Sistem common rail adalah mekanisme penyaluran bahan bakar solar dari tanki ke
dalam ruang bakar secara langsung, dengan bantuan perangkat elektronik sebagai
pengontrol volume bahan bakar yang disuplai.
Tekanan bahan bakar di dalam fuel rail ini sangat tinggi, bisa mencapai 2.000 bar.
Tekanan tinggi ini bertujuan agar menghasilkan kabut bahan bakar yang baik dan
merata. Sehingga akan menghasilkan pembakaran sempurna ketika bertemu dengan
udara terkompresi yang suhu dan tekanannya tinggi.
Mesin berbahan bakar solar atau biasa dikenal dengan mesin diesel banyak
digunakan pada kendaraan berbobot berat seperti truk dan bus.
Tapi tidak menutup kemungkinan mesin diesel digunakan untuk dapur pacu mobil-
mobil penumpang seperti SUV bahkan MPV. Hal ini ditambah pula dengan
perkembangan dunia otomotif dimana sekarang sudah banyak sekali mobil bermesin
diesel dengan teknologi common rail.
Perkembangan sistem common rail sendiri sebenarnya sudah dimulai dari tahun
1960-an, saat itu prototype dari mekanisme common rail telah diciptakan oleh Robert
Hubber dari Swiss. Namun penggunaannya pada kendaraan, pertama kali dimulai
pada tahun 1990-an di Jepang. Saat itu skema common rail dipakai pada mesin diesel
alat berat. Namun di era sekarang, mekanisme common rail sudah semakin
disempurnakan oleh masing-masing insinyur developer kendaraan. Sehingga, mesin
diesel common rail bisa diaplikasikan pada mobil MPV sekalipun. Contoh MPV yang
menggunakan mesin diesel common rail adalah Chevrolet Spin 1.3 Diesel dan Ertiga
Diesel.
Apa kelebihan common rail ?
Pompa tekanan tinggi ini tidak hanya sekedar menaikan tekanan solar. Pompa
ini akan menaikan tekanan solar secara spontan dan pada timming tertentu.
Bisa dikatakan, untuk mesin diesel konvensional 4 silinder maka ada 4 chanel
pada pompa yang masing-masing akan bekerja secara bergantian sesuai
timmingnya.
Dan yang mengendalikan kapan solenoid terbuka, itu adalah ECU selaku otak
atau processor utama dari sistem common rail.
Perbedaan mekanisme diesel konvensional dan diesel common rail ada pada metode
penginjeksian solar. Dimana pada tipe konvensionak, injekor dibuat agar tetap terbuka
dan tekanan solar yang akan mengontrol. Sementara pada mekanisme common rail,
tekanan solar dibuat tetap stabil dan injektor yang akan mengontrol.
Secara kasar ada tiga kelompok perangkat elektronik yang digunakan yakni ;
Sensor
ECU
Aktuator
1. Sensor
Sensor adalah perangkat pendeteksi, artinya sensor akan mendeteksi semua
informasi yang diperlukan untuk menghitung berapa bahan bakar yang ideal. Sensor
ini tidak hanya satu, karena yang diukur itu ada lebih dari satu. Beberapa sensor yang
ada pada sistem common rail antara lain ;
• MAF (mass air flow) untuk menghitung masa udara berdasarkan kecepatan
aliran.
• MAP (manifold air pressure) untuk menghitung tekanan didalam intake untuk
menentukan beban mesin.
• CMP (camshaft position) untuk mencari tahu timming atau posisi silinder mesin.
• APP (accelerate pedal position) menghitung sudut pembukaan peda gas untuk
menerjemahkan RPM mesin yang dikehendaki pengemudi.
2. ECU
ECU (electronic control unit) adalah perangkat processor yang berfungsi memproses
semua informasi yang didapat dari semua sensor. ECU terbuat dari serangkaian IC
dan perangkat elektronik lain seperti CPU pada komputer. Bentuk data komunikasi
pada ECU umumnya menggunakan tegangan (analog), dimana nominal tegangan
akan mengartikan informasi tertentu. Namun ada pula ECU yang sudah menggunakan
skema digital.
3. Aktuator
Aktuator adalah perangkat output yang akan melaksanakan perintah dari ECU. Dalam
hal ini, solenoid didalam injektor berperan sebagai aktuator. Hasil perhitungan dari
ECU akan berupa tegangan dengan interval tertentu, tegangan ini akan disalurkan ke
masing-masing injektor. Tugas aktuator/solenoid adalah mengkonversi tegangan dari
ECU ke bentuk gerakan pembukaan nozle sehingga solar dapat mengabut.