id
1/6
Baca pembahasan sebelumnya Keutamaan Belajar Ilmu Agama (Bag. 1)
2/6
Termasuk dalam pahala agung yang Allah Ta’ala siapkan untuk para penuntut ilmu yaitu
jika mereka meninggal, maka pahala ilmunya akan sampai kepadanya meskipun mereka
berada dalam kuburnya, selama manusia mengambil manfaat dari ilmunya. Maka pahala
ini seolah-olah kehidupan yang lain setelah kematian mereka, ketika manusia yang lain
terputus dari pahala amal mereka setelah meninggal dunia. Sehingga seakan-akan orang
yang berilmu itu senantiasa hidup dan tidak akan pernah mati.
ﺎرﯾَ ٍﺔ ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِه ﻟَ ُﻪ
ِ ﺼ َﺪ َﻗ ٍﺔ َﺟ َ ﺼﺪ
َ ِﱠق ﺑ َ َ َو َر ُﺟ ٌﻞ ﺗ،ْﻋﻮ ﻟَ ُﻪ ﯾَ ْﺘﺒَ ُﻌ ُﻪ ُد َﻋﺎ ُؤ ُﻫ ْﻢ
ُ ﺻﺎﻟِ ًﺤﺎ ﯾَﺪ َ َر ُﺟ ٌﻞ ﺗَ َﺮ َك َﻋ ِﻘﺒًﺎ:ات َ ِاﻷ ْﺣﯿَﺎ ِء ﯾَ ْﺠﺮي ﻟ
ِ ﻸ ْﻣ َﻮ ِ
َ أَ ْرﺑَ ٌﻊ ِﻣ ْﻦ َﻋ َﻤﻞ
ِ
َ َ
ﺺ ِﻣ ْﻦ أ ْﺟ ِﺮ َﻣ ْﻦ َﻋ ِﻤﻞ ﺑِ ِﻪ ﺷ ْﻲ ٌءَ َ َو َر ُﺟﻞ َﻋﻠ َﻢ ِﻋﻠﻤًﺎ ﻓ ُﻌ ِﻤﻞ ﺑِ ِﻪ ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِه ﻟﻪ ِﻣﺜﻞ أ ْﺟ ِﺮ َﻣ ْﻦ َﻋ ِﻤﻞ ﺑِ ِﻪ ِﻣ ْﻦ ﻏ ْﯿ ِﺮ أ ْن ﯾَﻨﻘ،ُأَ ْﺟ ُﺮ َﻫﺎ َﻣﺎ َﺟ َﺮت ﺑَ ْﻌ َﺪه
ُ ْ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ ْ ﱠ ٌ ْ
”Empat amalan orang hidup yang (pahalanya) tetap mengalir setelah orang tersebut
meninggal dunia. Seseorang yang mempunyai anak shalih yang berdoa untuknya dan doa
tersebut bermanfaat untuknya. Seseorang yang bersedekah, maka pahalanya mengalir
untuknya selama sedekah itu berpahala setelahnya. Seseorang yang mengajarkan
ilmu dan mengamalkannya setelahnya, maka baginya pahala sebesar pahala orang
yang mengamalkannya tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang yang
mengamalkannya tersebut.” (HR. Thabrani. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani
dalam Shahih wa Dha’if Al-Jaami’ Ash-Shaghir no. 890)
َﻣ ْﻦ َﻋﻠِ َﻢ ِﻋ ْﻠﻤًﺎ أَ ْو أﺟﺮى ﻧَ َﻬ ًﺮا أو ﺣﻔﺮ ﺑِ ْﺌ ًﺮا أو ﻏﺮس ﻧَ ْﺨ ًﻼ أو ﺑَﻨَﻰ َﻣ ْﺴ ِﺠ ًﺪا أو َو َر َث: َﺳ ْﺒ ٌﻊ ﯾَ ْﺠ ِﺮ ْي ﻟِْﻠ َﻌ ْﺒ ِﺪ أَ ْﺟﺮﻫﻦ و ُﻫ َﻮ ِﻓ ْﻲ َﻗ ْﺒ ِﺮ ِه ﺑَ ْﻌ َﺪ َﻣ ْﻮﺗِ ِﻪ
ُﺼ َﺤ ًﻔﺎ أو ﺗَ َﺮ َك َوﻟَ ًﺪا ﯾَ ْﺴﺘَ ْﻐ ِﻔ َﺮ ﻟَ ُﻪ ﺑَ ْﻌ َﺪ َﻣ ْﻮﺗِ ِﻪ
ْﻣ
”Tujuh amalan yang pahalanya mengalir kepada seorang hamba meskipun ia berada di
dalam kuburnya setelah meninggal: barangsiapa yang mengajarkan ilmu,
mengalirkan sungai, menggali sumur, menanam kurma, membangun masjid, mewariskan
mushaf, atau mempunyai seorang anak yang memohonkan ampun untuknya setelah dia
meninggal.” (HR. Al-Bazzaar. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani dalam Shahih
wa Dha’if Al-Jaami’ Ash-Shaghir no. 5915)
ْ ْ َ َ ْ ْ ُ
3/6
ْ ﻀ ُﻞ ْاﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ أَ َﺣ ﱡﺐ إِﻟَ ﱠﻲ ِﻣ ْﻦ َﻓ
َو َﺧ ْﯿ ُﺮ ِدﯾﻨِ ِﻜ ُﻢ ْاﻟ َﻮ َر ُع، ﻀ ِﻞ ْاﻟ ِﻌﺒَﺎ َد ِة ْ َﻓ
“Keutamaan ilmu itu lebih aku cintai daripada keutamaan ibadah. Dan sebaik-baik
agamamu adalah wara’ (bersikap hati-hati, pent.).” (HR. Al-Bazzaar. Dinilai shahih
oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jaami’ Ash-Shaghir no.
7663)
Baca Juga: Kiat Mengobati Futur Dan Malas Menuntut Ilmu Agama
ُ اﷲُ أَﻧﱠ ُﻪ َﻻ إﻟَ َﻪ إ ﱠﻻ ُﻫ َﻮ َو ْاﻟ َﻤ َﻼﺋِ َﻜ ُﺔ َوأُوﻟُﻮ ْاﻟ ِﻌ ْﻠﻢ َﻗﺎﺋِﻤًﺎ ﺑ ْﺎﻟ ِﻘ ْﺴ ِﻂ َﻻ إﻟَ َﻪ إ ﱠﻻ ُﻫ َﻮ ْاﻟ َﻌ ِﺰ
ﯾﺰ ْاﻟ َﺤ ِﻜﯿ ُﻢ َﺷﻬ َﺪ ﱠ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Sisi penunjukan dalil dari ayat ini kepada keutamaan ilmu dan kemuliaanya dapat dilihat
dari beberapa sisi sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah. Sisi
pertama, bahwa Allah Ta’ala menjadikan ulama sebagai saksi, bukan semua orang. Ini
adalah bukti keutamaan mereka di atas makhluk lainnya. Sisi ke dua, bahwa Allah Ta’ala
menyejajarkan antara persaksian ulama tentang keesaan-Nya dalam uluhiyyah dengan
persaksian-Nya sendiri terhadap masalah ini. Sisi ke tiga, Allah Ta’ala menyejajarkan
persaksian mereka dengan persaksian para malaikat-Nya. Sisi keempat, dalam persaksian
ini terkandung tazkiyah (rekomendasi) dan pujian terhadap para ulama karena Allah
Ta’ala tidaklah mengambil persaksian dari makhluk-Nya kecuali dari makhluk-Nya yang
shalih. (Lihat Miftaah Daaris Sa’aadah, 1: 48)
4/6
“Salah satu tafsir ayat tersebut adalah Allah mengangkat derajat seorang mukmin yang
berilmu di atas mukmin yang tidak berilmu. Sedangkan pengangkatan derajat itu
menunjukkan atas keutamaan, karena yang dimaksud dengannya (pengangkatan derajat,
pent.) adalah pahala yang banyak yang dengannya diangkatlah derajatnya. Diangkatnya
derajat itu terkandung makna yang abstrak, berupa kedudukan yang tinggi dan nama
yang masyhur di dunia. Dan terkandung pula makna yang konkret, yaitu berupa
kedudukan yang tinggi di surga.” (Fathul Baari, 1: 92)
Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah riwayat dari Amir bin Watsilah, bahwa Nafi’ bin
Abdul Harits pernah bertemu dengan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu di ‘Usfan
(nama suatu daerah). Ketika itu Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah.
Nafi’ menjawab,”Sesungguhnya dia pandai memahami kitabullah ‘Azza wa Jalla, dan dia
juga ahli ilmu faraidh (ilmu waris).”
‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sungguh dia pernah bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sekelompok orang dengan Kitab ini,
dan akan merendahkan sebagian lainnya dengan Kitab ini pula.” (HR. Muslim no.
1934)
“Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu.’” (QS. Thaaha [20]:
114)
5/6
Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan beliau untuk berdoa meminta tambahan sesuatu
kecuali tambahan ilmu syar’i. Hal ini tidak lain disebabkan karena keutamaan dan
kemuliaan ilmu syar’i yang sangat agung. Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
Baca Juga:
[Bersambung]
***
Artikel: Muslim.or.id
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
ԍ Rukun Ibadah, Doa Pelindung Diri Dari Kejahatan, Solat Qodo, Al Quran Tajwid, Surah
Al Zalzalah
6/6