Anda di halaman 1dari 7

1.

Hubungan Ilmu Administrasi dengan Ilmu Politik

Ilmu administrasi negara dengan politik memiliki keterkaitan yang sangat


erat yang tidak dapat dipisahkan dari keduanya. Hal ini sesuai dengan salah satu
pendapat bahwa administrasi negara/publik adalah anak dari ilmu politik.
Pendapat tersebut memandang administrasi publik sebagai pelaksana bagi politik.
Keduanya terangkai dalam jalinan interkoneksi. Satu kebijakan publik yang
dirumuskan oleh politik, tidak akan sempurna, kalau tidak memperoleh masukan
dari administrasi. Bahkan, dapat dikatakan dengan masukan dari administrasi,
politik dapat merumuskan kebijakan. Seperti keputusan politik untuk menetapkan
siapa yang akan menjadi gubernur dan wakil gubernur di Kalimantan Selatan
dalam pemilu yang dilaksanakan pada Hari Rabu, 09 Desember 2015. kebijakan
tersebut diambil setelah pemerintah atau penyelenggara administrasi menyajikan
berbagai pertimbangan dan data sebagai dasar pembuatan kebijakan.
          Politik dan administrasi negara sangatlah erat berkaitan, ini dibuktikan
dengan politik merupakan pangkal tolak administrasi negara dan administrasi
negara adalah merupakan kelanjutan dari proses politik.  Menurut Woodrow
Wilson (1974), administrasi adalah kelanjutan dari sebuah kebijakan artinya
administrasi berjalan ketika sebuah kebijakan yang dihasilkan dari proses politik
itu terjaga kestabilannya.  Mempelajari negara dan pemerintahannya berarti
mempelajari kekuatan dan kekuasaan dan hal tersebut merupakan salah satu dari
tujuan atau orientasi dari kontestasi politik yakni kekuasaan. Ketika meninjau
pengaruh politik terhadap administrasi negara, suatu hal yang perlu untuk
diperhatikan adalah sistem politik. Sistem politik adalah sistem pola hubungan
kekuasaan dalam pemerintahan dan hubungan kekuasaan pemerintah dengan
konstituennya (yakni rakyat). Sistem politik mencakup hubungan pengemban
kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Bagaimana pola hubungan
pemerintah dengan wakil – wakil rakyat diparlemen, bagaimana rakyat diorganisir
untuk dapat mengefektifkan kekuasaan (kepartaian).
Administrasi negara yang memberikan sebuah pelayanan yang prima
kepada publik itu dicapai ketika terjadinya kestabilan politik disuatu negara.
Politik dan administrasi adalah dua rangkai mekanisme yang seharusnya saling
mendamaikan. Administrasi negara ada untuk mentertibkan proses politik,
sedangkan hasil proses politik sudah seharusnya mendewasakan aparatur birokrasi
di negeri ini. Jadi, politik merupakan dimensi penting dalam administrasi negara.
Politik dan administrasi negara seumpama dua sisi dari keping mata uang. Politik
perumus strategi negara dan administrasi negara implementor strategi tersebut.
Politik tanpa administrasi negara hanya sekedar jargon dan janji – janji,
sebaliknya administrasi negara tanpa politik seperti mobil yang berjalan tanpa
arah tujuan.  Karena itu, perlu dipahami apa pengertian dan fungsi politik dan
administrasi negara, serta perdebatan seputar hubungan administrasi negara
dengan politik yang telah menjadi isu klasik dalam ilmu administrasi
negara.  Pengaruh politik terhadap administrasi negara telah berjalan cukup lama
sejak orde lama hingga orde reformasi.
          Administrasi negara adalah kelanjutan dari proses politik namun bukan
bagian dari proses politik praktis.  Adanya birokrasi hanyalah sebatas pelaksanaan
administrasi proses politik, Artinya administrasi negara itu ada untuk menciptakan
ketertiban proses politik, namun tidak di infiltrasi oleh proses (hasil) politik.
Proses politik di Indonesia kadang tidak terselesaikan setelah proses pemilu. 
Secara konkret kita melihat bahwa ada ekses – ekses lain yang terjadi setelah
pemilu. Perang kepentingan masih terjadi setelah pemilu yang parahnya malah
membuat aparatur birokratnya menjadi kehilangan kenetralitasannya. Padahal
dalam aspek tata perilaku seorang birokrat ialah ia harus netral atau sebagai
stabilisator konflik. Jalannya sebuah administrasi kebijakan negara yang baik itu
diawali dengan pra kondisi kestabilan politik tentu saja sebuah keniscayaan
administrasi negara yang handal, efisien dan menghasilkan output yang prima
hanya menjadi mimpi – mimpi belaka yang tak akan pernah usai. 

2. Hubungan ilmu administrasi dengan ilmu hukum tata Negara


Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara merupakan disiplin
ilmu yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Hal ini didasari karena sama-
sama memiliki objek kajian yakni Negara. Pasti muncul pertanyaan bagaimanakah
hubungan antara kedua bidang ilmu hukum ini ? Terlebih dahulu kita harus
memahami apa pengertian masing-masing bidang ini. Berikut penjelasan
mengenai pengertian dan hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum
Tata Negara : 

Dalam tatanan Ilmu Hukum, Hukum Administrasi Negara termasuk dalam


hukum publik dan merupakan bagian daripada Hukum Tata Negara. Dimana
Hukum Admnistrasi Negara mengatur tindakan, kegiatan, dan keputusan yang
dilakukan dan diambil oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam menjalankan
praktik kehidupan Negara. Menurut Djokosutono, Hukum Admnistrasi Negara
adalah hukum yang mengatur tentang hubungan-hubungan hukum antara jabatan-
jabatan dalam Negara dengan warga masyarakat. Sedangkan Hukum Tata Negara
adalah ilmu hukum yang mendefinisikan hubungan antara lembaga di dalam suatu
Negara, yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Van der Pot berpendapat bahwa
Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan
yang diperlukan, wewenang masing-masing badan, hubungan antara badan yang
satu dengan yang lain, serta hubungan antara badan-badan itu dengan individu-
individu di dalam suatu Negara.

Ditinjau dari segi historis, sebelum abad ke 19 Hukum Administrasi Negara


menyatu masih menyatu dengan Hukum Tata Negara, setelah abad ke 19 Hukum
Admnistrasi Negara berdiri sendiri sebagai suatu displin ilmu hukum tersendiri.
Ditinjau dari objek kajian hukum, kedua bidang hukum ini memiliki kajian yang
berbeda. Apabila Hukum Tata Negara objek hukumnya adalah Negara, maka
Hukum Administrasi Negara objek hukumnya adalah pemegang kekuasaan atau
wewenang dalam Negara itu atau sarana perlengkapan Negara dan warga Negara.
Soehino, S. H. mengatakan bahwa objek kajian Hukum Administrasi Negara sama
dengan objek Hukum Tata Negara. Pendapat tersebut didasari karena antara
Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata negara sama-sama mengatur
tentang Negara. Namun, kedua hukum tersebut berbeda, yaitu Hukum
Administrasi Negara mengatur Negara dalam keadaan bergerak, sedangkan
Hukum tata Negara dalam keadaan tidak bergerak (diam). Makna dari istilah
"Negara dalam keadaan bergerak" adalah bahwa Negara tersebut dalam keadaan
hidup. Hal ini berarti bahwa jabatan-jabatan atau alat-alat perlengkapan Negara
yang ada pada Negara tersebut telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan
fungsinya masing-masing.

Kemudian istilah "Negara dalam keadaan diam" berarti bahwa Negara itu
belum hidup sebagaimana mestinya. Hal ini berarti bahwa alat-alat perlengkapan
Negara yang ada belum menjalankan fungsinya. Hukum Tata Negara mengawasi
Negara dalam keadaan tidak bergerak masih terbatas pada struktur dan
kewenangan atau kekuasaannya. Sedangkan Hukum Administrasi Negara sebagai
kumpulan peraturan-peraturan yang mengikat badan-badan atau lembaga-lembaga
tinggi maupun rendah dimana lembaga-lembaga tersebut menggunakan dan
menjalankan kekuasaannya yang telah diberikan oleh Hukum tata Negara.

Dalam perkembangan jalannya roda pemerintahan Negara, Hukum


Administrasi Negara memiliki hubungan yang erat dengan Hukum Tata Negara,
bahkan tidak dapat dipisahkan secara tegas antara dua bidang hukum tersebut.
Jika Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur pembentukan
lembaga-lembaga Negara tingkat pusat maupun daerah, maka Hukum
Administrasi Negara merupakan hukum mengenai operasi atau penegendalian
terhadap lembaga-lembaga Negara tersebut dalam menjalankan fungsinya.
Kemudian jika Hukum Tata Negara selain membentuk lembaga atau badan
Negara juga membagi wewenang pada lembaga tersebut, maka Hukum
Administrasi Negara mengatur hubungan warga Negara dengan lembaga-lembaga
tersebut. Sehingga dapat dikatakan untuk mempelajari Hukum Administrasi
Negara, terlebih dahulu mempelajari Hukum Tata Negara. Seperti yang
dikemukakan oleh Kranenberg "Kita tidak mungkin mempelajari dengan baik
Hukum Administrasi Negara tanpa didahului mempelajari Hukum Tata Negara.

Hukum Tata Negara memiliki hubungan yang sangat erat dengan Hukum
Administrasi Negara. Hukum Tata Negara memberi tugas dan kekuasaan, jabatan
pada lembaga pemerintah. Tugas dan wewenang yang telah dirumuskan dan akan
dijalankan diatur oleh Hukum Admnistrasi Negara. Hukum Admnistrasi Negara
merupakan lanjutan atau terusan dari Hukum Tata Negara, dimana jabatan,
wewenang, tugas dan fungsi pada badan atau lembaga sebuah Negara tersebut
diatur oleh Hukum Admnistrasi Negara. Sebagaimana yang diunggkapkan oleh
Ten Berge bahwa Hukum Admnistrasi Negara merupakan perpanjangan dari
Hukum Tata Negara atau hukum sekunder Hukum Tata Negara. Walau demikian,
kedua bidang hukum tersebut adalah bidang hukum yang berbeda, namun tidak
dapat dipisahkan secara tegas, karena memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Dikutip dari pernyataan W. F. Prins "Tidak mungkin menarik garis batas yang
tegas antara kedua bidang ini karena memiliki keterkaitan erat".

Hubungan yang mendasar antara Hukum Tata Negara dengan Hukum


Admnistrasi Negara yaitu Hukum Tata Negara merupakan displin ilmu hukum
yang mengatur tingkah laku Negara (alat atau sarana perlengkapan Negara).
Sedangkan Hukum Admnistrasi Negara merupakan didiplin ilmu hukum yang
mengatur tingkah laku pemerintah (dalam arti administrasi Negara).

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan hubungan antara Hukum


Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara sangatlah erat dan saling
melengkapi satu sama lain. Bagaimana tidak ? Apabila salah satu diantara
keduanya tidak ada atau tidak berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing,
maka dapat dipastikan bahwa sebuah Negara itu akan menjadi objek hukum yang
pasif. Seperti dalam sebuah organisasi yang di dalamnya terdiri atas ketua, wakil
ketua, sekretaris, bendahara dan anggota lainnya yang sudah ditetapkan
wewenangnya (sebagai contoh dari Hukum Tata Negara). Dimana setiap
pemegang jabatan atau wewenang memiliki tugas dan fungsinya masing-masing
yang sudah diatur dan ditentukan untuk dijalankan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku (sebagai contoh dari Hukum Admnistrasi Negara). Jika ada pemegang
jabatan atau wewenang yang tidak menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya,
maka akan terjadi kontrakdiksi (ketidakseimbangan) terhadap jalannya praktik
kehidupan organisasi tersebut.

3. Hubungan Ilmu Administrasi dengan Ilmu Pemerintahan


llmu pemerintahan cenderung melaksanakan pendekatan:
 legalistik (keadaan aturan yang berlaku)
 Empirik (keadaan nyata di lapangan)
 Formalistik (keadaan ketentuan resmi)
Ilmu Administrasi negara cenderung lebih melaksanakan pendekatan:
 Ekologikal (posisi keberadaan lingkungan)
 Organisasional (perlembaga keanggotaan)
 Struktural (peraturan penempatan lokasi)
Administrasi Negara meliputi implementasi kebijakan pemerintah.
Administrasi Negara adalah manajemen dan organisasi dari manusia
manusia dan peralatannya mencapai tujuan pemerintah.
Ilmu pemerintahan hadir sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri, namun sangat erat hubungan dengan administrasi negara,
karena memiliki objek yang sama yaitu “negara”.

4. Hubungan Ilmu Administrasi dengan Ilmu Negara


Ilmu hukum administrasi negara mempunyai hubungan yang erat dengan
ilmu negara karena ilmu-ilmu tersebut mempunyai obyek yang sama dengan
ilmu negara, yaitu negara. Perbedaannya ilmu hukum tata Negara dan ilmu
hokum administrasi negara memandang negara dari sifatnya atau
pengertiannya yang konkrit. Obyek dari ilmu hukum tata negara dan ilmu
hokum administrasi negara adalah negara yang sudah terikat pada tempat,
keadaan, dan waktu. Jadi telah mempunyai ajektif tertentu,misalnya Negara
republic Indonesia. Kemudian negara dalam pengertiannya yang konkrit itu di
selidiki lebih lanjut mengenai susunannya, alat-alat perlengkapannya,
wewenang, dan kewajibawan alat-alat perlengkapannya. Kedua cabang ilmu
pengetahuaan tersebut adalah hukum positif, dan di dalam sistematika Georg
Jellinek, kedua cabang ilmu tersebut termasuk dalam kategori
recbtswissenscbaft.
Antara ilmu hukum tata Negara dan ilmu hukuk administrasi negara
terdapat hubungan yang sangat erat pula. Bahkan di negeri belanda, dua
lapangan hukum tersebut pernah disebut bersama-sama, yaitu staats en
administratief recbt, bahkan selalu di ajarkan oleh seorang guru besar.
Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa kedua cabang imu tersebut adalah
sama.
Oppenheimer menyebutkan bahwa peraturan-peraturan hukum tata negara
adalah peraturan mengenai de staat in rust (Negara yang sedang beristirahat,
atau negara dalam keadaan tak bergerak). Sebaliknya, mengenai peraturan-
peraturan hukum administrasi negara adalah peraturan mengenai de staat in
beweging atau negara yang sedang bergerak. Berdasarkan rumusan-rumusan
tersebut, maka ilmu hukum tata negara dan ilmu hukum administrasi Negara
sudah jelas lapangan penyelidikannya hanya terdapat Negara-negara tertentu
(hukum positif), sedangkan ilmi negara tidak mengenai Negara-negara
tertentu, melainkan negara-negara di dunia ini pada umumnya. Dengan
demikian, ilmu hukum tata negara dan ilmu hukum administrasi negara di satu
pihak dengan ilmu negara di pihak lain mempunyai hubungan aling
memengaruhi dan saling menjelaskan. Oleh karena itu, dalam buku-buku
tentang ilmu hukum tata negara dan hukum administrasi negara, hal dari imu
negara dapat di pakai sebagai batu loncatan untuk sampai kepada kedua
cabang hukum tersebut. Sebaliknya, buku-buku tentang ilmu negara, hal-hal
mengenai ilmu hukum tata negara dan ilmu hukum administrasi negara dapat
di pakai sebagai contoh dari apa yang diuraiakan di dalam ilmu negara.
Kranenburg dalam bukunya “ALgemene Staatsleer” menguraiakan bahwa
bagi orang yang mempelajari hukum tata negara positif Negeri belanda,
pengetahuan teori negara umum atau ilmu negara sangat perlu. Akan tetapi,
dengan mengingat tingkat ilmu pengetahuan sekarang ini, serta melihat
organisasi perguruan tinggi hukum yang sekarang ada untuk sebagian besar di
tentukan oleh kebutuhan-kebutauhan peraktik yang segera, maka pengetahuan
teoretis untuk kebanyakan ahli hukum hanya terbatas kepada apa yabg mereka
pelajari sebagai pengantar hukum tata Negara positif. Akan tetapi, hal yang
bagi ilmu hukum tata negara positif merupakan suatu pengantar, satu syarat
mutlak untuk pekerjaan selanjutnya, bagi ilmu negara merupakan tujuan
sesungguhnya dari penyelidikan-penyelidikan yang di lakukannya. Oleh ilmu
negara masalah-masalah umum yang terdapat pada negara organisasinya di
jadikan pusat penyelidikannya serta di coba untuk di pecahkannya.
Maka dengan demikian, jelaslah bahwa ilmu negara yang merupakan ilmu
pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi
pokok negara dapat memberikan dasar-dasar teoretis yang bersifat umum
untuk hukum tata negara. Oleh karena itu, agar dapat mengerti dengan sebaik-
baiknnya dan sedalam-dalamnya system hukum ketatanegaraan dan
administrasi negara sesuatu negara tertentu, sudah sewajarnyalah kita harus
terlebih dahulu memiliki pengetahuan segala hal ikhwalnya secara umum
tentang negara yang di dapat dalam ilmu Negara.

Anda mungkin juga menyukai