Anda di halaman 1dari 3

BHP

Sesuai dengan salah satu dari 4 Asas Bioetik Humaniora dalam kedokteran, yaitu Non-Maleficence yang
berarti “Do no harm” atau tidak memperburuk atau memperparah keadaan pasien,Maka dokter dituntut
untuk tidak memperparah keadaan pasien dengan secara kompeten dan mampu untuk memberikan resep
yang sesuai kepada pasien yang bersangkutan. Resep yang dimaksud adalah resep yang sesuai dengan
pribadi/personal pasien meliputi secara umum seperti Jenis kelamin,umur, dan secara khusus seperti
Riwayat penyakit,riwayat alergi , dll.

Sebagai dokter yang ahli dibidang farmakologi,dokter harus mampu meresepkan dokter dengan juga
memperhatikan dalam segi Farmakinetik dan Farmakodinamik meliputi proses
Absorbsi,Distribusi,Metabolisme,Eliminasi,Bioavabilitas,interaksi obat,paruh waktu obat,dll. Dokter
harus mampu memberikan yang sesuai jika pasien mengalami gangguan seperti gangguan Liver atau
gangguan Renal (sesuai pada kasus) maka dokter tidak boleh menyarankan/ meresepkan penggunaan
Chlorpropamide seperti yang diminum mrs.Nabila,namun dengan obat lain yang tidak harus melewati
metabolism pada Liver dan Ekskresi pada Ginjal.

Dan factor yang tidak kalah penting adalah Window Effect,dimana dokter harus tau interaksi obat dengan
pasien sesuai dengan umur,jenis kelamin,berat badan,riwayat penyakit,dll. Window effect mempelajari
tentang Dosis minimum agar obat itu efektif dan dosis minimum obat menjadi Toxic atau
beracun,sehingga jika makin besar jarak antara minimum efektif dengan minimum toxic,maka obat
tersebut dapat dikategorikan aman,dan jika jaraknya makin kecil maka dapat dikategorikan
berbahaya/beresiko. Dokter harus mampu dan kompeten untuk memberikan dosis yang efektif namun
tidak toxic untuk pasien
PHOP

Dokter harus mampu mengedukasi pasien tentang obat yang diregulasi pemerintah,obat ada yang dijual
secara bebas,bebas terbatas,dan harus dengan resep dokter yang berdasarkan Dosis,Window Effect,dan
juga paruh waktu obat. Berikut daftar regulasi pemerintah tentang obat sesuai dengan Kemenkes.:

- Obat bebas
•Obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter.

•Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau yang dapat dilihat
dengan lebih jelas pada.

•Isi dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi,
dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara
penyimpanannya.

•Contoh obat bebas : Paracetamol, Mylanta, Oralit, Curcuma plus, dll.

- Obat bebas terbatas (dulu = daftar W/P)


•Obat dapat diperoleh/dibeli tanpa resep dokter di apotek dan toko obat terdaftar

•Karena mengandung juga bahan/senyawa yang bisa bersifat toksik, diberikan label Peringatan:

•P.No.1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

•P.No.2: Awas!! Obat keras. Hanya untuk dikumur jangan ditelan. Contoh: Gargarisma Kan

•P.No.3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.

•P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Sigaret astma

•P.No.5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Sulfanilamide steril 5 gram

•P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan


- Obat keras (dulu G = gevaarlijk)
•Ordonansi Obat Keras St. No. 419, 22 Des. 1949: obat beracun yg berkhasiat mengobati, menguatkan,
mendesinfeksi dll tubuh manusia.
•Obat keras: obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,
•Pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya
terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi.
•Obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan
•Obat baru yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia
•Obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menkes RI.
Contoh obat keras antara lain amoksisilin, Captopril, Erithromycin dll.

Masuk dalam Daftar obat G


1.Semua obat suntik, kecuali yg sdh msk dalam gol Narkotika & Psikotropika
2.Semua antibiotika
3.Semua preparat sulfa (kec. Sulfaguanidin dlm jumlah tertentu)
4.Semua preparat hormon
5.Papaverine, Narcotine/Noscapine. Narceine serta garam-garamnya
6.Belladona dan preparat atropin & obat “atropine-like action
7.Adrenalin dan garam-garamnya
8.Digitalis dan glikosidanya
9.Semua preparat pirazolon – pyramidon, fenilbutazon
10.Antihistamine (dgn bbrp perkecualian msk dalam daftar P)
11.Anestesi lokal (Novocaine/Prokain, Lidocaine, dll.)
12.Nitrogliserin
13.Zat2 radioaktif
14.Hidantoin serta derivatnya
15.Semua obat baru kecuali bile oleh Kemenkes dinyatakan tdk berbahaya

Anda mungkin juga menyukai