Anda di halaman 1dari 32

DR.Dr. Tb. Rachmat Sentika SpA.

MARS,
Dokter Umum (82), Spesialis Anak(90), MARS UI(97)
Lemhanas (99), S3 Ilmu Pemerintahan Paska sarjana UNPAD(2007)

Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi 9 Februari 1956


DOKTER SPESIALIS ANAK,IDAI BANTEN,
PRAKTEK DI RS PREMIER BINTARO, RS MAYAPADA JAKSEL
Tim Ahli STUNTING Habibie Institute Public Policy Government.
Perinasia Banten ,UKK TKPS PP.IDAI ,KARS UI 97
SURVEIOR AKREDITASI FKTP KEMENKES, ; TIM 1000 HPK
Dewas RSUD Cibabat Cimahi
DEWAS RSPN HASAN SADIKIN 2016 sd 2020 , ANGGOTA IKA UNPAD
DOSEN STIK KEBIJAKAN KEPOLISIAN DAN KTPA, 2008 SD SEKARANG
• Deputi Koordinasi Peningkatan kesehatan Kemenko PMK 2014-2016;
• Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) 2014-2016
• Staf Ahli Menko Kesra Bidang MDG’s Kemenko Kesra 2012-2014
• Tim ahli KPAI 2007 -2012
• Asisten Deputi Kebijakan ,Hak Anak Kemen PPPA 2000 -2002
• Deputi Kesejahteraan dan perlindungan Anak Kemen PPPA 2002-2006
HP 0811831838 • Anggota DPR 1992 – 1997 & 1997 – 1999,
• Dokter Anak di RSU Tangerang 1990 – 1992
rsentika@yahoo.com • Pendidikan Dr Spesialis Anak FK Unpad /RSHS 1986 sd 1990
Jl.Mandar 7 ,DC7no7 sek 3a • Kepala Puskesmas Pagaden, Subang 1981 – 1985,PPDS 1986 – 1990
Bintaro Jaya,Tangerang Pengalaman Organisasi:
•Satuan Tugas Perlindungan Anak,PP.IDAI 2008-SEKARANG
Selatan Banten 15225 •Ketua Bidang Kependudukan dan KIA/KB, PB IDI 2009 – 2014,
•Wakil Ketua PKBI 2008 – 2014. ,2014 sd 2018 dan 2018 sd 2022
PPI di FKTP
PENYUNTIKAN YANG AMAN
Tb.RACHMAT SENTIKA Dr.Sp.A.,MARS
Surveior FKTP-UKP

Workshop PPI,PP Adinkes dan KAFK Pratama


Zoom 6-8 Mei 2021
PENDAHULUAN
Penyuntikan yang Aman
PMK 27/2017 TTG PPI,JUKNIS PPI DI FKTP

 Salah satu Pencegahan terjadinya


Infeksi di Fasilitas Pelayanan
IAD,VAP, Kesehatan adalah Kewaspadaan
ISK,IDO
Standar yang harus diterapkan
pada setiap pemeriksaan Pasein
oleh Tenaga Medis, dari 10
Kewaspadaan Standar di FKTP
adalah satu diantara nya
Penyuntikan Yang Aman
Mengapa Penyuntikan harus Aman

(WHO) mengapa PPI ini


merupakan Prioritas ???
 Lebih dari 1,4 juta didunia mengalami infeksi  Kejadian HAIs akibat penyuntikan yg sering:
yg didapat dari Fasyankes Pasca Vaksin BCG, Abses IM di Paha (pada
 Pada Fasyankes modern di begara maju 5-105 anak) dan deltoid , Phlebitis pemasangan
infeksi infus lebih dari 4 hari, Beberpa penelitian
 Di Negara verkembang HAIs = 2-20x lebih angkanya < 9%
tinggi dari negara maju  Namun demikian Tertusuk jarum banyak,
 Proposi pasien terdamak HAIs > 25% sehingga Kemenpan RB menetapkan
Mekanisme dan prosedur tertusuk jarum di
 Di ICU,HAIS mengenai lebih kurang 30% Fasyankes sebagai Indikator
pasien ICU, berdampak pada kematian 44%% utama.Keselamatan Petugas kesehatan
 Suntikan HIV,HBV,HVC harus segera
ditangan 4 jam sd 72 jam . ARV segera
diberikan bagi yg positif akibat HIV , sd 72
jam
SUMBER Dit.Mutu
KEWASPADAAN ISOLASI (1) kemkes.2020

KEWASPADAAN
KEWASPADAAN STANDAR
TRANSMISI

Pengendalian
Kebersihan tangan Lingkungan
KONTAK DROPLET AIRBORNE
Pengendalian
Alat Pelindung Diri
Limbah RS
Influenza,
MRSA, Diarrhea, Chiken Fox, TBC,
Penyuntikan yang Manajemen Linen E.Colli
Pertussis, Mumps,
SARS
aman Rubella

Kebersihan VEKTOR
pernafasan/etika batuk
Penempatan pasien
(Lalat, naymuk, tikus dll)

Pengelolaan alkes
Kesehatan petugas HH, sarung tangan, Masker Bedah Masker
gaun pelindung wajah Respiratorik (N95)

Pengendalian
Praktek lumbal
lingkungan ,
5/7/2021 fungsi limbah RS 5
Tujuan Penyuntikan yang aman

Tujuan dari pembelajaran ini adalah

Setelah Pelatihan PPI ini , Peserta


 mampu melaksanakan berbagai prinsip penyuntikan
yang aman
 mengetahui Dasar hukum yg digunakan yaitu,
PMK 27/2017 tentang Pencegahan
Penanggulangan Infeksi di Fasyankes
 mengerti tentang Penyuntikan aman sesuai Pedoman
Teknis Pencegahan dan penanggulangan infeksi di
FKTP
 mengenal prinsip-prinsip global (WHO 2017)
 mengenal jenis penyuntikan
Vaksin Synovax , Uji Klinis di Unpad dan BioFarma Bandung (12 Okt sd 12 Jan 2021) hasil nya
BERMUTU,BERKHASIAT,AMAN
 Bermutu ,Sero Konversi ,Antibodi nya Tinggi H 14 ,99,74% dan H90; 99,23%;
 Bermanfaat dapat mencegah infeksi Covid, Efikasi 65,3%
 Aman, Kejadian KIPI Ringan , 1%
 Halal dan ada Ijin edar BPOM nya
Penyuntikan vaksin Synovac , Ketika Presiden
Oleh Prof DR.Abdul Mutholib Sp.PD (K)Bermutu
PENYUNTIKAN =VAKSINASI
Synovax untuk Nakes Senior >60 Tahun DI
RS PREMIER BINTARO,TANGSEL BANTEN
Dr.Rachmat Sentika divaksin Dr Erlinda di saksikan Kadineks Banten Dr Ati dan
Dr Martha Direktur Utama RSPB , Tangerang Selatan 8 Februari 2021
PROSES PELAYANAN VAKSINASI COVID-19 (SIMULASI)

PCare

Meja 1 (Pendaftaran) Meja 2 (Skrining)


• Peserta menunjukkan e-ticket •Petugas kesehatan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
sederhana untuk melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi
• Petugas pendaftaran melakukan verifikasi dengan NIK dan daftar kondisi penyerta (komorbid)
sasaran yang didapat dari aplikasi pcare •Skrining dilakukan dengan menggunakan aplikasi Pcare

Contoh Penyuntikan Aman

Meja 4 (Pencatatan dan Observasi) Meja 3 (Vaksinasi)


• Petugas mencatat hasil pelayanan vaksinasikedalam aplikasi PCare. •Petugas memberikan vaksinasi secara intra muskular
• Bagi sasaran yang ditunda pemberian vaksinasinya dilaporkan dandijadwalkan
ulang melalui aplikasi Pcare sesuai
• Sasarandiobservasi selama 30 menit untuk memonitor kemungkinanKIPI prinsip penyuntikan aman
• Petugas memberikan penyuluhan tentang 3M danvaksinasi •Petugas menuliskan nama vaksin dan nomor batch vaksin
yang diberikan kepada sasaran pada sebuah memo
Penyuntikan yang aman terkait dengan
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
(PMK.11/17) VS PPI (PMK27/2017 ttg PPI Fasyankes
1. Ketepatan Identifikasi PMK 27/2017
2. Komunikasi yang effektif Pencegahan Dan
3. Ketepatan pemberian Obat Pengendalian Infeksi di
4. Ketepatan prosedur Tindakan medis dan keperawatan Fasyankes
5. Pengurangan Terjadinya Resiko lnfeksi di Puskesmas
6. Tidak terjadi pasien jatuh

 Adanya fasilitas PPI di Puskesmas (ruangan,Sarana


Perlindungan diri,Kebersihan tangan,APD,kebersihan Program
Lingkungan)
 Adanya SDM yang teredukasi
PPI
 Pemantauan sarana fasilitas dan tingkat kepatuhan ❖ PENGGUNAAN AB YANG BIJAK
kewaspadaan isolasi (Kewaspadaan Standar
❖ KEWASPADAAN ISOLASI
dan Kewaspadaan Transmisi) termasuk
❖ SURVEILANS HAIs
Penyuntikan Aman dan Perlindungan Tenaga
❖ PENCEGAHAN PPI DENGAN BUNDLES HAIs
Kesehatan
❖ PENDIDIKAN &PELATIHAN PPI
 Isolasi
Sumber Dit.Mutu
KEWASPADAAN ISOLASI (1) kemkes.2020

KEWASPADAAN
KEWASPADAAN STANDAR (10)
TRANSMISI

Pengendalian
Kebersihan tangan Lingkungan
KONTAK DROPLET AIRBORNE
Pengendalian
Alat Pelindung Diri
Limbah RS
Influenza,
MRSA, Diarrhea, Chiken Fox, TBC,
Penyuntikan yang Manajemen Linen E.Colli
Pertussis, Mumps,
SARS
aman Rubella

Kebersihan VEKTOR
pernafasan/etika batuk
Penempatan pasien
(Lalat, naymuk, tikus dll)

Pengelolaan alkes
Kesehatan petugas HH, sarung tangan, Masker Bedah Masker
gaun pelindung wajah Respiratorik (N95)

Pengendalian
Praktek lumbal
lingkungan ,
5/7/2021 fungsi limbah RS 11
Kewaspadaan Isolasi

KEWASPADAAN TRANSMISI
KEWASPADAAN STANDAR

1. Kebersihan Tangan 6. Pengendalian lingkungan


2. Alat Pelindung Diri 7. Pengendalaian limbah (B3)
3. Penyuntikan yang Aman 8. Manajemen Linen (Bersih)
4. Kebersihan pernafasan/ETIKA BATUK 9. Penempatan Pasien
5. Kesehatan petugas (layanan 10. Pengelolaan alkes (Sistem Sterilisasi alat)
Klinis) 11. Praktek Lumbal punksi
Penyuntikan Yang Aman

1. Pengertian
Penyuntikan yang aman adalah penyuntikan yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
penyuntikan yang benar , mulai saat persiapan penyuntikan obat/vaksin hingga penanganan alat-
alat bekas pakai, sehingga aman untuk pasien dan petugas dari terjadinya RISIKO CEDERA dan
terinfeksi.
Penyuntikan yang aman

1. Tujuan :
Mencegah cedera dan penyebaran penyakit infeksi pada pasien maupun petugas kesehatan dan Menurunkan
atau meminimalkan angka kejadian infeksi (lokal)atau sistemik
 Penyuntikan yang aman

2. Prinsip penyuntikan yang aman


a) Penyuntikan yang aman dilaksanakan dengan prinsip satu spuit, satu jenis obat dan satu
prosedur penyuntikan
b) Pastikan petugas dalam mempersiapkan penyuntikan menggunakan Teknik aseptic, untuk
menghindari kontaminasi peralatan penyuntikan perlu dipersiapkan sebagai berikut

1) Troli Tindakan yang berisi, cairan hand scrub, safety box, bak instrument bersih, bengkok
penampung limbah sementara,boks berisi gunting, plester, tourniquet, transparan dressing
atau kassa steril pada tempatnya dan alcohol swab sekali pakai.
Penyuntikan aman

2) Nampan untuk menempatkan bak instrument berisi obat suntik yang sudah disiapkan, kasa steril
dan alcohol swab sekali pakai, plester dan gunting yang ditempatkan dalam bengkok bersih
3) Tidak menggunakan spuit yang sama untuk penyuntikan lebih dari satu pasien walaupun
jarum suntiknya diganti
4) Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu pasien dan satu
prosedur
5) Jangan memanipulasi jarum suntik (me-repacing,mematahkan,menekuk) dan segera buang ke
dalam safety box jika sudah dipakai
6) Gunakan cairan pelarut atau flusing hanya untuk satu kali pemberian (NaCl,WFI) Jangan
menggunakan plabot cairan infus atau botol larutan intravena sebagai sumber cairan pelarut obat
yang akan digunakan untuk banyak pasien
Penyuntikan aman

7) Tidak memberikan obat single dose kepada lebih dari satu pasien atau mencampur obat-
obatan sisa dari vial atau ampul untuk pemberian berikutnya
8) Jangan menyimpan botol multi-dosis di area perawatan pasien langsung. Simpan sesuai
rekomendasi pabrikan dan buang jika sterilitas diragukan.Simpan obat multi dosis sesuai
dengan rekomendasi pabrikan yang membuat
9) Gunakan sarung tangan bersih jika akan berisiko terpapar darah atau produk darah,
satu sarung tangan untk satu pasien.

SARANA:
Untuk terlaksananya penyuntikan yang aman diperlukan tempat penyediaan alat dan bahan
seperti troli, baik instrument, alcohol swab, Minimal tersedia nampan khusus untuk
menempatkan bak instrument berisi obat suntik, kasa steril dan alcohol swab sekali
pakai, plester, gunting dan lain-lain
Penyuntikan Aman
Menurut PMK 27/2017 tentang PPI dan Pedoman teknis PPI di FKTP (2021)
 Termasuk dalam Pencegahan terjadinya Infeksi dan melaksanakan Upaya Bundles
Menurut WHO (2017), “1 Needle 1 Syringe + 1 Time = 0 Infections”

ADA 7 STEP,Langkah melakukan Penyuntikan Aman, yaitu

1. Ruang layanan Klinis yg bersih


2. Kebersihan Tangan
3. Jarum baru dan steril, dan mencegah pengunaan berulang, cegah terkena tusukan
4. Vial suntikan dan pelarut steril (New) hindarkan multidose
5. Cegah infeksi didaerah suntikan (Abses)
6. Appropiate collection of sharps
7. Appropiate waste management

LANGKAH SEDERHANA DAN PASTIKAN TIDAK TERJADI RISIKO PENYUNTIKAN


(www.who.Int/Infection-prevention)
Tindakan Pencegahan Benda Tajam

1. Hindari terjadinya KTD, Luka tusuk jarum suntik bekas pakai beresiko terjadinya penularan
melalui jarum (HIV/AIDS,HBV,HCV dan lainnya, Bila tertusuk jarum segera membuat laporan dan
dicatat untuk dilakukan pengobatan dan propylais
2. Benda tajam yang dapat digunakan kembali harus ditangani dengan hati-hati untuk menghindari
cedera selama prosedura
3. Jangan melakukan recapping , segera buang jarum.needle dan benda tajam lainnya kedalam
safety box
4. Safety box harus mudah dijangkau dan mudah terlihat, tidak penuh cukup 2/3,dengan label
code KUNING
Penyuntikan yang aman , menjadi Kompetensi Nakes

Menjadi Kopetensi Nakes yang


Jenis suntikan apa ???????
berwenang melakukan Penyuntikan
Ada empat jenis suntikan :
IM,IC,SC,IV

Bokong (M.gluteus),
Intramuskuler (IM) Paha tengah luar (M.femoralis)
Lengan atas (M.deltoideus)

 Tindakan injeksi atau pemberian obat secara 

intramuskular untuk pemberian obat. Jarum suntik


digunakan diameter 5-10 mililiter, panjang 6-
8 sentimeter. Biasanya cairan yang dimasukkan
berbasis minyak agar menembus lebih dalam. Cairan
tertentu dimasukkan langsung kedalam otot yang
memiliki banyak pembuluh darah. Pemberian obat
dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang
berotot besar, menghindari menusuk
saraf, pada bokong dan paha sepertiga tengah lateral.
atau pada lengan bagian atas.(Deltoid)
 Pemberian obat memungkinkan obat dilepas secara
berkala dalam bentuk depot obat. Jaringan
intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang
mempunyai banyak vaskularisasi aliran darah
tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikan.
 Tujuan pemberian obat secara intramuskular
adalah agar obat diserap tubuh dengan cepat.
Intradermal, Obat dimasukan kedalam Kulit,
Vaksin BCG, Test Mountox dan Test alergi

Intradermal Perbedaan IM,SC,IC IV.

 Suntikan intradermal adalah jenis suntikan yang


tidak masuk ke bawah dermis dan biasanya digunakan
untuk vaksinasi. Jenis injeksi ini juga membantu untuk
mengetahui apakah kamu memiliki alergi. Pemeriksaan
ini dilakukan melalui tes sensitivitas terhadap alergen ketika
mendiagnosis penyakit seperti TBC dan brucellosis. Disebut
Mountox test

 Untuk melakukan tindakan ini dibutuhkan jarum suntik


maksimal 1 mililiter, obat lepas lambat dan jarum pendek
hingga 1,5 sentimeter. Pada penyuntikan intradermal,
daerah kulit dipilih bukan area yang mudah luka atau
infeksi (misalnya di deltoid). Regangkan kulit dengan
jempol dan telunjuk, tusukkan jarum perlahan sekitar 2 mm
di bawah dan hampir sejajar dengan permukaan kulit.
Benjolan pucat yang memperlihatkan permukaan folikel
rambut pada kulit tempat suntikan adalah tanda suntikan
diberikan dengan benar.
Subkutan, obat dimasukan ke dalam jaringan dibawah kulit,
missal Vaksin cacar,campak

Subkutan Subkutan (SC),


Jarum pada sudut 45 derajat

 Injeksi ini dilakukan jarum kecil pendek dan halus sepanjang 1,5
hingga 2 sentimeter dengan diameter jarum suntik 2 atau 2,5
mililiter. Injeksi ini untuk semua zat yang perlu diserap sangat
lambat. Beberapa contohnya adalah morfin dan atropin. Untuk
melakukannya, harus menusuk jarum ke bawah kulit dengan
sudut 45° ke dalam jaringan lemak subkutan. Jangan terlalu
dalam sehingga menembus otot di bawahnya. Tarik pendorong
pada semprit pastikan tidak ada darah (jika ada, tarik jarum
perlahan dan coba lagi). Suntikkan obat dengan menekan
pendorong pada semprit pelan-pelan hingga obat habis.
Lepaskan jarum dan tekan kuat-kuat bekas suntikan dengan
kapas atau kain kecil.
 Vaksin campak dan cacar air Harus SC

Penyuntikan Intravena, pengambilan darah
menjadi kopetensi yang harus dimilik nakes, perlu latihan dan ketrampilank.mnm,.

Intravena (IV), Pengambilan darah,


Suntikan Endovena, Intravena (IV)
obat yang harus cepat diberikan

 Ini adalah teknik di mana suatu zat


dimasukkan langsung ke dalam sistem
peredaran darah dengan jarum
dimasukkan ke dalam vena yang
mudah diakses. Area yang disuntikkan
biasanya tepat di bawah lekukan siku
atau di lengan bawah. Manfaat utama
injeksi endovenous adalah obat dapat
langsung masuk ke pembuluh darah
sehingga dapat cepat meresap.
Setiap Tindakan di Puskesmas, UKP, ada Pelaksanaan layanan Klinis (penyuntikan)
pemberian obat, pemeriksaan laboratorium , pemasangan infus dll, harus ada SOP

Standar Operating Prosedur Konten penyuntikan harus bermutu berorientasi


pada pasien dan saran keselamatan pasien
Penyuntikan yang aman
 Prinsip dasar penyuntikan yang aman harus
masuk dalam SOP
 Persiapan penyuntikan, Penetapan lokasi, jenis
suntikan dan Tindakan Sstrelisasi
 Siapa yang akan melakukan suntikan
 Pelaksanaan penyuntikan
 Pembuangan limbah medis , jarum suntik dan
hati2 terjadinya Syok anaphylaktik, bebrap
menit sete;ah suntikan
 Perlu ketrampilan penanganan Syok
anaphylaktik dan persiapan obat, alat medis
yang harus ada di lokasi penyuntikan
Reaksi yang mungkin terjadi setelah imunisasi COVID-19 hampir
sama dengan vaksin yang lain, yaitu
Reaksi Lokal:
• Nyeri atau bengkak pada tempat suntikan,
• Kemerahan,
• Abses pada tempat suntikan,
• Limfadenitis,
• Reaksi lokal lain yang berat, misalnya
selulitis

Reaksi Sistemik:
• Demam,
• Nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
• Badan Lemah,
• Pusing,
• Nafsu Makan
• Diare

Reaksi Lain:
• Reaksi alergi, urtikaria, dermatitis, oedem,
reaksi anafilaksis,
• Syok Anafilaksis,
• Sindrom Syok Toksik,
• Atralgia,
• Syncope (pingsan)
FORM
KIPI
Formulir KIPI, KIPI Serius &
Investigasi dapat diunduh di :
https://bit.ly/formkipi Form KIPI Form KIPI Form
www.keamananvaksin.kemkes.go.id Non Serius Serius Investigasi
http://bit.ly/LampiranJuknisVC1
9 Cara Pencatatan dan Pelaporan KIPI dapat
dilakukan melalui:

Tatacara pelaporan melalui web E-mail: komnasppkipi@gmail.com Website: keamananvaksin.kemkes.go.id


keamanan vaksin dapat dilihat pada
Buku Pedoman:
https://bit.ly/jukniswebkipi
Formulir Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serius COVID-19 dapat diunduh di:
https://docs.google.com/document/d/1_ICTGsldat8DLLaBBR5vSsyfDJzfwCO4/edit#
Pengenalan Mengenali Tanda & Gejala Anafilaktik
Petugas sebaiknya dapat mengenali tanda dan gejala anafilaktik. Pada
Syok Anafilaktik dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin berat keadaan penderita.

Tanda Awal
Reaksi anafilaktik adalah reaksi Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria)
hipersensitifitas generalisata atau sistemik dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau bawah. Pada kasus berat dapat terjadi
yang terjadi dengan cepat (umumnya 5-30 keadaan lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi.
menit sesudah suntikan) serius dan
mengancam jiwa.
Penurunan Kesadaran & Denyut Nadi
Reaksi anafilaktik adalah KIPI paling serius
Penurunan kesadaran jarang sebagai manifestasi tunggal anafilaktik, ini hanya terjadi
yang juga menjadi risiko pada setiap sebagai suatu kejadian lambat pada kasus berat.
pemberian obat atau vaksin. Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis) tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi
tidak pada keadaan anafilaktik.
Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat
menimbulkan syok yang disebut sebagai
syok anafilaktik. Gejala Klinik
Gejala klinik suatu reaksi anafilaktik berbeda-beda sesuai dengan berat-ringannya reaksi
antigen-antibodi atau tingkat sensitivitas seseorang, namun pada tingkat yang berat berupa
syok anafilaktik gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi dan gangguan respirasi.

Tatalaksana
Tatalaksananya harus cepat dan tepat mulai dari penegakkan diagnosis sampai pada terapinya
di tempat kejadian, dan setelah stabil baru dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat.
Penanganan Syok
Anafilaktik

11. Catat tanda-tanda vital (kesadaran,


frekuensi denyut jantung, frekuensi
pernafasan, denyut nadi) setiap waktu dan
catat dosis setiap pengobatan yang
diberikan. Yakinkan catatan detail tersebut
juga dibawa bersama pasien ketika
dirujuk.

12. Tandai catatan/kartu vaksinasi dengan


jelas, sehingga pasien tersebut tidak boleh
lagi mendapatkan jenis vaksin tersebut.
Tindak Lanjut
Penanganan yang cepat dan tepat

• Sekali diagnosis ditegakkan, maka harus diingat bahwa pasien berpotensi untuk
menjadi fatal tanpa menghiraukan berat ringannya gejala yang muncul.
• Mulai tangani pasien dengan cepat dan pada saat yang sama buat rencana untuk
merujuk pasien ke rumah sakit dengan cepat.
• Pemberian epinefrin (adrenalin) akan merangsang jantung dan melonggarkan
spasme pada saluran nafas serta mengurangi edema dan urtikaria. Tetapi adrenalin
dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur, gagal jantung (heart failure),
hipertensi berat dan nekrosis jaringan jika dosis yang dipergunakan tidak tepat.

Rencana Tindak Lanjut:

a. Mencatat penyebab reaksi anafilaktik di rekam medis


serta memberitahukan kepada pasien dan keluarga.
b. Jangan memberikan vaksin yang sama pada Vaksinasi
berikutnya
Kit Anafilaktik
TERIMA KASIH

Dr.Tb.Rachmat Sentika Sp.A.,MARS


HP 0811831838
Email ; rsentikaspa@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai