Anda di halaman 1dari 5

Kalimat Sisipan 

(infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis


imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata
tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak
pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal
pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan
yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.

Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:

1. Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya


terdapat bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi.
sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut,
gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.
2. Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu.
Contoh: getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu
benda. guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh.
gertak→gemertak, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit,
artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
3. Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata
dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama
dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang
mempunyai sifat sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang
mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang
mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai
sifat seperti tunjuk.

Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata
kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata
dasar sekunder. Sedangkan kata dasar primernya sambung mendapat sisipan –in- yang
artinya menyatakan sifat terus-menerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat
dalam bidang ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang
sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer,
kata dasar sekunder, dan kata dasar tersier.

Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata asal atau morfem dasar, yang
di pakai sebagai kata dasar pertama dalam pembentukan kata jadian. Contoh:
dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata dengarkan merupakan kata dasar
dari kata dengar yang mendapat akhiran– kan . Demikian juga dengan kata
perdengarkan, berasal dari kata dasar dengar yang mendapat konfiks per-kan. Kata
dasar primer, haruslah pada kata jadian yang sekurang-kurangnya di bentuk melalui
dua tahap.

Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai
sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang lebih kompleks. Contoh:
dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan, main→bermain-main,
merata→meratakan.

Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai
dasar ketiga dalam pembentukan kata yang lebih kompleks. Contoh: kata
guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→ peringatkan→
diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya.

Sisipan (infiks/ infix) biasanya dibentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat
(adjektifa). Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan
prefiks ter-. Hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina, adjektiva
yang jumlahnya sangat terbatas.

Benda (nomina) →sifat (adjectifa)

Getar → gemetar, guruh → gemuruh, kilap → kemilap, kilau → kemilau, santan →


semantan, gerlap → gemerlap, gilang → gemilang, gilap → gemilap, taram →
temaram, serbak → semerbak .

Cara penulisan sisipan er, el, dan em

 gendang+er = genderang
 gigi+er = gerigi
 suling+er = seruling
 kudung+er = kerudung
 getar+el = geletar
 tunjuk+el = telunjuk
 patuk+el = pelatuk
 sidik+el = selidik
 tapak+el = telapak
 jajah+el = jelajah
 gombang+el = gelombang
 getar+em = gemetar
 tali+em = temali
 guruh+em = gemuruh
 kerlip+em = kemerlip
 kerlap+em = kemerlap
 kelut+em = kemelut

Arti sisipan er, el dan em

1. menyatakan banyak
 Contohnya : gerigi = banyak gigi, geletar = banyak getar, kemilau =
banyak kilau, dll.

2. alat untuk

 Contohnya : telinga = alat untuk mendengar, telunjuk = alat untuk


menunjuk, dll

3. pelaku pekerjaan

 Contohnya : pelatuk = burung yg biasa mematuk-matuk, temanggung


= orang yang menanggung, dll

4. menyerupai

 Contohnya : kemucing = menyerupai kucing.

5. menyatakan berulang-ulang.

 Contohnya : selidik = berulang-ulang diselidiki, jelajah = berulang-


ulang dijelajah

Contoh Kalimat Infiks Guna lebih meningkatkan pemahaman kalian seputar materi infiks ini,
berikut saya berikan beberapa contoh kalimat Infiks yaitu sebagai berikut : Contoh Kalimat Infiks
-er- Ibu memakai kerudung berwarna merah (kudung menjadi kerudung). Suara seruling terdengar
dari kejauhan (suling menjadi seruling). Suara cericit terdengar di rumah kosong itu (cicit jadi
cericit). Rumput merupakan tanaman yang berakar serabut (sabut menjadi serabut). Roda ini
punya banyak gerigi (gigi menjadi gerigi). Contoh Kalimat Infiks -el- Jari telunjuk Ibu terluka
terkena pisau (tunjuk menjadi telunjuk). Telapak kakinya tertusuk paku karena tidak memakai
sandal (tapak menjadi telapak). Lelucon yang ditampilkan mengundang gelak tawa para penonton
yang hadir (lucon menjadi lelucon). Lelakon dari pewayangan telah siap tampil di atas panggung
untuk menghibur penonton (lakon menjadi lelakon). Kakak sering menonton acara "Jelajah
Nusantara" di televisi (jajah menjadi jelajah). Gelombang air laut saat ini sedang tinggi (gombang
menjadi gelombang) Selidik punya selidik, ia tidak ada lagi di desa ini (sidik menjadi selidik).
Contoh Kalimat Infiks -em- Budi berhasil menjuarai lomba tersebut dengan gemilang. (gilang
menjadi gemilang) Kemerlip cahaya bintang di langit menambah suasana malam menjadi indah
(kerlip menjadi kemerlip). Tubuhnya gemetar karena kedinginan (getar menjadi gemetar). Setiap
anggota Pramuka harus menguasasi materi tali temali (tali menjadi temali). Kemelut di organisasi
itu tidak pernah selesai (kelut menjadi kemelut). Kemampuannya dalam memijat ternyata hasil
warisan turun temurun dari kedua orang tuanya (turun menjadi temurun). Gemerlap cahaya ibu
kota terlihat begitu indah (gerlap menjadi gemerlap). Contoh Kalimat Sisipan -in- Kinerjanya
semakin bagus tiap harinya (kerja menjadi kinerja). Ia belajar materi tersebut secara
berkesinambungan (sambung menjadi Sinambung).
6. Perluasan Kalimat Tunggal

Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan dengan penambahan unsur keterangan,


unsur vokatif dan konstruksi aposisi.

1. Keterangan

Keterangan adalah unsur tak wajib karena tanpa keteranganpun kalimat telah
mempunyai makna sendiri.

Contoh:

1.Saya membakar hutan

2.Saya membakar hutan kemarin sore

Pada kalimat 1 dapat tertangkap makna yang utuh tapi dengan penambahan
keterangan kalimat itu punya makna yang lebih lengkap. Dalam Bahasa Indonesia ada
9 keterangan yaitu:Waktu, Tempat, Tujuan, Cara, Penyerta, Alat, Perbandingan,
Sebab, dan Keterangan Salingan.

A. Keterangan Waktu

Keterangan waktu yang berbentuk kata tunggal mencakupi kata seperti pernah,
sering, selalu, kadang-kadang, biasanya, kemarin, sekarang,besok, lusa, tadi, dan
nanti. Keterangan waktu yangt dapat membentuk frasa nominal dapat berupa
pengulangan kata seperti pagi-pagi, malam-malam, siang-siang, dan sore-sore atau
macam gabungan yang lain seperti sebentar lagi, kemarin dulu, dan tidak lama
kemudian.

Contoh:

1. Pemerintah mengumumkan desentralisasi itu kemarin.

2. Dia biasanya dating ke kantor pagi-pagi.

3. Sebentar lagi kami sudah akan selesai dengan konsep itu.

Keterangan waktu yang membentuk frasa preposisional diawali preposisi dan


kemudian diikuti nomina tertentu. Preposisi yang dipakai, antara lain di, dari, sampai,
pada, sesudah, sebelum, ketika, sejak, buat, dan untuk. Frasa nominal yang
mengikutinya bukanlah sebarang frasa nominal, melainkan frasanominal yang
memiliki ciri waktu. Seperti pukul, tanggal, tahun, minggu, zaman, hari, bulan, masa,
senin, kamis, januari,malam, permulaan, akhir pertunjukan, subuh, dan natal.
Sebaliknya, frasa nominal yang tidak memiliki ciri waktu seperti itu, misalnya
jembatan, tidak akan dapat dipakai sebagai keterangan waktu.

Contoh:

1. Mereka menunggu Anda sampai pukul lima sore.

2. Jatah ini harus dipakai untuk bulan depan.

3. Semua hadirin berdiri pada akhir pertunjukan itu.

4. Para penumpang turun pada akhir jembatan itu.

Frasa pada akhir jembatan itu pada kalimat (4) bukanlah keterangan waktu karena
frasa nominal akhir jembatan tidak memiliki ciri waktu seperti akhir pertunjukan
pada kalimat (3).

Anda mungkin juga menyukai