Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Riset Sains dan Teknologi

Volume 1 No. 1 Maret 2017 e-ISSN 2549-9750

UJI FISIK PAKAN IKAN YANG MENGGUNAKAN BINDER TEPUNG


GAPLEK

Physical Test Of Fish Feed Using Cassava Flour Binder


Dini Siswani Mulia*, Fatih Wulandari, Heri Maryanto
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jalan Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 Tel. 0281-636751, Fax. 0281-637239,
*E-mail: dsiswanimulia@yahoo.com

ABSTRAK
Pakan ikan dibuat selain memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan
Histori Artikel : kebutuhan ikan budidaya, juga secara fisik harus kompak dan stabil di dalam air.
Submit : Kelemahan yang sering terjadi, sebagian besar kandungan nutrisi sudah terpenuhi
03/03/2017 tetapi pakan mudah tenggelam di dalam air dan cepat terurai sebelum semuanya
dimakan ikan. Langkah strategis adalah menambahkan binder (bahan perekat)
Revisi : dalam pembuatan pakan ikan agar bahan pakan tercampur dengan baik, kompak,
14/03/2017 serta memiliki daya apung yang baik pula. Salah satu bahan yang berpotensi
Accepted : sebagai binder pakan ikan adalah tepung gaplek. Penelitian ini bertujuan untuk
16/03/2017 mengkaji uji fisik pakan ikan yang menggunakan binder tepung gaplek. Metode
penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap
(RAL) 4 perlakuan dan 4 kali ulangan, yaitu P0 : pakan komersial (kontrol); P1 :
pakan dengan binder tepung gaplek 5 %; P2 : pakan dengan binder tepung gaplek
7,5 %; dan P3 : pakan dengan binder tepung gaplek 10%. Bahan baku pakan adalah
tepung bulu ayam yang difermentasi dengan Bacillus licheniformis B2560, ampas
tahu yang difermentasi dengan Aspergillus niger, dan tepung ikan rucah. Parameter
yang diamati adalah uji fisik pakan ikan meliputi daya apung, tingkat kekerasan,
tingkat homogenitas, dan kecepatan pecah pakan ikan serta sebagai data
pendukung adalah kadar protein dan kadar air pakan ikan. Parameter uji fisik
pakan ikan dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan
Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf uji 5%, sedangkan data kadar
protein dan kadar air dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian binder tepung gaplek berpengaruh nyata terhadap
hasil uji fisik pakan ikan. Perlakuan dengan binder tepung gaplek dengan
konsentrasi 10% memiliki kualitas pakan yang paling baik dan mampu menyamai
kualitas pakan komersial. Kadar protein yang dihasilkan pakan uji dapat memenuhi
kriteria kebutuhan nutrisi pakan yang berkualitas, yaitu berkisar 30-40%.
Kata Kunci : binder, pakan ikan, tepung gaplek, uji fisik

ABSTRACT
Fish feed is made in addition to nutritional value that corresponds to the needs of farmed fish, also must
physically compact and stable in the water. Weakness is often the case, most of the nutritional content has
been fulfilled but the feed easily sink in water and rapidly unfolding before everything is eaten by fish.
Strategic step is to add a binder (adhesive) in the manufacture of fish feed in order to feed ingredients
well mixed, compact, and has a buoyancy that good anyway. One potential as a binder ingredient of fish
feed is dried cassava flour. This study aims to assess the physical test fish feed using cassava flour binder.
The research method used experimental method with a completely randomized design (CRD) 4
treatments and 4 replications, namely P0: commercial feed (control); P1: feed with cassava flour binder

37
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek

5%; P2: feed with cassava flour binder of 7.5%; and P3: feed with 10% cassava flour binder. Feed
ingredients are chicken feather flour fermented with Bacillus licheniformis B2560, tofu fermented with
Aspergillus niger, and trash fish flour. Parameters measured were physically test fish feed include
buoyancy, the level of violence, degree of homogeneity, and broke the speed of fish feed as well as
supporting data is the protein content and the moisture content of fish feed. Physical test parameters of
fish feed were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan Multiple Range Test (DMRT)
with a test level of 5%, while data on the nutrient content were analyzed descriptively. The results
showed that treatment of cassava flour Award binders significantly affect the results of physical tests of
fish feed. Treatment with cassava flour binder with a concentration of 10% has the most excellent feed
quality and able to match the quality of commercial feed. The protein content of the resulting feed can
meet the test criteria for the nutritional needs of high quality feed, which ranges from 30-40%.
Key words : binder, cassava flour, fish feed, physical tests

PENDAHULUAN digunakan (Saade & Aslamyah, 2009). Binder


berfungsi sebagai perekat antara semua bahan
Ketersediaan pakan ikan yang cukup,
baku sehingga pakan yang dibuat menjadi lebih
baik secara kualitas maupun kuantitas
kompak dan stabil. Kini, banyak binder sintetis
merupakan salah satu faktor kunci dalam
yang beredar di pasaran dan digunakan sebagai
keberhasilan budidaya ikan. Permasalahan yang
bahan perekat pakan, contohnya Carboksil Metil
sering muncul dalam pengadaan pakan adalah
Cellulosa (CMC). Namun, selain harganya mahal,
tingginya biaya pakan mengingat kebutuhan
bahan sintetis biasanya menimbulkan dampak
pakan ikan mencapai 60-70 % dari seluruh
negatif jangka panjang bagi penggunanya. Oleh
biaya produksi. Sementara di pasaran, harga
karena itu, penggunaan binder diarahkan
pakan ikan cenderung mahal. Perlu kreatifitas
menggunakan bahan alami. Beberapa bahan
dari pembudidaya ikan untuk mampu
alami yang sudah digunakan antara lain tepung
menciptakan pakan buatan sendiri dengan
terigu, tepung jagung, tepung beras, onggok
memanfaatkan bahan baku yang murah bahkan
(Retnani et al., 2010; Setiyatwan et al., 2008),
limbah tanpa mengurangi kualitas gizi pakan
tepung tapioka (Syamsu, 2007), bungkil inti
yang disyaratkan. Dalam pembuatan pakan
sawit dan solid ex decanter (Krisnan & Ginting,
ikan, ternyata tidak hanya memerlukan
2009), serta rumput laut (Saade & Aslamyah,
formulasi bahan baku yang tepat, baik dari jenis
2009). Tepung gaplek merupakan salah satu
bahan baku maupun komposisi zat gizinya, yang
bahan yang potensial dijadikan binder (Syamsu,
tidak kalah penting adalah kualitas pakan ikan
2007). Selain harganya murah, mudah
setelah ditebar ke dalam air. Banyak pakan yang
diperoleh, juga merupakan bahan alami yang
berhasil dibuat dengan kualitas gizi yang
cenderung lebih aman untuk ditambahkan ke
memenuhi syarat, tetapi cepat tenggelam,
dalam pakan ikan.
mudah hancur dan terurai di dalam air, padahal
belum semuanya dimakan oleh ikan. Akibatnya, Bahan baku pakan yang digunakan
pakan yang diberikan menjadi tidak efektif dan adalah tepung bulu ayam dan ampas tahu yang
efisien lagi. Bentuk fisik pakan ikan sangat difermentasi serta tepung ikan rucah. Mikrobia
dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan, yang digunakan untuk fermentasi tepung bulu
ukuran pencetak, jumlah air, tekanan, metode ayam dipilih berdasarkan kemampuannya
setelah pengolahan, dan penggunaan bahan dalam mendegradasi bulu ayam, demikian juga
perekat untuk menghasilkan pakan ikan dengan untuk mikrobia yang digunakan dalam
struktur yang kuat, kompak, dan kokoh sehingga fermentasi ampas tahu dipilih berdasarkan
tidak mudah pecah (Jahan et al., 2006). potensinya dalam memfermentasi ampas tahu
sehingga menghasilkan kadar protein terbaik.
Agar diperoleh pakan ikan dengan sifat
Tepung bulu ayam difermentasi menggunakan
fisik yang baik di dalam air, perlu digunakan
Bacillus licheniformis B2560 dan ampas tahu
binder (bahan perekat) ke dalam campuran
difermentasi dengan Aspergillus niger (Mulia et
bahan pakan ikan tersebut. Binder atau bahan
al., 2013).
perekat adalah bahan tambahan yang sengaja
ditambahkan ke dalam formulasi bahan pakan Dalam penelitian ini, formulasi pakan
untuk menyatukan semua bahan baku yang berupa tepung bulu ayam yang difermentasi

JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
38
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek

dengan Bacillus licheniformis B2560, ampas tahu maupun kotoran lainnya yang menempel. Bulu
yang difermentasi dengan Aspergillus niger, dan ayam yang sudah bersih dikeringkan pada sinar
tepung ikan rucah akan ditambah bahan perekat matahari hingga benar-benar kering. Bulu ayam
tepung gaplek. Penelitian ini bertujuan untuk yang sudah kering digiling menggunakan mesin
mengkaji uji fisik pakan ikan yang menggunakan giling. Hasil yang diperoleh dari penggilingan
binder tepung gaplek. berupa tepung bulu ayam (Tarmizi, 2001).
4).Fermentasi Tepung Bulu Ayam dengan B.
licheniformis B2560
METODE PENELITIAN
Proses fermentasi dilakukan dengan
Penelitian ini menggunakan metode
terlebih dahulu melakukan sterilisasi tepung
eksperimen dengan rancangan acak lengkap
bulu ayam pada suhu 121°C, 1 kg/cm2 selama
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan,
15 menit dengan tujuan untuk menghilangkan
yaitu P0 : pakan komersial (kontrol); P1 : pakan
mikroorganisme ikutan atau mencegah
dengan binder tepung gaplek 5 %; P2 : pakan
terjadinya kontaminan oleh mikroorganisme
dengan binder tepung gaplek 7,5 %; dan P3 :
lain (Desi, 2002). Sebanyak 2 g tepung bulu
pakan dengan binder tepung gaplek 10 %.
ayam dicampurkan dengan inokulum B.
1. Prosedur Penelitian licheniformis B2560 sebanyak 5 ml ke dalam
Erlenmeyer pada pH 8,5 dan diinkubasi dalam
a.Fermentasi Bulu Ayam dengan Bacillus
inkubator pada suhu 55°C selama 72 jam. Hasil
licheniformis B2560
dari proses fermentasi diperoleh tepung bulu
1).Pembuatan Inokulum B. licheniformis ayam yang disebut dengan hidrolisat bulu ayam
B2560 (HBA).
Pembuatan inokulum dilakukan dalam
media NA. B. licheniformis digoreskan dalam
b.Fermentasi Ampas tahu dengan Aspergilus
media NA yang dibuat miring pada tabung
niger
reaksi dan dibiarkan tumbuh pada suhu kamar
selama 48 jam. Sebanyak 10 ml NB dimasukkan 1).Pembuatan Inokulum
ke dalam tabung biakan bakteri B. licheniformis,
A.niger pada medium PDA miring umur
sehingga diperoleh suspensi sel bakteri yang
disebut dengan inokulum (Desi, 2002). 5 24 jam masing-masing ditambahkan 40 ml
aquades steril kemudian dikerok sampai semua
2).Perbanyakan Biakan Bakteri B. spora kapang lepas dan divortek sehingga
licheniformis B2560 diperoleh suspensi. Suspensi digunakan untuk
Perbanyakan B. licheniformis dilakukan proses fermentasi medium ampas tahu, dan
dengan menginokulasi biakan pada media NA untuk penghitungan jumlah spora kapang
dan dibiarkan selama 48 jam. Isolat dipindahkan menggunakan metode TPC. Untuk keperluan
ke dalam 10 ml media NB dan diinkubasi pada perhitungan tersebut dilakukan pengenceran
pH 8,0 dan suhu 45°C selama 5 hari. Kultur yang suspensi kapang dari 10-1 sampai dengan 10-7.
dihasilkan dipindahkan seluruhnya ke dalam 90 2.) Fermentasi Ampas Tahu
ml media NB dan diinkubasi selama 48 jam.
Seluruh kultur dipindahkan ke dalam 900 ml Media fermentasi dibuat dengan
media NB dan diinkubasi kembali selama 48 menyiapkan ampas tahu sebanyak 50 g, dicuci
jam. Hasil akhir dari proses ini diperoleh kultur menggunakan air bersih, kemudian ampas tahu
bakteri B. licheniformis yang digunakan untuk ditiriskan atau diperas sampai kadar airnya
proses fermentasi. berkurang dan diremas agar tidak menggumpal,
mengukus ampas tahu selama 30 menit,
3).Pembuatan Tepung Bulu Ayam
mendinginkan sampai suhu 35 dan
Pembuatan tepung bulu ayam mempunyai pH 6. Ampas tahu kemudian
dilakukan dengan cara bulu ayam dikumpulkan dimasukkan ke dalam cawan petri dan
dan diambil dari RPA. Bulu ayam yang diinokulasi dengan kapang A.niger pada
terkumpul dicuci hingga bersih dengan air inokulum sebanyak 2,5 ml sesuai perlakuan dan
mengalir. Hal tersebut dimaksudkan untuk diinkubasi selama 2-3 hari.
memisahkan bulu ayam dari sisa-sisa darah

JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
39
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek

Tingkat kekerasan pakan ikan diukur


dengan memasukkan 2 g pakan ke dalam pipa
paralon dengan tinggi 1 m. kemudian pakan
c.Tepung Ikan Rucah dijatuhi beban anak timbangan dengan berat
500 g. Pakan yang telah dijatuhi beban
Ikan rucah terlebih dahulu dibersihkan
kemudian diayak menggunakan ayakan dengan
dari kotoran. Selanjutnya digiling menjadi
ukuran mata ayakan sebesar 0,5 mm. Tingkat
tepung ikan, lalu dijemur. Ikan rucah
kekerasan dihitung dalam persentasi pakan
merupakan ikan rusak atau sortiran yang sudah
yang tidak hancur dengan menggunakan ayakan
tidak layak untuk dikonsumsi manusia (afkiran).
(Saade & Aslamyah, 2009).
Ikan rucah diambil dari TPI Kebon Baru Cilacap,
dan jenisnya bermacam-macam, antara lain ikan Tingkat homogenitas pakan bertujuan
kembung, sepat, nilam, rebon, dan sejenisnya. untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran
Ikan rucah dibersihkan dengan air mengalir partikel bahan penyusun pakan. Pakan
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang sebanyak 5 g digerus di mortar dengan tekanan
menempel. Setelah dibersihkan, ikan ini yang sama. Selanjutnya, pelet uji diayak
dikeringkan dengan sinar matahari hingga menggunakan ayakan dengan ukuran mata
benar-benar kering. Kemudian ikan tersebut ayakan sebesar 0,5 mm. Persentase pelet uji
digiling menggunakan mesin penggiling yang lolos pada ayakan tersebut menunjukkan
sehingga diperoleh tepung ikan rucah. tingkat homogenitas pakan ikan.
d. Pembuatan Pakan Ikan Uji kecepatan pecah mengukur berapa
lama waktu sampai pakan hancur di dalam air.
Pakan dibuat dengan mencampurkan
Uji ini diamati secara visual. Sebanyak 10 butir
tepung bulu ayam terfermentasi, ampas tahu
pelet dimasukkan ke dalam beaker glass yang
terfermentasi, dan tepung ikan rucah dengan
diisi 1 L air. Untuk mengetahui pelet sudah
perbandingan 1:1:1. Adapun bahan perekat
lembek atau belum dilakukan penekanan
yang digunakan adalah tepung gaplek dengan
dengan jari telunjuk. Pengamatan ini dilakukan
konsentrasi sesuai dengan perlakuan.
dengan memencet pelet setiap lima menit
Selanjutnya, ditambahkan air hangat agar
(Saade & Aslamyah, 2009), sampai pakan
adonan berbentuk pasta dan mudah untuk
pecah/hancur.
dicetak. Pakan dicetak dengan menggunakan
mesin pencetak pellet. Selanjutnya, pellet dioven b. Uji Kimiawi Pakan Ikan
pada suhu 50ºC.
Uji kimiawi pakan ikan meliputi uji
kandungan nutrisi pakan secara kimiawi.
Pengujian kimiawi yang dilakukan adalah uji
2. Parameter yang diamati
proksimat berupa kadar protein kasar dan
Parameter yang diamati adalah uji fisik kadar air dalam pakan ikan.
pakan ikan meliputi daya apung, tingkat
kekerasan, tingkat homogenitas, dan kecepatan
pecah pakan ikan serta sebagai data pendukung 3. Analisis Data
adalah parameter kimiawi meliputi kadar
Data daya apung, tingkat kekerasan,
protein dan kadar air pakan ikan.
tingkat homogenitas, dan kecepatan pecah
a.Uji Fisik Pakan Ikan pakan ikan dianalisis dengan menggunakan
Analysis of Variance (ANOVA) dan DMRT
Uji fisik pakan ikan meliputi daya
(Duncan Multiple Range Test) dengan taraf uji
apung, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas,
5%. Data kadar protein dan kadar air dianalisis
dan kecepatan pecah pakan ikan. Daya apung
secara deskriptif.
pakan dilakukan dengan menjatuhkan 5 butir
pakan ke dalam gelas ukur 500 ml yang berisi
air setinggi 20 cm. Setelah itu mengamati dan
mencatat waktu yang dibutuhkan oleh pakan
tersebut mencapai dasar ember dengan
menggunakan stop watch.

JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
40
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek

HASIL DAN PEMBAHASAN yang terbuat dari singkong yang terlebih dahulu
dikeringkan kemudian digiling menjadi tepung.
Penggunaan binder atau binding agent
Kandungan nutrisi tepung gaplek antara lain
berupa tepung gaplek diharapkan mampu
kadar protein 1,1%, kadar lemak 0,5%, dan
meningkatkan stabilitas pakan ikan yang
kadar karbohidrat 88,2% (Soetanto, 2008).
berhasil dibuat. Binder biasanya berasal dari
Tepung gaplek baik digunakan sebagai binder
karbohidrat yang apabila dilakukan pemanasan
pakan ikan (Murtidjo, 2001).
atau ditambahkan uap panas akan mengalami
koagulasi dan akan membantu merekatkan
bahan baku yang digunakan dalam campuran
2. Tingkat Kekerasan Pakan Ikan
pembuatan pakan ikan.
Hasil penelitian menunjukkan
1. Daya Apung Pakan Ikan
penambahan binder tepung gaplek dengan
Salah satu faktor yang mempengaruhi berbagai konsentrasi berpengaruh nyata
kualitas pakan ikan adalah kemampuannya (P<0,05) terhadap tingkat kekerasan pakan ikan
ketika mengapung di dalam air (daya apung). (Tabel 1). P3 memiliki tingkat kekerasan
Pakan ikan yang cepat tenggelam di dalam air tertinggi (96,75%) dan berbeda nyata dengan
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh perlakuan P0 (74,50%) dan P1 (86,62%) tetapi
ikan, sehingga tingkat efisiennya sangat rendah. tidak berbeda nyata dengan P2 (89,75%).
Pemberian binder tepung gaplek merupakan Tingkat kekerasan pakan dipengaruhi oleh
salah satu cara untuk memperbaiki kualitas kadar air dan campuran bahan pakan yang
pakan ikan agar tetap stabil ketika ditebar di digunakan. Indeks penyerapan air yang tinggi
dalam air. Selain daya apung yang baik, pakan dapat menurunkan tingkat kekerasan karena
ikan harus homogen, tidak mudah lembek, dan semakin banyak air yang diserap maka produk
tidak mudah pecah agar dapat dimanfaatkan yang dihasilkan akan semakin lunak (Afrianto &
seoptimal mungkin oleh ikan. Dalam penelitian Liviawaty, 2005). Campuran bahan pakan yang
ini, pakan dibuat dengan mencampurkan 3 halus akan menyebabkan kekerasan pelet yang
bahan dengan komposisi sama, yaitu tepung tinggi. Hal ini dikarenakan ikatan antar partikel
bulu ayam terfermentasi, ampas tahu yang dipengaruhi oleh proses penekanan bahan
terfermentasi, dan tepung ikan rucah dengan pada saat pembuatan akan semakin kuat
perbandingan 1:1:1, dan ditambahkan bahan sehingga diperoleh pelet dengan kekerasan yang
perekat berupa tepung gaplek sebanyak 5, 7,5, tinggi (Mudjiman, 2004).
dan 10 % sesuai dengan perlakuannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
3.Tingkat Homogenitas Pakan Ikan
pemberian binder tepung gaplek dengan
berbagai konsentrasi berpengaruh nyata Tingkat homogenitas pakan ikan antar
(P<0,05) terhadap daya apung pakan ikan perlakuan binder (P1, P2, dan P3) tidak berbeda
(Tabel 1). Perlakuan pakan dengan pemberian nyata, tetapi P0 dan P1 berbeda nyata. Secara
binder tepung gaplek 10% (P3) menghasilkan umum, perlakuan P1 dan P2 memiliki tingkat
daya apung tertinggi (275,5 menit) dan berbeda homogenitas pakan ikan yang relatif sama
nyata dengan P1 (binder 5% tepung gaplek) dan dengan pakan komersial (P0). Hal tersebut
P2 (binder 7,5% tepung gaplek). Selain memiliki diduga karena bahan perekat yang berperan
daya apung tertinggi, P3 juga tidak berbeda sebagai binder memiliki peranan penting yang
nyata dengan perlakuan pakan komersial (P0), berfungsi untuk merekatkan komponen-
artinya kemampuan daya apung P3 relatif komponen pakan sehingga struktur pakan
menyamai daya apung pakan komersial. Hal ini menjadi kuat, kompak, dan dapat
diduga, binder tepung gaplek 10% dapat menghomogenkan pakan. Pakan ikan yang baik
membantu pakan tersebut memiliki ikatan antar memiliki tekstur yang kompak serta ukuran
agregat yang kuat sehingga mengurangi pori- partikel bahan baku yang halus dan seragam
pori yang terbentuk akibatnya memperlambat (Afrianto & Liviawaty, 2005).
daya serap air dan akan meningkatkan daya
apungnya. Semakin tinggi pori-pori dan daya
serap yang terbentuk maka semakin rendah
daya apung. Tepung gaplek merupakan tepung

JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
41
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek

Tabel 1. Rata-Rata Parameter Fisik Pakan Ikan dengan Binder Tepung Gaplek
Parameter Rata-rata Parameter Fisik Pakan Ikan Standar Deviasi
yang diukur
P0 P1 P2 P3
Daya apung 283,00 ±58,47b 40,25 ±35,37a 102 ± 26,77a 275,50± 79,73b
(menit)

Tingkat 74,50 ± 3,29a 86,62 ± 2,95b 89,75 ± 8,07bc 96,75 ± 0,96c


kekerasan (%)

Tingkat 66,75 ± 5,45b 49,25 ± 6,51ª 58,12 ± 10,39ªb 56,00 ± 3,08ªb


homogenitas (%)

Kecepatan pecah 15,00 ± 4,08ª 22,5 ± 2,88b 23,75 ± 4,78b 26,25 ± 2,50b
(menit)
Keterangan :
Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT
dengan taraf uji 5%
P0 : pakan komersial
P1 : pakan dengan binder tepung gaplek 5 %
P2 : pakan dengan binder tepung gaplek 7,5 %
P3: pakan dengan binder tepung gaplek 10%

4.Kecepatan Pecah Pakan Ikan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan
adalah bahan baku yang mengalami
Perlakuan pemberian binder tepung
peningkatan kadar protein setelah difermentasi
gaplek berbagai konsentrasi (P1, P2, dan P3)
terlebih dahulu. Kombinasi ampas tahu
tidak berbeda nyata antar perlakuan dan
terfermentasi, tepung bulu ayam terfermentasi
memiliki waktu kecepatan pecah yang lebih
dan tepung ikan rucah menghasilkan kadar
lama dibandingkan perlakuan pakan komersial.
protein dalam pakan yang lebih tinggi
Hal ini diduga pemberian binder tepung gaplek
dibandingkan pakan komersial. Pada umumnya
mampu meningkatkan tingkat kekerasan pakan
ikan membutuhkan protein sekitar 20-60%, dan
dan sifat kekerasan pakan mampu
optimum 30 – 36% (Masyamsir, 2001).
mempengaruhi kecepatan pecah sehingga pakan
menjadi lebih lama pecah ketika ditebar di
dalam air dibandingkan pakan komersial.
Tabel 2. Kadar Protein dan Kadar Air Pakan
Kandungan binder sebagai perekat alami
(misalnya pati) mampu mempengaruhi kualitas Parameter Perlakuan
pakan (Krisnan & Ginting, 2009). Penggunaan
tepung gaplek dengan pemanasan dan tekanan yang P0 P1 P2 P3
dapat membentuk pakan ikan menjadi lebih diukur
padat, keras, dan tidak mudah pecah (Harjono, Protein 33,62 42,99 41,03 35,62
2001). (%)
Kadar Air
9,27 8,07 8,39 8,64
5.Kadar Protein dan Kadar Air Pakan Ikan (%)

Hasil uji proksimat pakan ikan berupa


kadar protein dan kadar air pakan ikan (Tabel fvKeterangan : P0 : pakan komersial
2) menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2, dan
P3 memiliki kadar protein kasar yang lebih P1 : pakan dengan binder tepung gaplek 5 %
tinggi (35,62-42,99 %) dibandingkan pakan P2 : pakan dengan binder tepung gaplek 7,5 %
komersial (33,62 %). Hal ini dikarenakan bahan

JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
42
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek

P3 : pakan dengan binder tepung gaplek 10 % Pembangungan Ekonomi Indonesia


(MP3EI) Tahun 2015. LP2M Universitas
Kadar air pakan pada perlakuan P1, P2,
Hasanuddin. Makassar.
dan P3 berkisar antara 8,07-8,64%, lebih rendah
daripada perlakuan dengan pakan komersial Desi, M. 2002. Aktivitas Keratinase Bacillus
(9,27%). Berkurangnya kadar air di dalam licheniformis dalam Memecah Keratin
pakan dipengaruhi oleh proses pemanasan Bulu Ayam. Skripsi. Fakultas
selama pembuatan pakan. Antara perlakuan P1, Matematika dan Ilmu Pengetahuan
P2, dan P3 memiliki kadar air yang cenderung Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
sama karena ketiga perlakuan tersebut dibuat
Jahan, M.S., M. Asaduzzaman, & A Sarkar. 2006.
dengan suhu dan waktu pemanasan yang sama.
Performance of broiler fed on mash,
Pakan ikan yang memiliki kadar air terlalu tinggi
pellet, and crumble. Int J. Poultry Sci.
kurang menguntungkan karena mudah
Vol. 5 No. 3 : 265-270.
ditumbuhi mikroba dan disukai serangga. Kadar
air yang ideal untuk pakan kurang dari 14 %, hal Krisnan, R. & S.P. Ginting. 2009. Penggunaan
ini menunjukkan pakan uji memiliki kualitas Solid Ex-Decanter Sebagai Perekat
yang baik. Kandungan air mutlak diperlukan, Pembuatan Pakan Komplit Berbentuk
akan tetapi dalam jumlah sedikit. Kelebihan air Pelet : Evaluasi Fisik Pakan Komplit
dalam pakan dapat menyebabkan pakan mudah Berbentuk Pelet. Seminar Nasional
rusak. Menurut Winarno (2004), kadar air Teknologi Peternakan dan Veteriner.
dalam bahan makanan dapat mempengaruhi
Masyamsir. 2001.Membuat Pakan Ikan Buatan.
penampakan, tekstur, dan cita rasa makanan.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Kadar air merupakan parameter utama yang
Nasional.
terlibat dalam kebanyakan reaksi kerusakan
bahan pangan. Beberapa kerusakan yang Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Edisi revisi.
disebabkan oleh kadar air yang tinggi pada Jakarta: Penebar Swadaya.
bahan pangan adalah pertumbuhan mikroba,
Murtidjo, Bambang Agus. 2001. Pedoman
pencoklatan, hidrolisis, dan oksidasi lemak.
Meramu Pakan Ikan. Yogyakarta:
Kanisius
KESIMPULAN
Mulia, D.S., Purbomartono, & H. Maryanto. 2013.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Pengembangan Pakan Bervaksin
disimpulkan bahwa perlakuan binder tepung (dengan Memanfaatkan Limbah Lokal
gaplek berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap Sebagai Bahan Baku dan Vaksin
hasil uji fisik pakan ikan, meliputi daya apung, Aeromonas hydrophila) Pada Budidaya
tingkat kekerasan, tingkat homogenitas, dan Lele Dumbo. Laporan Penelitian AUPT.
kecepatan pecah pakan ikan. Perlakuan P3 Universitas Muhammadiyah
(binder tepung gaplek 10 %) merupakan Purwokerto.
perlakuan yang memberikan hasil paling baik
Retnani, Y., N. Hasanah, Rahmayeni, & L.
dibandingkan dengan perlakuan yang lain,
Herawati. 2010. Uji Sifat Fisik Ransum
dengan kadar protein 35,62% dan kadar air
Ayam Broiler Bentuk Pelet yang
8,64%.
Ditambahkan Perekat Onggok Melalui
Proses Penyemprotan Air. Agripet Vol.
10 No. 1 : 13-18
DAFTAR PUSTAKA
Saade, E. & S. Aslamyah. 2009. Uji Fisik dan
Afrianto, E. & E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan.
Kimiawi Pakan Buatan untuk Udang
Yogyakarta: Kanisius.
Windu Penaeus monodon Fab. yang
Aslamyah, S. 2015. Diversifikasi Rumput Laut Menggunakan Berbagai Jenis Rumput
Fermentasi Sumber Karbohidrat dan Laut sebagai Bahan Perekat. Torani
Binder Dalam Pakan Buatan Murah dan (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan).
Ramah Lingkungan untuk Mendukung Vol. 19 (2) : 107-115.
Intensifikasi Budidaya Ikan di Sulawesi
Setiyatwan, H., D. Saefulhajar, & U. Hidayat T.
Selatan. Abstrak Penelitian Berbasis
2008. Pengaruh Bahan Perekat dan Lama
Hibah Masterplan Percepatan Perluasan

JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
43
Dini Siswani Mulia, Fatih Wulandari, dan Heri Maryanto
Uji Fisik Pakan Ikan Yang Menggunakan Binder Tepung Gaplek

penyumpanan terhadap Sifat Fisik


Ransum Bentuk Pelet. Jurnal Ilmu Ternak.
Vol. 8(2) : 105-108.
Soetanto, N. Edy. 2008. Tepung Cassava dan
Olahannya. Yogyakarta: Kanisius
Syamsu, J.A. 2007. Karakteristik Fisik Pakan Itik
Bentuk Pelet yang Diberi Bahan Perekat
Berbeda dan Lama Penyimpanan yang
Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 7 No.2
: 128-134.
Tarmizi, A. 2001. Evaluasi Nilai Nutrisi Tepung
Bulu yang Difermentasi dengan
Menggunakan Bacillus licheniformis
pada Ayam Broiler. Skripsi. Jurusan Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

JRST: Jurnal Riset Sains dan Teknologi, e-ISSN 2549 – 9750 Vol.1 (1) 2017 (37 – 44)
44

Anda mungkin juga menyukai