modul (Fajarini dkk., 2016: 64). pembelajaran yang bermakna akan
Penyajian materi pada aspek ini memudahkan peserta didik menambah
mencakup lima kriteria penilaian dengan rata- wawasan pengetahuan, memunculkan
rata nilai CVR 0,99 (valid). Modul dikemas perubahan perilaku yang terkontrol dan
dengan penyajian yang lengkap dan berurutan melatih peserta didik untuk mengembangkan
(mulai dari cover, kata pengantar, daftar isi, mental yang kuat dalam memecahkan
peta konsep, pendahuluan, isi pembelajaran, masalah. Penyajian materi dilengkapi dengan
evaluasi, kunci jawaban, glosarium, dan gambar yang sesuai dengan materi
diakhiri oleh daftar pustaka). Penyajian materi keanekaragaman hayati, berisi informasi
pada modul berisi suasana yang tambahan yang menunjang pemahaman
menyenangkan, menggunakan gambar dan materi pada peserta didik dan berisi materi
grafis yang menarik dan bisa mendorong yang sesuai isi dengan isi silabus.
peserta didik untuk menggali informasi yang Pada kriteria kejelasan tujuan, modul
sesuai dengan tujuan pembuatan modul. belum mencantumkan tujuan pembelajaran
Modul yang disajikan harus menggunakan yang dilengkapi dengan rumusan tingkah laku
gambar dan grafis yang menarik. Sudjana dan yang jelas. Dalam kriteria ini, validator
Ahmad (2013: 68) menyatakan bahwa gambar memberikan saran untuk melengkapi tujuan
yang ditampilkan benar-benar harus pembelajaran dengan menggunakan rumusan
melukiskan konsep atau pesan isi pelajaran tingkah laku yang jelas (Tabel 4). Pemberian
yang ingin disampaikan sehingga dapat tujuan yang jelas merupakan salah satu tahap
memperlancar pencapaian tujuan perencanaan dalam penulisan modul. Modul
pembelajaran. Gambar juga dapat menarik yang dirancang harus memiliki tujuan
perhatian, memperjelas sajian ide, pembelajaran yang jelas agar peserta didik
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang bisa memahami kegiatan pembelajaran yang
mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan akan dicapainya. Tujuan pembelajaran yang
(Sadiman dkk., 2014: 34). Dengan demikian, dibuat harus menggunakan pernyataan dengan
gambar bisa membuat peserta didik menjadi kata kerja yang bisa diukur untuk mencapai
termotivasi untuk belajar dan mengingat kegiatan pembelajaran yang diharapkan
materi pelajaran. (Daryanto, 2013: 35). Tujuan pembelajaran
Modul pembelajaran yang dibuat yang direvisi sudah menggunakan KKO (Kata
diharapkan bisa mengembangkan kemampuan Kerja Operasional) yang sesuai dengan ranah
peserta didik berpikir secara tepat dan kritis, afektif peserta didik dengan rumusan tujuan
menumbuhkan kemampuan berpikir guna pembelajaran dengan komponen audience
menciptakan hal-hal baru (inovatif), dan (dalam hal ini adalah peserta didik), behaviour
menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif. (misalnya dapat menjelaskan konsep
Menurut Sanjaya (2012: 25-33), kegiatan keanekaragaman hayati), condition (misalnya
pembelajaran yang baik harus dirancang melalui modul), dan degree (misalnya dengan
dengan menimbulkan kegiatan pembelajaran tepat).

8
Tabel 4. Perubahan Tujuan Pembelajaran pada Modul Keanekaragaman Hayati Sebelum
dan Sesudah Revisi.

1 Sebelum
revisi:
Tujuan
pembelajaran
yang belum
dilengkapi
dengan
rumusan
tingkah laku
yang jelas.

2 Sesudah
revisi:
Tujuan
pembelajaran
yang sudah
dilengkapi
dengan
rumusan
tingkah laku
yang jelas.

SIMPULAN DAN SARAN dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah


Simpulan sesuai dengan rancangan pembelajaran yang
Berdasarkan hasil analisis seluruh aspek direncanakan.
pada penilaian kelayakan modul, diperoleh
nilai CVI sebesar 0,96. Kategori valid Saran
ditemukan pada seluruh kriteria dalam aspek Berdasarkan hasil penelitian yang
kelayakan isi, kebahasaan dan sajian, diperoleh dalam penelitian ini dapat
sedangkan kategori tidak valid ditemukan disarankan hal-hal sebagai berikut: (1)
pada satu dari enam kriteria dalam aspek Penggunaan modul dalam pembelajaran
kegrafisan dengan nilai CVR 0,6 yaitu pada Materi Keanekaragaman Hayati dapat
kriteria kemenarikan gambar atau grafis. dilakukan setelah diperbaiki pada komponen
Implementasi modul dalam pembelajaran soal evaluasi yang menyesuaikan dengan
dapat dilakukan setelah dilakukan perbaikan indikator pembelajaran yang terdapat pada
pada kriteria yang tidak valid. Pemenuhan Kurikulum 2013, rumusan tingkah laku yang
kelayakan untuk seluruh kriteria dalam aspek jelas pada tujuan pembelajaran, pencantuman
yang divalidasi perlu dilakukan agar Modul sumber gambar, serta tata letak dan komposisi
Materi Keanekaragaman Hayati kelas X SMA yang menari dan sesuai dengan objek
Berdasarkan Hasil Inventarisasi Tumbuhan sesungguhnya, (2) Uji coba untuk mengetahui
Obat di Desa Santaban Kabupaten Sambas keefektifan bahan ajar modul dapat dilakukan

9
setelah perbaikan sesuai saran pada poin Scaffolding for the Seventh Grade
pertama, dan (3) Upaya untuk Students in A Junior High Scholl in
menyebarluaskan pengetahuan tentang Malang, Indonesia. Journal of
tumbuhan obat dan penggunaannya kepada Research and Method in Education.
masyarakat dapat diinisiasi melalui penerapan 6 (1): 62-69).
modul dalam pembelajaran. Lawshe, Charles Hubert.1975. A Quantitative
Approach to Content Validity.
DAFTAR RUJUKAN Personnel Psychology Journal.
Alias, N dan Siraj, S. (2012). Design and (28): 563-575.
Development of Physics Module Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan
Based On Learning Style and Ajar Tematik. Jakarta: Kencana.
Apprpriate Technology by Sadiman, Rahardjo, Haryono, & Rahardjito.
Employing Isman Insructional Design (2011). Media Pendidikan:
Model. Journal of TOJET. 11 (4):84- Pengertian Pengembangan dan
93). Pemanfaatannya. Jakarta: Raja
Bahtiar, E.F. (2015). Penulisan Bahan Ajar. Grafindo Persada.
2015: Fakultas Kehutanan, Institut Sanjaya, W. (2012). Media Komunikasi
Pertanian Bogor. Pembelajaran. Kencana: Jakarta.
Daryanto. (2013). Menyusun Modul Bahan Sudjana, N. dan Ahmad, R. (2013). Media
Ajar untuk Persiapan Guru dalam Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru
Mengajar. Yogyakarta: Gava Algesindo.
Media. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Depdiknas.(2008). Panduan Pengembangan Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bahan Ajar. Jakarta: Departmen Bandung: Alfabeta.
Pendidikan Nasional. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Fajarini, A., Soetjipto, B.E., Hanurawan, F. Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
(2016). Developing A Social Kualitatif dan R & D. Bandung: CV
Studies Modul by Using Problem Alfabeta.
Based Learning (PBL) With

10

Anda mungkin juga menyukai