Anda di halaman 1dari 22

MODUL PERKULIAHAN

REKAYASA HIDROLOGI

Modul 11 :

11. Perhitungan Debit Banjir Rencana


Berdasarkan Curah Hujan
11.1. Perhitungan Debit Sungai
11.2. Koefisien Pengaliran
11.3. Koefisien Reduksi
11.4. Hujan Rencana
11.5. Intensitas Relatif Berjangka Waktu
11.6. Penentuan Waktu t
11.7. Menentukan q m3 /dt/ km2
11.8. Daftar Pustaka

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Sipil dan Program 11024EL Ir. Hadi Susilo. MM
Perencanaan Studi Teknik Sipil
11
Abstract Kompetensi

Memberikan gambaran umum maksud dan Mahasiswa mampu menjelaskan dan


tujuan perhitungan debit banjir rencana memberikan contoh arti debit banjir
berdasarkan curah hujan, mempelajari rencana, mampu mengolah data hujan
parameter-parameter yang mempengaruhi, sebagai bahan masukan perhitungan
pengaruh pemilihan probabilitas banjir banjir rencana, dan dapat menerapkan
rencana terhadap stabilitas bangunan hasil perhitungan untuk bahan masukan
‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
sipil/bangunan air dan kegunaan hasil kebutuhan perhitungan selanjutnya,
perhitungan debit banjir rencana seperti bangunan pengelah banjir dan
bangunan pelimpah.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA

Mata Kuliah : Rekayasa Hidrologi


Modul No. 11 : Perhitungan Debit Banjir Rencana Berdasarkan Curah Hujan

11. Perhitungan Debit Banjir Rencana Berdasarkan Curah Hujan

11.1. Perhitungan Debit Sungai

Banyak cara untuk memperoleh besaran aliran air sungai atau debit sungai
diantaranya adalah besaran debit sungai berdasarkan pengukuran di lapangan,
perhitungan rumus impiris dan perhitungan debit sungai berdasarkan besaran curah
hujan yang jatuh di daerah tangkapan air sungai atau daerah aliran sungai (Catchment
Area). Di dalam bab ini akan diuraikan perhitungan debit aliran air sungai
berdasarkan tinggi curah hujan yang jatuh di daerah tangkapan air sungai dengan
berbagai parameter yang mempengaruhi.
Perhitungan besaran debit sungai pada suatu tempat secara umum bisa dirumuskan
sebagai berikut :
t
Q= f
t
Dimana :
Q = debit
 = koefisien pengaliran (run of coefisien)
 = koefisien reduksi
t = intensitas relatif hujan untuk jangka waktu t
t = jangka waktu t yang dipandang
f = luas daerah pematusan
Kalau dipakai satuan-satuan, untuk :

f ialah km2
R ialah mm/24 jam

Perumusan berubah menjadi :

t
Q= x 106 x f
t

t
= R 1000 f m3 / d
t
‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
Kalau untuk R diambil Rmaksimum, maka :

t
R maks . 1000 f
t

Tidak lain daripada banyaknya hujan maksimum yang jatuh dalam m3 tiap detik-tiap
km2 (atau q m3/dt/km2), jadi bisa dinyatakan :

Dengan ini rumus berubah menjadi :

Q=qf m3 / d

rumus yang dipakai sebagai dasar perhitungan debit sungai berdasar atas curah hujan
antara lain Melchior, der Weduwen dan Haspers.

t
 R 103 adalah tidak lain daripada intensitas hujan r selama-lamanya hujan
t
(duration) t dan dengan memakai harga t = 1 jam atau 3600 detik perumusan debit
berubah menjadi :
 r
Q= f.
3,6

Ialah perumusan rasional Jepang.


Kedua perumusan untuk menentukan debit Q dan pada umumnya dengan perumusan
ini dihitung debit maksimum atau debit rencana, kelihatannya sederhana, akan tetapi
unsur-unsur dari perumusan itu sendiri merupakan “persoalan”.

11.2. Koefisien Pengaliran

Besarnya koefisien pengaliran  dipengaruhi antara lain oleh :

a. Bentuk dan luas daerah pematusan


b. Miring daerah pematusan dan miring palung sungai
c. Keadaan daerah pematusan yang terpenting ialah besarnya kemampuan
mengisap/ menyerap dan daya menahan air
d. Keadaan flora daerah pematusan
e. Daya tampung penampang sungai
f. Tinggi suhu, besarnya angin disertai tingkat penguapannya
g. Jatuhnya hujan yang mendahului hujan maksimum dalam persoalan

Mengingat sukarnya unsur-unsur yang mempengaruhi ini dirumuskan dengan


terperinci, maka oleh beberapa penyelidik dikemukakan :

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
Melchior – besarnya ditetapkan secara global berdasar atas penyelidikan/
pengalaman.

 = 0,42 – 0,62, angka ini adalah berdasarkan atas keadaan sebelum perang dunia
kedua, harga-harga ini untuk keadaan yang telah diubah harus diperbesar.

4,1
Der Weduwen -  = 1 – , menurut perumusan ini  adalah tergantung
q+7
daripada koefisien reduksi  dan q m3/km2/d

1 + 0,012 . f . 0,7
Haspers -  =
1 + 0,075 . f . 0,7

Perumusan ini didasarkan atas data-data debit sungai Kumisik, Waluh, Pekalen,
Cianten, Cimanuk, Citarum, Cibuni, Citatik.

Rational Jepang – harga  didasarkan atas penyelidikan mengenai keadaan daerah


pematusannya sebagai berikut :

Tabel No. 11.1 Koefisien Limpasan (Dr. Mononobe) / Koeff. Pengaliran


Keadaan daerah pematusan 
Bergunung dan curam 0,75 – 0,90
Pegunungan 0,70 – 0,80
Tanah datar yang ditanami 0,45 – 0,65
Sungai dengan tanah dan hutan di bagian atas dan 0,50 – 0,75
bawahnya
Sawah waktu diairi 0,70 – 0,85
Sungai bergunung 0,75 – 0,85
Sungai dataran 0,45 – 0,75
Contoh :

Tabel No. 11.2

Keadaan daerah Luas km2 Luas relatif % 


Pegunungan 20 20 0,15
Tanah ditanami 30 30 0,165
Sawah diairi 50 50 0,325
100 100% 0,640

11.3. Koefisien Reduksi

1970
Melchior : F = – 3960 + 1720 
 – 0,12

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
Der Weduwen :
t+1
120 + f
t+9
=
120 + f

Perumusan ini didasarkan atas pengamatan di Jakarta dan sekitarnya pada tanggal 1
Maret sampai 1 Januari 1925.

Haspers mengajukan :

1 1 + 3,7 x 10-4t F 3/4


= 1+ x
 2
t + 15 12

Hujan rata-rata maksimum


t R1000
q= m3 / km2 / d
t

Dan kalau t dinyatakan dalam jam perumusan menjadi :

t Rt
q= m3 / km2 / d
3,6 t

11.4. Hujan Rencana


t
Besarnya q tergantung pada R dan , untuk R ini bisa dipakai R maksimum selama
t
waktu pengamatan atau R rencana; misalnya R 25 ialah tinggi hujan rencana dengan
tahun ulang 25 tahun atau bisa pula dikatakan tinggi hujan yang mungkin bisa terjadi
sekali dalam 25 tahun.
Dari pengamatan tinggi hujan di Jakarta telah pernah dihasilkan angka-angka
perbandingan besarnya hujan dengan besarnya hujan sekali dalam satu tahun, sebagai
berikut :

Tabel No. 11.3.

R – rencana Rx R dalam
R1 mm / 24 jam
5 kali per-tahun R0,2 0,58 57
4 kali per-tahun R0,25 0,64 68
3 kali per-tahun R1/3 0,71 70
2 kali per-tahun R0,5 0,82 81

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
1 kali per-tahun R1 1,00 98
Sekali dalam 2 tahun R2 1,20 118
Sekali dalam 3 tahun R3 1,32 130
Sekali dalam 4 tahun R4 1,41 139
Sekali dalam 5 tahun R5 1,47 145
Sekali dalam 10 tahun R10 1,72 169
Sekali dalam 15 tahun R15 1,87 184
Sekali dalam 20 tahun R20 1,98 195
Sekali dalam 25 tahun R25 2,06 203
Sekali dalam 30 tahun R30 2,13 210
Sekali dalam 40 tahun R40 2,23 219
Sekali dalam 50 tahun R50 2,31 227
Sekali dalam 60 tahun R60 2,38 234
Sekali dalam 70 tahun R70 2,44 240
Sekali dalam 80 tahun R80 2,49 245
Sekali dalam 90 tahun R90 2,53 249
Sekali dalam 100 tahun R100 2,57 253
Sekali dalam 125 tahun R125 2,64 260

Contoh diketahui R40 = 219 mm/24 jam


Dengan ini :
2,57
R100 = x 219 = 253 mm / 24 jam
2,23

1
R100 = x 253 = 98 mm / 24 jam
2,57
11.5. Intensitas Relatif Berjangka Waktu

Untuk mengintensikan besarnya hujan berjangka waktu kurang dari t < 24 jam,
dipakai pengamatan yang dikerjakan di Jakarta (dari tahun 1866 – 1894) yang
hasilnya adalah :

Tabel No. 11.4

T Rt Intensitas relatif % t R1 Intensitas relatif %


Jam mm R1/R 24 jam Jam Jam R jam/R 24 jam
¼ 38 18 14 197 98,5
½ 60 30 15 197 98,5
1 90 45 16 197 98,5
2 120 60 17 197 98,5
3 158 78 18 197 98,5
4 180 90 19 197 98,5
5 185 92,5 20 197 98,5
6 186 93 21 197 98,5
7 187 93,5 22 197 98,5
8 187 93,5 23 197 98,5
9 187 93,5 24 200 100
10 187 93,5
‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
11 192 96
12 192 96
13 197 96

Hasil ini dilukiskan dengan kurva menjadi Gambar No. 11.1, gambar dilengkapi
dengan hujan maksimum untuk berbagai luas daerah tertentu.

Contoh :

F = km2
R24 = 240 mm

Ditanyakan :
R30 menit
Untuk F = 50 km2 dan t = 30 menit  = 18%
Hingga :
18
R30 = menit = x 240 = 43,2 mm
100

Atau kalau dihitung lebih lanjut q, maka dengan memakai perumusan :

t Rt
q=
3,6 t

43,2
q= = 24 m3 / km2 / d
3,6 x 1 / 2

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
Haspers membagi intensitas menjadi tiga :

a. Untuk t < 2 jam

t R24
Rt =
t + 1 – 0,0008 (260 – R24) (2 – t)2

t = waktu dalam jam


Rt dan R24 dalam mm
b. Untuk : 2 jam < t < 19 jam

t R24
Rt =
t+1

c. Untuk : 19 jam < t < 30 hari

Rt = 0,707 R24  1 + t

Dengan memakai pernyataan intensitas relatif, harga dari Harpers :

t
a.  t =
t + 1 – 0,0008 (260 – R24) (2 – t)2
t
b.  t =
t=1

c.  t = 0,707  1 + t

11.6. Penentuan Waktu t

Dikemukakan disini adanya dua waktu :


t = ialah lamanya hujan (duration)
T = ialah lamanya hujan memusat (time of concentration), ialah waktu yang
diperlukan air, hujan, yang terjauh bisa mencapai sungai

Mengenai harga t dan T ini dapat dikemukakan :

a. Buat t kecil berlaku, hujan rata-rata yang besar, hingga q m 3/km+2/d adalah
besar, contoh:

t = 30 menit – R24 = 240 mm – q = 24 m3/km2/d


t = 1 jam – Rjam = 0,28 x 240 = 66,2 mm

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
66,2
q= = 18 m3/km2/d q < q1/2
3,6 x 1

b. Tiap bagian dari daerah pematusan akan turut serta dalam menentukan besarnya
debit pada ujung daerah pematusan, kalau lamanya hujan t sama atau lebih besar
daripada lamanya hujan memusat (duration sama atau lebih bear dari time or
concentration).
c. Kalau t < T, maka ini berarti bahwa hujan telah berhenti sebelum air hujan yang
terjauh mencapai ujung daerah pematusan.
d. Debit yang maksimum dicapai kalau t > T.

Mechior :

Dalam perhitungannya Melchior memakai T dan olehnya dipergunakan perumusan

1000 L
T=
3600 V

T = lamanya hujan memusat dalam jam


L = panjang palung sungai dalam km
V = kecepatan rata-rata air dalam m/d

Untuk V dipakai rumus :


V = 1,31 5
  q f I2

H
Untuk I diambil : I=
0,9 L

Jadi tidak diambil panjang palung sungai seluruhnya, tetapi bagian paling atas
sepanjang 0,1 L diabaikan (miring tidak seimbang), H adalah perbedaan tinggi mulut
daerah pengaliran sampai titik 0,1 L dari permukaan sungai.

Dengan Q =   q t
Rumus berubah menjadi :
Q
q f=

Dengan  = 0,52

Q
V  1,31 5 xI 2

0,52

V  1,493 5 Q I 2

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
1000 L
T 
3600 x1,493 Q 1 / 5 I 2 / 5

T = 0,186 Q-0,2 I10,40

Der Weduwen, memakai t =2T


Haspers, memakai rumus : T = 0,1 x 0,8 I-0,3

L
Rational Jepang, memakai : T = T = 0,0138 L I-0,6
0,6
72 I

11.7. Menentukan q m3 /dt/ km2

Dengan telah ditentukan perumusan harga -t, , t dan R, maka bisa ditentukan
harga-harga q.

Sebagai contoh diulangi lagi :


F = 50 km2
R24 = 240 mm/24 jam
t = 1 jam

Dari kurva Gambar No. 11.1 terdapat :

 t = 28%
– tR
q =
3,6 t

0,28 x 240
q= =
3,6 x 1

18 m3 / km2 / d

Der Wedumen berdasar atas t = 2 T, untuk t < 24 jam dengan mempergunakan hasil
pengamatan di observatorium Jakarta dari tahun 1866 – 1985, seperti daftar di Tabel
No. 11.5 sebagai berikut :

Tabel No. 11.5

t Rt Rt t Rt Rt
Jam mm dlm % Jam mm dlm %
R24 R24
1 - - 13 173 89,5
2 - - 14 174 90
3 - - 15 174 90
4 147 76 16 174 90

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
5 159 82,5 17 174 90
6 161 83,5 18 174 90
7 165 85,5 19 180 93,5
8 167 86,5 20 185 96
9 169 87,5 21 187 97
10 170 88 22 189 98
11 171 88,5 23 191 99
12 172 89 24 193 100

Dari adanya data-data ini Der Weduwen menentukan rumus :

67,65
q=
t + 1,45

Perhitungan :

Perhitungan banjir maksimum/banjir rencana, yang sampai sekarang belum


ditinggalkan oleh dinas pengairan, ialah dengan memakai cara Melchior untuk luas
pematusan sampai tak terhingga luasnya dan cara Der Weduwen untuk daerah
pematusan paling besar 100 km2.

Cara Melchior :

Dasar perhitungan menurut cara Melchior ialah perumusan :


a. Q =   q f
b. (F + 3960 – 1720 ) ( - 0,12) = 1970

F adalah luas bidang elips yang mengelilingi daerah pematusan dengan sumbu
pendek  > 2/3 b sumbu panjang elips.

c. Kurva intensitas hujan relatip


1000 L
d. T =
V
e. V = 1,31 5  q f I2
H
f. I =
0,9 L

Dalam perhitungan yang diketahui dan bisa dihitung ialah :

1. f = luas daerah pematusan, diukur dari peta topografi


2. F = luas elips (1/4  ab), diukur untuk daerah pematusan yang panjang dipakai
dua elips yang mengelilingi daerah pematusan yang panjang dipakai dua elips
yang mengelilingi daerah pematusan.
3. R hujan maksimum
4. L panjang sungai

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
5. H perbedaan tinggi permukaan dasar sungai hulu sampai titik bersangkutan.

Dari ketentuan-ketentuan ini bisa ditentukan : I, 

Perhitungan dijalankan dengan cara pendekatan dan untuk ini dimisalkan harga q
adalah q0, pendekatan dijalankan sebagai berikut :

1. Dengan q0, I yang telah dihitung f yang telah diukur dan  yang telah dihitung-
hitung V dengan rumus :

V = 1,31 5  q f I2

2. Dengan pendapatan V, ditentukan harga T dengan rumus :


1000 L
T=
V
3. Dengan harga T ini dengan memakai kurva intensitas hujan relatif ditentukan
harga t, hingga dengan harga ini bisa ditentukan harga :
t
Q=  Rmak 103 m3 / d / km2
t
Kalau q  q0 , maka anggapan q0 adalah tepat, tetapi kalau :
qi  q0

Maka perhitungan harus diulangi hingga akhirnya :

q1 = qi-1

4. Dengan maksud korelasi , maka debit menjadi :

Q =  qi-1 f (1 + ) m3 / d

Untuk korelasi ini Melchior memberikan angka-angkanya seperti pada Tabel No.
11.6 dan untuk keperluan penafsiran harga q pertama bisa dipakai Tabel No. 11.7.

Catatan :
Sebaiknya untuk pendekatan pertama dipakai angka bulat, setidak-tidaknya hanya
satu angka dibelakang koma.

Tabel No. 11.6.

T menit Kenaikan T menit Kenaikan T menit Kenaikan


% % %
- 40 2 895 – 980 13 1860 – 1950 24
40 – 115 3 980 – 1070 14 1950 – 2035 25
115 – 190 4 1070 – 1155 15 2035 –2120 26
190 – 270 5 1155 – 1240 16 2120 – 2295 27
270 – 360 6 1240 – 1330 17 2295 – 2295 28
‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
360 – 450 7 1330 – 1420 18 2295 – 2380 29
450 – 540 8 1420 –1510 19 2380 – 2465 30
540 – 630 9 1510 – 1595 20 2465 – 2550 31
630 – 720 10 1595 – 1680 21 2550 – 2640 32
720 – 810 11 1680 – 1770 22 33
810 – 895 12 1770 – 1890 23

Tabel No. 11.7.

F km2 q F km2 q F km2 q Keterangan


0,14 29,6 144 4,75 720 2,30 F = luar elips
0,72 22,45 216 4,00 1080 1,85
1,4 19,90 288 3,60 1440 1,55
7,2 14,15 360 3,30 2160 1,20
14 11,85 432 3,06 2880 1,00
29 9,00 504 2,85 4320 0,70
72 6,25 576 2,65 5760 0,54
108 5,25 648 2,45 7200 0,49

Cara Melchior dengan memakai nomogram

Untuk keperluan ini diambil harga 200 mm/24 jam. Penyusunannya dikerjakan
sebagai berikut :

1. Untuk luas elips tertentu dengan harga R = 200 mm/24 jam dan harga T tertentu
dihitung harga q, cara perhitungan ini diulangi untuk berbagai harga T dan
terdapat pula berbagai harga T dan terdapat pula berbagai harga q untuk luas elips
sama, kalau harga T dan q ini dalam salib sumbu, mendatar harga T dan tegak
harga q dan kemudian titik-titik ini dihubungkan maka terdapat lengkung
hubungan antara T dan q buat F tertentu.

Perhitungan ini diulangi buat


berbagai harga F dan terdapat
nomogram A.

Gambar No. 11.2

Nomogram B
Nomogram B ini memberikan hubungan antara f q dengan I buat berbagai harga dari
V, dengan memakai perumusan :

V = 1,31 5  q f I2

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
Misalkan diambil harga V = V0, maka :

V0 = 1,31 5  q0 f I02

V0 = 1,31 5  q1 f I12

V0 = 1,31 5  q2 f I22

Kalau harga-harga q dan I disusun


dalam salib sumbu tegak lurus, I
sumbu tegak dan f q sumbu mendatar
dan kalau titik-titik ini dihubungkan
maka terdapat (kalau V – juga untuk
berbagai harga) nomogram B.

Cara Der Weduwen

Dengan memakai cara ini hanya bisa dihitung besarnya debit dari daerah pematusan
tidak lebih dari 100 km2 dan dengan cara ini tidaklah dihitung Q yang tertinggi, tetapi
Q maksimum yang secara ekonomis masih bisa dipertanggungjawabkan.

Dasar dari perhitungan ialah :

Q=   q f

67,65
q =
t + 1,45

(harga ini berlaku untuk Jakarta dimana R = 240 mm/d tinggi hujan yang sekali
dalam 70 tahun dilampaui R70 = 240 mm/d).

t+1
120 + f
‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
t+9
=
120 + f

4,1
=1–
q+7

0,476 f3/8
t=
(   q )1/8 I1/4

Perhitungan dari Q maksimum ini diselesaikan dengan cara mencoba dan yang
sederhana ialah dengan memisalkan harga t untuk menghitung harga q,  dan  dan
harga-harga ini dimasukkan dalam rumus :

0,476 f3/8
t= dan
(  q) 1/8
I 1/4

dari sini misalnya terdapat t1, maka seharusnya t = t 1; kalau ini belum tercapai maka
diusahakan dengan t1, harga q,  dan  dan dihitung, t2 dan hitungan ini berlangsung
terus hingga akhirnya : ti = ti – 1.
Perhitungan dijalankan untuk I yang sama, tetapi F berlainan dan kemudian
perhitungan dijalankan pula untuk I yang lain dengan berbagai harga F. Untuk I der
Weduwen mengambil 14 buah harga antara I = 0,1 dan I = 0,0001.

Hasil dilukiskan menjadi nomogram der Weduwen, mendatar harga F dalam km 2 dan
tegak harga q  .

Nomogram didasarkan atas R70 = 240 mm/24 jam.


Kalau misalnya jangka waktu pengamatan jangka waktu pengamatan 20 tahun dan
harga maksimum adalah 250 mm/24 jam, maka menurut Tabel No. 11.8 :

250
R20 = = 308 mm / 24 jam
0,811

Sebagai contoh diambil :

R25 = 212 mm/24 jam


‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
15
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
F = 61,2 km2
I = 0,1

Dinyatakan Qmaksimum yang sekali dalam 20 tahun tercapai/dilampaui.

Penyelesaian :

Dari nomogram dengan I = 0,1 dan F = 61,2 km2 terdapat

q = 9,16 m3 / d/ km2
R25 = 211 mm/24 jam
R70 = 250 mm / 24 jam, hingga untuk R20 terdapat m = 0,845
Q20 = 61,2 x 9,16 x 0,845 = m3 / d
Untuk R100 terdapat m = 1,094
Q100 = 61,2 x 9,16 x 1,0,94 = m3 / d

Tabel No. 11.8. Hasil pencatatan hujan di Jakarta

Untuk R70 = 240 mm/24 jam


m1 m Curah hujan
mm/24 jam
5 x tiap tahun 0,58 0,238 57
4 x tiap tahun 0,64 0,262 68
3 x tiap tahun 0,71 0,291 70
2 x tiap tahun 0,82 0,336 81
1 x tiap tahun 1,00 0,410 98
Sekali dalam 2 tahun 1,20 118
Sekali dalam 3 tahun 1,32 130
Sekali dalam 4 tahun 1,41 139
Sekali dalam 5 tahun 1,47 145
Sekali dalam 10 tahun 1,72 169
Sekali dalam 15 tahun 1,87 184
Sekali dalam 20 tahun 1,98 195
Sekali dalam 25 tahun 2,06 203
Sekali dalam 30 tahun 2,13 210
Sekali dalam 40 tahun 2,23 219
Sekali dalam 50 tahun 2,31 227
Sekali dalam 60 tahun 2,38 234
Sekali dalam 70 tahun 2,44 1,00 240
Sekali dalam 80 tahun 2,49 1,02 245
Sekali dalam 90 tahun 2,53 1,03 249
Sekali dalam 100 tahun 2,57 1,05 253
Sekali dalam 125 tahun 2,64 1,08 260

Catatan :
Kalau R70 adalah 140 mm/24 jam, maka :

140
5 x tiap tahun – m = x 0,238 = 0,139
240
‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
140
1 x tiap tahun – m = x 0,40 = 0,239
240

140
1 x tiap tahun – m = x 0,602 = 0,351
240

Kalau R70 adalah 140 mm/24 jam, maka :

140
1 x dalam 20 tahun – m = x 0,811 = 0,608
240
Disamping cara Melchior dan der Weduwen, perhitungan dapat pula dengan
memakai perumusan-perumusan :

 r f
a. Q = (m3 / dt)
3,6
b.  dihitung menurut daftar
c. Rt dihitung menurut Iwai Kadoya

R
d. r = rumus Dr. Monobe (mm/jam)
24

L
e. t = (jam)
V

f. V = 72 rumus Dr. Rzikan (km/jam)


f = luas daerah pengaliran

Dimana :
r = intensitas hujan selama waktu pemusatan (time of concentration, dalam mm/jam)
R = hujan per etmal dalam mm
T = lamanya hujan / waktu pemusatan dalam jam
L = panjang sungai dalam km
V = kecepatan perambatan banjir dalam km/jam
H = beda tinggi antara titik terjauh dari mulut daerah pematusan dalam km

Sebagai contoh diambil kutipan data-data hujan seperti termuat dalam majalah
Pekerjaan Umum no. 3 tahun XIII April 1976.

Tabel No. 11.9.


Tabun Hujan maks. (R;) Tabun Hujan maks. (R;)
1951 20 1956 46
‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
17
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
1952 32 1957 70
1953 60 1958 92
1954 25 1959 48
1955 52 1960 24

Penyelesaian : I. Menghitung hujan rencana max : cara Gumbel / Iwai Kadeya

1. Data-data diurutkan menurut besarnya :

Tabel No. 11.10.

Urutan Hujan Urutan


terbesar maksimum terkecil
1 92 10
2 70 9
2 60 8 Jadi untuk :
=
4 52 7 Rb 90—=20

5 48 6 Rb=70—Rc=24

6 46 5 Rb=70—R,=20

7 32 4
8 25 3
9 24 2
10 20 1

1 n = 10
2. Perumusan : log R =  log Ri (5)
N i=1

Tabel No. 11.11.

No Hujan R1 Log Ri
1 92 1,9638

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


18
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
2 70 1,8451 1
Log R = 16,2
3 60 1,7782 10
4 52 1,7160
5 48 1,6812 = 1,62313
6 46 1,6628
7 32 1,5051 Log R = 1,6232
8 25 1,3979
9 24 1,3802 R = 42
10 20 1,3010

n 10
3. m = ;m= 1 (3)
10 10

m =, jadi untuk Rb dan Rc hanya diambil 1 kali.


2
Rb . R c . R
4. b1 
2 R  ( Rb  Rc )

Tabel No. 11.12


2
R Rb Rc Rb . Rc R Rb + R c b1
42 92 20 1840 1764 1122 -2,6

1 m
5. b =  bi
m i 1

1 n 10
6. y  log ( Ri  b)
n i 1

Tabel No. 11.13


No Ri Ri + b Y = log (Ri + b) y2
1 92 89,4 1,9513 3,8076
2 70 67,4 1,8287 3,3441
3 60 57,4 1,7589 3,0937
4 52 49,4 1,6937 2,8686

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


19
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
5 48 45,4 1,6571 2,7459
6 46 43,4 1,6375 2,6814
7 32 29,4 1,4783 2,1559
8 25 22,4 1,3502 1,8230
9 24 21,4 1,3304 1,7699
10 20 17,4 1,2405 1,5388
Jumlah : 15,9166 25,8289
1
y x15,9166  1,59166  1,5917
10

 y 2
 (1,59166) 2  2,5334

2 25,8289
y  = 2,58289  2,5829
10

1 2n
7.  2,5829  2,5334               1  0,11
a 10  1 a

= 0,332

8. Kalau diambil R100 ; maka z = 1,6450

Hingga :
1
log (Rt + b) = y  z
a
Menjadi :
log (R100 + 2,6) = 1,5917 + 0,332 x 1,6450

log (R100 + 2,6) = 2,1378

R100 – 2,6 = 137,3

R100 = 139,9  140

Perhitungan Q100 ; kalau :

F = 100 km2

L = 10 km

H = 10 m = 0,010 km

Rmaks = R100 = 140 mm/etmal

0,75  0,85
1.    0,80
2
0,6
 0,01 
2. V = 72    1,141 km / 1 jam
 10 

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


20
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
L
3. t =
V
10
t = 1,141 = 8,8 jam

2/3
R  24 
4. r   
24  t 

2/3
140  24 
r  
24  8,8 
r = 11 mm/jam

r f 0,8 x11 x100


Q= ----------------------Q100 =
3,6 3,6

= 244 m3 /d
11.8. Istilah-istilah

Koefisien pengaliran Koefisien reduksi


Time duration Time concentration
Debit banjir rencana 100 tahun Kecepatan rata-rata aliran sungai

11.9. Soal Latihan

1. Jelaskan pengertian dan kegunaan dari hasil perhitungan banjir rencana


2. Jelaskan parameter yang mempengaruhi perhitungan debit banjir rencana
berdasarkan tinggi cerah hujan.
3. Diketahui data hujan maksimum seperti pada Tabel No. 11.14, luas catchment
area 120 km2, panjang sungai 10 km, beda tinggi sungai dari mata air sampai
bangunan yang ditinjau adalah 10 m.
Hitung tinggi hujan rencana untuk periode ulang 100 tahun( R 100).

Tabel No. 11.14

Tahun Hujan maks (Ri) Tahun Hujan maks (Ri)


1981 20 1986 46
1982 32 1987 70
1983 60 1988 92
1984 25 1989 48
1985 52 1990 24
‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
21
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id
11.10. Referensi

1. Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan, KP-01 sd KP-07


2. Hidrologi Untuk Pengairan, Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta , 1976.
3. Hidrologi Teknik, Ir. CD Soemarto, Dipl, HE
4. Hydrologi for Engineers, Ray K. Linsley Ir. Max. A. Kohler, Joseph 1.11.
Apaulhus. Mc.grawhill, 1986.
5. Mengenal dasar dasar hidrologi, Ir. Joice martha, h. Wanny Adidarma Dipl.It
Nova, Bandung.
6. Hidrologi & Pemakaiannya, jilid 1, Prof Ir. Soemadyo, diktat kuliah ITS. 1976.
7. Irigasi dan Bangunan Air, Ir. Agus Suroso. MT.
8. Rekayasa Hidrologi, Ir. Hadi susilo. MM
9. Pengembangan Sumber Daya Air, Ir. Hadi Susilo. MM
10. Mekanika Fluida/Hidrolika, Ir. Hadi Susilo. MM

‘13 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


22
Ir.Hadi Susilo http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai