Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN MASALAH UTAMA

HIPERTENSI PADA TN. A

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA

DISUSUN OLEH :

GUNAWAN SUDARMONO

NIM. 40220012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KELUARGA

A. Definisi
Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau
perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsifungsi instrumental
mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada
dalam suatu jaringan (Lestari, 2012).
Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh pernikahan,
keturunan, atau adopsi yang hidup bersama dalam sebuah rumah tangga (Muadz
dkk, 2010).
Keluarga adalah lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah
kedua orang tua. Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka
pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan
anugerah oleh Tuhan berupa naluri orang tua. Dampak dari naluri ini, timbul rasa
kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral
keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi,
melindungi serta membimbing keturunan mereka (Jalaludin, 2010).
B. Ciri Keluarga
a. Merupakan hubungan perkawinan
b. Berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
c. Mempunyai sistem tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan
d. Fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotanya berkaitan dengan kebutuhan
memiliki keturunan dan membesarkan anak
e. Mempunyai tempat tinggal bersama
C. Struktur Keluarga
Struktur keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang terikat
tali perkawinan, karena hubungan darah atau adopsi, hidup dalam satu rumah
tangga, saling berhubungan satu sama lainnya dalam perannya menciptakan dan
mempertahankan budaya (Yatmini, 2011).
Struktur keluarga adalah serangkaian tuntutan fungsional tidak terlihat, yang
mengorganisasi cara-cara anggota keluarga dalam berinteraksi. Sebuah keluarga
merupakan sistem yang saling berinteraksi antara satu sama lain dengan
membentuk pola bagaimana, kapan, dan dengan siapa berelasi (Lestari, 2012).
Menurut pandangannya struktur dalam keluarga ada dua, yakni :
a. Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga yang di dalamnya hanya terdapat
tiga posisi sosial, yaitu suami-ayah, istri-ibu, anak-sibling. Struktur keluarga
yang demikian menjadi keluarga sebagai orientasi bagi anak, yaitu keluarga
tempat ia dilahirkan.
b. Keluarga batih adalah keluarga yang di dalamnya terdapat posisi lain selain
ketiga posisi di atas, yakni dalam keluarga tersebut terdapat seorang anak yang
sudah menikah tapi masih tinggal di rumah orang tuanya dan terdapat generasi
ketiga (cucu).
Menurut Setyawan (2012:7) bahwa struktur keluarga memberikan gambaran
tentang bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat.
Lebih lanjut Setyawan mengatakan struktur keluarga itu dapat dibedakan menjadi
10, yaitu :
a. Tradisional Nuclear adalah Keluarga inti (ayah, ibu, anak) yang tinggal dalam
satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, dimana salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Niddle Age/Aging Couple, yaitu suatu keluarga dimana suami sebagai pencari
uang dan istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-
anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti karir.
c. Diadic Nuclear, yaitu suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan
tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar
rumah.
d. Single Parent, yaitu keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai
akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal
di rumah atau di luar rumah.
e. Dual Carrier, yaitu keluarga dengan suami-istri yang kedua-duanya orang
karier dan tanpa memiliki anak.
f. Three Generation, adalah keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih
yang tinggal dalam satu rumah.
g. Comunal adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan
suami-istri yang monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
h. Cohibing Couple/Keluarga Kabitas adalah keluarga dengan dua orang atau satu
pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan perkawinan.
i. Composit/Keluarga berkomposisi, adalah sebuah keluarga dengan perkawinan
poligami dan hidup/tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah.
j. Gay dan Lesbian Family, adalah sebuah keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama.
Menurut Lee (dalam Lestari, 2012:7) kompleksitas struktur keluarga tidak
ditentukan oleh jumlah individu yang menjadi anggota keluarga, tetapi oleh
banyaknya posisi sosial yang terdapat dalam keluarga.
D. Tujuan
Terpenuhinya :
a. Kesejahteraan fisik
Kesehatan fisik anggota keluarga.
b. Kesejahteraan Psikologis
Komponen kesejahteran psikologis :
1) Fungsi emosi.
2) Fungsi kepuasan hidup.
c. Kesejahteraan Ekonomi
1) Tingkat kepuasan atau tingkat pemenuhan kebutuhan rumah tangga (Park,
2000).
2) Diukur dari pemenuhan input keluarga (misalnya diukur dari pendapatan,
upah, aset).
d. Kesejahteraan Material
1) Menyangkut pemenuhan kebutuhan keluarga yang berkaitan dengan materi,
baik sandang, pangan, dan papan, serta kebutuhan keluarga yang dapat
diukur dengan materi.
2) Diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa yang diakses oleh keluarga.
e. Kesejahteraan Sosial Komponen dari kesejahteraan sosial diantaranya adalah :
1) Penghargaan (self esteem) Penghargaan merupakan pusat pengembangan
manusia agar berfungsi secara optimal, kreatif, produktif, terampil, dan
optimis.
2) Dukungan sosial. Faktor penting bagi kesejahteraan wanita menikah dan ibu
hamil.
E. Tugas Keluarga
Tugas dan tanggung jawab kedua orang tua terhadap anaknya menurut UU
No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dalam Pasal 45 disebutkan sebagai berikut :
a. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-
baiknya.
b. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal 1 berlaku sampai
anak itu kawin atau berdiri sendiri, kewajiban berlaku meskipun perkawinan
antara keduanya putus.
Selain itu juga disebutkan dalam Pasal 77 Instruksi Presiden RI No. 1 tahun
1991 tentang kompilasi Hukum Islam. Pada pasal itu disebutkan bahwa tugas dan
tanggung jawab kedua orang tua adalah : Suami istri memikul kewajiban yang
luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah
yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Selain mengacu kepada
perundang-undangan yang berlaku, tugas orangtua menurut Nizam (2005:5) yakni
memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik
mengenai pertumbuhan fisik maupun perkembangan sosio-emosionalnya.
F. Fungsi Keluarga
Selain memiliki tugas, keluarga juga memiliki fungsi tertentu. Menurut
Berns (2004, dalam Lestari, 2012:22) keluarga memiliki lima fungsi dasar, yaitu:
a. Reproduksi, keluarga memiliki fungsi untuk mempertahankan populasi yang
ada di dalam masyarakat.
b. Sosialisasi/edukasi, keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai, keyakinan,
sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik dari generasi sebelumnya ke
generasi yang lebih muda.
c. Penugasan peran sosial, keluarga memberikan identitas pada para anggotanya
seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran gender.
d. Dukungan ekonomi, keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan, dan
jaminan kehidupan.
e. Dukungan emosi/pemeliharaan, keluarga memberikan pengalaman interaksi
sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat mendalam,
mengasuh, dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada anak.
Senada dengan pendapat Berns di atas, Friedman (dalam Setyawan, 2012:7)
menambahkan fungsi yang dapat dijalankan oleh suatu keluarga, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Fungsi Afektif, yaitu mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisasi, yaitu sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di
luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi, yaitu untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan, yaitu mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
Fungsi-fungsi keluarga di atas merupakan fungsi keluarga yang ideal, hal ini
akan berbeda pada kondisi keluarga yang bercerai, dimana fungsi keluarga antara
pasangan suami dan istri tidak mungkin berlaku lagi seperti fungsi pengaturan
seksual dan fungsi reproduksi, tetapi hal ini berbeda dengan yang dialami oleh
anak, seharusnya anak tetap menerima fungsi-fungsi keluarga yang memang
berlaku bagi anak, karena pada dasarnya anak masih berstatus sebagai anak dari
kedua orang tuanya tersebut (Maryanti & Rosmini, 2007:7).
G. Peran Keluarga
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing, antara lain :
a. Ayah Sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman
untuk setiap anggota keluarga dan sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu
b. Ibu Sebagai pengurus rumahtangga, pengasuh dan pendidik anak – anak,
pelindung keluarga, membantu mencari nafkah dan sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tertentu
c. Anak Pelaku psikososial sesuai perkembangan fisik, sosial, mental dan
spiritual
H. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga, yaitu :
a. Keluarga baru menikah
b. Keluarga dengan anak baru lahir
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
e. Keluarga dengan anak remaja
f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
g. Keluarga usia pertengahan
h. Keluarga usia tua
I. Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan Keluarga
N TAHAP TUGAS PERKEMBANGAN
O PERKEMBANGAN
1. Keluarga baru menikah a. Membina hubungan intim yang
memuaskan.
b. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan kelompok
sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki
anak
2. Keluarga dengan anak baru a. Mempersiapkan menjadi orangtua.
lahir b. Adaptasi dengan adanya anggota
keluarga baru, interaksi keluarga,
kegiatan dan hubungan seksual.
c. Mempertahankan hubungan dalam
rangka memuaskan pasangannya
3. Keluarga dengan anak usia a. Memenuhi kebutuhan anggota
pra sekolah keluarga, misal tempat tinggal,
aman.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang
sehat baik dengan keluarga dan
lingkungan sekitar.
e. Pembagian waktu.
f. Pembagian tanggung jawab.
g. Merencanakan kegiatan untuk
menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak
4. Keluarga dengan anak usia a. Membantu sosialisasi anak lebih
sekolah luas (di sekolah, luar rumah,
lingkungan).
b. Mempertahankan keintiman
pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan yang
meningkat
5. Keluarga dengan anak a. Memberikan kebebasan yang
remaja bertanggungjawab.
b. Mempertahankan hubungan intim
dalam keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi
antara anak dan orangtua
6. Keluarga mulai melepas a. Mempertahankan hubungan intim
anak sebagai dewasa dengan pasangan.
b. Membantu anak mandiri sebagai
keluarga baru di masyarakat.
c. Penataan kembali peran orangtua
dan kegaiatn rumah
7. Keluarga usia pertengahan a. Mempertahankan kesehatan
individu dan pasangan.
b. Mempertahankan hubungan yang
serasi dengan anak dan sebaya.
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia tua a. Adaptasi masa pensiun.
b. Menerima kehilangan pasangan,
kawan.
c. Persiapan kematian.
d. Mempertahankan keakraban
pasangan dan saling merawat

J. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
K. Tahap
1. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar, yaitu
kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan,
KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tingga dan
transportasi.
3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar serta telah
memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)
Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangan tetapi belum dapat
memberikan kontribusi yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur
dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga
berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan
atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)
Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang
bersifat dasar, sosial psikologis maupun pengembangan serta telah mampu
memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat
KONSEP HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan persisten
pada pembuluh darah arteri, dimana tekanan darah sistolik sama dengan atau di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg
(LeMone & Bauldoff, 2013).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes RI, 2013). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak
bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai
(Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg secara kronis
(Tanto Chris, 2014).
B. Klasifikasi Hipertensi
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014), mengklasifikasikan hipertensi
menjadi:
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan peningkatan
tekanan darah tanpa diketahui penyebabnya dan berjumlah 90%-95% dari
semua kasus hipertensi. Meskipun hipertensi primer tidak diketahui
penyebabnya, namun beberapa faktor yang berkontribusi meliputi:
peningkatan aktivitas, produksi sodium- retaining hormones berlebihan dan
vasokonstriksi, peningkatan masukan natrium, berat badan berlebihan,
diabetes melitus, dan konsumsi alkohol berlebihan.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah dengan
penyebab yang spesifik dan biasanya dapat diidentifikasi. Hipertensi sekunder
diderita oleh 5%-10% dari semua penderita hipertensi pada orang dewasa.
Ignatavicius, Workman, &Winkelman (2016) menyatakan bahwa penyebab
hipertensi sekunder meliputi penyakit ginjal, aldosteronisme primer,
pheochromocytoma, penyakit Chusing’s, koartasio aorta (penyempitan pada
aorta), tumor otak, ensefalitis, kehamilan, dan obat (estrogen misalnya,
kontrasepsi oral; glukokortikoid, mineralokortikoid, simpatomimetik).
Tabel 1.Klasifikasi hipertensi (American Heart Assosiation (AHA), 2014)
yaitu :
Klasifikasi tekanan Tekanan darah Tekanan darah
darah sistolik diastolic
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 80 –
139 89
Hipertensi stage I 140 – 90 –
159 99
Hipertensi stage II >160 >100
Hipertensi stage III >180 >110

C. Etiologi Hipertenis
Menurut Supariasa (2012) penyebab hipertensi , yaitu :
1. Faktor genetik
Hipertensi merupakan penyakit keturunan, apabila salah satu orang tuanya
hipertensi maka keturunannya memiliki resiko 25% terkena hipertesi, tetapi
bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka 60 % keturunannya
menderita hipertensi.
2. Ras, suku yang berkulit hitam lebih cenderung terkena hipertensi.
3. Jenis kelamin, laki - laki cenderung lebih sering terkena penyakit hipertensi.
4. Usia
5. Gaya hidup moderen
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini
menyebabkan stress berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit
seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi.Gaya hidup
modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olah
raga).Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi, merokok.Semua perilaku
tersebut merupakan memicu naiknya tekanan darah.
6. Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan dan
mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah
akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume
darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan
instan yang telah menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup serba
cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan.Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet
seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate
(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi
secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena
adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.
7. Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat membuangnya melalui
air seni. Tetapi proses ini bias terhambat, karena kurang minum air putih,
berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan hipertensi maupun
diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan membuat aktifitas fisik
menjadi berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah. Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa tubuh (IMT).
D. Manifestasi Klinis Hipertensi
Hipertensi kadang di sebut sebagai “Silent Killer” karena biasanya orang
yang menderita tidak mengetahui gejala sebelumnya dan gejalanya baru muncul
setelah sistem organ tertentu mengalami kerusakan pembuluh darah (Smeltzer,
Bare, Hinkle & Cheever, 2010 ). Dalmartha , Purnama, Sutarni, Mahendra &
Darmawan (2008) menyatakan bahwa gejala hipertensi yang umum di jumpa
yaitu :
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdenging
4. Mimisan (jarang)
5. Sukar tidur
6. Sesak nafas
7. Rasa berat di tengkuk
8. Mudah lelah
9. Mata berkunang-kunang
Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi:
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
WHO (2011) juga menyatakan bahwa hipertensi biasanya tanpa gejala,
tapi bila menimbulkn sakit kepala di pagi hari, mimisan, denyut jantung yang
tidak teratur dan berdengung di telinga.sementara gejla hipertensi berat
meliputi kelelahan, mual, muntah, kebingungan, kecemasan, nyeri dada dan
tremor otot.
E. Patofisiologi Hipertensi
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah
keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada faktor cardiac output dan
tekanan perifer. Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan
tekanan perifer menurun.
Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan mengakibatkan
meningkatnya volume cairan dan preload sehingga meningkatkan cardiac ouput.
Dalam sistim Renin - Angiotensien - aldosteron pada patogenesis hipertensi,
glandula suprarenal juga menjadi faktor penyebab oleh karena faktor hormon.
Sistim Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian
angitensin I menjad angiotensin II oleh Angitensi Convertion Ensym (ACE).
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus pereifer
yang mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer
meningkat . Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap
vaskuler smoot untuk vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal
untuk mengeluarkan aldosteron yang akan meningkatkan extra Fluid volume
melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan meningkatkan tekanan darah
melalui peningkatan cardiac output. (Jurnlistik international
cardiovaskuler,1999).
F. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Hct : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa :Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
2. CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG
Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP
Mengidentifikasikan penyebab hipertensis eperti :Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5. Photo Thorax
Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
G. Penatalaksanaan Hipertansi
a. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation
evalution treatmori of high blood preasure (2013) yaitu :
1. Tumpukan berat badan obesitas
2. Konsumsi garam dapur
3. Kurangi alkohol
4. Menghentikan merokok
5. Olaraga teratur
6. Diet rendah lemak penuh
7. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
b. Obat anti hipertensi
1. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
2. B.Blocker
3. Antoganis kalsium
4. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
5. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
6. Obat penyekar ben Vasodilatov
c. Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit
hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
1. Mengkurangi konsumsi garam
2. Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
3. Menghentikan kebiasaan merokok
4. Menjaga kestabilan BB
5. Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai
salah satu upayahnya.
H. Komplikasi Hipertensi
Menurut WHO (2011) menyatakan bahwa hipertensi dapat menyebabkan
kerusakan serius pada kesehatan. Hal ini dapat mengeraskan arteri, mengurangi
aliran oksigen darah ke jantung yang dapat menyebabkan nyeri dada (angina),
gagal jantunmg ( jantung tidak dapat memompa darah dan oksigen ke orang
lain ), serangan jantung (terjadi ketika pasokan darah ke jantung tersumbat dan
mneyebabkan kematian otot jantung karena yang tidak adekuat, semakin lama
aliran darah tersumbat, semakin besar kerusakan pada jantung), dan stroke
( terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan memblock arteri yang
mengalirkan darah dan oksigen ke otak).
Menurut AHA (2016) menyatakan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol
atau tidak terdeteksi akan menyebabkan serangan jantung, sroke, gagal jantung,
penyakit ginjal atau gagal ginjal, kehilangan penglihatan, disfungsi seksual,
angina dan penyakit areri perifer ( Peripheral Artery Disease/ PAD).

I. Phatway Hipertansi
Faktor genetik, ras, suku, usia dan gaya hidup

Hipertensi

Tekanan darah ,
pusing,lemah dan lelah

Kencenderungan keluarga CVP meningkat Gagal mencapai Pola perilaku kurang


ke prilaku busuk kesehatan yang optimal mencari bantuan
kesehatan
Nadi perifer
Tidak menunjukkan teraba lemah Kurangnya informasi
minat pada perhatian Tidak peduli dengan
prilaku sehat kebutuan klien
CRT < 3 detik Tidak mengetahui
Pola prilaku kurang, mencari diet hipertensi
Menggabaikan
bantuan kesehatan PENURUNAN hubungan dengan
CURAH anggota keluarga
DEFISIT
JANTUNG
Ketidakmampuan PENGETAHUAN
bertanggung jawab untuk Hubungan keluarga
kesehatan terganggu

PEMELIHARAAN
Mengabaikan program
KESEHATAN TIDAK
pengobatan
EFEKTIF

KETIDAKEFEKTIFAN
KOPING KELUARGA

BAB II
ASKEP TEORI
A. Asuhan Keperawatan Teori
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis
untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan ,serta implementasi keperawatan
terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan /dibuat serta
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
1. Pengkajian
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh keluarga.
1) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah
kesehatan ,status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan
perawatan pada anggota keluarga .
a) Struktur dan sifat anggota keluarga
b) Anggota-anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.
c) Data demografi : umur, jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.
d) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.
e) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat
berkumpul atau menyebar.
f) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
g) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan
yang nyata ataupun tidak nyata.
h) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur, kebiasaan makan
dan penggunaan waktu senggang.
i) Faktor sosial budaya dan ekonomi
2) Pekerjaan
3) Penghasilan
4) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer.
5) Jam kerja ayah dan ibu
6) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
b. Faktor lingkungan
1) Perumahan :
 Luas rumah
 Pengaturan dalam rumah
 Persediaan sumber air
 Adanya bahan kecelakaan
 Pembuangan sampah
2) Macam lingkungan / daerah rumah
3) Fasilitas social dan lingkungan
4) Fasilitas transportasi dan kesehatan
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
2) Upaya pencegahan terhadap penyakit
3) Sumber pelayanan kesehatan
4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas kesehatan
5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
d. Cara pengumpulan data
1) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung
 Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga
 Komunikasi dari tiap anggota keluarga
 Peran dari tiap anggota keluarga
 Keadaan rumah dan lingkungan
2) Wawancara
Dapat mengetahui hal-hal :
 Aspek fisik
 Aspek mental
 Sosial budaya
 Ekonomi
 Kebiasaan
 Lingkungan
3) Studi dokumentasi antara lain
 Perkembangan kesehatan anak
 Kartu keluarga
4) Catatan kesehatan lainnya
 Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan dan keperawatan.
 Tanda-tanda penyakit
 Kelainan organ tubuh
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami
oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan Typologi
masalah dalam family health care.
a. Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi
kesehatan.
Contoh :
 Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
 Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
2) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan
kesehatan.
Contoh:
 Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi ?
 Siapakah yang menderita penyakit hipertensi ?
3) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari
indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya
mereka.
Contoh :
 Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi ?
3. Penentuan prioritas masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan
sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai
berikut :
Keriteria Masalah Skore Botot
1. Sifat masalah 1
Skala :
3
Aktual
Resiko 2
Potensial
1
2. Kemungkinan masalah dapat 2
diubah Skala :
2
a. Dengan mudah
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat
0
3. Potensi masalah untuk dicegah 1
Skala :
3
a. Tinggi
b. Cukup 2
c. Rendah
1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala :
2
a.Masalah berat harus ditangani.
b. Ada masalah tapi tidak perlu 1
segera ditangani.
0
c.Masalah tidak dirasakan

4. Tahapan Tindakan Keperawatan Keluarga


Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut ini
(Murwani, 2007) :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-
masalah kesehatan dengan cara :
1) Memberikan informasi
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan.
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkuan
menjadi sehat, dengan cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara :
1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kegiatan
evaluasi meliputi mengkaji kemampuan status kesehatan keluarga, membandingkan
respon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah
dan kemajuan percapaian tujuan keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak / berhasil
sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga
evaluasi yang dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu
pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga (Murwani, 2008).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional menurut
Murwani (2008) :
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahapan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2014). Retrieved 2015, from American Heart


Association:http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure
/PreventionTreatmentofHighBloodPressure/Potassium-and-High-Blood-
Pressure_UCM_303243_Article.jsp#
Dalimartha S, Purnama BT, Sutarina N, Mahendra B, Darmawan R. 2008. Care Your
Self Hypertension. Depok: Penebar Plus.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher.(2014).Medical surgical nursing.assessment and
mangement of clinical problems (9thedition).St. Louis :Mosby.
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
BerdasarkanDiagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Brunner And
Suddarth’s Text Book Of Medical Surgical Nursing. 11th ed. Lippincott
Williams & Wilkins, Inc.
Supariasa. 2012. Pendidikan Dan KonsultasiGizi. Jakarta : EGC
Tanto, chris. 2014.Kapita selekta kedoteran (2Thed).Jakarta : MediaAesculapius.
World Health Organization. The World Medicine Situation 2011 3ed. Rational Use
of Medicine. Geneva, 2011.

Anda mungkin juga menyukai