Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN MEMBUAT RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI /RKK

Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

RKK adalah dokumen lengkap rencana penerapan SMKK dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen
kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam Penerapan
SMKK. Sementara SMKK adalah Bagian dari sistem manajemen pekerjaan konstruksi dalam rangka penerapan
keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan pada setiap pekerjaan konstruksi.

Kalau dari sisi definisi tersebut luar biasa bukan? bandingkan dengan standar tender yang lama dimana kita
mengenal adanya  istilah RK3K dan SMK3.

RK3K (Rencana K3 Kontrak) dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 dan merupakan satu kesatuan
dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh
Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna
Jasa dalam Penerapan SMK3. Sementara SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi.

Jadi pada intinya dokumen RKK tidak seperti dokumen RK3K yang goal akhirnya hanya memiliki tujuan dalam
rangka sistem manajemen organisasi dan pengendalian resiko K3, akan tetapi diperluas menjadi penjaminan
terhadap penerapan keamana, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan pekerjaan konstruksi.

Bentuk Dokumen RKK dan Evaluasinya saat tender.

Bentuk Dokumen RKK sendiri telah tersedia dalam Permen PUPR 07/2019 di atas, maka kali ini saya hanya
akan berfokus pada hal- hal yang menjadi substansi evaluasi terhadap dokumen tersebut pada saat tender.

Pertama, Manajemen Risiko

Manajemen Risiko berisi penjelasan terkait identifikasi bahaya, penilaian tingkat risiko, dan pengendalian
tingkat risiko. Hal ini dituangkan dalam Tabel 1. RKK

Cara pengisian tabel di atas adalah:


Kolom (1), (2) dan (3) mengikuti persyaratan dalam LDP berikut ini:
Pokja pemilihan mengisi tabel di atas berdasarkan oleh identifikasi bahaya yang dilakukan oleh PPK. PPK
dalam hal diperlukan dapat dibantu oleh ahli K3 untuk melakukan identifikasi bahaya terhadap pekerjaan yang
ditenderkan tersebut.

Kolom (4) s.d (9) diisi oleh penyedia jasa/ peserta tender, adapun penjelasannnya sebagai berikut:

Kolom (4) Dampak


Diisi dengan akibat yang mungkin timbul dari bahaya tersebut seperti Tersengat aliran listrik, patah kaki, gegar
otak, meninggal, kerusakan alat berat, kendaraan terperosok, gangguan kebisingan

Kolom (5) Kekerapan


Diisi dengan frekuensi terjadinya Risiko K3 tersebut yang dinyatakan dengan angka 1 s.d. 3

Kolom (6) Keparahan


Diisi dengan tingkat keparahan dari dampak yang mungkin muncul dan dinyatakan dengan angka 1 s.d 3

Kolom (7) Tingkat Risiko


Tingkat Risiko K3 adalah hasil perkalian antara nilai kekerapan terjadinya Risiko K3 Konstruksi (P) dengan
nilai keparahan yang ditimbulkan (A):
Hasil perhitungan tingkat risiko ini selain dinyatakan dengan angka juga dinyatakan dengan klasifikasi
risikonya sesuai tabel berikut ini:

Kolom (8) Skala Prioritas


Penetapan skala prioritas ditetapkan berdasarkan item pekerjaan, dengan penjelasan: Prioritas 1 (risiko
tinggi), Prioritas 2 (Risiko Sedang,) Prioritas 3 (Risiko Rendah). Apabila tingkat risiko dinyatakan tinggi, maka
item pekerjaan tersebut menjadi prioritas utama (peringkat 1) dalam upaya pengendalian

Kolom (9) Penetapan Pengendalian Risiko K3


Diisi bentuk pengendalian risiko K3. Bentuk pengendalian risiko menggunakan hirarki pengendalian risiko
(Eliminasi, substitusi, rekayasa, administrasi, APD).

Demikian terkait pengisian Tabel 1 RKK, akan kita lanjutkan Tabel 2 dan tata cara evaluasi terhadap RKK pada
posting selanjutnya.

Tabel RKK yang disediakan dalam Permen PUPR No. 7/PRT/M/2019 adalah seperti berikut ini

Kalau kita lebih cermat maka tabel 2 RKK ini berisi tentang penyusunan Sasaran dan Pogram K3 yang
ditawarkan. Dengan kata lain setelah sebelumnya pengidentifikasian bahaya telah selesai dan tertuang dalam
tabel 1 RKK, maka penyedia jasa kita minta untuk mencantumkan Sasaran dan Programnya.

Yang harus menjadi catatan adalah dalam Permen PU No. 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang saat artikel ini ditulis masih berlaku, mengatur pada
Artinya bahwa pada saat tender, menurut Permen 05/PRT/M/2014 bagian RKK yang dievaluasi adalah Tabel
2, yaitu tentang Sasaran dan Program. Hal ini sedikit berbeda dengan Permen 07/PRT/M/2019 yang
mengamanatkan bahwa evaluasi teknis terhadap RKK dilakukan kepada pakta komitmen K3 dan Tabel 1 RKK.
Lalu bagaimana pokja harus menyikapinya? Menurut pendapat kami, bahka kedua peraturan tersebut masih
sama- sama berlaku sehingga pokja wajib melakukan evaluasi terhadap kedua hal tersebut.
Lalu apa sebenarnya isi dari sasaran dan program tersebut? Sasaran Umum diisi dengan Nihil Kecelakaan
Konstruksi. Sementara sasaran khusus adalah sasaran rinci dari setiap pengendalian resiko yang disusun guna
tercapainya sasaran umum. Sedangkan Program K3 adalah meliputi sumber daya, jangka waktu, indikator
pencapaian, monitoring dan penanggung jawab. contoh pengisiannya adalah sebagai berikut:

Demikian adalah contoh pengisian tabel 2 RKK dan hal- hal apa saja yang harus dievaluasi oleh Pokja
Pemilihan.

Sumber:
https://www.pamungkas.id/2019/07/rencana-keselamatan-konstruksirkk-bag2.html?m=0

Anda mungkin juga menyukai