Dapat diketahui bahwa manusia selalu mencari kebenaran untuk memperoleh esensi hidup,
kebenaran terbagi menjadi 2 yaitu kebenaran mutlak dan relatif,
Kebenaran mutlak “absolute” adalah kebenaran yang hakiki dan sejati, sesuatu yang dapat
melihat dan menyatakan keseluruhan realitas secara objektif, apa adanya. Kebenaran mutlak
ini harus hanya ada satu saja dan merupakan suatu acuan atau standar bagi apa yang disebut
dengan kebenaran relatif.
Kebenaran mutlak itu mempunyai sifat universal berlaku bagi semua orang, tidak ada
perkecualian, kekal lintas waktu dan ruang, tidak berubah-ubah, tidak berganti, integral tidak
ada konflik di dalamnya dan tanpasalah atau bermoral tinggi, suci.
Kendati demikian, manusia bukanlah kebenaran yang mutlak karena tidak memenuhi syarat
syarat itu, manusia hanyalah suatu makhluk ciptaan yang mempunyai keterbatasan atas hal
hal yang tidak dapat diraihnya, bersifat subjektif dan dikuasai oleh ruang dan waktu.
Manusia mengerti sesuatu sebatas pengertiannya sendiri dan melihat sesuatu sebatas daya
lihatnya sendiri. Dia tidak bisa dan tidak mungkin bisa mengerti dan melihat sesuatu
sebagaimana adanya. Jadi kebenaran yang dilihatnya dari sudut pandangnya sendiri ( yang
terbatas ) itu bersifat relatif, bukan absolut ( mutlak ). Dikuasai oleh ruang dan waktu
mempunyai implikasi bahwa ia tidak mahatahu ( artinya banyak hal yang tidak diketahuinya),
bisa salah dan selalu berubah berganti.
Jadi kebenaran mutlak yang sejati itu harus datang dari luar manusia. Adapun manusia hanya
bisa mempunyai kebenaran relatif. Tidak mungkin ada kebenaran mutlak di level manusia
atau yang di bawahnya. Kebenaran mutlak harus datang dari level yang lebih tinggi, dari
Allah. Jadi kebenaran mutlak adalah kebenaran yang datang dari Allah yang mahabesar.
1. Kebenaran ilmiah
2. Kebenaran indrawi
3. Kebenaran empiris
4. Kebenaran subjektif dan objektif