Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi

Patofisiologi ruptur perineum diawali dengan peregangan pada bagian


perineum, terutama pada saat melahirkan yang akhirnya menyebabkan robekan
pada dinding vagina yang dapat meluas hingga mencapai anus.

Kondisi seperti primiparitas dapat menyebabkan ruptur perineum karena jalan lahir
dan perineum belum pernah teregang karena persalinan sebelumnya. Hal ini
menyebabkan kelenturan perineum masih belum cukup menahan ukuran janin dan
tekanan dorongan ibu, sehingga ruptur perineum akan terjadi.

Mekanisme lainnya adalah perineum yang pendek, menyebabkan tekanan pada


perineum tidak dapat ditoleransi dengan maksimal dan meningkatkan kemungkinan
ruptur perineum, yang juga dapat mengakibatkan perdarahan postpartum. Selain itu,
penggunaan instrumen pada persalinan biasanya berhubungan dengan penarikan,
sehingga menyebabkan tekanan dan regangan yang lebih tinggi pada perineum saat
proses persalinan

Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan maupun dikurangi
dengan menjaga agar jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan
cepat, sebaliknya apabila kepala janin akan lahir jangan ditahan terlalu kuat dan
lama karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin,
dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu
lama (Cunningham, 2013)

Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari biasa sehingga
kepala janin terpaksa lahir lebih belakang daripada biasanya, kepala janin melewati
pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipitobregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal. Adanya
desakan tiba- tiba dan karena pergerakan pada vulva sehingga membuat integritas
kulit menjadi rusak dan kontiunitas jaringan dan pembuluh kapiler darah
terpisah(Wiknjosastro, 2008). Adanya perlukaan yang luas di bagian yang tidak bisa
berkontraksi akan menyebabkan perdarahan yang banyak (Chalik, 2006).

1. Goh, R., D. Goh, and H. Ellepola, Perineal tears A review. Australian Journal
for General Practitioners, 2018. 47: p. 35-38.
https://www1.racgp.org.au/ajgp/2018/january-february/perineal-tears-a-review 
2. Homer, C. and A. Wilson. Perineal Tears: A literature review. 2018; Available
from: https://www.safetyandquality.gov.au/wp-content/uploads/2019/01/D19-
2045-Perineal-tears-lit-review-including-Commission-cover-for-external-
publications_Jan-2019.pdf.

Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sesekali kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan, kelapa janin mulai terlihat, vulva bagian luar vagina
membuka dan perineum merenggang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah
kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di
daerah perineum.
Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sesekali kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan, kelapa janin mulai terlihat, vulva bagian luar vagina
membuka dan perineum merenggang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah
kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di
daerah perineum.

Anda mungkin juga menyukai