Persentase perubahan kuantitas permintaan < dari persentase perubahan harga biasanya
terjadi pada produk kebutuhan sehari-hari. Misalnya, beras yang dibutuhkan mayoritas
masyarakat Indonesia sebagai bahan pangan utama. Orang akan tetap membelinya meskipun
harganya naik. Meski dapat dihemat penggunaannya, akan tetapi cenderung tidak akan
sebesar kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya, jika harga turun konsumen tidak akan
menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Hal itu dikarenakan konsumsi beras
memiliki keterbatasan, misalnya rasa kenyang. Bila digambarkan dalam bentuk kurva maka
akan menjadi seperti di bawah ini:
Pada umumnya semakin banyak barang pengganti yang tersedia di pasaran, maka permintaan akan barang
tersebut semakin elastis. Misal bila harga secangkir kopi favorit konsumen naik, maka akan ada
kecenderungan konsumen beralih pada merek atau secangkir minuman lain yang lebih murah.
Namun bila kenaikan harga tersebut berasal dari harga bubuk/biji kopi yang memang naik, maka bisa jadi
tidak ada perubahan terhadap penjualan kopi, karena konsumen akan kesulitan untuk mencari pengganti
kafein.
2. Kebutuhan
Seperti yang telah kami bahas, bila suatu produk dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, konsumen
akan tetap membelinya meski harganya naik. Misalnya bila seseorang perlu naik motor untuk berangkat
ke kerja setiap hari, maka meski harga bahan bakar naik, ia akan tetap membelinya karena bahan bakar
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diganti.
3. Waktu
Kita ambil contoh seorang perokok berat yang dapat menghabiskan satu pak rokok setiap harinya. Meski
harga rokok yang biasa mereka beli naik, mereka akan cenderung tetap membelinya sebagai konsumsi
sehari-hari.
Hal ini menunjukkan bahwa tembakau merupakan produk yang tidak elastis karena perubahan harganya
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kuantitas permintaan. Namun bila perokok tadi merasa
bahwa tidak mampu lagi bila harus mengeluarkan Rp20.000 setiap harinya untuk membeli satu pak
rokok, maka bisa jadi ia akan mulai mengurangi konsumsi rokoknya seiring dengan berjalannya waktu.
Sehingga elastisitas harga rokok bagi konsumen tersebut menjadi elastis dalam jangka panjang.