Anda di halaman 1dari 59

JURNAL

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

Oleh :
TEKNIK LINGKUNGAN

KOORDINATOR JURUSAN
RAMADANI SAFITRI (SELASA, 14.30-17.30)
JIHAN OCTAVIANTY (SELASA, 11.10-14.10)
LARA GUSTI YONICA (JUMAT, 14.30-17.30)

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UPT LABORATORIUM DASAR DAN SENTRAL
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

JURNAL
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Oleh :
TEKNIK LINGKUNGAN

Padang, 1 Desember 2020

Disetujui :
Koordinator Jurusan I Koordinator Jurusan II Koordinator Jurusan III

Ramadani Safitri Jihan Octavianty Lara Gusti Yonica


No. BP 1710442019 No. BP 1710412015 No. BP 1710952039

Mengetahui :

Koordinator Umum Koordinator Alat

Loeis Febriansyah Iqbal Hamnur


No. BP 1710932039 No. BP 1710912006
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt. karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga jurnal ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Shalawat dan salam kami haturkan kepada nabi besar
Muhammad Saw. yang telah membawa umatnya ke zaman yang terang
benderang.
Jurnal Praktikum Fisika Dasar I merupakan syarat untuk mengikuti ujian
akhir praktikum Fisika Dasar I. Pada kesempatan ini, tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah Swt. Yang telah memberikan nikmat Kesehatan dan
kesempatan serta kemudahan dalam menyusun jurnal.
2. Orang tua kami yang selalu mendukung dan memberi semangat
agar menyelesaikan jurnal ini.
3. Bapak Ardian Putra, M.si selaku Kepala Laboratorium Fisika Dasar
Universitas Andalas
4. Loeis Febriansyah dan Iqbal Hamnur selaku Koordinator Umum
dan Koordinator Alat Universitas Andalas.
5. Ramadini Safitri, Jihan Octavianty, Lara Gusti Yonica selaku
Koordinator Jurusan Teknik Lingkungan Laboratorium Fisika Dasar
Universitas Andalas
6. Para Asisten Pendamping Jurnal Fisika Dasar I Jurusan Teknik
Lingkungan
7. Serta rekan-rekan Jurusan Teknik Lingkungan atas kerja samanya.
Kami menyadari jurnal ini masih memiliki banyak kekurangan. Atas
kesalahan dalam penyusunan jurnal ini kami mohon maaf serta
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan jurnal ini. Harapan kami semoga jurnal ini dapat diterima
dan bermanfaat.

Padang, 1 Desember 2020

Jurusan Teknik Lingkungan


DASAR PENGUKURAN
FISIKA/GERAK JATUH BEBAS
(M1/M3)

(LUTHFIA AQILA ABRAR)


LEMBAR ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : M1/M3 (Dasar Pengukuran Fisika/Gerak Jatuh Bebas)


Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 1 (Satu)

HARI/TANGGAL ASISTENSI KEGIATAN

Sabtu/21 November 2020 Penjelasan Tetang Jurnal.


Pemilihan Ketua kelompok.
Pembagian Tugas.
Senin/23 November 2020 Revisi Jurnal Per Subbab.

Selasa/24 November 2020 Revisi Jurnal Per Subbab

Kamis/26 November 2020 Acc Jurnal

Padang, 26 November 2020


Asisten Pendamping

(Luthfia Aqila Abrar)


ABSEN ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : M1/M3 (Dasar Pengukuran Fisika/Gerak Jatuh Bebas)


Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 1 (Satu)

TANGGAL ASISTENSI
NO. NAMA NO. BP
21/ 23/ 24/ 26/
11 11 11 11
1 Annisa Wulandari 2010941002    

2 Fenisa Fauziyah Marshal 2010941001    


Intan Khairunisa 2010941011    
3
Solikhin
4 Muhammad Arif 2010941032    
5 Putri Delia 2010941018    
6 Riko Indra Jaya 2010941021    
7 Titan Diovanda Edde 2010941010    
Yumna Khairiyah 2010941033    
8
Riviani
9
10
11
12
13
Asisten Pendamping
1. Luthfia Aqila Abrar    
Catatan :
DASAR PENGUKURAN FISIKA DAN
GERAK JATUH BEBAS
(M1 DAN M3)

Riko Indra Jayaa, Luthfia Aqila Abrarb, Iqbal Hamnurb, Loeis Febriansyahb

aTeknik Lingkungan, Teknik, Selasa dan Shift 3, Universitas Andalas


bLaboratorium Fisika Dasar, Universitas Andalas

e-mail: rikoindramr130912@gmail.com
Laboratorium Fisika Dasar Unand, Kampus Limau Manis, 25163

ABSTRAK

Pengukuran adalah proses membandingkan suatu besaran yang diukur menggunakan


besaran lain yang sudah ditentukan skala dan satuannya. Percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui cara menggunakan alat ukur mikrometer, jangka sorong, dan mistar serta
menghitung massa jenis zat cair. Percobaan ini dilakukan dengan cara mengukur lebar
dan tebal suatu sampel plat serta menimbang volume air yang berbeda untuk menentukan
massa jenis zat cair. Nilai ketelitian dari mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup
secara berurutan yaitu 1 mm, 0,1 mm, dan 0,01 mm serta massa jenis zat cair yang
didapatkan sebesar 1,0016 g/cm³. Dari percobaan dapat diketahui bahwa mikrometer
sekrup memiliki ketelitian yang paling tinggi. Gerak jatuh bebas merupakan salah satu
gerak lurus vertikal yang mengarah ke bawah yang identik dengan gerak lurus berubah
beraturan dimana benda hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya gesek antar
udara. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan percepatan gravitasi bumi pada gerak
jatuh bebas. Metode pengukuran yang digunakan adalah dengan mengukur waktu jatuh
bebas menggunakan time counter yang dihubungkan dengan gerbang cahaya. Pada
percobaan ini divariasikan ketinggian untuk menemukan pengaruh jarak terhadap
kecepatan gerak jatuh bebas. Pada percobaan ini didapatkan percepatan gravitasi
berdasarkan perhitungan gradien yaitu 980,97 cm/s2. Sehingga dapat diketahui bahwa
semakin tinggi jarak benda yang dijatuhkan maka waktu yang diperlukan benda untuk
sampai ke bumi juga akan semakin lama.

Kata kunci : Alat ukur, Gerak Jatuh Bebas, Gravitasi, Massa jenis, Pengukuran.

I. PENDAHULUAN

Pengukuran adalah proses membandingkan Di bawah ini merupakan macam-macam


antara sesuatu dengan sesuatu yang lainnya alat ukur tergantung pada satuan dari
yang dianggap sebagai patokan (standar) benda yang akan diukur:
yang disebut satuan. Syarat satuan tersebut
harus berupa satuan tetap, mudah diperoleh 1) Alat Ukur Panjang
kembali, dan dapat diterima secara Tabel 1 merupakan data sebagian dari alat
internasional.3 ukur panjang berdasarkan kegunaannya. 4
Tabel 1. Alat Ukur Panjang (sumber: Setya pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran
Nurachmandani, 2009) bisa bersumber dari berbagai faktor, antara
lain seperti ditunjukkan oleh Tabel 2. 5
Alat Susunan Skala Ketelitian Kegunaan
terkecil Tabel 2. Kesalahan dalam Pengukuran (sumber:
Mistar Skala 0,1 cm 0,05 cm Mengukur Marthen,2009)
utama panjang
Keteledoran Kesalahan acak Kesalahan
Jangka Skala 0,01 cm Mengukur
0,005 cm sistematis
sorong utama dan panjang,
1. Keterbatasan 1. Pengaruh 1. Dapat diprediksi
skala diameter
pengamat lingkungan dan dihilangkan
nonius luar/dalam,
(kurang terampil 2. Tidak dapat 2. Disebabkan
kedalaman
menggunakan diprediksi kesalahan kalibrasi,
lubang
alat) 3. Tidak dapat dan kesalahan
Mikro Skala 0,01 mm 0,005 mm Mengukur
2. Kekeliruan dihilangkan komponen alat ukur
meter utama dan panjang,
pengamat dalam tetapi dapat 3. Jika kesalahan
sekrup skala diameter,
membaca skala dikurangi sistematis kecil
nonius ketebalan
yang maka data akurat,
benda.
ditunjukkan oleh dan jika kesalahan
alat ukur. sistematis
besar maka data
kurang akurat.

Gambar 1. Mistar (sumber: Setya


Nurachmandani, 2009) Notasi ilmiah adalah cara penulisan hasil
pengukuran yang sangat kecil maupun
sangat besar. Penulisan dalam notasi ilmiah
adalah sebagai berikut:
𝑎 × 10𝑛
Dimana a adalah bilangan penting dan n
disebut orde besar dan merupakan bilangan
Gambar 2. Jangka Sorong (sumber: Setya bulat. Contoh: angka 0,000031 ditulis dalam
Nurachmandani, 2009) notasi ilmiah menjadi 3,1×10-5 .2

3) Aturan angka penting


Angka penting adalah angka-angka yang
dihasilkan dari suatu pengukuran.

Aturan-aturan angka penting


Gambar 3. Mikrometer Sekrup (sumber: Setya 1. Semua angka bukan nol adalah angka
Nurachmandani, 2009) penting
2. Semua angka nol yang terletak di antara
2) Alat Ukur Massa angka bukan nol adalah angka penting
Alat ukur massa disebut neraca, neraca 3. Angka nol yang terletak di sebelah kanan
angka bukan nol adalah angka penting,
sendiri terdiri dari beberapa jenis antara
kecuali terdapat penjelasan khusus
lain: neraca analitis dua lengan, neraca
4. Semua angka nol yang digunakan untuk
ohauss, neraca lengan gantung, neraca menentukan letak desimal bukan
digital, dan neraca elektronik. Untuk neraca termasuk angka penting
analitis dua lengan dan neraca ohauss 5. Semua angka puluhan, ratusan, dan
memiliki ketelitian 0,01 gram, sedangkan seterusnya harus ditulis dengan
neraca digital memiliki ketelitian sampai menggunakan aturan notasi ilmiah.2
0,001 gram.4
Kerapatan merupakan perbandingan antara
Ketidakpastian dalam pengukuran massa dan volume dari suatu senyawa.
disebabkan oleh kesalahan dalam semakin besar volume dan massa dari suatu
senyawa, semakin kecil kerapatannya. Pada abad ke-14 sebelum masehi Aristoteles
Begitu juga sebaliknya, semakin kecil mengemukakan bahwa objek yang berat
volume dan massa suatu senyawa, akan jatuh lebih cepat. Sembilan belas abad
kerapatannya semakin besar. Kebanyakan kemudian, Gelileo berargumentasi bahwa
zat padat dan cairan mengembang sedikit benda jatuh ke bawah tidak dipengaruhi
bila dipanaskan dan menyusut sedikit bila beratnya.6
dipengaruhi penambahan tekanan
eksternal.7 Percepatan gravitasi dipengaruhi beberapa
hal, yaitu:
Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak
suatu benda menempuh lintasan lurus yang 1. Ketinggian
dalam waktu tertentu benda menempuh
Semakin besar ketinggian benda di atas
jarak yang tertentu pula, atau dalam
permukaan bumi, maka semakin kecil
kecepatan konstan. Misalnya, kereta api
percepatan gravitasi bumi yang dialami.
yang bergerak dengan kecepatan konstan.
Sedangkan gerak dengan 1 dimensi dengan 2. Kedalaman
percepatan konstan sering disebut sebagai
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). 8 Percepatan gravitasi bumi pada kedalaman
tertentu lebih kecil dibandingkan dengan
Gerak lurus berubah beraturan adalah percepatan gravitasi di permukaan bumi
gerak benda dalam lintasan garis lurus karena massa dan jari-jarinya jadi lebih
dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama kecil.
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
3. Letak Lintang
adalah bahwa dari waktu ke waktu
kecepatan bendah berubah, baik dipercepat Bentuk bumi tidak bulat sempurna,
maupun diperlambat. melainkan sedikit pepat di bagian
Gerak Jatuh Bebas (GJB) adalah gerak benda kutubnya. Semakin kecil jari-jarinya, maka
besar percepatan gravitasi bumi di bagian
yang dilepaskan dengan atau tanpa
kutub semakin besar. Sebaliknya, pada
kecepatan awal dari ketinggian tertentu di
bagian equator percepatan gravitasi
atas permukaan bumi, lantai atau bidang
semakin kecil.
acuan tertentu, dimana benda mengalami
percepatan ke bawah akibat gaya gravitasi Besarnya percepatan gravitasi tersebut
bumi dan dalam perjalanannya benda di dapat ditentukan dengan melakukan
asumsikan tidak mengalami gesekan percobaan sederhana namun sistematis,
dengan udara.8 yaitu dengan cara mengukur waktu yang
dibutuhkan benda untuk jatuh dari atas
Gerak ini tidak lain merupakan Gerak Lurus statif hingga melewati gerbang cahaya, yang
Berubah Beraturan (GLBB) dengan lebih lanjut akan dijelaskan gravitasi dalam
percepatan : a=g= 9,8 m/s .
2 mode perhitungan ditentukan dengan:

Percepatan gravitasi (g) merupakan salah Vo = 0 (1)


satu konstanta yang sering digunakan 1 2
ℎ = 𝑉𝑜. 𝑡 + 𝑔𝑡
dalam memecahkan suatu permasalahan 2
fisika. Oleh karena itu, akan sangat menarik (2)
jika kita dapat membuktikan besar
Persamaan (1) disubsitusikan ke persamaan
percepatan gravitasi beserta faktor yang
(2) :
mempengaruhi dengan melakukan
serangkaian pratikum yang sistematis. Nilai h = 0.t + 12 𝑔𝑡 2
g sedikit bervariasi dengan garis lintang dan
ketinggian.1 h = 12 𝑔𝑡2 (3)
dengan ℎ2 − ℎ1 maka : Prosedur pratikum kedua yaitu penentuan
ℎ = 𝑔𝑡2
1 2 −1 𝑔𝑡1 2 massa jenis air. Gelas ukur dengan kondisi
2 2 kosong ditimbang massanya. Lalu air
ℎ = 12𝑔(t22−t12) dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga
volume tertentu, kemudian massa air
2ℎ
𝑔 = (𝑡22−
𝑡1 2)
(4) ditimbang dengan mengurangi massa gelas
ukur dengan kondisi kosong. Lalu air di
dalam gelas ukur ditambah atau dikurangi
II. METODE PENELITIAN sehingga memiliki volume yang berbeda,
lalu massa air yang berubah volumenya itu
2.1. Alat dan Bahan ditimbang. Lakukan percobaan hingga
didapatkan data massa air dari 8 volume
Modul 1 Dasar Pengukuran Fisika yang berbeda. Data yang didapatkan dicatat
Alat dan bahan yang digunakan dalam pada tabel hasil pengukuran. Lalu
praktikum ini adalah jangka sorong untuk dihubungkan antara massa air (sumbu y)
mengukur panjang dengan ukuran kecil, dengan volume air (sumbu x) dan hitung
mikrometer untuk mengukur ketebalan nilai gradien dan intersep dari hubungan
benda, penggaris untuk mengukur panjang massa air dan volume air. Terakhir, massa
suatu benda yang tidak memerlukan jenis air dapat ditentukan berdasarkan nilai
keakuratan, neraca untuk menimbang gradien yang dihasilkan.
massa benda, plat sebagai objek dalam
pengukuran panjang dan tebal, gelas ukur Modul 3 Gerak Jatuh Bebas
untuk wadah air, air untuk objek dalam Prosedur pratikum yang pertama yaitu
menentukan massa jenis air. susun alat dan bahan. Kemudian, timer
counter dihubungkan ke soket listrik. Timer
Modul 3 Gerak Jatuh Bebas counter dalam keadaan mati (OFF). Panjang
Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang lintasan h diukur. Timer counter dihidupkan,
digunakan ialah statif sebagai tempat pemilih fungsi (FUNCTION) ditekan hingga
penyangga dan tempat melekatnya magnet berada pada fungsi Gravity Acceleration.
dan gerbang cahaya, magnet pemegang bola
Lampu LED pada fungsi tersebut dan fungsi
sebagai tempat melekatnya bola logam,
E.MAGNET akan menyala. Sumber
gerbang cahaya (photogate) untuk pendeteksi
tegangan untuk magnet pemegang bola
bola logam, penghitung waktu (timer
counter) untuk membaca waktu dari sensor dalam keadaan hidup (ON) ditunjukkan
yang diterima oleh gerbang cahaya, meteran oleh LED. Magnet pemegang bola dan
untuk mengukur jarak bola, bola yg sebagai kedua gerbang cahaya diatur kelurusannya
objek pengamatan, dan plumb bob untuk dengan plumb bob sehingga lintasan bola
mengatur posisi vertikal dari magnet logam dari dari magnet pemegang bola
pemegang bola dengan gerbang cahaya. menghalangi berkas cahaya pada masing-
masing gerbang cahaya. Bola logam
2.2. Prosedur Percobaan dipasang pada magnet pemegang bola. Bola
dijatuhkan dengan cara menekan tombol
Modul 1 Dasar Pengukuran Fisika E.MAGNET. Hasil pengukuran panjang
Prosedur pratikum yang pertama yaitu
lintasan (h), waktu tempuh dari magnet
pengukuran panjang. Plat diukur panjang
pemegang bola ke gerbang cahaya 1 (t1) dan
dan ketebalannya menggunakan penggaris,
ke gerbang cahaya 2 (t2) ditulis pada tabel 1.
jangka sorong, dan mikrometer. Lalu hasil
pengukuran dicatat pada tabel hasil Panjang lintasan h diubah dengan
pengukuran. Setelah dicatat, kesimpulan mengubah posisi gerbang cahaya 2, timer
dari percobaan ini dapat ditarik.
counter diatur ulang dengan menekan
tombol FUNCTION satu kali. Dari tabel dan grafik di atas, maka
didapatkan hubungan antara volume dan
massa air, yaitu semakin besar volume air,
maka massa air yang ditimbang juga akan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN semakin besar.

3.1. Analisis Hasil Pengukuran Tabel 5. Pengolahan Data Pengukuran


V m V2 Vm
Modul 1 Dasar Pengukuran Fisika No
x y x2 xy
1. 75 78,8 5.625 5.910
Berikut adalah hasil pengukuran yang
2. 100 98,8 10.000 9.880
didapatkan dari pengukuran panjang dan
tebal plat. 3. 125 124,8 15.625 15.600
4. 150 149 22.500 22.350
Tabel 3. Hasil Pengukuran Plat 5. 175 174,5 30.625 30.537,5
Alat
Panjang (mm) Tebal (mm) 6. 200 197,8 40.000 39.560
pengukuran
Penggaris 28 2 7. 225 224,3 50.625 50.467,5
Jangka Sorong 27,4 2,4
8. 250 254,7 62.500 63.675
Mikrometer
27,42 2,39
Sekrup Ʃ 1.300 1.302,7 237.500 237.980,0

Pengukuran plat pada praktikum ini Data pada tabel 5 kemudian diolah kembali
menggunakan tiga alat. Setiap alat yang untuk mencari nilai gradien ( 𝑎 ) dan
digunakan memiliki tingkat ketelitian yang intersepnya (𝑏). Adapun nilai gradien (𝑎)
berbeda, pada praktikum ini mikrometer yang didapatkan setelah perhitungan
adalah 1,0016. Sedangkan intersep (𝑏) yang
sekrup adalah alat yang memiliki ketelitian
diperoleh sebesar 0,0775.
tertinggi.
Berdasarkan nilai 𝑎 dan 𝑏 , maka dapat
Tabel 4. Hasil Pengukuran Masa Jenis Air dituliskan persamaan:
Volume V (cm3) Massa m (g)
75 78,8 𝑦 = 1,0016𝑥 + 0,0775
100 98,8
125 124,8 Dengan memasukkan variabel volume,
maka didapatkan plot garis linear pada
150 149,0
gambar 6.
175 174,5
200 197,8 Pada praktikum ini variabel bebas berada
225 224,3 pada sumbu x dan variabel terikat pada
250 254,7 sumbu y. Variabel bebas adalah volume V
dan variabel terikat adalah massa m,
sehingga persamaan linearnya menjadi 𝑚 =
270
y = 1.0016x + 0.0775 𝑎𝑉 + 𝑏 . Dengan menggunakan hubungan
220 antara massa dan volume pada rumusan
m (g)

170 perhitungan densitas, 𝑚 = 𝜌𝑉 , maka


120
konstanta 𝑎 = 𝜌 . Dengan demikian, massa
jenis air yang ditimbang adalah sebesar
70
1,0016 gr/cm3.
75 110 145 180 215 250
V (cm3)

Gambar 6. Grafik hubungan antara volume dan


massa
Modul 3 Gerak Jatuh Bebas adalah 490,49. Sedangkan intersep (𝑏) yang
diperoleh sebesar -1,04.
Berdasarkan pengukuran dan percobaan
menentukan waktu jatuh bebas bola logam, Berdasarkan nilai 𝑎 dan 𝑏 , maka dapat
maka didapatkan hasil berdasarkan tabel 6. dituliskan persamaan:
Berikut adalah hasil pengukuran yang
didapatkan. 𝑦 = 490,49𝑥 − 1,04
Tabel 6. Hasil Pengukuran Dengan memasukkan variabel ketinggian,
Panjang maka didapatkan plot garis linear pada
Waktu t1 (s) Waktu t2 (s)
Lintasan h (cm)
gambar 7.
30 0,1987 0,3277
32 0,1995 0,3299
34 0,1987 0,3312 Pada praktikum ini variabel bebas berada
36 0,1994 0,3363 pada sumbu x dan variabel terikat pada
38 0,1989 0,3417 sumbu y. Variabel bebas adalah selisih
40 0,1993 0,3485
kuadrat waktu t22-t12 dan variabel terikat
42 0,1997 0,3556
44 0,1995 0,3628
adalah ketinggian h, sehingga persamaan
46 0,1996 0,3698 linearnya menjadi ℎ = 𝑎(𝑡 22 − 𝑡 12) + 𝑏 .
48 0,1998 0,3762 Dengan menggunakan hubungan antara
ketinggian dan selisih kuadrat waktu pada
y = 490.49x - 1.04 rumusan perhitungan 1
percepatan gerak
48 jatuh bebas, ℎ = 𝑔(𝑡 2 − 𝑡 2) , maka
2 2 1
43 1
konstanta 𝑎 = 𝑔 . Dengan demikian,
h (m)

38 2
diperoleh percepatan gerak jatuh sebesar
33
490,486 cm/s2, dan percepatan gravitasi
28
sebesar 980,97 cm/s2.
65 70 75 80 85 90 95 100 105
t22-t1 2(x10 s)
-3
Berdasarkan hasil percobaan, percepatan
Gambar 7. Grafik hubungan antara ketinggian
gravitasi yang didapatkan berbeda dengan
dan selisih kuadrat waktu literatur. Hal ini terjadi karena beberapa
faktor, salah satunya adalah kesalahan
Tabel 7. Pengolahan data pengukuran dalam pengolahan data. Selain itu,
t22-t12 h (t22-t12)2 h(t22-t12)2 ketinggian tempat melakukan percobaan
No
x y x2 xy juga mempengaruhi percepatan gravitasi.
1. 0,068 30 0,0046 2,037
Dalam praktikum ini juga dibuktikan
2. 0,069 32 0,0048 2,209
3. 0,070 34 0,0049 2,387 bahwa waktu dapat mempengaruhi
4. 0,073 36 0,0054 2,640 percepatan gravitasi juga. Adapun faktor
5. 0,077 38 0,0060 2,934 lainnya, yaitu gesekan udara, kedalaman,
6. 0,082 40 0,0067 3,269 dan letak lintang.
7. 0,087 42 0,0075 3,636
8. 0,092 44 0,0084 4,040
9. 0,097 46 0,0094 4,458 IV. KESIMPULAN
10. 0,102 48 0,0103 4,877
Σ 0,816 390 0,0680 32,488
Pada percobaan M1, saat melakukan
Dari tabel dan grafik di atas, maka pengukuran panjang serta ketebalan plat,
didapatkan hubungan antara ketinggian masing-masing alat ukur menunjukkan
dan selisih kuadrat waktu, yaitu semakin hasil yang berbeda sesuai dengan tingkat
besar ketinggian, maka selisih kuadrat ketelitiannya. Pada percobaan didapatkan
waktu juga akan semakin besar. bahwa mikrometer sekrup memiliki tingkat
ketelitian tertinggi yaitu 0,01 mm.
Data pada tabel 7 kemudian diolah kembali
Sedangkan pada perhitungan massa jenis air
untuk mencari nilai gradien ( 𝑎 ) dan
intersepnya (𝑏). Adapun nilai gradien (𝑎) didapatkan hasil sebesar 1,0016 g/cm³. Kita
yang didapatkan setelah perhitungan dapat menentukan massa jenisnya dengan
menggunakan gradien yang didapatkan 4. Nurachmandani,Setya.2009. Fisika :
dari perhitungan pada percobaan. Untuk SMA/MA Kelas X.Jakarta:Pusat
Perbukaan Depertemen Pendidikan
Pada percobaan M3 untuk menentukan Nasional
percepatan gravitasi bumi dengan 5. Purwoko.2004. Physics for Senior High
percobaan gerak jatuh bebas. Didapatkan School year X. Jakarta:Yudhistira.
data yang kemudian diolah untuk 6. Serway, R. A. & Jewett, J. W. 2004.
memperoleh nilai percepatan gravitasi yang Physic for Scientists and Engineers,Six
mendekati nilai literatur. Pada percobaan Edition. California: Thomson
didapatkan percepatan gravitasi sebesar Brook/Cole.
980,97 cm/s2 sedangkan pada literatur 7. Soedojo, Peter. 1999. Fisika dasar.
sebesar 978 cm/s2. Terdapat perbedaan hasil Yogyakarta:Andi.
sebesar 2,97 cm/s2. Dalam pratikum ini 8. Young and Freedman.2002.Fisika
dibuktikan bahwa waktu dan ketinggian Universitas Edisi kesepuluh jilid
dapat mempengaruhi percepatan gravitasi. 1.Jakarta:Erlangga.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan jurnal ini tidak lepas dari


bantuan berbagai pihak, oleh karena itu tim
penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Ibu Nini Firmawati M.Sc selaku Dosen
Fisika Dasar I, Bapak Ardian Putra M.Si
selaku Kepala Laboratorium Fisika Dasar
Universitas Andalas, Loeis Febriansyah
selaku Koordinator Umum Laboratorium
Fisika Dasar Universitas Andalas, Iqbal
Hamnur selaku Koordinator Alat
Laboratorium Fisika Dasar Universitas
Andalas, Ramadani Safitri selaku
Koordinator Jurusan Laboratorium Fisika
Dasar Universitas Andalas, dan Luthfia
Aqila Abrar selaku Asisten pembimbing tim
penulis dalam penulisan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Halliday David dkk.2010.Fisika Dasar


Edisi ketujuh jilid 1.Jakarta:Erlangga
2. Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk
SMA kelas X. Jakarta: Erlangga.
3. Karyono, dkk..2009. Fisika untuk SMA
dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
AIR TRACK (GERAK LURUS)
(M2)

(ARIF RAHARDI)
LEMBAR ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : M2 - Gerak Lurus (Air Track)


Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 2 (dua)

HARI/TANGGAL ASISTENSI KEGIATAN


Selasa/17 November 2020 Pembagian tugas dan pengarahan tata
cara pembuatan jurnal.

Kamis/19 November 2020 Perbaikan abstrak, pendahuluan,


metode penelitian, hasil dan
pembahasan.

Sabtu/21 November 2020 Perbaikan pendahuluan, metode


penelitian, hasil dan pembahasan.

Senin/23 November 2020 Perbaikan pendahuluan dan hasil


pembahasan.

Kamis/26 November 2020 ACC

Padang, 26 November 2020


Asisten Pendamping

(Arif Rahardi)
ABSEN ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : M2 - Gerak Lurus (Air Track)


Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 2 (dua)

TANGGAL ASISTENSI
NO. NAMA NO. BP
17 19 21 23 26

1 Alifia Filzah Asri 2010941004 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

2 Aliya Amanda Putri 2010941036 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓


3 Asviana Nabilla 2010941035 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
4 Ega Saputra 2010941009 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
5 Juwita Pratiwi 2010941020 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
6 M. Paldo Rama 2010941014 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
7 Nestia Rahmadani 2010941012 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
8 Shania Lovri Maharani 2010941016 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
9 Silvi Refzunia 2010941003 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
10
11
12
13
Asisten Pendamping
Arif Rahardi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Catatan :
AIR TRACK
(M2)

Ega Saputraa, Arif Rahardib, Iqbal Hamnurb, Loeis Febriansyahb

aTeknik Lingkungan, Teknik, Selasa SHIFT 3, Universitas Andalas


bLaboratorium Fisika Dasar, Universitas Andalas

e-mail: egasaputra0022@gmail.com
Laboratorium Fisika Dasar Unand, Kampus Limau Manis, 25163

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan Air Track yang bertujuan untuk memahami dan menentukan rata-rata dan
kecepatan sesaat, memahami gerak lurus dengan kecepatan konstan GLB dan percepatan konstan
GLBB, serta menentukan percepatan benda. Percobaan ini dilakukan dengan menentukan kecepatan
rata-rata dengan perbandingan jarak dan waktu, kecepatan sesaat dengan limit dari kecepatan rata
rata pada suatu partikel di titik lintasan untuk selang waktu mendekati nol, percepatan dengan hasil
perbandingan kecepatan dan waktu, GLB dengan kecepatan konstan, dan GLBB dengan percepatan
konstan. Hasil percobaan kecepatan rata-rata menunjukkan bahwa pada jarak 0,4 m dan pada waktu
1,001 s kecepatan rata-ratanya yaitu 0,399 m/s. Pada kecepatan sesaat dengan jarak 0,4 m kecepatan
sesaatnya menghasilkan 2 kecepatan yaitu kecepatan awal 0,298 m/s dan kecepatan akhir 0,488 m/s.
Pada percepatan dengan menggunakan jumlah penyangga 1 percepatannya 0,070 m/s 2. Pada GLB
kecepatan konstan dengan jarak 0,3 m maka kecepatan awal 0,226 m/s dan kecepatan akhir 0,226
m/s. Pada GLBB percepatan konstan dengan jarak 0,3 m maka percepatannya 0,189 m/s. Berdasarkan
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa perubahan kecepatan dan percepatan suatu benda
tergantung oleh jarak dan waktu tempuhnya.

Kata kunci: Air Track, kecepatan rata-rata, kecepatan sesaat, percepatan

I. PENDAHULUAN lurus pada benda terbagi menjadi dua, yaitu gerak


lurus beraturan(GLB) dan gerak lurus berubah
beraturan(GLBB).3
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan
Gerak lurus beraturan(GLB) adalah gerak suatu
peristiwa yang berhubungan dengan gerak. Pada
benda yang lintasannya berupa garis lurus dan
penelitian ini, gerak yang dikaji adalah tentang gerak
besar kecepatannya setiap saat
lurus. Berdasarkan kecepatannya, gerak
selalu sama atau tetap. Contoh dari GLB yaitu kereta Keterangan:
yang melaju di rel dengan kecepatan tetap. Beberapa V = kecepatan rata-rata (m ⁄ s)
besaran yang berkaitan dengan gerak lurus antara Δx = perpindahan (m)
lain jarak, perpindahan, kecepatan, dan percepatan. 5 Δt = selang waktu (s)
Sebuah benda dikatakan bergerak apabila terjadi Kecepatan sesaat yaitu kecepatan suatu partikel
perpindahan benda dari suatu tempat ke tempat pada satu titik di lintasannya. Secara matematis,
lainnya. Dalam Sistem Internasional(SI) perpindahan rumus kecepatan sesaat adalah:
memiliki satuan meter dan merupakan besaran
vektor. Jika hendak berpindah dari posisi awal x1 Δx dx (3)
vsesaat = lim =
menuju posisi akhir x2 maka perpindahannya adalah: ∆t → o Δt dt

Keterangan:
V = kecepatan sesaat (m⁄ s)
Keterangan: Δx = perpindahan (m)
Δx = perpindahan (m) Δt = selang waktu (s)
∆𝑥 = 𝑥2 − 𝑥1 (1)
Perpindahan tidak bergantung pada lintasan yang Sedangkan percepatan didefinisikan sebagai
ditempuh benda. Perpindahan hanya bergantung perubahan kecepatan per satuan waktu. Dalam SI,
pada posisi awal (x1) dan posisi akhir benda (x2). Jarak satuan kecepatan adalah meter/detik2 atau m/s2.
adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh benda Pada percepatan terdapat percepatan rata-rata
dalam selang waktu tertentu. Jarak merupakan dan percepatan sesaat. Percepatan rata-rata
besaran skalar.2 adalah perbandingan antara perubahan kecepatan
partikel dengan selang waktu yang dibutuhkan,
dapat dinyatakan dengan rumus berikut.2

Δ𝑣 (4)
arata - rata =
Δ𝑡
Gambar 1. Skema perpindahan.2 (sumber: Sri
Prihatini, 2017) Keterangan:
a = percepatan rata-rata (m⁄ s2)
Kecepatan didefinisikan sebagai perubahan posisi per Δv = perubahan kecepatan benda (m/s)
Δt = selang waktu (s)
satuan waktu. Dalam SI, satuan kecepatan adalah
meter/detik atau m/s. Pada kecepatan terdapat Percepatan sesaat adalah percepatan rata-rata
kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat. Kecepatan dengan selang waktu menuju nol, didefinisikan
rata-rata adalah perbandingan perpindahan partikel sebagai berikut.4
dengan selang waktu. Secara matematis, rumus
kecepatan rata-rata bisa dinyatakan sebagai berikut.2 Δ𝑣 𝑑𝑣 (5)
dan 4 asesaat = lim =
∆𝑡 →0 Δ𝑡 𝑑𝑡
Δx (2) Keterangan:
vrata - rata =
Δt a = percepatan sesaat (m ⁄ s2)
Δv = perubahan kecepatan benda (m/s)
Δt = selang waktu (s)
Berikut adalah kurva posisi terhadap waktu digunakan untuk menghitung waktu yang
(x-t) dan kecepatan terhadap waktu (v-t) pada GLB. dibutuhkan ketika kereta melintasi air track.
Gerbang cahaya digunakan sebagai sensor ketika
kereta lewat di air track. Peniup (blower) dan
selang berfungsi sebagai penghasil udara pada
lintasan kereta sehingga kereta dapat berjalan.
Kereta berfungsi sebagai objek yang dilakukan
percobaan. Penghalang cahaya tunggal dan
penghalang cahaya dua jari sebagai sensor cahaya
Gambar 2. Grafik hubungan (x-t) dan (v-t) pada GLB.2 agar dapat terdeteksi oleh pengukur waktu.
(sumber: Sri Prihatini, 2017) Penyangga 1 cm digunakan untuk kemiringan rel.

Gerak lurus berubah beraturan(GLBB) adalah gerak 2.2 Prosedur Percobaan


lurus yang menempuh lintasan lurus dan
kecepatannya mengalami perubahan yang sama 2.2.1 Kecepatan Rata-rata
setiap detiknya. Suatu benda dikatakan melakukan
GLBB jika percepatannya selalu konstan. Contoh GLBB
Pada percobaan menentukan kecepatan rata- rata
yaitu mobil yang direm secara mendadak. Berikut
dilakukan dengan cara penghalang cahaya tunggal
adalah kurva percepatan, perpindahan, dan
dipasang pada kereta, pewaktu diatur pada fungsi
kecepatan pada GLBB.1 Berikut adalah grafik
TIMING II, kereta diletakkan di ujung rel kemudian
hubungan (a-t), (v- t), dan (s-t).
dilepaskan, waktu yang ditunjukkan oleh pewaktu
dibaca dan dicatat pada Tabel 1 (pewaktu
mengukur selang waktu t yang diperlukan kereta
untuk menempuh jarak dari gerbang cahaya 1
hingga gerbang cahaya 2), diulangi langkah di atas
untuk jarak yang berbeda dan dihitung percepatan
rata-rata percobaan.
Gambar 3. Grafik hubungan antara (a-t), (v-t), dan (s- t).2
(sumber: Sri Prihatini, 2017)
2.2.2 Kecepatan Sesaat

Pada percobaan kecepatan sesaat dilakukan


II. METODE PENELITIAN dengan cara penghalang cahaya dua jari dipasang
pada kereta, diukur menggunakan jangka sorong
2.1 Alat dan Bahan lebar celah yang dilewati sensor pada penghalang
dua jari yaitu sebesar 1 cm, pewaktu diatur pada
fungsi TIMING II, kereta diletakkan di ujung rel
Pada praktikum alat dan bahan yang digunakan
kemudian dilepaskan, dibaca selang waktu yang
seperti: air track (rel udara), gerbang cahaya,
ditunjukkan pewaktu (pewaktu mengukur selang
pencacah waktu (pewaktu), peniup (blower) dan
waktu t yang diperlukan kereta untuk menempuh
selang, kereta, penghalang cahaya tunggal,
jarak dari jari 1 dan jari 2) ketika melewati
penghalang cahaya 2 jari, dan penyangga 1 cm. Pada
praktikum, air track (rel udara) digunakan untuk
lintasan kereta. Pencacah waktu (pewaktu)
gerbang cahaya 1 dan 2 dan dicatat pada Tabel 2, gerak pada rel udara horizontal adalah gerak
diulangi langkah di atas untuk jarak yang berbeda dengan kecepatan konstan (GLB).
(jarak sama dengan Tabel 1) dan dicari kecepatan 1 v1
serta kecepatan 2 v2. 2.2.5 Gerak Lurus dengan Percepatan
Konstan
2.2.3 Percepatan
Pada percobaan gerak lurus dengan percepatan
Pada percobaan percepatan dilakukan dengan cara konstan dilakukan dengan cara peralatan disusun
penghalang cahaya dua jari dipasang pada kereta, seperti gambar dan dipasang 2 buah penyangga 1
pewaktu diatur pada fungsi ACCELERATION, kereta cm pada kaki tunggal rel sehingga rel berada pada
diletakkan di ujung rel kemudian dilepaskan, selang kondisi miring, pewaktu diatur pada fungsi
waktu yang ditunjukkan pewaktu dibaca dan dicatat ACCELERATION, peniup dihidupkan, dipasang
pada Tabel 3 (t1 dan t2 adalah selang waktu yang penghalang cahaya dua jari pada kereta, gerbang
diperlukan kereta untuk menempuh jarak dari jari 1 cahaya 1 dipasang pada jarak
dan jari 2 pada masing-masing gerbang cahaya, dan t3 30 cm dari ujung rel dan gerbang cahaya 2 berada
adalah selang waktu yang diperlukan untuk melewati 4 cm dari gerbang cahaya 1, gerbang cahaya
gerbang cahaya 1 dan gerbang cahaya 2), diulangi dihubungkan ke pewaktu masing- masing melalui
langkah di atas dengan menambahkan penyangga soket P1 dan soket P2, diletakkan kereta di ujung
pada rel dan dicari kecepatan 1 v1, kecepatan 2 v2 dan rel kemudian dilepaskan (kecepatan awal sama
percepatan a. dengan nol), dicatat selang waktu yang
ditunjukkan pewaktu pada Tabel 5, dihitung
2.2.4 Gerak Lurus dengan Kecepatan Konstan percepatan kereta a dan ulangi langkah di atas
dengan mengubah posisi gerbang cahaya 1,
toleransi yang diberikan hanya 5% dihitung apakah
Pada percobaan gerak lurus dengan kecepatan
hasil menunjukkan gerak pada rel udara horizontal
konstan dilakukan dengan cara rel diatur hingga
adalah gerak dengan percepatan konstan (GLBB).
berada dalam keadaan horizontal, pewaktu diatur
pada fungsi TIMING II, peniup dihidupkan, dipasang
penghalang cahaya dua jari pada kereta, gerbang
cahaya 1 dipasang pada jarak 30 cm dari gerbang III. HASIL DAN PEMBAHASAN
cahaya 1 dan gerbang cahaya 2 berada pada 30 cm
dari gerbang cahaya 1, gerbang cahaya dihubungkan 3.1 Analisis Hasil Percobaan
ke pewaktu masing-masing melalui soket P1 dan
soket P2, kereta diletakkan di ujung rel kemudian 3.1.1 Kecepatan Rata-rata
diberikan sedikit dorongan sehingga kereta bergerak,
dicatat selang waktu yang diperlukan kereta saat Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil
melewati gerbang cahaya 1 dan gerbang cahaya 2 pengukuran kecepatan rata-rata yang berasal dari
pada Tabel 4 dan diulangi langkah di atas dengan pengukuran jarak dan waktu. Variasi jarak mulai
mengubah posisi gerbang cahaya 2, toleransi yang dari 0,4 m, 0,5 m, 0,6 m, 0,7 m, dan 0,8 m.
diberikan hanya 5% dihitung apakah hasil Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.
menunjukkan
Tabel 1. Data Pengukuran kecepatan rata- rata Pada percobaan ini digunakan 2 buah gerbang
cahaya untuk menentukan kecepatan sesaat.
Waktu Sehingga didapatkan dua kecepatan berbeda pula
Jarak (m) (s) Kecepatan rata-rata
di tiap gerbang cahaya yang dapat dilihat pada
0,4 1,001 0,399 tabel 2. Pada gerbang cahaya pertama waktu
ditunjukkan oleh t1. Didapatkan bahwa kecepatan
0,5 1,276 0,392 nya semakin kecil. Sedangkan pada gerbang
cahaya 2 didapatkan kecepatannya semakin besar.
0,6 1,479 0,406

0,7 1,638 0,427


Perbedaan kecepatan pada gerbang cahaya 1 dan
gerbang cahaya 2 disebabkan karena waktu
0,8 1,81 0,442 tempuh dan kecepatan awal benda ketika
melewati gerbang cahaya tersebut. Pada gerbang
cahaya 1 kecepatan awal benda adalah 0 m/s,
Pada data pertama di dapatkan kecepatan rata rata sedangkan saat melewati gerbang cahaya 2
seperti tabel 1. Kecepatan rata rata yang didapatkan kecepatan awal benda yaitu kecepatan benda
ketika melewati gerbang cahaya satu.
semakin tinggi seiring dengan kenaikan jarak tempuh.
Hal ini terbukti bahwa faktor kenaikan kecepatan Apabila ditinjau pada perbedaan waktu tempuh,
rata-rata adalah jarak yang ditempuh dan waktu saat kereta menuju gerbang cahaya 1 memiliki
tempuh. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka waktu lebih besar daripada saat kereta menuju
kecepatan rata- rata semakin bertambah tetapi hal ini gerbang 2 dari gerbang cahaya
berbanding terbalik dengan waktu tempuh yang 1 sehingga kecepatan pada gerbang 1 lebih lambat
mana semakin lama waktu tempuh maka daripada kereta menuju gerbang 2.
kecepatannya semakin lama semakin turun karena
antara jarak dan waktu tempuh berbanding terbalik. 3.1.3 Percepatan

3.1.2 Kecepatan Sesaat Dari percobaan yang dilakukan didapatkan


kecepatan dan percepatan melalui jumlah tinggi
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan kecepatan penyangga pada rel yang bervariasi. Dapat di lihat
rata-rata dari perhitungan jarak dan waktu dengan pada tabel 3.
variasi jarak mulai dari 0,4 m, 0,5 m, 0,6 m, 0,7 m, dan
0,8 m. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 3. Data pengukuran percepatan

Tabel 2. Data Pengukuran Kecepatan Sesaat


Waktu 1 t1 (s)

Waktu 2 t2 (s)

Waktu 3 t3 (s)
Jumlah tinggi

Percepatan a
Kecepatan 2 v2
Kecepatan 1
penyangga

(cm/s)

(cm/s2)
(cm/s)
v1

Jarak Waktu Waktu Kecepatan Kecepatan


(m) 1 (t1) 2 (t2) 1 (v1) 2 (v2)
0,4 0,0338 0,02041 0,298 0,486
1 0,054 0,033 1,64 0,184 0,3 0,07
0,5 0,03371 0,01944 0,296 0,514
2 0,033 0,02 1,01 0,299 0,49 0,189
0,6 0,03361 0,0182 0,298 0,548
3 0,026 0,016 0,79 0,381 0,62 0,306
0,7 0,03365 0,0171 0,297 0,585
4 0,022 0,014 0,68 0,445 0,73 0,411
0,8 0,03367 0,01667 0,297 0,559
5 0,02 0,012 0,6 0,502 0,82 0,526
Pada percobaan ini karena tinggi penyangga rel 3.1.5 Gerak Lurus dengan Percepatan
bervariasi menyebabkan lintasan semakin miring. t1 Konstan
dan t2 adalah selang waktu yang diperlukan karena
untuk menempuh jarak dari jari 1 dan jari 2 pada Dari percobaan yang dilakukan didapatkan nilai
masing–masing gerbang cahaya. t3 merupakan selang percepatan dengan variasi jarak kereta dengan
waktu untuk melewati gerbang cahaya 1 dan 2. gerbang cahaya 1.
Pada tabel 3 dapat dilihat lintasan yang miring
membuat kereta bergerak lebih cepat dan membuat Tabel 5. Data pengukuran gerak dengan percepatan
kecepatan semakin tinggi. Untuk t3 semakin lama konstan
semakin singkat waktu kereta menempuh gerbang

gerbang cahaya 1

Kecepatan 1 v1

Kecepatan 2 v2
Waktu 1 t1 (s)

Waktu 2 t2 (s)

Waktu 3 t3 (s)
Jarak kereta-

Percepatan a
cahaya 1 dan 2.

(cm/s2)
(cm/s)

(cm/s)
Pada kereta juga berlaku percepatan. Percepatan
kereta dengan tinggi penyangga berbanding lurus.
Semakin tinggi penyangga semakin percepatan
0,3 0,03329 0,02222 0,792 0,300 0,450 0,189
semakin besar.
0,4 0,0334 0,02044 1,01 0,299 0,489 0,188
3.1.4 Gerak Lurus dengan Kecepatan Konstan
0,5 0,0338 0,01914 1,2125 0,299 0,522 0,183
Pada percobaan ini adanya variasi jarak.
0,6 0,03347 0,0179 1,399 0,298 0,558 0,186
Selengkapnya dapat di lihat pada tabel 4.
0,7 0,03342 0,01696 1,569 0,299 0,589 0,185
Tabel 4. Data pengukuran gerak dengan kecepatan
konstan.
Waktu 1 t1

Waktu 2 t2

Kecepatan

Kecepatan

Pada percobaan ini, data yang divariasikan adalah


Jarak

2 v2
1v1

jarak gerbang cahaya 1 terhadap gerbang cahaya


2. Variasi jarak yang dilakukan yaitu 0,3 cm, 0,4
cm, 0,5 cm, 0,6 cm,
0,3 0,04419 0,04413 0,226 0,226 dan 0,7 cm.
0,4 0,04173 0,04191 0,239 0,238 Perbedaan jarak pada setiap percobaan
0,5 0,04049 0,04036 0,246 0,247 memengaruhi waktu tempuh kereta ketika
melewati gerbang cahaya. Semakin kecil jarak
0,6 0,04126 0,04178 0,242 0,239 suatu lintasan, maka waktu yang ditempuh
0,7 0,04051 0,04083 0,246 0,244 semakin besar, sehingga kecepatan bendanya
semakin kecil. Semakin besar jarak suatu lintasan,
maka waktu yang ditempuh semakin kecil sehingga
Dari data pada tabel 4, dapat dianalisa bahwa gerak kecepatan benda semakin besar. Hal ini karena,
dari kereta yang melaju melewati gerbang cahaya 1 kecepatan berbanding terbalik dengan waktu
dan 2 diperoleh kecepatannya hampir mendekati benda.
sehingga kecepatan pertama dan kecepatan kedua
nilainya tidak jauh berbeda dan masih berada dalam 3.2 Analisis Nilai Ralat
rentang yang sama. Hal ini membuktikan bahwa
kecepatan kereta melaju dengan kecepatan konstan.
3.2.1 Ralat Percobaan Ke-4

Berdasarkan kesalahan nilai relatifnya, nilai yang


didapatkan kecil dari 5%. Ini
menunjukkan bahwa gerak pada rel horizontal adalah Asisten Pembimbing, serta seluruh staf
Gerak dengan Kecepatan Konstan (GLB). laboratorium Fisika Dasar Universitas Andalas
yang telah banyak membantu penulis dalam
3.2.2 Ralat Percobaan Ke-5 penyusunan jurnal ini.

Di sini kita mendapatkan nilai ralatnya 1,29%


sehingga bisa dikatakan sebagai Gerak Lurus Berubah DAFTAR PUSTAKA
Beraturan karena nilai tersebut lebih kecil dari
toleransi yang diizinkan yaitu 5%.
1. Deera, V.S., Ilhamsyah., Triyanto, D.
(2017). Rancang Bangun Alat Ukur Gerak
IV. KESIMPULAN
Lurus Berubah Beraturan(GLBB) Pada Bidang
Miring Berbasis Arduino. Jurnal Coding Sistem
Dari percobaan Air Track didapatkan cara untuk
menentukan kecepatan rata-rata dengan perubahan Komputer Untan. Vol 05, 47-56.
jarak dibagi dengan perubahan waktu. Kecepatan
rata-rata yang didapatkan semakin tinggi seiring 2. Prihartini, S., Handayani, W., dan
dengan kenaikan jarak dan waktu tempuh. Dan Agustina, R.D. (2017). Identifikasi Faktor
kecepatan sesaat merupakan perhitungan dari limit
perubahan waktu mendekati nol. Dalam bergerak Perpindahan Terhadap Waktu Yang
suatu benda dikatakan memiliki kecepatan konstan Berpengaruh Pada Kinematika Gerak Lurus
apabila kecepatan yang dilakukan benda tersebut
selalu sama/tetap yang disebut juga dengan gerak Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah
lurus beraturan(GLB). Selain itu, kecepatan benda Beraturan (GLBB). Journal of Teaching
yang selalu berubah dengan perubahan yang konstan
atau percepatannya konstan disebut juga dengan and Learning Physics, 2: 13-20.
gerak lurus berubah beraturan(GLBB). Percepatan 3. Rodrigues, M., M., dan Carvalho, P. S.
suatu benda tergantung kepada perbandingan
kecepatan benda dengan waktu benda tersebut 2013. Teaching physics with Angry Birds:
bergerak. Exploring the kinematis and dynamics of the
game. Physics Eduation. Vol 48 (4). 431-
V. UCAPAN TERIMA KASIH 437.
4. Serway, R. A., dan Jewwet, J. W. 2007.Physics
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, karena for Scientists and Engineers 7. Cengange
kehendak dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan
jurnal ilmiah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih Learning: Boston.
kepada Bapak Ardian Putra, M. Si selaku Kepala 5. Sirait, R. (2018). Pengaruh Massa Terhadap
Laboratorium Fisika Dasar Universitas Andalas, Loeis
Kecepatan dan percepatan Berdasarkan
Febriansyah selaku Koordinator Umum, Iqbal Hamnur
selaku Koordinator Alat, Ramadani Safitri selaku Hukum II Newton Menggunakan Linier Air
Koordinator Jurusan, Arif Rahardi sebagai Track. Vol 2, 11-17.
GESEKAN
(M4)

(IKHWAN FIKRI MAULIDAN)


LEMBAR ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : M4-GESEKAN
Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 3 (tiga)

HARI/TANGGAL ASISTENSI KEGIATAN

Rabu/18 November 2020 Membahas tentang format membuat


jurnal yang baik dan benar.dan
pembagian kerja persub babnya.

Sabtu/21 November 2020 Revisi format bagian pendahuluan,


metode, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, ucapan terima kasih,
dan daftar pustaka sesuai dengan
template.

Selasa/24 November 2020 Revisi format dan isi pada bagian


metode penelitian, hasil dan
pembahasan, kesimpulan dan daftar
pustaka.

Rabu/25 November 2020 Finalisasi bagian abstrak,


pendahuluan dan hasil.
Revisi prosedur percobaan pada
metode penelitian.

Kamis/26 November 2020 ACC

Padang, 26 November 2020


Asisten Pendamping

(Ikhwan Fikri Maulidan)


ABSEN ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : M4 - GESEKAN
Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 3 (tiga)

TANGGAL ASISTENSI
NO. NAMA NO. BP
18/11 21/11 24/11 25/11 26/11
1 Adrian Perdana S 2010941015
√ √ √ √ √
2 Alya Ratu Chawla 2010941029
√ √ √ √ √
3 Aryati Putri M 2010941006
√ √ √ √ √
4 Eka Faradilla H 2010941025
√ √ √ √ √
5 Gusthi Pangestu 2010941034
√ √ √ √ √
6 Irna Rosa Fitria 2010941008
√ √ √ √ √
7 Maulydia 2010941017
√ √ √ √ √
8 Septi Emida 2010941019
√ √ √ √ √
9 Siti fini Varuzsha 2010941024
√ √ √ √ √
Asisten Pendamping
Ikhwan Fikri Maulidan
√ √ √ √ √
Catatan :
GESEKAN
(M4)

Adrian Perdana Sihombing a, Ikhwan Fikri Maulidan b, Iqbal Hamnur b, Loeis


Febriansyahb

aTeknik Lingkungan, Teknik, Kamis shift 1, Universitas Andalas


bLaboratorium Fisika Dasar, Universitas Andalas

e-mail: adrianperdana19@gmail.com
Laboratorium Fisika Dasar Unand, Kampus Limau Manis, 25163

ABSTRAK

Gaya gesek merupakan gaya yang ditimbulkan oleh permukaan benda yang saling
bergesekan. Tujuan dari percobaan ini ialah untuk menentukan koefisien gesek statis
(μs) dan koefisien gesek kinet ik ( μk) benda serta menentukan konstant a
pegas ( k). Metode yang digunakanya itu penentuan koefisien gesekan statis metode I,
penentuan konstanta pegas, penentuan koefisien gesekan s t at i s m et ode I I ,
d an p en e nt ua n ko ef i s i e n ges e ka n k in et i k. H as i l ya ng didapatkan dari
praktikum yaitu koefisien gesekan statis metode I didapatkan nilai μs sebesar 0,573,
nilai konstanta pegas sebesar 6,582 N/m, koefisien gesekan statis metode II
didapatkan nilai μs sebesar 0,534, koefisien gesekan kinetik didapatkan nilai μk
sebesar 0,180. Nilai koefisien gesek statis s u a t u b e n d a l e b i h b e s ar d ar i
k o e f i s i e n ge s e k kinetiknya serta nilai koefisien gesekan statis (μs) dipengaruhi oleh
besar sudut kemiringan bidang lintasan benda.

Kata kunci: gesek, statis, pegas, kinetik

I. PENDAHULUAN benda.2 Gesekan dapat mengubah


energi kinetik menjadi energi panas
Gesekan atau gaya gesek merupakan ketika gesekan menahan gaya gesekan.4
salah satu topik penting dalam Gaya gesekan dibedakan menjadi dua.
mempelajari mekanika.1 Gaya gesek
merupakan gaya yang ditimbulkan oleh Pertama gaya gesek statis (Fs),
permukaan benda yang saling merupakan gaya gesekan yang bekerja
bergesekan pasti bersentuhan sehingga pada saat benda diam (berhenti). Gaya
gaya gesek juga disebut dengan gaya gesekan statis dapat dirumuskan.3
sentuh.4 Gaya gesekan arahnya selalu
berlawanan dengan arah gerak benda, 𝐹𝑠 = 𝜇𝑠𝑁 (1)
sehingga dapat melambatkan gerak
Keterangan: 1,0. Hal ini dikarenakan nilai koefisien
Fs = gaya gesekan statis (Newton) bergantung pada sifat pertama yaitu
µs = kofisien gesekan statis statis (µs) contohnya pada tembaga di
N = gaya normal (Newton) atas besi, nilai koefisiennya 1,05.

Kedua gaya gesek kinetik (Fk) adalah Pembelajaran fisika pada objek gaya
gaya gesekan yang bekerja pada saat gesek sering kali hanya diberikan
benda bergerak. Gaya gesek kinetik pemahan secara teori saja tanpa
dapat dirumuskan.3 melakukan prakteknya secara langsung
sehingga peserta didik sulit untuk
𝐹𝑘 = µ𝑘𝑁 (2) memahami konsepnya. Pengajar fisika
cenderung memberikan nilai koefisien
Keterangan: gesek statis (µs) dan koefisien gesek
Fk = gaya gesekan kinetik (Newton)
kinetik (µk), tanpa memberikan
µk = koefisien gesekan kinetik
informasi lebih lanjut mengenai proses
menemukan nilai tersebut. Oleh karena
Gaya gesek ditentukan oleh kehalusan
itu, dilakukanlah eksperimen gaya
atau kekasaran permukaan benda yang
gesek untuk meningkatkan pemahaman
bersentuhan.5 Semakin halus
peserta didik mengenai gaya gesek baik
permukaan benda maka semakin kecil
secara teori maupun aplikasinya.
gaya gesekan. Sebaliknya, semakin
kasar permukaan benda, semakin besar
gaya gesekan.
II. METODE PENELITIAN
Gesekan banyak dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Digunakan 2.1. Alat dan Bahan
dalam meluncurkan kotak dibidang
miring, dengan adanya gaya gesekan, Pada praktikum kali ini alat dan bahan
kotak yang melucur mampu yang digunakan ialah peralatan bidang
mempertahankan kecepatannya agar miring sebagai tempat set up peralatan
tetap konstan. Rem sepeda, dengan yang akan digunakan dalam praktikum,
adanya gesekan antara ban sepeda statif sebagai tempat penyangga dari
dengan aspal maka sepeda dapat pegas, pegas sebagai bahan yang akan
berhenti. Sandal atau sepatu yang di dicari konstantanya, balok sebagai
buat dengan karet dan bergerigi agar bahan percobaan dalam praktikum, tali
tidak tergelincir. Ban kendaraan (di buat penghubung untuk menghubungkan
bergerigi) agar tidak slip. antara pegas dan balok, beban sebagai
alat yang divariasikan massanya pada
Gaya gesekan atau koefisien gesekan praktikum, stop watch untuk mengukur
dibuat sekecil mungkin pada mesin selang waktu peristiwa berlangsung,
kendaraan dengan pemberian pelumas dan neraca untuk mengukur massa
(oli) mesin, agar tidak cepat terjadi arus benda atau logam yang digunakan
mesin dan untuk mempertahankan dalam praktik laboratorium.
GLBB. Pada koefisien gesekan,
meskipun koefisien pada gesekan 2.2. Prosedur Percobaan
biasanya lebih kecil dari 1,0, koefisien
gesekan bisa saja terjadi lebih besar dari
2.2.1 Penentuan Koefisien Gesekan dihasilkan pegas sesaat balok akan
Statik Metode I bergerak dicatat. Setelah itu,
menggunakan konstanta pegas yang
Alat pengujian disusun sehingga papan diperoleh pada percobaan sebelumnya,
berada pada posisi horizontal. Massa dihitung gaya tariknya. Koefisien
balok kayu diletakkan di atas papan. gesekan statik (µs) dihitung
Secara perlahan, salah satu ujung papan menggunakan persamaan (4), lalu
diangkat sehingga papan membentuk pengukuran divariasikan sebanyak 6
sudut dengan bidang datar. Papan data. Terakhir, hasil perhitungan
ditahan saat balok kayu tepat akan koefisien gesekan statik (µs)
bergerak. Sudut  yang terbentuk antara dibandingkan antara metode I dan
papan dan bidang datar diukur. metode II.
Koefisien gesekan statik (µs) dihitung
menggunakan persamaan (3). 𝜇𝑠 =
𝑘∆𝑥
(4)
𝑚𝑔
Pengukuran divariasikan sebanyak 6
data. Keterangan :
𝜇𝑠 = tan𝜃 (3)
k = konstanta pegas (N/m)
∆x = pertambahan panjang pegas (m)
Keterangan :
m = massa (kg)
 = sudut papan dan bidang datar
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s²)

2.2.2 Penentuan Konstanta Pegas 2.2.4 Penentuan Koefisien Gesekan


Kinetik
Pegas digantungkan pada statif dan
ditempatkan posisinya di ujung bawah Massa balok m1 dan m2 yang akan
pegas. Selanjutnya, beban bermassa m digunakan ditimbang. Alat pengujian
digantungkan di ujung pegas, dan disusun sehingga papan membentuk
panjang akhir pegas dicatat. sudut terhadap bidang datar. Dua balok
Pertambahan panjang pegas diukur, dan tersebut ditempatkan di bidang miring
dicatat. Pengukuran divariasikan dan dihubungkan dengan katrol, balok
sebanyak 8 data. Hubungan antara m ditahan lalu dilepaskan. Waktu (t) yang
dan ∆y diplot. Gradien dan intersep ditempuh balok untuk menempuh jarak
dihitung. Setelah itu, garis hubungan (x) ditentukan. Pengukuran divariasikan
antara m dan ∆y dibuat pada grafik. sebanyak 8 data dengan jarak (x) yang
Terakhir, konstanta pegas k ditentukan. berbeda. Gradien yang digunakan
untuk hubungan jarak tempuh (x)
2.2.3 Penentuan Koefisien Gesekan terhadap kuadrat waktu (t²) dihitung.
Statik Metode II Percepatan benda a ditentukan, dan
koefisien gesekan kinetik (µk) dihitung
Massa balok m yang akan digunakan menggunakan persamaan (5). Terakhir,
ditimbang. Alat pengujian disusun hasil perhitungan dianalisis.
sehingga papan berada pada posisi
horizontal. Balok diletakkan di atas 𝜇𝑘 =
𝑚1. 𝑔 − 𝑚2 . 𝑔. sin 𝜃 − 𝑎𝑝. 𝑚1 − 𝑎𝑝. 𝑚2
(5)
papan dan pegas digunakan untuk 𝑚2. 𝑔. cos 𝜃

menarik balok secara horizontal.


Pertambahan panjang ∆x yang
Keterangan : 300
m1 = massa balok 1 (kg)

massa (g)
m2 = massa balok 2 (kg) 200
ap = percepatan benda (m/s2)
100 y = 6.7134x + 28.285
0
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 0 10 20 30 40
pertambahan panjang (cm)
3.1. Analisis Hasil Pengukuran
Gambar 1. Hubungan antara massa (m) dan
3.1.1 Koefisien Gesekan Statis Metode pertambahan panjang pegas(∆y).
I
Berdasarkan data yang telah dianalisis
Berdasarkan hasil analisis data
Perhitungan nilai gradien digunakan
percobaan didapatkan hasil koefisien
untuk menentukan konstanta pegas (k).
gesek statis (μs) pada balok kayu sebagai
Hasil yang didapatkan menunjukkan
berikut
bahwa nilai konstanta pegas pada pegas
yang digunakan untuk menarik balok
Tabel 1. Pengaruh sudut kemiringan
lintasan terhadap nilai koefisien kayu adalah sebesar 6,582 N/m.
gesekan statis (μs).
Percobaan ke Sudutθ (°) μs (tan θ) 3.1.3 Koefisien Gesekan Statis Metode
1 31 0,601 II
2 30 0,577
2 28 0,532
4 30 0,577
Penentuan koefisien gesekan statis (μs)
5 29 0,554 metode II pada balok kayu pada kondisi
6 31 0,601 papan lintasan yang horizontal. Hasil
Rata-rata 0,573
pertambahan panjang pegas(μs) seperti
pada tabel berikut
Tabel 1 menyatakan bahwa nilai rata-
rata koefisien gesek statis (μs) balok
Tabel 2. Pengaruh pertambahan panjang
kayu adalah senilai 0,573. Koefisien
pegas (∆y) terhadap nilai koefisien
gesekan statis (μs) ini meningkat seiring
gesekan statis (μs).
dengan bertambahnya ukuran sudut
Percobaan ke ∆y (m) μs
antara bidang papan luncur dengan 1 0,069 0,520
bidang datar. Hal ini berarti bahwa 2 0,068 0,512
ukuran sudut antara papan luncur 3 0,074 0,558
dengan bidang datar berpengaruh 4 0,067 0,505
terhadap koefisien gesek statis (μs). 5 0,075 0,565
6 0,072 0,542
Rata-rata 0,534
3.1.2 Konstanta Pegas
Tabel 2 menyatakan bahwa nilai rata-
Data pada eksperimen diperoleh
darimassa beban yang divariasikan rata koefisien gesek statis (μs) balok
sehingga didapatkan pertambahan kayu adalah sebesar 0,534. Hal ini
panjang pegas yang juga beragam. berarti bahwa koefisien gesekan statis
(μs) balok kayu dengan metode I sebesar
0,573 lebih besar dari koefisien gesek
statis (μs) metode II yang sebesar 0,534.
Ini karena penentuan koefisien gesek
statis (μs) metode I dilakukan pada statis lebih besar dari koefisien gesek
papan lintasan yang memiliki sudut kinetik. Hal ini dibuktikan dengan nilai
tertentu. koefisien gesek statis metode I adalah
Pada metode II percobaan dilakukan 0,573 dan nilai koefisien gesek statis
pada papan lintasan yang horizontal metode II adalah 0,543. Sedangkan nilai
atau datar, tanpa ada sudut kemiringan. koefisien gesek kinetik(µk) sebesar 0,180.
Hal berarti bahwa nilai koefisien
gesekan statis (μs) dipengaruhi oleh
besar sudut kemiringan bidang lintasan V. UCAPAN TERIMA KASIH
benda.
Selama menyelesaikan penyusunan
3.1.4 Penentuan Koefisien Gesekan jurnal ini, tim penulis telah banyak
Kinetik menerima bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak
Berdasarkan pada percobaan penentuan langsung. Untuk itu dengan segala
koefisen gesekan kinetik diperoleh data kerendahan hati, tim penulis ingin
sebagai berikut menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak
Tabel3. Penentuan percepatan benda yang turut membantu, khususnya
x y t2 (t2)2 t2x
y x Xy
kepada Allah swt yang telah
x2
0,2 0,69 0,476 0,226 0,095 memberikan kemudahan dalam
0,25 0,71 0,504 0,254 0,126 penyusunan jurnal ini, kepada Bapak
0,3 0,79 0,624 0,389 0,187
Ardian Putra, M.Si. selaku kepala
0,35 0,88 0,774 0,599 0,271
0,4 0,92 0,846 0,716 0,338 laboratarium, Loeis Febriansyah selaku
0,45 1,03 1,061 1,126 0,477 koordinator umum, Iqbal Hamnur
0,5 1,08 1,166 1,360 0,583 selaku koordinator alat, Ramadani
0,55 1,21 1,464 2,143 0,805
∑ 3 7,31 6,915 6,813 2,882
Safitri selaku koordinator jurusan dan
Ikhwan Fikri Maulidan selaku asisten
Percepatan pada balok kayu, pembimbing dan staf laboratarium serta
didapatkan koefisien gesekan kinetik rekan-rekan yang telah bekerja sama
(µk) sebesar 0,180. Nilai koefisien dalam penyusunan jurnal ini. Terima
gesekan kinetik ini dipengaruhi oleh kasih atas bimbingan dan bantuan dari
jarak dan waktu. Semakin besar jarak semua pihak yang sudah berpartisipasi
yang ditempuh maka semakin besar dalam pembuatan jurnal ini.
juga waktu yang ditempuh sebuah
benda. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa nilai koefisien gesek
DAFTAR PUSTAKA
statis lebih besar daripada koefisien
gesek kinetik (µs > µk).
1 Astuti T. 2015. Buku Pedoman Umum
Pelajaran Ripal Rangkuman Ilmu
IV. KESIMPULAN Pengetahuan Alam. Lembar Langit
Indonesia. Jakarta.
Berdasarkan hasil percobaan dapat
2 Kemajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika.
disimpulkan bahwa nilai koefisien gesek Grafindo Media Pratama. Jakarta.
statis yang diperoleh dari metode I dan
II relatif sama dan nilai koefisien gesek
3 Pauliza O. 2008. Fisika Kelompok
Teknologi dan Kejuruan. Grafindo
Media Pratama. Jakarta.
4 Surya J. 2009. Mekanika dan Fluida. PT.
Kandel. Tangerang.

5 Utomo P. 2007. Fisika Interaktif. Azka


Press. Jakarta.
HUKUM II NEWTON
(M5)

(RIKY ADONA)
LEMBAR ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : HUKUM II NEWTON (M5)


Jurusan : TEKNIK LINGKUNGAN
Kelompok : 4 (empat)

HARI/TANGGAL ASISTENSI KEGIATAN

Rabu/18 November 2020 Persiapan dan pembagian tugas


pembuatan jurnal

Minggu/22 November 2020 Revisi jurnal

Kamis/26 November 2020 Revisi jurnal

Jum’at/27 November 2020 Revisi dan acc jurnal

Padang, 27 November 2020


Asisten Pendamping

(Riky Adona)
ABSEN ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : HUKUM II NEWTON (M5)


Jurusan : TEKNIK LINGKUNGAN
Kelompok : 4 (empat)

TANGGAL ASISTENSI
NO. NAMA NO. BP
18/11 22/11 26/11 27/11

1
FARRIDA HANNUM
NST.
2010941022
√ √ √ √
2
MUHAMMAD
HAMDI A.
2010941026
√ √ √ √
3
FARHAN AL
MA’RUF
2010941028
√ √ √ √
4
MUHAMMAD
ILHAMSYAH
2010941030
√ √ √ √
5
DHEA MAISYA
SUKHAIMA
2010941031
√ √ √ √
6
AZZAHARA AULIA
FITRI
2010941013
√ √ √ √
7
HERU SEPTRIA
WAHYUDI
2010942045
√ √ √ √
8
MUTHIAH
KHAIRUNNISA
2010943003
√ √ √ √
9
FARRAS RAIHAN
MUHAMMAD
2010943006
√ √ √ √
Asisten Pendamping
RIKY ADONA
√ √ √ √
Catatan :
JURNAL ILMIAH
HUKUM II NEWTON
(M5)

Farhan Al Ma’rufa, Riky Adonab, Iqbal Hamnurb, Loeis


Febriansyahb

aTeknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Selasa Shift 2 dan Shift 3,


Universitas Andalas
bLaboratorium Fisika Dasar, Universitas Andalas

e-mail: farhanalmaruf@gmail.com
Laboratorium Fisika Dasar Unand, Kampus Limau Manis, 25163

ABSTRAK

Percobaan ini dilakukan dengan tujuan memahami dan memverifikasi Hukum II Newton
tersebut. Metode yang dilakukan dalam percobaan ini untuk mencapai tujuan yang
diinginkan yaitu melalui percobaan yang dapat menentukan hubungan antara massa total
dan percepatan. Selain itu juga dilakukan percobaan yang dapat menentukan hubungan
antara gaya dan percepatan. Percobaan pengukuran massa total dan percepatan dapat
disimpulkan bahwa hubungan massa total dan percepatan berbanding lurus. Percobaan
pengukuran percepatan dan satu per massa total dapat disimpulkan bahwa semakin kecil
massa maka percepatan semakin besar, sedangkan semakin besar massa maka
percepatan semakin kecil. Hasil percobaan ini juga dapat disimpulkan bahwa massa
beban yang kecil mempercepat percepatan, dan massa benda yang semakin besar,
percepatannya semakin kecil. Sehingga berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan
yaitu pembuktian Hukum II Newton menggunakan air track dan pencacah waktu, didapat
kesimpulan, yaitu: Pada pengukuran massa total dan percepatan dapat dilihat bahwa
hubungan massa total dan percepatan berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan hukum II
Newton.
Kata kunci: air track, gaya, massa, percepatan

I. PENDAHULUAN Hukum I Newton


Hukum I Newton berbunyi “Jika resultan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering pada suatu benda sama dengan nol, maka
menjumpai peristiwa-peristiwa benda diam akan tetap diam dan benda
yang berhubungan dengan yang bergerak akan tetap bergerak dengan
Hukum II Newton, seperti saat kita kecepatan konstan”. Berdasarkan hukum ini,
melemparkan sebuah batu ke atas secara dapat dipahami bahwa suatu benda akan
vertikal. cenderung mempertahankan keadaannya.
Hukum Newton ditemukan oleh seorang ahli Benda yang diam akan cenderung tetap
fisika, matematika dan filsafat dari inggris diam dan benda yang bergerak akan
yang bernama Sir Isaac Newton (1643- cenderung tetap bergerak. Contoh
1722). penerapan Hukum I Newton dapat diamati
apabila kita sedang berada dalam
kendaraan yang sedang bergerak kemudian
di rem secara mendadak,
maka badan kita akan terdorong ke depan. m = massa benda
Itulah yang dimaksud dengan a = percepatan benda
“kecenderungan untuk tetap melaju”. dan rumus momentum
Hukum I Newton dapat ditulis: adalah
(4)

(1)
dalam rumus tersebut bisa dipahami
bagaimana hubungan antara massa dan
Hukum II Newton percepatan. Bila diasumsikan massa dalam
Hukum II Newton berbunyi “percepatan sistem adalah konstan, ketika kita memberi
sebuah benda akan berbanding lurus gaya yang lebih besar maka benda akan
dengan gaya total yang bekerja padanya bergerak dengan kecepatan yang lebih
serta berbanding terbalik dengan massanya. besar.
Arah percepatan akan sama dengan arah
gaya total yang bekerja padanya “.
Berdasarkan Hukum II Newton, dapat II. METODE PENELITIAN
dipahami bahwa suatu gaya akan menjadi
semakin besar apabila diberi dorongan gaya 2.1. Alat dan Bahan
searah laju arah benda itu. Akan tetapi jika
diberi gaya tolak atau gaya yang berlawanan Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang
dari gaya benda itu, maka akan digunakan ialah, air track (rel udara),
memperlambat atau memperkecil gaya gerbang cahaya, pencacah waktu (pewaktu),
benda itu, karena adanya perubahan peniup dan selang, kereta, penghalang
kecepatan serta perubahan laju benda yang cahaya 2 jari, beban 5 g, 25 g, dan50 g,
mendapat gaya. Makin besar Penggantung beban, benang, timbangan.
perlambatan ataupun percepatan Adapun fungsi dari alat dan bahan yang
yang diberikan, maka akan semakin digunakan pada praktikum ini ialah, air track
mempengaruhi arah gerak benda itu, (rel udara) untuk lintasan dari kereta,
contohnya bisa dilihat ketika kita gerbang cahaya untuk pendeteksi transisi
menggelindingkan sebuah bola di atas tanah dari gelap ke terang atau terang ke gelap
yang datar, apabila bola menggelinding dari ketika dilewati oleh penghalang 2 jari,
kanan ke kiri lalu diberi gaya dari kanan pencacah waktu (pewaktu) untuk pencatat
dengan cara ditendang, maka bola akan waktu ketika kereta melewati gerbang
mendapat gaya searah menuju ke arah kiri cahaya 1 dan ketika kereta melewati
sehingga membuatnya mengalami gerbang cahaya 2, peniup dan selang untuk
percepatan, Hukum II Newton dapat ditulis: sumber udara agar kereta dapat meluncur di
lintasan, kereta untuk objek pengamatan,
(2) penghalang 2 jari untuk penghalang ketika
kereta melewati gerbang cahaya, beban 5g,
di mana F=Gaya (N), m= massa benda (kg), 25g, dan 50 g untuk digantungkan pada
a=percepatan benda (m/s2). penggantung beban, penggantung beban
Karena massa adalah konstan; hukum untuk menggantungkan beban agar beban
newton kedua ini hanya valid pada sistem tidak jatuh, benang untuk penghubung
massa tetap, maka massa bisa dikeluarkan antara kereta dengan beban, timbangan
dari turunan. Sehingga: untuk mengetahui massa kereta dan massa
beban.

. (3)
Di mana :
F = Gaya (netto)
2.2. Prosedur Percobaan 5 g (total 40 g) ditempatkan pada kereta,
kemudian kereta diletakkan tepat sebelum
Tahapan pertama yang dilakukan adalah gerbang cahaya. Peniup dinyalakan,
tahap persiapan alat. Setelah itu, kemudian kereta dilepaskan. Waktu yang
kehorizontalan lintasan diperiksa (jika kereta diperlukan ketika melewati gerbang cahaya
cenderung bergerak ke salah satu arah, pertama (t1) dan gerbang cahaya kedua (t2)
maka lintasan belum horizontal. Gerbang dicatat pada tabel 2. Kecepatan di titik 1
cahaya dipasang, kemudian dihubungkan ke (V1), kecepatan di titik 2(V2) dan percepatan
pencacah waktu(melalui soket P1 dan P2). benda (a) dihitung. Langkah 3 hingga 6
Terakhir, kereta dan beban (massa m 1) diulangi dengan memindahkan beban 5
dihubungkan dengan benang. gram dari kereta ke beban tergantung.
Kemudian, dibuat grafik hubungan antara
2.2.1 Hubungan antara massa total percepatan(a) terhadap massa benda(m1).
dan percepatan Pengaruh massa benda terhadap
percepatan sistem ditentukan. Berdasarkan
Pertama, kedua gerbang cahaya dipasang percobaan ini, dibuktikan apakah hukum II
pada jarak 30 cm. Kemudian, pewaktu diatur newton berlaku
pada fungsi ACCELARATION. Beban
seberat
25 gram ditempatkan pada kereta. Kereta III. HASIL DAN PEMBAHASAN
diletakkan tepat sebelum gerbang cahaya.
Setelah itu, peniup dinyalakan dan kemudian 3.1. Analisis Hasil Pengukuran
kereta dilepaskan. Waktu yang diperlukan
Berikut adalah data hasil
ketika melewati gerbang cahaya pertama (t1)
dan gerbang cahaya kedua (t2) dicatat pada pengukuran. Tabel 1. Data
tabel 1. Kecepatan di titik 1 (V1), kecepatan massa
kereta (g) t1 (s) t2 (s) v 1 (cm/s) v 2 (cm/s) a (cm/s2)
di titik 2(V2) dan percepatan benda (a) Pengukuran
25 0,0247 0,01253 40,4858 79,8084 78,83813

dihitung. Langkah 3 hingga 6 diulangi 50 0,0255 0,01304 39,2157 76,6871 72,38406


75 0,026 0,01353 38,4615 73,9098 66,38955
dengan penambahan massa 25 gram. Hasil 100 0,0269 0,01433 37,1747 69,7836 58,13001
kali antara massa total dan percepatan 125 0,0277 0,01449 36,101 69,0131 57,65869

benda masing-masing percobaan dihitung. 150 0,0288 0,01503 34,7222 66,5335 53,68479
175 0,0294 0,01546 34,0136 64,683 50,44953
Rata-rata Ma ditentukan dan dihitung massa
beban m1 menggunakan persamaan(2),
kemudian dihitung error - nya. Kemudian
,dibuat grafik hubungan antara percepatan
(a) terhadap satu per massa total (1/M).
Berdasarkan grafik yang dihasilkan pada Tabel 2. Hubungan Antara Massa Total
langkah sebelumnya, ditentukan hubungan dan Percepatan
massa massa Ma
apa yang bisa disimpulkan antara massa beban total (g.cm/s2
dan percepatan yang dihasilkan, menurut (g) (g) )
dengan persamaan (1) (Hukum II Newton) 25 177 13.954,34
(Pada percobaan ini, gaya yang 50 202 14.621,58
menyebabkan kereta berpindah, tetap) 75 227 15.070,42
100 252 14.648,76
125 277 15.971,45
2.2.2 Hubungan antara gaya
dan percepatan 150 302 16.212,80
175 327 16.469,99
Pada mass total dan
pengukura a
n
Pertama, kedua gerbang cahaya dipasang percepatan dapat dilihat bahwa hubungan
pada
jarak 30 cm. Kemudian, pewaktu diatur pada
fungsi ACCELARATION. Semua beban
massa total dan percepatan berbanding massa benda yang semakin besar,
lurus. percepatannya semakin kecil.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan eksperimen yang telah


dilakukan yaitu pembuktian Hukum II
Newton menggunakan air track dan
pencacah waktu, didapat kesimpulan, yaitu:
Pada pengukuran massa total dan
percepatan dapat dilihat bahwa hubungan
massa total dan percepatan berbanding
lurus. Hal ini sesuai dengan hukum II
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Percepatan
Newton karena percepatan sebanding
(a) terhadap satu per Masa Total (1/M)
dengan gaya. Gaya di sini maksudnya ialah
gaya berat yang ditimbulkan oleh massa
Pada grafik percepatan dan satu per massa
beban tersebut sehingga bisa menarik glider
total dapat dilihat bahwa semakin kecil yang mulanya diam.
massa maka percepatan semakin besar,
sedangkan semakin besar massa maka V. UCAPAN TERIMA KASIH
percepatan semakin kecil.

Tabel 3. Data Pengukuran


Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT,
massabeba karena kehendak dan ridha-Nya penulis
n t1 (s) t2 (s) v1 (cm/s) v2 (cm/s) a (cm/s2)
(g) dapat menyelesaikan jurnal ilmiah ini.
5 0,02214 0,0118 45,1671 84,175 84,0895
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
10 0,02513 0,01294 39,793 77,2797 73,1445
15 0,02773 0,01545 36,062 64,7249 48,1475
Bapak Ardian Putra, M.Si selaku Kepala
25 0,02629 0,01451 30,3398 55,3097 35,6442 Laboratorium Fisika Dasar Universitas
30 0,03223 0,01723 31,0269 58,0383 40,0961 Andalas, Loeis Febriansyah selaku
35 0,03994 0,02176 25,0375 45,9558 24,7508
Koordinator Umum, Iqbal Hamnur selaku
40 0.07266 0,03876 13,7627 25,7997 7,9368
Koordinator Alat, Ramadani Safitri selaku
Koordinator Jurusan, Riky Adona sebagai
Asisten Pembimbing, dan staf laboratorium
Fisika Dasar Universitas Andalas serta
teman-teman yang telah bekerja sama
dengan baik dalam penyusunan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Astuti Salim dan SuryaniTaib. 2018.


Fisika Dasar I. Yogyakarta:
Deepublish

2. Halliday David dkk. 2010. Fisika Dasar


Gambar 2. Grafik Hubungan antara Percepatan Edisi ketujuh jilid 1. Jakarta: Erlangga
(a) terhadap Massa Beban (m1)
3. Mikrajudin Abdullah. 2006. Fisika Dasar I.
Pada grafik dapat dilihat bahwa massa Bandung: Institut Teknologi Bandung
beban yang kecil mempercepat percepatan,
dan
4. Soedojo, Peter. 1999. Fisika Dasar.
Yogyakarta: Andi.

5. Young and Freedman. 2002. Fisika


Universitas Edisi Kesepuluh jilid 1.
Jakarta: Erlangga
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM
(M6)

(MUTIATUL HUSNI)
LEMBAR ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : Hukum Kekekalan Momentum (M6)


Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 5 (lima)

HARI/TANGGAL ASISTENSI KEGIATAN

Jumat/20 November 2020 Pengenalan Jurnal dan Pembuatan


Jurnal Secara Kasar
Revisi jurnal pada bagian abstrak,
Senin/ 22 November 2020
pendahuluan, metode penilitian, hasil
dan pembahasan serta kesimpulan

Selasa/25 November 2020 Revisi jurnal pada bagian abstrak,


pendahuluan, metode penilitian, hasil
dan pembahasan serta kesimpulan

Jumat/27 November 2020 Revisi jurnal terakhir dan acc jurnal


oleh asisten

Acc jurnal oleh asisten


Sabtu/28 November 2020

Padang, 28 November 2020


Asisten Pendamping

( Mutiatul Husni )
ABSEN ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : Hukum Kekekalan Momentum (M6)


Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 5 (lima)

TANGGAL ASISTENSI
NO. NAMA NO. BP
20/11/2020 22/11/2020 25/11/2020 27/11/2020 28/11/2020
ARIFAL
1 AGHNA 2010943015 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
FIRDIAN
BIMA TRI
2
PUTRA
2010943022 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
DZAKY
3 DHIYAUL 2010943002 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
AMRU
KYLA
4 BRIANNA 2010943019 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
TETRYAN
PUTTY
5 NAJMI 2010943012 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
KINANTI
SOVIA
6 MESTARI 2010943004 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
NABABAN
TRI
7 KUNCORO 2010947004 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
YUDO
YOGA
8 RAIHAN 2010943010 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
OKTAMAR

ZALWA
9 ANDINI 2010942046 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
PUTRI
Asisten Pendamping

Mutiatul Husni ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Catatan :
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM
(M6)

Dzaky Dhiyaul Amrua, Mutiatul Husnib, Iqbal Hamnurb, Loeis Febriansyahb

aTeknik Lingkungan, Teknik, Selasa dan shift 2, Universitas Andalas


bLaboratorium Fisika Dasar, Universitas Andalas

e-mail: dzakydhiyaulamru01@gmail.com Laboratorium


Fisika Dasar Unand, Kampus Limau Manis, 25163

ABSTRAK
Sering terjadi kecelakaan di jalan raya yang disebabkan karena tumbukan antar kendaraan. hal ini
membuktikan bahwa hidup tidak terlepas dari adanya tumbukan. Percobaan ini bertujuan untuk
memahami dan memverifikasi hukum kekekalan momentum dan membedakan tumbukan elastis
dan tumbukan tidak elastis. Metode pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
mengukur waktu yang diperlukan kereta ketika melewati gerbang cahaya menggunakan time
counter dengan pengaturan fungsi timing II. Pada percobaan ini divariasikan beban pada kereta
untuk membuktikan hukum kekekalan momentum berlaku. Berdasarkan percobaan tumbukan
elastis di dapatkan bahwa nilai total momentum sistem benda sebelum tumbukan sama besar
dengan nilai total momentum benda sesudah tumbukan, maka dapat disimpulkan bahwa hukum
kekekalan momentum berlaku, sedangkan pada tumbukan tidak elastis kecepatan dan waktu kereta
A sama besarnya dengan kecepatan dan waktu kereta B. Selain itu, juga di dapatkan bahwa
momentum setelah dan sesudah tumbukan sama besar, maka dapat disimpulkan percobaan ini
terbukti hukum kekekalan momentum. Pada percobaan ini juga diperoleh jumlah energi kinetik
total setelah terjadinya tumbukan selalu lebih kecil daripada energi kinetik sebelum terjadinya
tumbukan.

Kata kunci: Energi kinetik, hukum kekekalan momentum, momentum, tumbukan elastis,
tumbukan tidak elastis

I. PENDAHULUAN benda sama).1 Impuls didefinisikan sebagai hasil


kali antara gaya dengan selang waktu yang
Momentum suatu benda adalah ukuran singkat saat gaya tersebut bekerja pada benda.
kesukaran untuk menggerakkan benda atau Momentum dan impuls memiliki hubungan, di
menghentikan benda ketika bergerak.6 Secara mana impuls pada benda akan sama dengan
sistematis momentum didefinisikan sebagai hasil perubahan momentum yang dialami benda.2
kali massa benda dengan kecepatannya. Tumbukan terjadi apabila dua benda yang
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bertabrakan dan mengakibatkan perubahan
bahwa benda yang memiliki massa yang besar momentum pada benda. Tumbukan terbagi dua
maka semakin besar momentumnya (kecepatan yaitu, tumbukan elastis dan tumbukan tidak
benda sama) dan semakin besar kecepatan benda elastis. Ciri-ciri tumbukan elastis yaitu tumbukan
maka semakin besar momentumnya (massa yang energi kinetik sistemnya
tidak mengalami perubahan, setelah tumbukan sebelum tumbukan sama dengan energi kinetik
kedua benda tidak akan bersatu, berlaku hukum setelah tumbukan.5 Pernyataan tersebut dapat
kekekalan momentum dan hukum kekekalan dinyatakan dengan persamaan:
energi kinetik, serta memiliki nilai koefisien
restitusi sebesar e=1. Sedangkan ciri–ciri EK1 + EK2 = EK1’ + EK2’ (3)
tumbukan tidak elastis yaitu tumbukan yang 1
m1v12 + 1 m2v22 = 1 m1v1’2 + 1 m2v2’2 (4)
energi kinetik sistemnya mengalami perubahan, 2 2 2 2

berlaku hukum kekekalan momentum dan tidak


berlaku hukum kekekalan energi kinetik, serta Turunan perbandingan rumus energi kinetik
memiliki nilai koefisien restitusi sebesar e=0.3dan4 sebelum dan sesudah tumbukan pada tumbukan
Terdapat kasus di mana gaya total yang bekerja non elastis saat salah satu benda diam:
pada sistem nol. Maka, pada kasus
1
ini diperoleh ��′ (����) �′
��
= 21 �1 �12 (5)
2
dP1 dP2
+ =0 (1)
dt dt
m1 v1 + m2 v2 = ( m1 + m2 ) v’ (6)
d(P1+P2 )
=0 �1 �1
dt
v= (7)
maka �1+�2

subtitusi persamaan (7) ke (5)


P1+P2 = konstan (2)
1
(�1+�2 ) �′
��′
��
=2 1
�1 �12
keterangan: 2
dP = turunan momentum dt ��′ �1
= (8)
= turunan waktu �� �1+�2
P1 = momentum benda 1 ( kg.m/s ) P 2 =
momentum benda 2 ( kg.m/s )
keterangan:
persamaan ini menyatakan bahwa selama gaya EK = energi kinetik sebelum tumbukan ( J ) EK’
total yang bekerja pada sistem sama dengan nol = energi kinetik setelah tumbukan ( J ) m1 =
maka momentum pada sistem akan kekal atau massa benda pertama ( kg )
tidak akan berubah nilainya.6 Misalnya, terdapat m2 = massa benda kedua (kg)
dua buah benda bertumbukan maka momentum v1 = kecepatan benda pertama sebelum tumbukan
total sistem tidak akan berubah selama tidak ada ( m/s )
gaya luar yang bekerja pada sistem. Gaya antar v ’ = kecepatan benda pertama dan kedua setelah
sistem hanya mengubah momentum masing- tumbukan ( m/s ) .7
masing benda, tetapi saat dijumlahkan akan tetap
didapatkan momentum total yang memiliki nilai
konstan. Ungkapan ini sesuai dengan hukum II. METODE PENELITIAN
kekekalan momentum, hukum kekekalan
momentum menyatakan bahwa “Jika tidak ada
2.1. Alat dan Bahan
gaya luar yang bekerja pada suatu sistem, maka
jumlah momentum sistem tersebut konstan”.5
Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang
Hukum kekekalan energi kinetik yaitu hukum
digunakan adalah air track (rel udara) yang
yang menyatakan energi kinetik
berfungsi sebagai lintasan kereta, gerbang cahaya
sebagai sensor cahaya, pencacah waktu sebagai
alat penghitung waktu, peniup dan selang
sebagai pemberi angin
agar mengurangi gesekan pada rel, kereta III. HASIL DAN PEMBAHASAN
berfungsi sebagai alat percobaan, penghalang
cahaya 2 jari sebagai penghalang ketika kereta 3.1. Analisis Hasil Pengukuran
melewati gerbang cahaya, beban sebagai bahan
percobaan yang dipasangkan pada kereta, pegas 3.1.1 Tumbukan Elastis
sebagai pemberi gaya dorongan pada kereta,
serta timbangan yang digunakan untuk mengukur Tabel 1. Data Pengukuran Tumbukan Elastis
masa benda. Sebelum tumbukan
No Kereta A Kereta B
2.2. Prosedur Percobaan mA vA pA mB tB vB pB
1 128 0 0 128 0,09035 0,33 42,24
Tumbukan elastis mempunyai prosedur kerja 2 128 0 0 128 0,04671 0,64 81,92
sebagai berikut. Dua buah gerbang cahaya 3 128 0 0 128 0,04923 0,61 78,08
dipasang pada jarak 60 cm. Kereta A diletakkan 4 128 0 0 128 0,04156 0,73 92,16
di antara gerbang cahaya. Peniup dinyalakan, 5 128 0 0 128 0,04313 0,70 89,60
Kereta B didorong hingga bergerak melewati
gerbang cahaya, kemudian waktu yang terukur Setelah tumbukan
dicatat dan kecepatannya dihitung. Kereta Kereta A Kereta B
ditahan sehingga hanya melewati gerbang cahaya t’A v’A p’A t’B v’B p’B
sebanyak satu kali. Diamati waktu yang 0,09103 0,33 42,24 0 0 0
diperlukan kereta ketika melewati gerbang 0,04705 0,64 81,92 0 0 0
cahaya setelah tumbukan, dan hitunglah 0,05037 0,60 76,80 0 0 0
kecepatan masing-masing kereta. Langkah 2-4 0,04111 0,73 92,16 0 0 0
diulangi dengan menambahkan beban pada 0,04365 0,69 88,32 0 0 0
kereta. Hasil percobaan yang diperoleh akan
menunjukkan bahwa Hukum Kekekalan Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
Momentum itu berlaku. perhitungan nilai total momentum sistem benda
sebelum tumbukan sama besar dengan nilai total
Tumbukan tidak elastis memiliki prosedur
momentum benda sesudah tumbukan. Karena
sebagai berikut. Dua buah gerbang cahaya
nilai total momentum sistem benda sebelum dan
dipasang pada jarak 60 cm. Velcro dipasang pada
sesudah tumbukan adalah sama, maka hukum
kedua kereta dan penghalang cahaya pada kereta
kekekalan momentum berlaku.
B. Kereta A diletakkan di antara gerbang cahaya.
Peniup dinyalakan, Kereta B didorong hingga
3.1.2 Tumbukan Tidak Elastis
menumbuk Kereta A, kedua kereta bersatu dan
bergerak bersama- sama. Diamati waktu yang
Tabel 2. Data Pengukuran Tumbukan Tidak
diperlukan ketika kereta melewati gerbang Elastis
cahaya sebelum dan sesudah tumbukan, dan
hitunglah kecepatan masing-masing kereta. Hasil Sebelum tumbukan
dari percobaan dicatat pada tabel 2. Diulangi No Kereta A Kereta B
langkah 3-5 dengan menambahkan beban pada mA vA pA mB tB vB pB
kereta. Hasil percobaan yang diperoleh akan 1 128 0 0 256 0,03819 0,79 202,24
menunjukkan bahwa Hukum Kekekalan 2 128 0 0 256 0,03076 0,98 250,88
Momentum berlaku. Energi kinetik total setelah 3 128 0 0 256 0,03870 0,78 199,68
dan sebelum tumbukan dibandingkan dan 4 128 0 0 256 0,03521 0,85 217,6
berikan kesimpulan anda. 5 128 0 0 256 0,03850 0,78 199,68
Setelah tumbukan
Kereta A Kereta B
t’A v’A p’A t’B v’B p’B
0,05712 0,53 67,84 0,05712 0,53 135,68
0,04624 0,65 83,2 0,04624 0,65 166,4 berbagai pihak. Adapun dalam kesempatan ini
0,05869 0,51 65,28 0,05869 0,51 130,56 kami ingin mengucapkan banyak terima kasih
0,05340 0,56 71,68 0,05340 0,56 143,36 kepada a Bapak Andrian Putra M. Si sebagai
0,05903 0,51 65,28 0,05903 0,51 130,56 kepala laboratorium fisika dasar, Uda Loeis
Febriansyah sebagai koordinator umum, Uda
Iqbal Hamnur sebagai koordinator alat, Uni Jihan
Octavianty sebagai koordinator jurusan yang
telah memfasilitasi kegiatan praktikum fisika
dasar semester 1 kali ini. Terima kasih kami
Berdasarkan tabel 2, diberikan massa berbeda kepada para asisten laboratorium yang tidak
pada kereta A dan kereta B. Setelah terjadinya dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
tumbukan, dapat dilihat bahwa kecepatan dan mengarahkan kami saat menyelesaikan laporan
waktu kereta A sama besarnya dengan kecepatan jurnal ini dengan data dan diskusi selama waktu
dan waktu kereta B. Ini terjadi karena pada praktikum berlangsung. Dan banyak terima kasih
tumbukan tidak elastis menyebabkan kereta A kami kepada Uni Mutiatul Husni sebagai
dan kereta B saling melekat, sehingga saat pembimbing kelompok 5 dalam menyelesaikan
melewati gerbang cahaya waktu dan kecepatan jurnal laboratorium fisika dasar tentang hukum
yang terukur pada kedua kereta sama. Pada kekekalan momentum ini dan memberi arahan
percobaan ini juga diperoleh jumlah energi serta motivasi kepada kami untuk menyelesaikan
kinetik total setelah terjadi tumbukan selalu lebih jurnal dengan tepat.
kecil daripada energi kinetik total sebelum terjadi
tumbukan. Selain itu berdasarkan data
menunjukkan besar P’A + P’B = PB, yang
DAFTAR PUSTAKA
artinya hukum kekekalan momentum tetap
berlaku.
1. Foster, Bob. 2011. Terpadu Fisika SMA/MA
Jilid 2A . Bandung: Penerbit Erlangga
IV. KESIMPULAN 2. Young, Hugh D dan Roger A.
Freedman. 2002. Fisika Universitas. Jakarta
Pada praktikum M6 ini dijelaskan bahwa saat : Erlangga.
terjadinya tumbukan elastis, nilai momentum
setelah tumbukan dan sebelum tumbukan itu 3. Novitasari, Asih. 2015. Pintar Fisika Tanpa
sama besar. Di mana saat terjadinya tumbukan Bimbel, SMA X, XI, XII. Yogjakarta:
elastis berlaku hukum kekekalan momentum. Bentang B first
Sedangkan dalam percobaan tumbukan tidak
elastis kereta setelah bertumbukan bergabung 4. Surya, Yohanes. 2009. Mekanika dan
sehingga waktu dan kecepatan kereta setalah Fluida-Persiapan Olimpiade Fisika.
Tangerang : KANDEL.
tumbukan untuk melewati gerbang cahaya sama
besar.
5. Nurani, Dhara dan Rinawan, Abadi. 2016.
Fisika Peminatan Matematika dan Ilmu-
Ilmu Alam . Klaten: Intan Pariwara
V. UCAPAN TERIMA KASIH
6. Tipler. 1998. Fisika Edisi Ketiga Jilid 1.
Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Jakarta: Erlangga.
Maha Esa , karena kehendak dan ridha-Nya kami
dapat menyelesaikan jurnal ini. Kami sadari
jurnal ini tidak akan selesai tanpa doa, dukungan
dan dorongan dari
7. Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan
Teknik Edisi Ketiga Jilid I terjemahan
.Jakarta: Erlangga
MOMEN INERSIA
(M8)

(RAHMAD BAIHAQI)
LEMBAR ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : Momen Inersia (M8)


Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 6 (Enam)

HARI/TANGGAL ASISTENSI KEGIATAN

Senin/16 November 2020 Pengenalan jurnal dan pembuatan


jurnal secara kasar.

Jumat/20 November 2020 Perbaikan bagian judul, abstrak,


metode penelitian, dan ucapan terima
kasih. Lalu, pembuatan pendahuluan
serta daftar pustaka.

Senin/23 November 2020 Perbaikan pendahuluan dan


pembuatan jurnal secara keseluruhan.

Kamis/26 November 2020 Perbaikan isi jurnal secara


keseluruhan.

Jumat/27 November 2020 Perbaikan format tabel dan Acc


jurnal.

Padang, 28 November 2020


Asisten Pendamping

( Rahmad Baihaqi )
ABSEN ASISTENSI ARTIKEL KELOMPOK
JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
SEMESTER GANJIL 2020/2021

Modul : Momen Inersia (M8)


Jurusan : Teknik Lingkungan
Kelompok : 6 (Enam)

TANGGAL ASISTENSI
NO. NAMA NO. BP
16/11 20/11 23/11 26/11 27/11
ARA FEBRIA 2010943013 √ √ √ √ √
1
YULFA
ARIEF AQIL 2010943017 √ √ √ √ √
2
ALFADHIL
BATRISYIA 2010943008 √ √ √ √ √
3
FADIAH
DAFFA FAWNIA 2010943005 √ √ √ √ √
4
IRMA
5 GEMA ANDRIZA 2010943023 √ √ √ √ √
MUHAMAD 2010943014 √ √ √ √ √
6
ABDUL ROHIM
NURDITA 2010943001 √ √ √ √ √
7
ZAHARA
PINKAN DAWNE 2010943007 √ √ √ √ √
8
AYESHA R
SANIATU 2010943020 √ √ √ √ √
9
NAJWA
YULANDRA 2010947002 √ √ √ √ √
10
HELMI
Asisten Pendamping
RAHMAD BAIHAQI √ √ √ √ √
Catatan :
MOMEN INERSIA
(M8)

Daffa Fawnia Irmaa, Rahmad Baihaqib, Iqbal Hamnurb, Loeis Febriansyahb

aTeknik Lingkungan, Teknik, Selasa Shift II, Universitas Andalas


bLaboratoriumFisika Dasar, Universitas Andalas

e-mail: daffafawniairma2002@gmail.com
Laboratorium Fisika Dasar Unand, Kampus Limau Manis, 25163

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan tentang momen inersia. Adapun tujuan pada percobaan ini
adalah untuk menentukan besarnya momen inersia batang di sumbu putar yang
berbeda dan piringan menggunakan metode osilasi. Percobaan ini dilakukan
menggunakan alat momen inersia dan gerbang cahaya yang dipasang pada dasar statif
dan dihubungkan dengan alat pencacah waktu. Hasil dari percobaan diperoleh besarnya
konstanta pegas yaitu 0,05 Nm, besarnya momen inersia dari alat momen inersia sendiri
yaitu I0 = 1,5 x 10-4 kg m2, momen inersia batang yang diputar di tengah batang sebesar I
= 1,1 x 10-3 kg m2, momen inersia batang yang diputar di pinggir batang sebesar I = 4,4 x
10-3 kg m2, dan momen inersia piringan yang diputar di sumbu piringan adalah I = 3,2 x
10-3 kg m2. Momen inersia batang yang diputar di tengah memperoleh nilai yang paling
kecil. Hal ini dibuktikan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan. Hasil percobaan
sudah sesuai dengan teori yang ada dengan kesalahan relatif yang dapat ditoleransi.
Kesalahan relatif tersebut terjadi akibat kurangnya ketelitian praktikan pada saat
menghitung data. Besarnya momen inersia suatu benda tidak bergantung pada perioda
benda tersebut. Akan tetapi, besarnya momen inesia suatu benda dipengaruhi oleh
massa benda, panjang benda, dan posisi sumbu putar benda.

Kata kunci: kesalahan relatif, metode osilasi, momen inersia, percobaan, sumbu putar.

I. PENDAHULUAN besaran turunan yang dipengaruhi oleh


jari-jari suatu benda.4 Momen inersia
Fisika merupakan kumpulan dari adalah ukuran kelembaman sebuah
pengetahuan yang mempelajari kejadian benda terhadap perubahan dalam gerak
alam. Adapun salah satu bagian dari rotasi. Momen inersia ini tergantung
ilmu fisika adalah gerak. Gerak terbagi pada distribusi massa benda relative
menjadi dua yaitu, gerak rotasi dan terhadap sumbu rotasi benda. Momen
gerak translasi.1 Gerak rotasi dan inersia adalah sifat benda, seperti massa
translasi ini tidak dapat dipisahkan dari m yang merupakan sifat benda yang
momen inersia. Hal tersebut mengukur dari kelembaman terhadap
dikarenakan, momen inersia adalah perubahan dalam gerak translasi.8 Pada
momen inersia, jika sebuah benda terdiri Persamaan momen inersia pada
atas pertikel-partikel yang dapat berbagai bentuk benda dengan
dianggap terpisah satu sama lain, distribusi massa (M) yang teratur dan
momen inersia dapat ditentukan dengan panjang batang dalam meter (L) dapat
menggunakan persamaan, dilihat sebagai berikut.5
(1)
Keterangan:
I = Momen inersia (kg m2)
M = Massa (kg)
R = Jari-jari (m)
(2)
Akan tetapi, untuk sebuah benda yang
memiliki satu kesatuan massa yang Gambar 1. Silinder berongga homogen
kontinu atau tidak bisa dipisahkan satu dengan jari-jari 𝑅.5 (Rosyid, Muhamad
sama lain, disebut benda tegar.2 Benda Fachani. 2014)
tegar adalah benda yang dapat berotasi
dengan semua bagian terikat bersama
dan tanpa ada perubahan bentuk sedikit
pun.1 Akibatnya ketika benda ini
berotasi terhadap suatu sumbu tetap,
maka jarak setiap partikel dalam sistem
terhadap sumbu rotasi akan selalu
tetap.3 Adapun sifat - sifat benda tegar
terdiri dari : (3)
1. Jika ada gaya pada benda, sehingga
benda itu akan mengalami Gambar 2. Batang sepanjang 𝐿 diputar di
perubahan, baik bentuk maupun tengah-tengah batang.5 (Rosyid, Muhamad
Fachani. 2014)
ukuranya maka dianggap
mempunyai bentuk tertentu dan
tetap maka disebut sifat benda
tegar.
2. Sifat benda tegar dapat dianggap
tidak mengalami perubahan bentuk
jika benda itu diberi gaya.
Sebenarnya, semua benda akan
mengalami perubahan bentuk jika (4)
diberi gaya namun untuk benda
Gambar 3. Batang sepanjang 𝐿 diputar di
tegar perubahan itu sangatlah kecil
salah satu ujung batang.5 (Rosyid, Muhamad
sehingga dapat untuk diabaikan.
Fachani. 2014)
3. Setiap bagian dari benda tegar
mempunyai kecepatan sudut yang Saat berputar, momen inersia memiliki
sama.6 percepatan. Percepatan pada momen
Bentuk persamaan momen inersia inersia ada dua, yaitu percepatan
untuk setiap benda berbeda dengan tangensial dan percepatan radial.
sumbu putar tertentu. Artinya, sebuah Percepatan radial adalah percepatan
benda akan mempunyai momen inersia yang selalu mengarah ke pusat
berbeda, jika sumbu putarnya berbeda.
lingkaran. Sedangkan, percepatan benda. Lalu, benang nilon yang
tangensial adalah percepatan yang digunakan untuk menggantungkan
selalu menunjuk ke arah tangen dari benda pada alat momen inersia. Selain
lingkaran atau menjauhi pusat itu, alat lain yang digunakan adalah
lingkaran.7 alat pencacah waktu yang berfungsi
untuk menghitung osilasi benda.
Dalam mendeskripsikan rotasi, cara
Selanjutnya, bahan-bahan yang
paling alamiah untuk mengukur sudut θ
terdapat dalam praktikum ini adalah
adalah bukan dalam derajat, tetapi
perangkat beban 50 g dan 100 g yang
dalam radian. Satu radian adalah suatu
digunakan sebagai variasi beban untuk
sudut pada pusat lingkaran yang
melihat perbedaan simpangan.
dibentuk oleh busur yang panjangnya
sama dengan jari-jari lingkaran. Sebuah 2.2 Prosedur Percobaan
sudut θ dibentuk oleh sebuah busur
A. Menentukan Konstanta Pegas
dengan panjang s pada lingkaran yang
berjari-jari r. Nilai sudut θ (dalam Prosedur pratikum yang pertama yaitu
radian) adalah sama dengan s dibagi r.9 menentukan konstanta pegas. Pertama,
(5) ditimbang massa dari tiap-tiap beban.
Suatu sudut dalam radian merupakan Salah satu beban digantungkan pada
perbandingan dua besaran panjang. benang dan diamati simpangan yang
Jadi, sudut ini merupakan bilangan telah dihasilkan. Lalu, hasil simpangan
murni, bilangan tanpa dimensi.9 dicatat sebagai ϴ1 pada tabel 2
penentuan simpangan. Kemudian,
II. METODE PENELITIAN ditambahkan 1 buah beban.
Berdasarkan tabel 2, torsi dihitung
2. 1 Alat dan Bahan untuk setiap gaya yang bekerja pada
Pada praktikum kali ini alat dan bahan alat momen inersia pada masing-
masing percobaan dan satuan
yang digunakan ialah alat momen
inersia, gerbang cahaya, neraca, simpangan ϴ diubah ke dalam satuan
penggaris, benang nilon, perangkat rad. Selanjutnya, dibuat grafik
beban 50 g dan 100 g, serta pencacah hubungan torsi (sumbu y) terhadap
waktu. Alat momen inersia digunakan simpangan ϴ (sumbu x). Lalu, dihitung
gradien dan intersep berdasarkan data
untuk menentukan momen inersia dari
berbagai macam benda dengan yang diperoleh. Selanjutnya, dibuat
menggunakan metode osilasi. Osilasi garis hubungan antara torsi dan
disebabkan oleh torsi yang diberikan simpangan ϴ berdasarkan gradien dan
kepada pegas spiral yang terpasang intersep tersebut dan ditentukan
konstanta pegas dari percobaan ini.
pada poros alat. Alat kedua yang
digunakan dalam praktikum ini adalah B. Menentukan Momen Inersia Diri
gerbang cahaya. Gerbang cahaya Alat Momen Inersia
berfungsi untuk menghubungkan timer
counter dengan alat momen inersia. Prosedur pratikum yang kedua yaitu
Selanjutnya, neraca yang digunakan menentukan momen inersia diri alat
untuk mengukur massa benda. momen inersia. Pertama, alat momen
Kemudian, dalam praktikum ini juga inersia ditegakkan dan gerbang cahaya
digunakan penggaris. Penggaris dipasang pada dasar statif. Kemudian
berfungsi untuk mengukur diameter posisinya diatur sehingga gerbang
cahaya dapat dilintasi jarum petunjuk dihitung momen inersia batang.
alat momen inersia. Lalu, alat pencacah Momen inersia batang juga dapat
waktu dinyalakan dan fungsi cycle dihitung menggunakan persamaan
dipilih dengan menekan tombol pada tabel 1 berdasarkan data tabel 5.
function. Kemudian tombol ch over Lalu, dibandingkan hasil kedua data
ditekan sebanyak 6 kali sebagai batas tersebut. Terakhir, dihitung kesalahan
pengamatan sebanyak 6 kali getaran. relatif serta diberi analisis eror dari
Lalu, dudukan silinder disimpangkan percobaan ini.
sampai 180° dan dilepaskan sehingga
D. Menentukan Momen Inersia
terjadi gerak bolak balik. Waktu yang
Batang yang diputar di Pinggir
diperlukan dicatat untuk dilakukannya
gerak bolak balik sebanyak 6 kali Prosedur pratikum yang keempat yaitu
tersebut. Langkah sebelumnya diulangi menentukan momen inersia batang
dan dicatat waktunya sebagai t2, t3,..., yang diputar dipinggir. Pertama, Alat
t8. Kemudian, waktu rata-rata dihitung momen inersia ditegakkan dan gerbang
dan ditentukan perioda osilasi T0. cahaya dipasang pada dasar statif.
Setelah T0 didapatkan, dihitung momen Lalu, posisinya diatur sehingga jarum
inersia diri alat. penunjuk alat momen inersia dapat
melintasi gerbang cahaya. Kemudian
C. Menentukan Momen Inersia
gerbang cahaya dihubungkan dengan
Batang yang diputar di Tengah
alat pencacah waktu. Batang dipasang
Prosedur pratikum yang ketiga yaitu dengan salah satu ujung dimasukkan
menentukan momen inersia batang pada lubang yang terdapat pada alat
yang diputar di tengah. Pertama, momen inersia. Lalu, tombol ch over
diukur massa batang dan panjang ditekan sebanyak 6 kali sebagai batas
batang. Lalu dicatat hasil pengukuran pengamatan sebanyak 6 kali getaran.
tersebut. Selanjutnya, alat momen Dudukan silinder disimpangkan
inersia ditegakkan dan gerbang cahaya sampai 180°, kemudian dilepaskan
dipasang pada dasar statif. Batang sehingga terjadi gerak osilasi dan catat
dipasang dengan dimasukkan batang waktu yang diperlukan untuk
tersebut pada lubang yang terdapat melakukan gerak bolak balik sebanyak
pada alat momen inersia sehingga 6 kali tersebut. Selanjutnya tombol
posisi batang berada di tengah. function ditekan satu kali untuk meng-
Selanjutny, alat pencacah waktu nolkan tampilan layar. Langkah
dinyalakan dan fungsi cycle dipilih sebelumnya diulangi dan waktunya
dengan ditekan tombol function. dicatat sebagai t2, t3, …, t8. Lalu,
Kemudian, tombol ch over ditekan dihitung momen inersia batang.
sebanyak 6 kali sebagai batas Momen inersia batang juga dapat
pengamatan sebanyak 6 kali getaran. dihitung menggunakan persamaan
Lalu, dudukan silinder disimpangkan pada tabel 1 berdasarkan data tabel 5
sampai 180°. Kemudian, dilepaskan Lalu, dibandingkan hasil kedua data
sehingga terjadi gerak osilasi dan tersebut. Terakhir, dihitung kesalahan
dicatat waktu yang diperlukan untuk relatif serta diberi analisis eror dari
dilakukannya gerak bolak balik percobaan ini.
sebanyak 6 kali tersebut. Kemudian
waktu rata-rata dihitung dan
ditentukan perioda osilasi T. Lalu,
E. Menentukan Momen Inersia Tabel 1. Momen Inersia beberapa benda
Piringan yang diputar di Sumbu tegar
Piringan

Prosedur pratikum yang terakhir yaitu


menentukan momen inersia piringan
yang diputar di sumbu piringan.
Pertama, massa piringan ditimbang,
diameter piringan diukur, serta
3.1.1 Menentukan Konstanta Pegas
dihitung jari-jarinya. Lalu, dicatat hasil
pengukuran teresebut. Alat momen Tabel 2. Penentuan simpangan
inersia ditegakkan dan gerbang cahaya
dipasang pada dasar statif. Kemudian,
gerbang cahaya dihubungkan dengan
alat pencacah waktu. Piringan dipasang
pada alat momen inersia. Selanjutnya
alat pencacah waktu dinyalakan, fungsi
cycle dipilih dengan ditekan tombol
function. Lalu tombol ch over ditekan
sebanyak 6 kali sebagai batas
pengamatan sebanyak 6 kali getaran.
Dudukan silinder disimpangkan
sampai 180°, kemudian dilepaskan Dari data di atas dapat disimpulkan
sehingga terjadi gerak osilasi dan bahwa semakin berat massa beban yang
dicatat waktu yang diperlukan untuk diberikan maka simpangan yang
dilakukannya gerak bolak-balik dihasilkan akan semakin besar pula.
sebanyak 6 kali tersebut. Langkah
Berdasarkan data yang diperoleh nilai α
sebelumnya diulangi dan waktunya sebagai gradien sebesar α = 0,058 dan
dicatat sebagai t2, t3, ..., t8. Kemudian, nilai b sebagai intersep sebesar b = -
waktu rata-rata dihitung dan 0,0148, sehingga diperoleh persamaan y
ditentukan perioda osilasi T. Lalu, yaitu y = 0,058 x - 0,0148.
dihitung momen inersia piringan.
Momen inersia piringan juga dihitung
menggunakan persamaan pada tabel 1
berdasarkan data tabel 8. Lalu,
dibandingkan hasil kedua data
tersebut. Lalu, dibandingkan hasil
kedua data tersebut. Terakhir, dihitung
kesalahan relatif serta diberi analisis
eror dari percobaan ini.
Gambar 4. Grafik Hubungan antara
III. HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap simpangan θ .

3.1 Analisis Hasil Pengukuran Berdasarkan perhitungan data di atas


didapatkan konstanta pegas k sebesar
0,0585 Nm.
3.1.2 Menentukan Momen Inersia Diri Berdasarkan perhitungan pada
Alat Momen Inersia percobaan momen inersia batang yang
diputar di tengah didapatkan persen
Tabel 4. Penentuan perioda diri alat momen
inersia
kesalahan sebesar 3,2719%.

3.1.4 Momen Inersia Batang yang


Diputar di Pinggir
Tabel 7. Penentuan perioda batang

Berdasarkan perhitungan data di atas


didapatkan momen inersia diri alat
sebesar Iο = 1,4625 x 10-4 kg m2.

3.1.3 Momen Inersia Batang yang


diputar di Tengah
Berdasarkan data pada tabel 7
Tabel 5. Pengukuran dimensi batang didapatkan hasil perhitungan momen
inersia batang sebesar I = 4,3932 x 10-3
kg m2.

Berdasarkan perhitungan data pada


tabel 1 dan tabel 5 didapatkan hasil
Tabel 6. Penentuan Periode Batang perhitungan momen inersia batang
sebesar I = 4,56 x 10-3 kg m2.

Sama halnya dengan percobaan


sebelumnya, percobaan momen inersia
batang yang diputar di pinggir
didapatkan persen kesalahan sebesar
3,6579%.

3.1.5 Momen Inersia Piringan yang


Diputar di Sumbu Piringan

Tabel 8. Pengukuran dimensi piringan


Berdasarkan data pada tabel 6
didapatkan hasil perhitungan momen
inersia batang yang diputar di tengah
sebesar I = 1,1027 x 10-3 kg m2.

Berdasarkan hasil perhitungan data


pada tabel 1 dan tabel 5 didapatkan
hasil perhitungan momen inersia batang
sebesar I = 1,14 x 10-3 kg m2.
Tabel 9. Penentuan perioda piringan percobaan ini mendapatkan kesalahan
sebesar 1,4045 % sedangkan batas
maksimum % kesalahannya sebesar 5
%. Berarti percobaan yang dilakukan
ini telah mendekati teliti atau benar.

IV. KESIMPULAN
Dari percobaan ini telah ditentukan
momen inersia batang di sumbu putar
yang berbeda dan pada piringan
menggunakan metode osilasi.
Percobaan tersebut menggunakan
perbandingan antara momen inersia
Berdasarkan hasil pengukuran pada saat diputar di tengah batang dan saat
tabel 9 didapatkan hasil pengukuran diputar di pinggir batang. Setelah
momen inersia piringan yang di putar di dilakukannya percobaan, didapatkan
sumbu piringan sebesar I = 3,2292 x 10-3 hasil pada momen inersia di pinggir
kg m2. batang I = 4,3932 x 10-3 kg m2 . Lalu,
didapatkan hasil momen inersia saat
Berdasarkan hasil perhitungan data diputar di tengah batang sebesar I =
tabel 1 dan tabel 8 didapatkan hasil 1,1027 x 10-3 kg m2 . Dari percobaan ini
perhitungan momen inersia piringan terbukti sesuai teori bahwasannya
sebesar I = 3,2752 x 10-3 kg m2. momen inersia saat diputar di pinggir
Kemudian, pada percobaan momen batang lebih besar dari pada momen
inersia pinggiran yang diputar di sumbu inersia yang diputar di tengah batang.
piringan didapatkan persen kesalahan
V. UCAPAN TERIMA KASIH
sebesar 1,4045%.
Alhamdulillah, puji syukur saya
3.2 Analisis Nilai Error
sebagai penulis ucapkan atas kehadirat
Pada percobaan ini terdapat error yang Allah SWT karena atas rahmat dan
terjadi pada percobaan momen inersia karunia-Nya sehingga jurnal ini dapat
batang yang diputar di tengah sebesar terselesesaikan. Tidak lupa pula kita
3,2719%. Berdasarkan percobaan ini shalawat kepada Nabi Muhammad
yang mana batas % kesalahan maksimal
SAW yang telah membawa kita semua
5%. Berarti percobaan ini dilakukan
ke jalan yang benar. Jurnal Fisika Dasar
sudah mendekati teliti atau benar.
1 berjudul “Momen Inersia”
Sama halnya pada percobaan merupakan syarat untuk mengikuti
sebelumnya, pada percobaan ini ujian akhir pratikum fisika dasar 1.
terdapat error yang terjadi pada Terwujudnya jurnal ini tentu tidak
percobaan momen inersia batang yang terlepas dari berbagai pihak. Oleh
diputar di pinggir sebesar 3,6579%. karena itu penulis ingin menyampaikan
Berdasarkan percobaan ini yang mana terimakasih setulus-tulusnya kepada
batas maksimal % kesalahan sebesar 5%.
Bapak Ardian Putra, M.Si selaku
Berarti percobaan yang dilakukan sudah
kepala laboraturium, Uda Loeis
mendekati teliti atau benar.
Febriansyah selaku koordinatur umum,
Kemudian, pada percobaan momen Uda Iqbal Hamnur selaku koordinatur
inersia pinggiran yang diputar di alat, Uni Jihan Octavianty selaku
sumbu piringan. Berdasarkan pada koordinatur jurusan serta asisten-
asisten laboraturium fisika dasar yang 7. Saputra, Roni. 2016. Buku Ajar Fisika.
telah membantu membimbing kami Batam: Sekolah Tinggi Ilmu
dalam pratikum fisika dasar dan Kesehatan Ibnu Sina Batam.
pembuatan jurnal ini. Kami juga 8. Tipler. 1998. Fisika Edisi Ketiga Jilid 1.
menyampaikan terima kasih setulus- Jakarta: Erlangga.
tulusnya dan penghargaan setinggi- 9. Young, Hugh D. dan Freedman,
tingginya kepada asisten laboraturium Roger A. 2002. Fisika Universitas Edisi
fisika dasar Uda Rahmad Baihaqi Kesepuluh Jilid I. Jakarta: Erlangga.
selaku asisten pembimbing dalam
pembuatan jurnal fisika dasar, disela-
sela kegiatan sehari-harinya tetap
meluangkan waktu yang ada untuk
membimbing, memberi petunjuk,
arahan, dorongan, dan saran sejak awal
pembuatan jurnal fisika dasar dibuat
hingga jurnal ini selesai. Ucapan terima
kasih juga kepada rekan teknik
lingkungan 2020 karena sudah
bersemangat untuk menyelesaikan
jurnal ini. Kepada Allah SWT jugalah
kami berharap pengorbanan yang kami
kerjakan mendapat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J.
2010. Fisika Dasar 1 Edisi 7 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
2. Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
3. Nurlina dan Riskawati. 2017. Fisika
Dasar I. Makasar: LPP Unismuh
Makasar.
4. Riswanto. 2014. Penentuan Koefisien
Momen Inersia Bola Pejal Melalui Video
Gerak. Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI
Jateng & DIY (p. 31). Yogyakarta:
HFI
5. Rosyid, Muhamad Fachani; Eko
Firmansah; dan Yusuf Dyan
Prabowo. 2014. Fisika Dasar Jilid I:
Mekanika. Yogyakarta: Periuk.
6. Ruwanto, Bambang. 2007. Asas-Asas
Fisika 2B. Jakarta: Yudistira.

Anda mungkin juga menyukai