1357 2778 1 PB
1357 2778 1 PB
ABSTRAK
Pakan ikan dibuat selain memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan
Histori Artikel : kebutuhan ikan budidaya, juga secara fisik harus kompak dan stabil di dalam air.
Submit : Kelemahan yang sering terjadi, sebagian besar kandungan nutrisi sudah terpenuhi
03/03/2017 tetapi pakan mudah tenggelam di dalam air dan cepat terurai sebelum semuanya
dimakan ikan. Langkah strategis adalah menambahkan binder (bahan perekat)
Revisi : dalam pembuatan pakan ikan agar bahan pakan tercampur dengan baik, kompak,
14/03/2017 serta memiliki daya apung yang baik pula. Salah satu bahan yang berpotensi
Accepted : sebagai binder pakan ikan adalah tepung gaplek. Penelitian ini bertujuan untuk
16/03/2017 mengkaji uji fisik pakan ikan yang menggunakan binder tepung gaplek. Metode
penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap
(RAL) 4 perlakuan dan 4 kali ulangan, yaitu P0 : pakan komersial (kontrol); P1 :
pakan dengan binder tepung gaplek 5 %; P2 : pakan dengan binder tepung gaplek
7,5 %; dan P3 : pakan dengan binder tepung gaplek 10%. Bahan baku pakan adalah
tepung bulu ayam yang difermentasi dengan Bacillus licheniformis B2560, ampas
tahu yang difermentasi dengan Aspergillus niger, dan tepung ikan rucah. Parameter
yang diamati adalah uji fisik pakan ikan meliputi daya apung, tingkat kekerasan,
tingkat homogenitas, dan kecepatan pecah pakan ikan serta sebagai data
pendukung adalah kadar protein dan kadar air pakan ikan. Parameter uji fisik
pakan ikan dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan
Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf uji 5%, sedangkan data kadar
protein dan kadar air dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian binder tepung gaplek berpengaruh nyata terhadap
hasil uji fisik pakan ikan. Perlakuan dengan binder tepung gaplek dengan
konsentrasi 10% memiliki kualitas pakan yang paling baik dan mampu menyamai
kualitas pakan komersial. Kadar protein yang dihasilkan pakan uji dapat memenuhi
kriteria kebutuhan nutrisi pakan yang berkualitas, yaitu berkisar 30-40%.
Kata Kunci : binder, pakan ikan, tepung gaplek, uji fisik
ABSTRACT
Fish feed is made in addition to nutritional value that corresponds to the needs of farmed fish, also must
physically compact and stable in the water. Weakness is often the case, most of the nutritional content has
been fulfilled but the feed easily sink in water and rapidly unfolding before everything is eaten by fish.
Strategic step is to add a binder (adhesive) in the manufacture of fish feed in order to feed ingredients
well mixed, compact, and has a buoyancy that good anyway. One potential as a binder ingredient of fish
feed is dried cassava flour. This study aims to assess the physical test fish feed using cassava flour binder.
The research method used experimental method with a completely randomized design (CRD) 4
treatments and 4 replications, namely P0: commercial feed (control); P1: feed with cassava flour binder
37
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek
5%; P2: feed with cassava flour binder of 7.5%; and P3: feed with 10% cassava flour binder. Feed
ingredients are chicken feather flour fermented with Bacillus licheniformis B2560, tofu fermented with
Aspergillus niger, and trash fish flour. Parameters measured were physically test fish feed include
buoyancy, the level of violence, degree of homogeneity, and broke the speed of fish feed as well as
supporting data is the protein content and the moisture content of fish feed. Physical test parameters of
fish feed were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan Multiple Range Test (DMRT)
with a test level of 5%, while data on the nutrient content were analyzed descriptively. The results
showed that treatment of cassava flour Award binders significantly affect the results of physical tests of
fish feed. Treatment with cassava flour binder with a concentration of 10% has the most excellent feed
quality and able to match the quality of commercial feed. The protein content of the resulting feed can
meet the test criteria for the nutritional needs of high quality feed, which ranges from 30-40%.
Key words : binder, cassava flour, fish feed, physical tests
JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
38
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek
dengan Bacillus licheniformis B2560, ampas tahu maupun kotoran lainnya yang menempel. Bulu
yang difermentasi dengan Aspergillus niger, dan ayam yang sudah bersih dikeringkan pada sinar
tepung ikan rucah akan ditambah bahan perekat matahari hingga benar-benar kering. Bulu ayam
tepung gaplek. Penelitian ini bertujuan untuk yang sudah kering digiling menggunakan mesin
mengkaji uji fisik pakan ikan yang menggunakan giling. Hasil yang diperoleh dari penggilingan
binder tepung gaplek. berupa tepung bulu ayam (Tarmizi, 2001).
4).Fermentasi Tepung Bulu Ayam dengan B.
licheniformis B2560
METODE PENELITIAN
Proses fermentasi dilakukan dengan
Penelitian ini menggunakan metode
terlebih dahulu melakukan sterilisasi tepung
eksperimen dengan rancangan acak lengkap
bulu ayam pada suhu 121°C, 1 kg/cm2 selama
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan,
15 menit dengan tujuan untuk menghilangkan
yaitu P0 : pakan komersial (kontrol); P1 : pakan
mikroorganisme ikutan atau mencegah
dengan binder tepung gaplek 5 %; P2 : pakan
terjadinya kontaminan oleh mikroorganisme
dengan binder tepung gaplek 7,5 %; dan P3 :
lain (Desi, 2002). Sebanyak 2 g tepung bulu
pakan dengan binder tepung gaplek 10 %.
ayam dicampurkan dengan inokulum B.
1. Prosedur Penelitian licheniformis B2560 sebanyak 5 ml ke dalam
Erlenmeyer pada pH 8,5 dan diinkubasi dalam
a.Fermentasi Bulu Ayam dengan Bacillus
inkubator pada suhu 55°C selama 72 jam. Hasil
licheniformis B2560
dari proses fermentasi diperoleh tepung bulu
1).Pembuatan Inokulum B. licheniformis ayam yang disebut dengan hidrolisat bulu ayam
B2560 (HBA).
Pembuatan inokulum dilakukan dalam
media NA. B. licheniformis digoreskan dalam
b.Fermentasi Ampas tahu dengan Aspergilus
media NA yang dibuat miring pada tabung
niger
reaksi dan dibiarkan tumbuh pada suhu kamar
selama 48 jam. Sebanyak 10 ml NB dimasukkan 1).Pembuatan Inokulum
ke dalam tabung biakan bakteri B. licheniformis,
A.niger pada medium PDA miring umur
sehingga diperoleh suspensi sel bakteri yang
disebut dengan inokulum (Desi, 2002). 5 24 jam masing-masing ditambahkan 40 ml
aquades steril kemudian dikerok sampai semua
2).Perbanyakan Biakan Bakteri B. spora kapang lepas dan divortek sehingga
licheniformis B2560 diperoleh suspensi. Suspensi digunakan untuk
Perbanyakan B. licheniformis dilakukan proses fermentasi medium ampas tahu, dan
dengan menginokulasi biakan pada media NA untuk penghitungan jumlah spora kapang
dan dibiarkan selama 48 jam. Isolat dipindahkan menggunakan metode TPC. Untuk keperluan
ke dalam 10 ml media NB dan diinkubasi pada perhitungan tersebut dilakukan pengenceran
pH 8,0 dan suhu 45°C selama 5 hari. Kultur yang suspensi kapang dari 10-1 sampai dengan 10-7.
dihasilkan dipindahkan seluruhnya ke dalam 90 2.) Fermentasi Ampas Tahu
ml media NB dan diinkubasi selama 48 jam.
Seluruh kultur dipindahkan ke dalam 900 ml Media fermentasi dibuat dengan
media NB dan diinkubasi kembali selama 48 menyiapkan ampas tahu sebanyak 50 g, dicuci
jam. Hasil akhir dari proses ini diperoleh kultur menggunakan air bersih, kemudian ampas tahu
bakteri B. licheniformis yang digunakan untuk ditiriskan atau diperas sampai kadar airnya
proses fermentasi. berkurang dan diremas agar tidak menggumpal,
mengukus ampas tahu selama 30 menit,
3).Pembuatan Tepung Bulu Ayam
mendinginkan sampai suhu 35 dan
Pembuatan tepung bulu ayam mempunyai pH 6. Ampas tahu kemudian
dilakukan dengan cara bulu ayam dikumpulkan dimasukkan ke dalam cawan petri dan
dan diambil dari RPA. Bulu ayam yang diinokulasi dengan kapang A.niger pada
terkumpul dicuci hingga bersih dengan air inokulum sebanyak 2,5 ml sesuai perlakuan dan
mengalir. Hal tersebut dimaksudkan untuk diinkubasi selama 2-3 hari.
memisahkan bulu ayam dari sisa-sisa darah
JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
39
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek
JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
40
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek
HASIL DAN PEMBAHASAN yang terbuat dari singkong yang terlebih dahulu
dikeringkan kemudian digiling menjadi tepung.
Penggunaan binder atau binding agent
Kandungan nutrisi tepung gaplek antara lain
berupa tepung gaplek diharapkan mampu
kadar protein 1,1%, kadar lemak 0,5%, dan
meningkatkan stabilitas pakan ikan yang
kadar karbohidrat 88,2% (Soetanto, 2008).
berhasil dibuat. Binder biasanya berasal dari
Tepung gaplek baik digunakan sebagai binder
karbohidrat yang apabila dilakukan pemanasan
pakan ikan (Murtidjo, 2001).
atau ditambahkan uap panas akan mengalami
koagulasi dan akan membantu merekatkan
bahan baku yang digunakan dalam campuran
2. Tingkat Kekerasan Pakan Ikan
pembuatan pakan ikan.
Hasil penelitian menunjukkan
1. Daya Apung Pakan Ikan
penambahan binder tepung gaplek dengan
Salah satu faktor yang mempengaruhi berbagai konsentrasi berpengaruh nyata
kualitas pakan ikan adalah kemampuannya (P<0,05) terhadap tingkat kekerasan pakan ikan
ketika mengapung di dalam air (daya apung). (Tabel 1). P3 memiliki tingkat kekerasan
Pakan ikan yang cepat tenggelam di dalam air tertinggi (96,75%) dan berbeda nyata dengan
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh perlakuan P0 (74,50%) dan P1 (86,62%) tetapi
ikan, sehingga tingkat efisiennya sangat rendah. tidak berbeda nyata dengan P2 (89,75%).
Pemberian binder tepung gaplek merupakan Tingkat kekerasan pakan dipengaruhi oleh
salah satu cara untuk memperbaiki kualitas kadar air dan campuran bahan pakan yang
pakan ikan agar tetap stabil ketika ditebar di digunakan. Indeks penyerapan air yang tinggi
dalam air. Selain daya apung yang baik, pakan dapat menurunkan tingkat kekerasan karena
ikan harus homogen, tidak mudah lembek, dan semakin banyak air yang diserap maka produk
tidak mudah pecah agar dapat dimanfaatkan yang dihasilkan akan semakin lunak (Afrianto &
seoptimal mungkin oleh ikan. Dalam penelitian Liviawaty, 2005). Campuran bahan pakan yang
ini, pakan dibuat dengan mencampurkan 3 halus akan menyebabkan kekerasan pelet yang
bahan dengan komposisi sama, yaitu tepung tinggi. Hal ini dikarenakan ikatan antar partikel
bulu ayam terfermentasi, ampas tahu yang dipengaruhi oleh proses penekanan bahan
terfermentasi, dan tepung ikan rucah dengan pada saat pembuatan akan semakin kuat
perbandingan 1:1:1, dan ditambahkan bahan sehingga diperoleh pelet dengan kekerasan yang
perekat berupa tepung gaplek sebanyak 5, 7,5, tinggi (Mudjiman, 2004).
dan 10 % sesuai dengan perlakuannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
3.Tingkat Homogenitas Pakan Ikan
pemberian binder tepung gaplek dengan
berbagai konsentrasi berpengaruh nyata Tingkat homogenitas pakan ikan antar
(P<0,05) terhadap daya apung pakan ikan perlakuan binder (P1, P2, dan P3) tidak berbeda
(Tabel 1). Perlakuan pakan dengan pemberian nyata, tetapi P0 dan P1 berbeda nyata. Secara
binder tepung gaplek 10% (P3) menghasilkan umum, perlakuan P1 dan P2 memiliki tingkat
daya apung tertinggi (275,5 menit) dan berbeda homogenitas pakan ikan yang relatif sama
nyata dengan P1 (binder 5% tepung gaplek) dan dengan pakan komersial (P0). Hal tersebut
P2 (binder 7,5% tepung gaplek). Selain memiliki diduga karena bahan perekat yang berperan
daya apung tertinggi, P3 juga tidak berbeda sebagai binder memiliki peranan penting yang
nyata dengan perlakuan pakan komersial (P0), berfungsi untuk merekatkan komponen-
artinya kemampuan daya apung P3 relatif komponen pakan sehingga struktur pakan
menyamai daya apung pakan komersial. Hal ini menjadi kuat, kompak, dan dapat
diduga, binder tepung gaplek 10% dapat menghomogenkan pakan. Pakan ikan yang baik
membantu pakan tersebut memiliki ikatan antar memiliki tekstur yang kompak serta ukuran
agregat yang kuat sehingga mengurangi pori- partikel bahan baku yang halus dan seragam
pori yang terbentuk akibatnya memperlambat (Afrianto & Liviawaty, 2005).
daya serap air dan akan meningkatkan daya
apungnya. Semakin tinggi pori-pori dan daya
serap yang terbentuk maka semakin rendah
daya apung. Tepung gaplek merupakan tepung
JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
41
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek
Tabel 1. Rata-Rata Parameter Fisik Pakan Ikan dengan Binder Tepung Gaplek
Parameter Rata-rata Parameter Fisik Pakan Ikan Standar Deviasi
yang diukur
P0 P1 P2 P3
Daya apung 283,00 ±58,47b 40,25 ±35,37a 102 ± 26,77a 275,50± 79,73b
(menit)
Kecepatan pecah 15,00 ± 4,08ª 22,5 ± 2,88b 23,75 ± 4,78b 26,25 ± 2,50b
(menit)
Keterangan :
Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT
dengan taraf uji 5%
P0 : pakan komersial
P1 : pakan dengan binder tepung gaplek 5 %
P2 : pakan dengan binder tepung gaplek 7,5 %
P3: pakan dengan binder tepung gaplek 10%
4.Kecepatan Pecah Pakan Ikan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan
adalah bahan baku yang mengalami
Perlakuan pemberian binder tepung
peningkatan kadar protein setelah difermentasi
gaplek berbagai konsentrasi (P1, P2, dan P3)
terlebih dahulu. Kombinasi ampas tahu
tidak berbeda nyata antar perlakuan dan
terfermentasi, tepung bulu ayam terfermentasi
memiliki waktu kecepatan pecah yang lebih
dan tepung ikan rucah menghasilkan kadar
lama dibandingkan perlakuan pakan komersial.
protein dalam pakan yang lebih tinggi
Hal ini diduga pemberian binder tepung gaplek
dibandingkan pakan komersial. Pada umumnya
mampu meningkatkan tingkat kekerasan pakan
ikan membutuhkan protein sekitar 20-60%, dan
dan sifat kekerasan pakan mampu
optimum 30 – 36% (Masyamsir, 2001).
mempengaruhi kecepatan pecah sehingga pakan
menjadi lebih lama pecah ketika ditebar di
dalam air dibandingkan pakan komersial.
Tabel 2. Kadar Protein dan Kadar Air Pakan
Kandungan binder sebagai perekat alami
(misalnya pati) mampu mempengaruhi kualitas Parameter Perlakuan
pakan (Krisnan & Ginting, 2009). Penggunaan
tepung gaplek dengan pemanasan dan tekanan yang P0 P1 P2 P3
dapat membentuk pakan ikan menjadi lebih diukur
padat, keras, dan tidak mudah pecah (Harjono, Protein 33,62 42,99 41,03 35,62
2001). (%)
Kadar Air
9,27 8,07 8,39 8,64
5.Kadar Protein dan Kadar Air Pakan Ikan (%)
JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
42
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek
JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
43
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek
JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
44