Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN SENI

BANDUNG PHILHARMONIC SEBUAH SIMFONI ORKESTRA


PROFESIONAL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Pendidikan Kesenian pada Program Studi Pendidikan Bisnis

Dosen Pengampu :
Ganang Dwi Asmoro, S.Sn., M.Sn.

Oleh:
Azwin Burhan Syarif 1807843
Dzikry Nurzamil Lomri 1804021
Hasbi Putra Pratama 1806439
Reza Ahmad Ferdiansyah 1806716
Riski Rifaldo 1800499

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
BANDUNG PHILHARMONIC SEBUAH SIMFONI ORKESTRA
PROFESIONAL

Azwin Burhan Syarif1, Dzikry Nurzamil Lomri2, Hasbi Putra Pratama3, Reza Ahmad
Ferdiansyah4, Riski Rifaldo5
12345
Universitas Pendidikan Indonesia
“1 azwinburhans30@gmail.com
2
Nurzamild@gmail.com
3
hasbiputra31121@gmail.com
4
ahmad.freza03@gmail.com
5
riskirifaldo111@gmail.com”

abstrak
Orchestra adalah grup musik instrumental paling populer di Barat. Seperti kota-kota
besar lainnya di dunia, Bandung juga memiliki beberapa orkestra hasil dari pengaruh
difusi budaya. Pertumbuhan orkestra di Indonesia tidak sebaik di negara bagian Barat,
namun kehadiran orkestra di Indonesia telah membangkitkan berbagai fenomena
budaya. Berkumpulnya enam puluh hingga tujuh puluh musisi dan bahkan lebih
dalam sebuah orkestra dapat membentuk komunitas baru. Kerjasama yang terjalin
dalam masyarakat dapat menciptakan pertunjukan musik yang indah dan mempesona.
Kualitas musik orkestra yang tinggi tidak akan muncul secara tidak sengaja tanpa
penguasaan keterampilan yang memadai. Beberapa isu tersebut akan menjadi poin
penting dalam diskusi ini.

Kata kunci: orkestra, Bandung orkestra, penampilan

abstract
Orchestra is the most popular instrumental music group in Western. As other big
cities in the world, Bandung also has some orchestras as the result of cultural
diffusion influence. The growth of orchestra in Indonesia is not as good as that in
Western, however, the presence of orchestra in Indonesia has aroused various
cultural phenomenons. The gathering of sixty to seventy musicians and even more in
an orchestra can form a new community. The cooperation intertwined within the
community can create a beautiful and fascinating musical performance. A high music
quality of an orchestra will not emerge unintentionally without adeguate mastery of
the skill. Some of these issues will be important point in this discussion.

Key word: orchestra, Bandung orchestra, performance


1. PENDAHULUAN
1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Bandung Philharmonic adalah sebuah simfoni orkestra profesional yang
menjadi tonggak standar bermusik instrumen di Bandung dengan penyajian karya
yang bervariasi, dari masterpiece musik klasik sampai karya komponis-komponis
Nusantara (Putra & Irawan, 2018).
Bandung Philharmonic didirikan atas dasar keinginan dari empat musikus di
Bandung yang bercita-cita agar Bandung memiliki kelompok simfoni orkesrta
profesional seperti di New York, Los Angeles, dan Singapura
Terhitung dari awal didirikan pada tahun 2016 Bandung Philharmonic sudah
menggelar tiga konser perdananya pada tahun 2016 pada bulan Januari, April, dan
September. Pada tahun 2017 Bandung Philharmonic sudah menggelar konser
pembuka pada bulan Januari di Taman Budaya Jawa Barat, pada bulan April
diselenggarakan di Gedong Sabilulungan Soreang Kab. Bandung Barat dan pada
bulan September di Taman Budaya Jawa Barat.
Pada konser perdana di Tahun 2016 Bandung Philharmonic sukses mendapat
respon positif dari walikota Bandung, Ridwan Kamil. Menurut Ridwan Kamil,
Bandung Philharmonic telah memberikan warna tersendiri untuk sebuah musik di
Kota Bandung. Ridwan Kamil berpendapat bahwa saat ini Bandung sudah memiliki
orkestra profesional yang dibuat oleh pemuda - pemudi Kota Bandung, serta
menunjukkan pada masyarakat bahwa musik klasik dapat dinikmati oleh semua
kalangan.
1. 2 Profil Perusahaan
Bandung Philharmonic sebuah simfoni orkestra profesional yang menjadi
tonggak standar bermusik instrumen di Bandung dengan penyajian karya yang
bervariasi, dari masterpiece musik klasik sampai karya komponis-komponis
Nusantara. Saat ini pun Bandung Philharmonic sudah memiliki struktur manajemen
yang berdiri pada Desember 2016 dengan Visi dan Misi sebagai berikut:
Visi: “Menjadi komunitas pegiat musik yang dijiwai semangat harmoni antar
perbedaan, dalam rangka meningkatkan martabat dan peradaban batin manusia
melalui dialog antar kekayaan musikal internasional dan khasanah lokal.”
Misi :
1. Mengadakan pergelaran karya-karya musik yang bermutu tinggi guna
memperluas dan memperdalam wawasan keadaban dan kemanusiaan.
2. Meningkatkan keahlian dan apresiasi musik ke taraf internasional sehingga
empati kemanusiaan universal tumbuh dan berkembang.
3. Menggali kekayaan khasanah musik lokal dan membawanya ke dalam
persaturan musik global demi mengangkat martabat manusia.
Susunan manajemen Bandung Philharmonic
Executive : Airin Efferin
Director
Financial Manager : Ronny Gunawan
Humas : Kenny Dewi
Kaniasari
Frances Bowden
Affandy
General Secretary : Johannes Widi
Ardea Rema Sikhar
Personel Manager : Putu Sandra Kusuma
Librarian : Febriana Yosephine

Sistematika Manajemen Konser Bandung Philharmonic :


1. Pemilihan lokasi latihan dan konser serta penetapan waktu
2. Pembagian lagu ke pemain
3. Pembagian tugas kepada staf
4. Penetapan jadwal latihan
5. Penjemputan pemain Internasional
6. Persiapan proses latihan
7. Latihan
8. Persiapan konser (kebutuhan pemain, konduktor, tamu/artis)
9. Penyediaan fasilitas konser
10. Penetapan susunan acara
11. Proses pengangkutan fasilitas ke tempat konser
12. Konser (manajemen pertunjukan)
13. Proses pengembalian fasilitas dari tempat konser
1. 3 Latar Belakang Penelitian
Kota Bandung memiliki sejarah yang tidak dapat dipisahkan oleh musik.
Dalam arti kota ini memiliki banyak seniman yang memberikan banyak kontribusi
untuk musik Indonesia. Seniman musik yang berasal dari Kota Bandung ini memiliki
tingkatan yang beragam, dari seniman bertaraf lokal, nasional, hingga internasional.
Banyak penyanyi atau kelompok musik yang memulai berkarir di Bandung sebagai
kota pertama sebelum dikenal di Indonesia dan dunia (Matias, 2020). Kota Bandung
adalah kota kreatif yang telah diakui dunia. Pada tahun 2015, United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengumumkan Kota
Bandung tercatat sebagai salah satu dalam jaringan kota kreatif UNESCO Creative
Cities Network. Pengakuan oleh UNESCO ini juga menggambarkan bahwa selama
ini Bandung selalu menghasilkan kreasi dan inovasi. Selain di bidang desain, kreasi
dan inovasi yang dihasilkan ada pada bidang musik. Kreativitas bermusik musisi
Bandung ini tidak ada campur tangan dari pemerintah, namun karena tingkat
kreativitas yang dimiliki musisi Bandung ini cukup tinggi, sehingga tidak hanya
terkenal namun juga berkualitas (Ridwan, 2021).
Bandung memiliki segmentasi musik yang lengkap, dari musik yang idealis
hingga yang berorientasi pada industri. Pertunjukan musik yang disajikan di Kota
bandung hampir berlangsung setiap hari, mulai dari pertunjukan kelas dunia hingga
kelas komunitas. Jenis kegiatan yang berlangsung di Kota Bandung adalah dimulai
dari pentas seni di sekolah, hingga pertunjukan musik kelas dunia. Pada masa
kolonial Belanda awal abad ke-20, musik orkes selalu digelar pada malam minggu.
Pertunjukan musik orkes ini diselenggarakan di sebuah bangunan di tengah Taman
Merdeka (Pieter Park) Kota Bandung. Menurut sejarah, musik klasik telah mencapai
Indonesia sejak masa Hindia Belanda pada awal abad ke-18. Musik klasik pada saat
itu hanya dinikmati oleh golongan orang kaya pemilik kebun perkebunan Belanda
dan petugas di klub sosial elit dan ballroom seperti Societeit Concordia di Bandung.
Namun pada saat ini masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan musik
klasik. Indonesia saat ini sudah memiliki kelompok orkestra klasik sendiri, seperti di
Jakarta ada Nusantara Symphony Orchestra, Twilite Orchestra, dan Jakarta Chamber
Orchestra
Kelompok orkestra yang ada di Indonesia seperti Nusantara Symphony
Orchestra, Twilite Orchestra, dan Jakarta Chamber Orchestra belum sepenuhnya
dikelola secara profesional. Dalam arti tidak hanya dalam pergelaran musiknya saja,
tetapi juga mampu menghidupi diri melalui aktivitasnya dari waktu ke waktu.
Profesional juga berarti diperlukan adanya sistem patronasi secara berkelanjutan, agar
pengelolaannya mampu membiayai berbagai aktivitas organisasi dan kesejahteraan
para musisi pendukungnya. Selain itu, kelompok orkestra yang ada di Indonesia ini
didapat dari seleksi yang tidak begitu ketat. Dalam arti, banyak pemain yang
sebenarnya belum layak menjadi pemain orkestra. Hal ini memperkuat bahwa orkes
simfoni yang profesional di Indonesia belum ada, walaupun orkes di Indonesia cukup
banyak namun pemainnya itu-itu saja.
Sama halnya seperti Jakarta, Kota Semarang juga memiliki beberapa
kelompok orkestra, salah satunya yaitu Surya Vista Orchestra. Orkestra yang
didirikan pada 23 Januari 1999 ini adalah kelompok orkestra yang mampu bertahan
kurang lebih Sembilan belas tahun di bidang musik pertunjukan di Indonesia
khususnya wedding. Meskipun Surya Vista Orchestra tidak sebesar Twilite Orchestra,
ternyata Surya Vista Orchestra dapat bertahan hingga sekarang. Surya Vista
Orchestra dapat bertahan karena didukung oleh manajemen yang baik. Walaupun
pemilik Surya Vista Orchestra tidak memiliki latar belakang pendidikan khususnya di
bidang manajemen tetapi dia dapat mengembangkan usahanya hingga belasan tahun.
Saat ini Bandung sudah memiliki kelompok orkestra sendiri, yaitu Bandung
Philharmonic. Bandung Philharmonic adalah sebuah simfoni orkestra profesional
dengan penyajian karya yang bervariasi, dari masterpiece musik klasik sampai karya
komponis-komponis Nusantara. Bandung Philharmonic memiliki struktur organisasi
yang jelas, termasuk di dalamnya direktur artistik. Inisiatif Bandung Philharmonic
untuk membentuk sebuah orkestra adalah dengan menggunakan mekanisme baru
untuk sebuah orkestra profesional di Indonesia, yaitu mekanisme audisi terbuka untuk
para pemain, concertmaster, dan principal
Mekanisme baru yang ada di Bandung Philharmonic ini seperti mengisi
kekurangan yang ada pada kelompok orkestra sebelumnya, bahwa belum ada
kelompok orkestra yang profesional di Indonesia sesuai dengan yang dituliskan oleh
Susilo pada penelitiannya yang berjudul Aktivitas dan Perkembangan Orkes Simfoni
Jakarta.
Bandung Philharmonic didirikan oleh empat musikus muda di Bandung
dengan tujuan membangun mimpi, budaya, dan sumber daya manusia Indonesia
melalui simfoni orkestra berstandar internasional sebagai bentuk pengabdian mereka
terhadap musik di kota Bandung. Mereka bercita-cita Bandung memiliki kelompok
simfoni orkestra profesional seperti di New York, Los Angeles, dan Singapura.
Profesional tersebut berarti meliputi sistem manajemen, termasuk proses audisi para
pemain, karna kelompok orkestra ini diisi oleh para pemain tetap agar mudah
berkembang (Fanani et al., 2020). Bandung Philharmonic memiliki beberapa program
rutin setiap tahunnya, termasuk mengadakan konser. Pada Tahun 2016, Bandung
Philharmonic sukses menggelar konser perdana nya. Selanjutnya, setiap
penyelenggaraan konser Bandung Philharmonic selalu mengundang animo penonton
yang besar sampai Tahun 2018 ini.
Padahal dari segi fasilitasnya Kota Bandung tidak memiliki kualitas gedung
pertunjukan yang tepat untuk pertunjukan konser orkestra berstandar internasional,
baik dari kualitas suara maupun kapasitas penonton. Selain itu, mengelola dan
menyelenggarakan pertunjukan konser orkestra bukan hal yang mudah, berbicara
mengenai seni pertunjukan pasti tidak lepas dari pengelolaannya yang meliputi:
struktur organisasi, sistem manajemen, serta kepemimpinan. Melihat fenomena yang
ada, semakin menguatkan bahwa untuk dapat menggelar pertunjukan konser orkestra
yang profesional dibutuhkan sistem manajemen yang baik. Melalui manajemen,
sebuah tujuan dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa aspek seperti
perencanaan, pelaksanaan, hingga pasca kegiatan/konser. Sebelum sampai pada tahap
perencanaan, ada beberapa keputusan yang harus ditetapkan agar dapat menggelar
pertunjukan konser sesuai yang diharapkan. Penetapan keputusan ini merupakan
proses dari manajemen operasional (Rachmawanti & Bandung, n.d.).
Berdasarkan latar belakang tersebut, semakin menguatkan bahwa penelitian
terhadap manajemen operasional merupakan sesuatu yang penting dilakukan dan
diharapkan dengan adanya penelitian tentang ”Analisis Manajemen Operasional
Bandung Philharmonic” dapat memberikan solusi permasalahan yang terjadi serta
memberikan kontribusi secara umum bagi bidang ilmu manajemen.
1. 4 Rumusan masalah
1. Apa itu musik orkestra?
2. Apa saja yang terdapat di Bandung Philharmonic?
3. Bagaimana pembiayaan musik orkestra secara lengkap?
1. 5 Tujuan pembahasan
1. Mengetahui apa itu musik orchestra.
2. Mengetahui apa saja yang terdapat di Bandung Philharmonic.
3. Mengetahui pembiayaan musik orkestra secara lengkap.

2. METODE PENELITIAN
Setelah melakukan pertimbangan berdasarkan tujuan penelitian,maka penulis
memutuskan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian
kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian
dilaksanakan(Soendari, 2010).
Penelitian deskripsi digunakan untuk menerangkan kondisi dasar berbagai
peristiwa-peristiwa menyusun teori untuk menjelaskan kaidah hubungan antar-
peristiwa baik untuk menjelaskan asosiasi membuat prediksi-estimasi-proyeksi
tentang gejala yang akan muncul, maupun melakukan tindakan guna mengendalikan
peristiwa(Zellatifanny & Mudjiyanto, 2018). Dengan penelitian deskriptif,peneliti
menggunakan metode kualitatif untuk pendekatannya.
Penelitian kualitatif atau disebut juga penelitian natural atau penelitian
alamiah adalah jenis penelitian dengan mengutamakan penekanan pada proses dan
makna yang tidak diuji, atau diukur dengan setepattepatnya dengan data yang berupa
data deskriptif(Strauss & Corbin, 2007).
Pada dasarnya, metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan memecahkan suatu masalah. Berdasarkan jenis
penelitiannya yaitu deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data
dilapangan, maka teknik penelitian ini adalah Teknik studi literatur.
Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan
penelitian(Anshori, Muslich, 2019). Menurut Anshori Studi Literatur adalah
merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah
buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian(Anshori,
Muslich, 2019).
Adapun Langkah-langkah dalam melakukan pengumpulan data adalah dengan
mengumpulkan data Pustaka melalui jurnal,buku dan literasi terpercaya lainnya lalu
mencatat dan membandingkan semua hasil pencarian hingga membuat kesimpulan
dari data hasil olahan tersebut.

3. KAJIAN TEORI
3.1 Orckestra
Istilah orkestra menurut John Spitzer (Apel, 2003) pada masa Yunani dan
Romawi kuno menunjuk tentang tingkatan dasar dari sebuah panggung terbuka, yang
digunakan kembali pada jaman Renaissance untuk menunjukan tempat di depan
panggung. Pada awal abad XVII tempat ini digunakan untuk menempatkan para
pemain musik yang mengiringi nyanyian dan tarian. Pada abad XVIII arti dari istilah
orkestra diperluas untuk para pemain musik sendiri dan sebagai identitas mereka
sebagai sebuah ansambel.
Sebelum istilah orkestra menjadi mapan di dalam bahasa Eropa yang
beragam, muncul berbagai ungkapan yang digunakan untuk mengindikasikan
kelompok pemain musik yang besar. Di Italia kelompok pemain musik yang serupa
disebut dengan capella, coro, concerto groso, simfonia atau gli stromenti. Hal serupa
juga dapat ditemukan di Roma pada awal sampai akhir tahun 1679. Demikian pula di
Perancis, juga terdapat istilah les violons, dan les concertantes.
Analisis tentang orkestra sejak abad XVIII sampai sekarang mengungkapkan
sebuah rangkaian ciri-ciri yang saling berhubungan, yang antara lain; a) orkestra
didasarkan atas alat musik gesek yang terdiri dari keluarga biola dan double bass, b)
kelompok alat musik gesek ini disusun ke dalam bagian-bagian di mana para pemusik
selalu memainkan not yang sama dalam satu suara, c) alat musik tiup kayu, tiup
logam, dan perkusi tampil dalam jumlah yang berbeda sesuai dengan periode dan
lagu-lagu yang ditampilkan, d) orkestra sesuai dengan waktu, tempat, dan daftar lagu
yang dimainkan selalu memperlihatkan standar instrumentasi yang luas, e) biasanya
orkestra yang telah berdiri terorganisasi dengan anggota-anggota yang mapan,
mengadakan latihan dan pentas yang rutin, mempunyai struktur organisasi dan dana,
f) karena orkestra membutuhkan banyak pemain musik, untuk memainkan hal yang
sama dalam waktu yang bersamaan, orkestra menuntut tingkat kecakapan musikal
yang tinggi untuk memainkan dengan tepat pada nada-nada yang tertulis, g) orkestra
dikoordinasi langsung dengan satu pusat, yang berawal pada abad XVII dan XVIII
oleh pemain utama biola pertama atau oleh pemain keyboard, yang selanjutnya mulai
awal abad XVIII dikoordinasi oleh seorang conductor.
Kelompok pemain alat musik yang mempunyai ciri-ciri seperti di atas dapat
menunjukkan dengan jelas sebagai sebuah orkestra, dimana pun mereka ditemukan
dan apapun sebutan mereka. Kelompok dengan jumlah banyak namun tidak memiliki
ciri-ciri ini secara keseluruhan setidaktidaknya dapat dikatakan mempunyai
kedudukan yang sama dengan orkestra. Orkestra selanjutnya dapat dikategorikan ke
dalam beberapa jenis, termasuk di dalamnya adalah orkestra teater, orkestra
symphony, orkestra gesek, orkestra kamar, orkestra café dan salon, orkestra radio,
orkestra studio dan sebagainya.
Instrumen musik yang dimainkan para musisi dalam sebuah orkestra modern
terdiri dari empat seksi atau golongan jenis instrumen, yaitu seksi gesek, seksi tiup
kayu (woodwind section), seksi tiup logam (brasswind section), dan seksi perkusi
(percussion section). Perkembangan awal orkestra yaitu pada jaman Barok (1720)
terdapat sebuah bentuk orkestra kecil yang hanya terdiri dari instrumen gesek (6
biola, 3 viola, dan 2 cello) dan continuo (harpsichord, merupakan instrumen yang
berbunyi terus menerus dalam sebuah komposisi). Pada jaman klasik (1790)
instrumen terumpet, timpani, dan horn mulai digunakan walaupun masih jarang. Ciri
tertentu dari orkestra klasik adalah tanpa menggunakan continuo, tapi diganti dengan
seksi gesek yang lebih besar (14 biola, 6 biola, 4 cello, dan 2 double bass) dan 2
pemain untuk setiap instrumen flute, oboe, clarinet, horn, terumpet, dan timpani.
Bentuk orkestra jaman Romantik (1850) memiliki seksi gesek yang lebih besar lagi
(30 biola, 12 biola, 10 cello, dan 8 double bass), woodwind dan brass. Muncul
instrumen musik baru seperti tuba dan harpa. Dua orang komposer terkenal yaitu
Wagner dan Berlios adalah tokoh yang banyak menulis karya-karya untuk format
orkestra yang sangat besar tersebut. Orkestra mempertahankan bentuknya yang besar
ini sampai awal tahun 1900-an, ketika kemudian mulai dikurangi karena alasan
artistik dan ekonomi (Fu’adi, n.d.).
3.2 Manajemen
Banyak pemikir manajemen telah mendefinisikan manajemen dengan cara
mereka sendiri. Misalnya, Van Fleet dan Peterson mendefinisikan manajemen sebagai
serangkaian kegiatan yang diarahkan pada pemanfaatan sumber daya yang efisien dan
efektif dalam mengejar satu atau lebih tujuan (Peterson & Van Fleet, 2004).
Megginson, Mosley, dan Pietri mendefinisikan manajemen sebagai kegiatan bekerja
dengan sumber daya manusia, keuangan dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi
dengan melakukan fungsi perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengendalikan (Megginson et al., 1989). Definisi manajemen menurut Kreitner
adalah proses pemecahan masalah untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif
melalui penggunaan sumber daya yang langka secara efisien dalam lingkungan yang
berubah (Kreitner, 1982). Menurut Harold Koontz, manajemen adalah seni
menyelesaikan sesuatu melalui dan dengan orang-orang dalam kelompok yang
terorganisir secara formal. Ini adalah seni menciptakan lingkungan di mana orang
dapat melakukan dan individu dan dapat bekerja sama menuju pencapaian tujuan
kelompok (Koontz et al., 1986)
3.3 Jenis-jenis manajemen bisnis
Ada hampir dua lusin cabang manajemen bisnis. Berikut adalah ikhtisar dari 5
sektor di bidang yang luas ini:

1. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan berurusan dengan menemukan keseimbangan yang
sehat antara keuntungan dan risiko sehingga bahkan dengan kemunduran, bisnis ini
menguntungkan dalam jangka panjang. Jenis manajemen bisnis ini melibatkan
perencanaan, pengarahan, dan koordinasi dengan akuntansi, investasi, perbankan,
asuransi, sekuritas, dan aktivitas keuangan bisnis lainnya. Tiga elemen kunci dari
manajemen keuangan adalah perencanaan keuangan, pengendalian keuangan dan
pengambilan keputusan keuangan. Manajemen keuangan jangka pendek sering
disebut sebagai "manajemen modal kerja" dan berhubungan dengan manajemen kas,
manajemen persediaan dan manajemen debitur. Baik penilaian maupun teknik
keputusan keuangan termasuk dalam jenis manajemen bisnis ini (Chandra, 2011).
2. Manajemen pemasaran
Manajemen pemasaran berfokus pada penerapan praktis teknik pemasaran dan
pengelolaan sumber daya dan aktivitas pemasaran perusahaan. Empat bidang utama
manajemen pemasaran adalah analisis perusahaan, analisis kolaborator, analisis
pesaing, dan analisis pelanggan. Manajemen pemasaran juga mencakup manajemen
merek, serta strategi pemasaran dan penetapan harga. Untuk memaksimalkan laba
atas investasi, penting untuk mengembangkan peluang branding dan menjalankan
taktik pemasaran berdasarkan analisis yang cermat terhadap semua aspek bisnis
Anda. Ruang lingkup manajemen pemasaran bisnis tergantung pada ukuran dan
industri bisnis. Manajemen pemasaran yang efektif menggunakan sumber daya
perusahaan untuk meningkatkan basis pelanggannya, meningkatkan pandangan dan
umpan balik pelanggan, dan meningkatkan nilai yang dirasakan perusahaan
(Hollensen, 2018).
3. Manajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusia (SDM) berfokus pada perekrutan dan
pengelolaan karyawan organisasi. Ini termasuk kompensasi, perekrutan, keselamatan
dan kesehatan, tunjangan dan aspek lain dari administrasi karyawan. Kesalahpahaman
umum tentang HRM adalah bahwa itu semata-mata tanggung jawab departemen
sumber daya manusia atau individu. Pada kenyataannya, semua manajer departemen
harus memahami bahwa HRM yang efektif memungkinkan karyawan untuk
berkontribusi secara efektif dan produktif untuk keseluruhan arah dan tujuan
perusahaan. Di masa lalu, HRM lebih fokus pada administrasi personalia, tetapi
pendekatan HRM modern menggunakan program karyawan untuk membuat dampak
positif pada staf dan bisnis secara keseluruhan (Storey, 2016).
4. Manajemen produksi
Manajemen produksi adalah pengambilan keputusan yang terlibat dalam
pembuatan produk atau jasa. Teknik manajemen produksi digunakan di industri
manufaktur dan jasa. Jenis manajemen bisnis ini adalah tentang mengubah bahan
mentah menjadi produk atau jasa jadi, dan dengan demikian, sektor ini sering
merujuk pada "empat M": mesin, metode, bahan, dan uang. Salah satu fokus utama
manajemen produksi adalah memastikan bahwa produksi efisien, dan ini termasuk
pengendalian persediaan dan pelatihan karyawan. Pengendalian persediaan sejauh ini
merupakan tanggung jawab paling penting dari manajer produk dan melibatkan
pelacakan semua komponen produksi, seperti bahan yang dibutuhkan dan barang jadi.
Fokus utama lain dari tim manajemen produksi bisnis adalah penelitian dan
pengembangan (R&D) dari proses produksi dan produk itu sendiri. Bisnis yang ingin
memperluas, memotong biaya, dan mengembangkan produk yang lebih baru dan
lebih baik harus melakukan R&D sebagai bagian dari manajemen produk mereka
(Kumar & Suresh, 2006).
5. Manajemen Pelayanan
Manajemen layanan sangat bervariasi tergantung pada industri dan bisnisnya.
Terkadang, identik dengan manajemen layanan TI, tetapi kedua sektor ini berbeda di
beberapa area. Pertama, manajemen layanan biasanya menggabungkan sistem
otomatis dan tenaga kerja terampil dan sering menyediakan pengembangan layanan,
bahkan jika itu tidak terkait dengan TI. Salah satu fokus manajemen layanan adalah
pengelolaan dan perampingan alur kerja untuk mengotomatisasi atau mendukung
pengambilan keputusan manusia. Manajemen layanan adalah apa yang
memungkinkan penyedia untuk memahami layanannya dari perspektif organisasi dan
konsumen dan untuk memastikan bahwa layanan memfasilitasi hasil yang diinginkan
dari klien mereka. Apa pun layanannya, penyedia layanan terkelola perlu memahami
dan mengelola biaya dan risiko yang terlibat, serta nilai dan pentingnya layanan bagi
klien mereka (Fitzsimmons & Fitzsimmons, 2006).
3.4 Manajemen Pemasaran Pada Musik Orchestra
Orkestra menghasilkan produk yang unik dan seringkali merupakan monopoli
yang biasanya merupakan resep untuk kesuksesan finansial. Tetapi tidak ada orkestra
simfoni di dunia yang dapat bertahan secara finansial dengan sendirinya. Menurt
Robert Flanagan, seorang profesor ekonomi di Stanford University dan penulis The
Perilous Life of Symphony Orchestras menyatakan bahwa Orkestra di dunia
mengalami defisit operasional, dalam arti uang yang mereka peroleh dari konser,
rekaman, dan sebagainya tidak menutupi pengeluaran mereka (Flanagan, 2012), Ada
banyak alasan untuk ini, tetapi yang utama di antara mereka adalah bahwa biaya
menjalankan orkestra sangat besar dan hampir tidak mungkin untuk diturunkan.
1. Orkestra sangat mahal untuk dijalankan
Setiap orkestra terdiri antara 45 dan 100 musisi, dan setidaknya di Australia
ini biasanya adalah karyawan yang digaji dengan pensiun, cuti sakit dan hak serta hak
lainnya. Dan biaya tenaga kerja ini tidak dapat dikurangi atau dibuat lebih efisien,
seperti yang ditunjukkan Profesor Flanagan. Menurut kata David Throsby, profesor
ekonomi terkemuka di Macquarie University, musidk orchestra tidak seperti musikal,
yang memiliki banyak biaya set-up dan kemudian dapat berjalan selama satu setengah
tahun untuk menutupi biaya awal, orkestra mungkin menghabiskan dua atau tiga hari
dalam latihan dan kemudian melakukan dua atau tiga pertunjukan (Boyle & Throsby,
2012).
2. Asal dana orchestra dunia
Saat ini, orkestra dunia tetap bertahan berkat bantuan pemerintah. Di Amerika
yang datang secara tidak langsung, melalui pengurangan pajak untuk orang dan
organisasi yang menyumbang ke orkestra. Di Eropa, sebagian besar didanai
sepenuhnya oleh pemerintah federal, lokal dan negara bagian (Morgan, 2014).
Orkestra Australia berada di tengah-tengah, mengandalkan campuran
sponsorship, filantropi, dan bantuan pemerintah negara bagian dan federal. Campuran
itu tergantung pada orkestra dan kota tuan rumah: Sydney Symphony Orchestra
menerima sekitar 40 persen dananya dari pemerintah. Untuk Tasmania Symphony
Orchestra, angka itu mendekati 75 persen (Strother, 2019).
Tetapi pendanaan pemerintah tidak berarti orkestra tidak berusaha
menghasilkan lebih banyak uang dan menjangkau audiens baru. Pada 2017
Melbourne Symphony Orchestra menawarkan serangkaian konser berdasarkan musik
film Pixar, sementara SSO mempromosikan La La Land dalam konser yang
menghasilkan uang (La Land, 2016; O’Byrne, 1997).
3. Masa depan orchestra ditentukan kondisi keuangan
Di Eropa, beberapa orkestra simfoni telah gulung tikar, sebuah tren yang
diyakini para ahli akan terus berlanjut. Hal yang sama mungkin tidak berlaku di
Australia.
Menurut Rory Jeffes, orkestra di seluruh dunia yang akan berkembang di
kemudian hari, adalah orchestra yang memperhatikan sisi artistic dan sisi keuangan
dengan seimbang (Duckett, 2019). Secara realistis, operasional dalam music orchestra
harus didukung oleh kondisi keuangan.
Sementara menurut Profesor Throsby dari Macquarie University, Orkestra seperti
semua institusi budaya, memang menciptakan nilai ekonomi akan tetapi itu bukan
alasan utama keberadaan orchestra. Alasan utama keberadaan orchestra adalah untuk
membuat musik. Yang berarti jenis nilai berbeda yang mereka ciptakan, yang bisa
kita sebut nilai budaya atau nilai seni. Ini terpisah dari angka pasti nilai ekonomi, dari
dolar dan sen (Boyle & Throsby, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Muslich, and S. I. (2019). Metodologi penelitian kuantitatif (1st ed.).


Airlangga University Press.
Apel, W. (2003). The Harvard dictionary of music (Vol. 16). Harvard University
Press.
Boyle, S., & Throsby, D. (2012). Corporatisation, economic efficiency and the
Australian symphony orchestras. Economic Papers: A Journal of Applied
Economics and Policy, 31(1), 36–49.
Chandra, P. (2011). Financial management. Tata McGraw-Hill Education.
Duckett, V. (2019). Finding the Film Archive: A Comparison between Milan and
Canberra in Times of COVID-19. The Moving Image, 19(2), 96–99.
Fanani, A., Hastuti, K., Syarif, A., & Mulyana, A. (2020). Rule-based Interactive
Learning Application Model on How to Play Music Instruments. International
Journal of Emerging Technologies in Learning (IJET), 15(15), 52–63.
Fitzsimmons, J., & Fitzsimmons, M. (2006). Service management. Tata McGraw Hill
Education Private Limited.
Flanagan, R. J. (2012). The perilous life of symphony orchestras. Yale University
Press.
Fu’adi. (n.d.). MENGENAL LEBIH DEKAT MUSIK ORKESTRA.
Hollensen, S. (2018). Marketing management. Pearson UK.
Koontz, H., O’Donnell, C., & Weihrich, H. (1986). Essentials of management (Vol.
18). McGraw-Hill New York.
Kreitner, R. (1982). The feedforward and feedback control of job performance
through organizational behavior management (OBM). Journal of
Organizational Behavior Management, 3(3), 3–20.
Kumar, S. A., & Suresh, N. (2006). Production and operations management. New
Age International.
La Land, L. (2016). La La Land (film).
Matias, F. (2020). Teaching Music Musically (Study of Animé String Orchestra
Bandung, Indonesia). 2nd International Conference on Arts and Design
Education (ICADE 2019), 61–65.
Megginson, L. C., Mosley, D. C., & Pietri, P. H. (1989). Management: concepts and
applications. HarperCollins Publishers.
Morgan, K. (2014). Music, finance, and politics: Henry Verbrugghen and the New
South Wales State Orchestra, 1919-1923. Musicology Australia, 36(1), 13–35.
https://doi.org/10.1080/08145857.2014.896074
O’Byrne, P. (1997). Zelman’s children: Albert Zelman Jr and the first decade of his
Melbourne Symphony Orchestra, 1906-1915.[Article derived from an Honours
Thesis completed in the History Dept. of the University of Melbourne in 1996].
Australasian Music Research, 2–3, 65–97.
Peterson, T. O., & Van Fleet, D. D. (2004). The ongoing legacy of RL Katz.
Management Decision.
Putra, I. G. M. P. V., & Irawan, H. (2018). Analisis Manajemen Operasional
Bandung Philharmonic. EProceedings of Management, 5(3).
Rachmawanti, R., & Bandung, S. T. M. (n.d.). WOMEN IN ORCHESTRA
PERFORMANCES IN INDONESIA. Together" Semarang, 26-27 July 2017,
486.
Ridwan, I. (2021). Creativity in Sundanese music and radio broadcasting in West
Java, Indonesia. In Routledge Handbook of Asian Music: Cultural Intersections
(pp. 294–319). Routledge.
Soendari, T. (2010). Metode Penelitian Deskriptif. Universitas Pendidikan Indonesia,
1–25.
Storey, J. (2016). Human resource management. Edward Elgar Publishing Limited.
Strauss, A., & Corbin, J. (2007). Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan.
Pengolahan Air Limbah Domestik Individual Atau Semi Komunal, 189–232.
Strother, E. (2019). Political economy and global arts for social change: A
comparative analysis of youth orchestras in Venezuela and Chile. Arts
Education Policy Review, 120(1), 1–10.
https://doi.org/10.1080/10632913.2017.1327384
Xiao, Z., Wang, Y., Ji, X., & Cai, L. (2021).
Zellatifanny, C. M., & Mudjiyanto, B. (2018). Tipe Penelitian Deskripsi Dalam Ilmu
Komunikasi the type of descriptive research in communication study. Jurnal
Diakom, 1(2), 83–90.

Anda mungkin juga menyukai