Anda di halaman 1dari 9

Pembelajaran Kooperatif dan Kolaboratif

Amiruddin*
Kementerian Agama Kabupaten Nagan Raya

*Korespondensi Penulis: amir.kemenag@gmail.com

Abstrak
Dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan yang ditimbulkan, persaingan global dan proses
demokratisasi, sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas melalai pembaharuan sistem
pendidikan yang bebasis kompetensi, demokratis dan berwawasan lokal dengan tetap memperhatikan
standar nasional. Untuk menunjang pembaharuan pendidikan dapat dimulai dengan mempersiapkan
suasana dan proses pembelajaran yang dapat menciptakan kualitas pembelajar sejati dan mandiri.Oleh
karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta tehnik pembelajan merupakan suatu hal
yang utama.Model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif merupakan dua model yang sekiranya dapat
memfasilitasi peningkatan kualitas dan kemandirian belajar siswa sebagai SDM bangsa. Untuk itu terkait
keduanya akan dikaji melalui studi kepustakaan yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif dengan
berbagai teori dan temuan baru yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
kolaborasi dan kooperasi tidak hanya dapat menemukan metoda penyelesaian masalah yang menyeluruh,
tetapi juga akan dapat mengungkapkan pengetahuan baru tentang peta permasalahan dan peta solusi baru
yang meruang dan mewaktu. Pembelajaran berkolaborasi tidak hanya berlangsung di antara teman
sekelas, tetapi dapat saja dibangun di antara partisipan dari beragam sekolah dan universitas, bahkan dari
beragam negara.Namun yang membedakan keduanya, jika pembelajaran kolaboratif dapat dilakukan di
dalam kumpulan yang besar maupun kumpulan yang terdiri dari empat atau lima orang pelajar.
Pembelajaran kooperatif hanya dapat dilakukan untuk kelompok kecil pelajar yang bekerja dan
memahami secara bersama disamping keunggulan dan keutamaan lainnya dalam meningkatkan kualitas
SDM yang memiliki metakognitif yang mumpuni.

Cooperative and Collaborative Learning

Abstract
In order to deal with the various problems posed, global competition and the democratization
process, highly qualified human resources are needed through the renewal of education systems that are
competency-based, democratic and have local insight while still observing national standards. To support
education reform, it can be started by preparing an atmosphere and learning process that can create a
quality of genuine and independent learners. Therefore the choice of various methods, strategies,
approaches and learning techniques is the main thing. Cooperative and collaborative learning models
are two models that can facilitate the improvement of the quality and independence of student learning as
a nation's HR. For this reason, the two will be reviewed through literature studies which are then
analyzed qualitatively with various relevant new theories and findings. The results of the study show that
collaborative learning and cooperation can not only find a comprehensive problem solving method, but
also will be able to reveal new knowledge about problem maps and map new solutions that are spatial
and time-consuming. Collaborative learning does not only take place among classmates, but can be built
between participants from various schools and universities, even from various countries. But what
distinguishes the two, if collaborative learning can be done in large groups or groups consisting of four
or five students. Cooperative learning can only be done for a small group of students who work and
understand together in addition to excellence and other virtues in improving the quality of human
resources who have qualified metacognitive.
Journal of Education Science (JES)
Print ISSN: 2442-3106, Online ISSN: 2615-5338
24
Journal of Education Science (JES), 5(1), April 2019
Amiruddin

PENDAHULUAN Usaha-usaha guru dalam membelajarkan


siswa merupakan bagian yang sangat penting
Perkembangan ilmu pengetahuan,
dalam mencapai keberhasilan tujuan
teknologi dan arus globalisasi telah membawa
pembelajaran yang sudah direncanakan.Oleh
perubahan di semua aspek kehidupan manusia.
karena itu pemilihan berbagai metode, strategi,
Dalam rangka menghadapi berbagai
pendekatan serta tehnik pembelajan merupakan
permasalahan yang ditimbulkan, persaingan
suatu hal yang utama.Pembelajaran yang
global dan proses demokratisasi, sangat
terpusat pada guru mengakibatkan peserta didik
diperlukan sumber daya manusia yang
kurang aktif, oleh karena itu perlu digeser
berkualitas melalai pembaharuan sistem
sedemikian rupa sehingga menjadi lebih terpusat
pendidikan yang bebasis kompetensi, demokratis
pada peserta didik. Demikian pula adanya
dan berwawasan lokal dengan tetap
asumsi bahwa seluruh peserta didik di kelas
memperhatikan standar nasional. Era globalisasi
mempunyai karakteristik sama membawa
menuntut suatu Negara untuk meningkatkan
konsekuensi pada pemberian perlakuan belajar
kualitas sumber daya manusianya agar mampu
yang serba sama pula pada mereka, sehingga
bersaing di kancah internasiona.Oleh sebab itu
mengurangi kesempatan mereka untuk
masing-masing individu dituntut
berkembang sesuai perbedaan yang dimilikinya.
mengembangkan keahlian serta memperluas
Menurut Murphy, seorang psikolog kenamaan,
wawasan guna meningkatkan kualitas diri.
yang penulis kutip dari Suryosubroto (2002:7),
Pembahuruan-pembahuruan dalam bidang
berpandangan bahwa proses belajar terjadi
pendidikan harus selalu dilakukan untuk
karena adanya interaksi antara organisme yang
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di
dasarnya bersifat individual dengan lingkungan
Indonesia. Undang-Undang (UU) No. 20 tahun
khusus tertentu Salah satu model pembelajaran
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang dapat diterapkan guru adalah pembelajaran
(sisdiknas) mendefinisikan pendidikan sebagai
kooperatif kolaboratif dan kompetitif.
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Erikson dalam Seifert (1991:2)
suasana belajar dan proses pembelajaran agar
memberikan alternatif bagaimana mewujudkan
peserta didik secara aktif mengembangkan
pembelajaran yang baik. Pertama, berikan tugas
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
dan aktivitas yang diinginkan dan yang dapat
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
dikerjakannya.Tingkatkan semangatnya dengan
kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
jalan mengurangi tingkat kompetisi dan
keterampilan yang diperlukan dirinya,
yakinkan bahwa setiap peserta didik mampu
masyarakat, bangsa dan negara. Dengan definisi
menyelesaikannya.Sampaikan pesan bahwa
ini, secara tersirat diakui dan dipercayai bahwa
semua peserta didik dalah pemenang.Kedua,
sesungguhnya peserta didik sebagai insan
kuatkan usaha dan ketekunannya bagi peserta
akademis secara kodrati telah memiliki potensi
didik yang mengalami kesulitan, bantu peserta
untuk pengembangan dirinya sendiri. Kemudian,
didik tersebut sehingga terpecahkan masalah
dalam pertumbuhan dan perkembangannya itu,
pertamanya kemudian pastikan ia berkonsentrasi
perlu disiapkan suasana dan proses pembelajaran
pada masalah berikutnya sampai selesai. Saran
yang memadai menuju kualitas diri sebagai
Erikson tersebut bukan berarti bahwa kompetisi
pembelajar sejati dan mandiri. Salah satu
sama sekali harus dihilangkan, namun kompetisi
pembaharuan tersebut adalah dalam proses
seharusnya hanya digunakan sewajarnya
pembelajaran. Proses pembelajaran yang bersifat
(sparingly) dan pada kondisi yang cocok
konvensional saat ini masih banyak digunakan,
(Johnson & Smith, 1987:76). Kompetisi yang
padahal sudah tidak sesuai dengan
tidak diberikan pada kondisi yang cocok akan
perkembangan situasi dan kondisi yang ada.
mengakibatkan rasa rendah diri (inferiority)
Pembahuruan harus dilakukan untuk
pada peserta didik yang tidak berhasil dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri
tugas. Kompetisi kelas dapat dilakukan pada dua
dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan
kondisi berikut. Pertama, pada klas yang
kualitas sumber daya manusia.
memiliki motivasi dan kemampuan yang sama
Journal of Education Science (JES)
Print ISSN: 2442-3106, Online ISSN: 2615-5338
25
Journal of Education Science (JES), 5(1), April 2019
Amiruddin

dan, kedua, hasil-hasil kompetisi tidak perlu 1. Karakteristik dan Tujuan Pembelajaran
dianggap terlalu serius. Kalau dua kondisi ini Kolaboratif dan Kooperatif
tidak dipenuhi, maka peserta didik akan enggan Konsep belajar kolaboratif sering
dan mungkin menolak untuk untuk mengerjakan diidentikkan dengan konsep belajar kooperatif,
tugas-tugas dikemudian hari (Seifert, 1991). tetapi ada yang secara tegas membedakan antara
Model pembelajaran kooperatif keduanya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
merupakan suatu model pembelajaran yang (1994), kolaboratif dan kooperatif diartikan
mengutamakan adanya kelompok- sama yaitu kerjasama. Tetapi karena kata
kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kolaboritf dan kooperatif diambil dari bahasa
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang Inggris, maka maknanya harus dilihat di kamus
berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan istilah bahasa Inggris. Dalam kamus bahasa
jika memungkinkan anggota kelompok berasal Inggris, cooperativediartikan involving the joint
dari ras, budaya, suku yang berbeda serta activity of two or more; done with or working
memperhatikan kesetaraan jender. Model with others for a common purpose or benefit,
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sedangkan collaborative diartikan accomplished
sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk by collaboration, sedangkan definisi
menerapkan pengetahuan dan keterampilan collaboration diartikan act of working jointly:
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. “they worked either in collaboration or
Sedangkan pembelajaran kolaborasi adalah independently”. Collaboration sinonim dengan
suatu strategi pembelajaran di mana para siswa coaction (n), quislingism (n). Dari sisi bahasa,
dengan variasi yang bertingkat bekerjasama tampak bahwa keduanya mempunyaikemiripan
dalam kelompok kecil kearah satu tujuan. Dalam dari sisi berkelompok, perbedaannya adalah
kelompok ini para siswa saling membantu antara kolaborasi lebih menekankan pada inisiatif
satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar sebagai bentukan sendiri bukan suatu hasil
kolaboratif ada unsur ketergantungan yang rekayasa orang lain untuk bekerjasama.
positif untuk mencapai kesuksesan.Oleh karena Pendukung konsep kooperatif, Slavin
itu, artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang (1990:2) mengatakan belajar kooperatif
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif. Untuk mengacu pada variasi metode mengajar dimana
itu pertanyaan yang dimunculkan dalam artikel pebelajar bekerja dalam kelompok-kelompok
ini yaitu apa karakteristik dan tujuan dari kecil, saling membantu belajar materi pelajaran,
pembelajaran kooperatif kolaboratif dan berdiskusi dan saling adu argumentasi, saling
kompetitif, serta bagaimana psikologi mengases pengetahuan-pengetahuan baru dan
pendidikan Islam mengulas dua model dapat saling mengisi kekurangan pengertian
pembelajaran tersebut. yang dialami. Keberhasilan diukur dari
kemampuan mereka untuk meyakinkan bahwa
METODE tiap-tiap individu telah menangkap pokok-pokok
materi dan ide-ide kunci yang
Penelitian ini merupakan penelitian
diajarkan.Meskipun belajar kooperatif bukan ide
kualitatif melalui studi kepustakaan (library
baru dalam pendidikan, tetapi hingga kini masih
research) dengan cara mencatat seluruh temuan
sedikit pengajar-pengajar menggunakan dan
terkait pembelajaran kolaboratif dan kooperatif
hanya untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya
secara umum pada setiap pembahasan penelitian
hanya untuk kegiatan tugas proyek atau
yang diperoleh dari berbagai literatur, sumber,
membuat laporan tugas bersama.
dan atau penemuan-penemuan terbaru.
Slavin (1990) lebih setuju penggunaan
Selanjutnya hasil catatan tersebut dianalisis dan
istilah belajar kooperatif daripada istilah belajar
dipadukan dengan segala temuan, baik teori atau
kolaboratif, karena berbagai hasil penelitian
temuan terbaru yang relevan dengan fokus
terdahulu telah mengidentifikasikan bahwa
kajian ini.
belajar kooperatif dapat digunakan secara efektif
pada berbagai jenjang pendidikan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
berbagai jenis isi pengajaran, mulai yang
Journal of Education Science (JES)
Print ISSN: 2442-3106, Online ISSN: 2615-5338
26
Journal of Education Science (JES), 5(1), April 2019
Amiruddin

matematis hingga membaca, science, dari lebih baik. Kolaborasi mengacu pada seluruh
ketrampilan dasar hingga pemecahan masalah proses pembelajaran, siswa mengajar satu sama
yang kompleks. Selain itu dapat digunakan lain, siswa mengajar guru (mengapa tidak?) Dan
sebagai cara utama pengajar untuk tentu saja guru mengajar siswa juga.
mengorganisasikan pengajaran di kelas. Sato (2007) menyebutkan pembelajaran
Para ahli lain berpandangan, dalam belajar kolaboratif berbeda dari pembelajaran
kooperatif belum tentu ada peristiwa kolaboratif, kooperatif.Perbedaan terbesar antara
tetapi memang setiap peristiwa kolaboratif pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran
diperlukan suasana kerjasama atau kooperatif. kooperatif adalah sebagai berikut; pembelajaran
Berikut pandangan-pandangan itu memperkuat kooperatif berfokus pada kesatuan dalam
perbedaan kolaboratif terhadap kooperatif. kelompok, sedang pembelajaran kolaboratif, unit
Meminjam pernyataan Kreijns, Kirschner dan yang ditekankan adalah pada setiap individu.
Jochems, menyatakan, bahwa: “Just placing Tujuan dari kegiatan kelompok adalah bukan
students in groups doesnot guarantee untuk mencapai kesatuan yang didapat melalui
collaboration... The incentive to collaborate has kegiatan kelompok, namun, para siswa dalam
to bestructured within the groups”; yaitu jika kelompok didorong untuk menemukan beragam
sekedar membagi-bagipembelajar dalam pendapat atau pemikiran yang dikeluarkan oleh
kelompok-kelompok tidak menjamin adanya setiap individu dalam kelompok.Dalam
kolaborasi; yang memicu adanya kolaborasi itu melaksanakan pembelajaran kolaboratif dalam
harus dibangun dari dan oleh dalam kelompok kelompok kecil, guru tidak boleh berusaha untuk
sendiri (Kitchen, & McDougall, 1999:245-258). menyatukan pendapat dan ide para siswa dalam
Beberapa penulis lain menyebutkan kelompok kecil tersebut, serta tidak boleh
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah meminta mereka untuk menyatakan pendapat
satu aspek dalam pembelajaran kolaboratif, mereka sebagai perwakilan pendapat dari
sebagaimana Lang & Evans (2006:40), kelompok, seperti yang dilakukan dalam
menyatakan bahwa “the term of collaborative pembelajaran kooperatif.
learning is an umbrella term that Di sini dapat disimpulkan bahwa pada
includedvarious interactive approach and intinya perbedaan tersebut terletak pada cara
methods for group work. Cooperative learning is kerja dalam kelompok, dimana didalam model
an aspek of collaborative learning that takes a pembelajaran kooperatif aktivitas kelompok
lebih terstruktur dan setiap siswa memainkan
very specialist approach to group work”.Yaitu peranan spesifik dengan tujuan menyelesaikan
pembelajaran kolaboratif merupakan istilah tugas kelompok, sedangkan dalam model
umum yang mencakup berbagai pendekatan pembelajaran kolaboratif aktifitas siswa dalam
interaktif dan metode untuk kerja kelompok adalah belajar bersama untuk
kelompok.Pembelajaran kooperatif merupakan mendapatkan dan meningkatkan pemahaman
aspek pembelajaran kolaboratif yang mengambil masing-masing.
pendekatan yang sangat spesialis untuk kerja Oleh karena itu pembelajaran kolaboratif
kelompok ".Demikian juga Wiersema lebih daripada sekadar kooperatif. Jika
(2000:311) juga menganggap bahwa kolaborasi pembelajaran kooperatif merupakan teknik
untuk mencapai hasil tertentu secara lebih cepat,
lebih dari kooperasi. Menurutnya: … that co- lebih baik, setiap orang mengerjakan bagian
operation is technique tofinish a certain product yang lebih sedikit dibandingkan jika semua
together: the faster, the better, the less work for dikerjakannya sendiri, maka pembelajaran
each, the better. Collaboration refers to the kolaboratif mencakup keseluruhan proses
whole process of learning, to students teaching pembelajaran, siswa saling mengajar sesamanya.
each other, students teaching the teacher (why Bahkan bukan tidak mungkin, ada kalanya siswa
not?) and of course the teacher teaching the mengajar gurunya juga.
students too. artinya bahwa kerjasama adalah Berdasarkan uraian di atas maka
teknik untuk menyelesaikan produk karakteristik pembelajaran kooperatif kolaboratif
tertentubersama-sama: lebih cepat, lebih baik, adalah:
semakin sedikit pekerjaan untuk masing-masing,
Journal of Education Science (JES)
Print ISSN: 2442-3106, Online ISSN: 2615-5338
27
Journal of Education Science (JES), 5(1), April 2019
Amiruddin

a. Siswa belajar dalam satu kelompok dan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran
memiliki rasa ketergantungan dalam proses kooperatif dan kolaboratif adalah berbagi
belajar, penyelesaian tugas kelompok tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
mengharuskan semua anggota bekerja orang lain, mau menjelaskan ide atau
bersama. pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.
b. Interaksi intensif secara tatap muka antar
anggota kelompok. 2. Praktik Pembelajaran Kolaboratif dan
c. Dalam situasi belajar dikelas, skor yang Kooperatif di Kelas
diperoleh seorang individu akan Konsep pembelajaran kolaboratif adalah
mempengaruhi skor terhadap kelompoknya, suatu metode pembelajaran yang berpotensi
sehingga seorang individu akan bertanggung untuk memenuhi tantangan itu, dan dapat
jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan menawarkan sebuah cara penyelesaian tentang
kelompok. bagaimana berbagai masalah tersebut dapat
d. Siswa harus belajar dan memiliki dipecahkan dengan melibatkan keikutsertaan
keterampilan komunikasi interpesonal. partisipan terkait secara kolektif dalam suatu
e. Peran guru sebagai mediator. kelompok. Kelompok pebelajar seperti ini
f. Adanya sharing pengetahuan dan interaksi melakukan pembelajaran secara berkolaborasi
antara guru dan siswa, atau siswa dan siswa. sesuai dengan masing-masing kompetensinya.
g. Adanya evaluasi proses kelompok. Melalui pola komunikasi dan pertukaran
Penjelasan di atas menunjukka bahwa pemikiran, cara pandang, dan hasil telaah,
pembelajaran model kolaboratif dan kooperatif kelompok seperti ini dapat mengurangi solusi
sesungguhnya bersifat student center, yaitu parsial dan meningkatkan kualitas keutuhan.
memusatkan perhatian pengelolaan kelas Solusi parsial tidak tepat untuk sejumlah waktu
pembelajaran pada siswa. Dalam pembelajaran dan banyak tempat, tetapi dibutuhkan bentangan
ini diharapkan siswa dapat memahami materi spektrum solusi holistik yang bergantung pada
pelajaran yang disampaikan oleh guru melalui kesesuaian waktu dan tempat.
kerja sama siswa di dalam kelas. Maka secara Pembelajaran kolaborasi tidak hanya
spesfik tujuan dari pembelajaran Kooperatif dapat menemukan metoda penyelesaian masalah
kolaboratif mempunyai tiga tujuan yang hendak yang menyeluruh, tetapi juga akan dapat
dicapai, yaitu: mengungkapkan pengetahuan baru tentang peta
a. Hasil belajar akademik permasalahan dan peta solusi baru yang
Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif meruang dan mewaktu. Pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa berkolaborasi tidak hanya berlangsung di antara
dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli teman sekelas, tetapi dapat saja dibangun di
yang berpendapat bahwa model pembelajaran antara partisipan dari beragam sekolah dan
kooperatif dan kolaboratif unggul dalam universitas, bahkan dari beragam negara. Lebih
membantu siswa untuk memahami konsep- dari itu, pembelajaran ini dapat mereduksi
konsep yang sulit. dominasi suatu pemikiran yang parsial dalam
b. Pengakuan adanya keragaman cara pandang dan tawaran solusinya, diganti
Model pembelajaran kooperatif dan dengan pemikiran holistik yang menawarkan
kolaboratif bertujuan agar siswa dapat solusi yang menyeluruh. Sehingga pengetahuan
menerima teman-temannya yang mempunyai baru yang dihasilkannya dapat mengurangi
berbagai macam perbedaan latar belakang. kompleksitas dan menawarkan peta keterkaitan
Perbedaan tersebut antara lain perbedaan dan penelusuran baik dalam ranah masalah
suku, agama, kemampuan akademik dan maupun ranah solusi.
tingkat sosial. Struktur tujuan kolaboratif dicirikan oleh
c. Pengembangan keterampilan sosial jumlah saling ketergantungan yang begitu besar
Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif antar siswa dalam kelompok. Dalam
bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran kolaboratif, siswa mengatakan “we
keterampilan sosial siswa. Keterampilan as well as you”, dan siwa akan mencapai tujuan
Journal of Education Science (JES)
Print ISSN: 2442-3106, Online ISSN: 2615-5338
28
Journal of Education Science (JES), 5(1), April 2019
Amiruddin

hanya jika siswa lain dalam kelompok yang kebutuhan dan minat siswa; (5) pendidikan
sama dapat mencapai tujuan mereka bersama harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip
(Qin, 1995: 129-143). saling memahami dan saling menghormati satu
Kesuksesan dalam praktek-praktek sama lain, artinya prosedur demokratis sangat
pembelajaran memiliki sifat-sifat yang didukung penting; (6) kegiatan belajar hendaknya
oleh beberapa alasan.Pertama, partisipasi aktif berhubungan dengan dunia nyata dan bertujuan
siswa.Pembelajaran efektif terjadi apabila para mengembangkan dunia tersebut (Jacobs,
siswa secara aktif terlibat dalam tugas-tugas 1996:70).
yang bermakna dan aktif terlibat dalam John Dewey menganjurkan agar dalam
berinteraksi dengan isi pelajaran. Kedua, lingkungan belajar guru menciptakan
praktek. Dalam konteks-konteks yang bervariasi, lingkungan sosial yang dicirikan oleh
praktek dapat memperbaiki retensi dan lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.
kemampuan menerapkanpengetahuan baru, Tanggung jawab utama para guru adalah
keterampilan, dan sikap. Ketiga, perbedaan- memotivasi siswa untuk bekerja secara
perbedaan individu. Metode pembelajaran kolaboratif dan memikirkan masalah sosial yang
dikatakan efektif apabila dapat mengatasi berlangsung dalam pembelajaran.Di samping
perbedaan-perebedaan individu dalam hal upaya pemecahan masalah di dalam kelompok
personalitas, bakat umum, pengetahuan awal kolaboratif, dari hari ke hari siswa belajar
siswa. Keempat, balikan. Balikan sangat prinsip demokrasi melalui interaksi antar teman
diperlukan untuk menentukan posisi diri siswa sebaya.
sendiri tentang tugas yang dikerjakan.Kelima, Gagasan Dewey tersebut selanjutnya
konteks-konteks realistik.Para siswa paling dijadikan landasan oleh Herbert Thelan untuk
mudah mengingat dan menerapkan pengetahuan mengembangkan prosedur yang lebih tepat
yang direpresentasikan dalam suatu konteks untuk membantu siswa bekerja dalam
dunia nyata.Keenam, interaksi sosial. Melayani kelompok.Thelan menyatakan bahwa kelas
kemanusiaan sebagai tutor atau anggota hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang
kelompok teman sebaya dapat menyediakan bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial
sejumlah pedagogik dan juga dukungan- antar pribadi.Thelan yang tertarik dengan
dukungan sosial. dinamika kelompok mengembangkan bentuk
Pembelajaran kolaboratif dapat group-investigation dengan langkah-langkah
menyediakan peluang untuk menuju pada yang rinci.Kerja kelompok-kelompok
kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. kolaboratif yang dilukiskan oleh Dewey dan
Sebagai teknologi untuk pembelajaran Thelan ini dapat memberikan dampak
(technology for instruction), pembelajaran melampaui hasil-hasil belajar akademik.Proses-
kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para proses dan tingkah laku kolaboratif merupakan
siswa dan meminimisasi perbedaan-perbedaan bagian dari usaha keras manusia sebagai
antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah masyarakat demokratis (Arends, 1998:9).
menambah momentum pendidikan formal dan Dalam pendekatan pemnbelajaran
informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu: kolaboartif dan kooperatif ala Dewey dan
(1) realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas Thelan tersebut, siswa dikelompokkan secara
memerlukan aktivitas kolaboratif dalam heterogen atas jenis kelamin dan kemampuan
kehidupan di dunia nyata; (2) menumbuhkan akademik. Siswa memilih sendiri topik yang
kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya akan dipelajari, dan kelompok merumuskan
mewujudkan pembelajaran bermakna. penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja
Pemikiran Dewey yang utama tentang untuk menangani konsep-konsep penyelidikan
pendidikan adalah: (1) siswa hendaknya aktif, yang telah dirumuskan. Guru berperan sebagai
learning by doing; (2) belajar hendaknya salah satu sumber belajar siswa. Hasil kerja
didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan kelompok dilaporkan sebagai bahan diskusi
adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kelas.Dalam diskusi kelas ini diutamakan
kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan keterlibatan higher order thinking dari para
Journal of Education Science (JES)
Print ISSN: 2442-3106, Online ISSN: 2615-5338
29
Journal of Education Science (JES), 5(1), April 2019
Amiruddin

siswa.Evaluasi kegiatan dilakukan melalui 3. Nilai-nilai Islami dalam Pembelajaran


akumulasi upaya kerja individual selama Kolaboratif dan Kooperatif
penyelidikan dilakukan. Konsep penting dalam Pembelajaran kolaboratif dan kooperatif
pendekatan group-investigative adalah: dalam bidang pendidikan harus selaludilakukan
menghindarkan evaluasi menggunakan tes, untuk meningkatkan kualitas sumber daya
mengutamakan learning by doing, membangun manusia di Indonesia.Demikian juga dalam
impelementasi pembelajaran model kolaboratif
motivasi intrinsik, mengutamakan pilihan siswa, dan kooperatif juga harus diintegrasikan nilai-
memperlakukan siswa sebagai orang nilai Islami agar sumber daya manusia yang
bertanggung jawab, pertanyaan-pertanyaan dilahirkan berkualitas dan memiliki kepribadian
terbuka, mendorong rasa saling menghormati yang islami. Salah satu cara tersebut adalah
dan saling membantu, membangun konsep diri dalam proses pembelajaran.
yang positif. Usaha-usaha guru dalam membelajarkan
Langkah-langkah pembelajaran model siswa merupakan bagian yang sangat penting
kolaboratif dan kooperatif adalah sebagai dalam mencapai keberhasilan tujuan
berikut. pembelajaran yang sudah direncanakan.Oleh
a. Para siswa dalam kelompok menetapkan karena itu sisipan nilai-nilai islami dalam
tujuan belajar dan membagi tugas sendiri- pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan
sendiri. serta tehnik pembelajan merupakan suatu hal
b. Semua siswa dalam kelompok membaca, yang dalam pembelajaran kolaboratif dan
berdiskusi, dan menulis. kooperatif suatu yang niscaya. Menurut
c. Kelompok kolaboratif bekerja secara Wardhani (2005:56), model pembelajaran adalah
bersinergi mengidentifikasi, pedoman berupa program atau petunjuk strategi
mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, mengajar yang dirancang untuk mencapai
dan memformulasikan jawaban-jawaban suatupembelajaran. Pedoman itu memuat
tugas atau masalah dalam LKS atau masalah tanggung jawab guru dalam merencanakan,
yang ditemukan sendiri. melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
d. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati pembelajaran.
hasil pemecahan masalah, masing-masing Berdasarkan uraian di atas, maka
siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara implikasi nilai-nilai islami dalam pembelajaran
lengkap. kolaboratif dan kooperatif tercermin antara lain:
e. Guru menunjuk salah satu kelompok secara a. Pendidikan dilakukan oleh pendidik yang
acak (selanjutnya diupayakan agar semua benar-benar kompeten di bidangnya, tanpa
kelompok dapat giliran ke depan) untuk terkelupasnya nilai agama pada dirinya.
melakukan presentasi hasil diskusi kelompok b. Pendidikan dilakukan dengan berdasarkan
kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada normatif Ilahiyah.
kelompok lain mengamati, mencermati, c. Pendidikan di lakukan sesuai dengan potensi
membandingkan hasil presentasi tersebut, anak didik.
dan menanggapi. Kegitan ini dilakukan d. Pendidikan tidak hanya sekedar berorientasi
selama lebih kurang 20-30 menit. pada kehidupan duniawi, akan tetapi juga
f. Masing-masing siswa dalam kelompok berorientasi pada kehidupan ukhrawi.
kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, e. Pendidikan harus bertanggung jawab penuh
dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan pada perkembangan anak didik, baik kepada
yang akan dikumpulan. masyarakat maupun kepada Allah swt.
g. Laporan masing-masing siswa terhadap f. Pendidik harus merencanakan dan
tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun melaksanakan kegiatan pendidikan sesuai
perkelompok kolaboratif. dengan Sunnatullah.
h. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, g. Proses pendidikan harus melihat semua
dinilai, dikembalikan pada pertemuan saluran, baik saluran formal. Informal,
berikutnya, dan didiskusikan. maupun nonformal, dalam upaya

Journal of Education Science (JES)


Print ISSN: 2442-3106, Online ISSN: 2615-5338
30
Journal of Education Science (JES), 5(1), April 2019
Amiruddin

mengembangkan pribadi anak didik sehingga kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh
mampu menangkal nilai-nilai amoral. Slavin. Tipe ini mengkombinasikan
Dari implikasi tersebut di atas, akan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
terciptalah suatu interaksi yang komunikatif pembelajaran individual. Tipe ini dirancang
antara pendidik dan anak didik dan masyarakat
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa
secara integral dalam upaya meningkatkan
generasi yang berkualitas, beriman dan bertaqwa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan
kepada khaliknya. Untuk itu nilai-nilai islami pembelajarannya lebih banyak digunakan
secara spesifik dalam model-model untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif dapat TAI ini adalah setiap siswa secara individual
disebutkan di bawah ini: belajar materi pembelajaran yang sudah
1) JIGSAW; Jigsaw adalah tipe pembelajaran dipersiapkan oleh guru. Nilai-nilai islami dari
kooperatif yang dikembangkan olehElliot
model pembelajaran TAI yaitu jujur,
Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab tanggung jawab, disiplin, kerja keras,
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan amanah, ta’awun, dan fatanah (Johnson &
juga pembelajaran orang lain. Nilai-nilai Johnson, 1991).
islami dari model ini yaitu al-mas’uliyah
(tanggung jawab), siddig (jujur), amanah
(dapat dipercaya). KESIMPULAN
2) NHT (Number Heads Together) Pembelajaran kolaborasi dan kooperasi
Pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak hanya dapat menemukan metoda
dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). penyelesaian masalah yang menyeluruh, tetapi
Pada umumnya NHT digunakan juga akan dapat mengungkapkan pengetahuan
untukmelibatkan baru tentang peta permasalahan dan peta solusi
siswadalampenguatanpemahamanpembelajar baru yang meruang dan mewaktu. Pembelajaran
anataumengecek pemahaman siswa terhadap berkolaborasi tidak hanya berlangsung di antara
materi pembelajaran dengan mengutamakan teman sekelas, tetapi dapat saja dibangun di
adanya kerjasama antar siswa dalam antara partisipan dari beragam sekolah dan
kelompok. Nilai-nilai islami dari model universitas, bahkan dari beragam negara. Lebih
pembelajaran kooperatif NHT yaitu ta’awun dari itu, pembelajaran ini dapat mereduksi
(saling tolong menolong), dan musyawarah. dominasi suatu pemikiran yang parsial dalam
3) STAD (Student Teams Achievement cara pandang dan tawaran solusinya, diganti
Divisions). STAD adalah salah satu model dengan pemikiran holistik yang menawarkan
pembelajaran kooperatif dengan sintaks: solusi yang menyeluruh. Sehingga pengetahuan
Pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 baru yang dihasilkannya dapat mengurangi
orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul kompleksitas dan menawarkan peta keterkaitan
secara kolaboratif, sajian-presentasi dan penelusuran baik dalam ranah masalah
kelompok sehinggaterjadi diskusi kelas, kuis maupun ranah solusi.
individual dan buat skor perkembangan tiap Kolaboratif dapat dilakukan di dalam
siswa atau kelompok, umumkan rekor tim kumpulan yang besar maupun kumpulan yang
terdiri dari empat atau lima orang pelajar.
dan individual dan berikan reward. Nilai-nilai
Sedangkan pembelajaran kooperatif hanya
islami implikasi dari model STAD yaitu etika kelompok kecil pelajar yang bekerja dan
musyawarah dan munaqasyah, ta’awun, memahami secara bersama.Jadi pembelajaran
tanggung jawab. koperatif adalah satu bentuk kolaboratif, yaitu
4) TAI (Team Assisted Individualization atau kelompok besar belajar bersama untuk mencapai
Team Accelerated Instruction) Pembelajaran hasil yang disepakati bersama.Oleh karena itu
Journal of Education Science (JES)
Print ISSN: 2442-3106, Online ISSN: 2615-5338
31
Journal of Education Science (JES), 5(1), April 2019
Amiruddin

artikel kajian di atas menunjukkan keunggulan Internet.Journal of Educational


pembelajaran kolaboratif dan koperatif, Technology Systems, 27(3).
diantaranya dapat meninggikan hasil belajar
kelompok dan individu yang lebih mengarah Lang, R.H dan Evans, N.D. 2006.Models
pada metakognatif, munculnya ide–ide baru dan Strategis, and Methods. New York:
pendekatan penyelesaian masalah yang sebenar Person.
di ketengahkan.Selain itu kelas yang dikelola Arends, R.I. 1998. Learning to Teach,
secara kolaboratif dan kooperatif lebih Singapore: McGraw-Hill book Company.
termotivasi, mempunyai sifat ingin tahu, ada
perasaan membantu orang lain, berkompetisi Salvin, R. 1990.Cooperative Learnin, Research
secara sehat dan bekerja secara individu lebih and practice. Bolton: Allyn & Bacon.
terarah.
Seifert, Kelvin L. 1991. Education Psychology,
Boston: Houghton Miflin Co.
DAFTAR PUSTAKA
Suryosubroto, B. 2002.Proses Belajar Mengajar
Jacobs, G.M. 1996. Learning Cooperative di Sekolah, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Learning via Cooperative Learning: A
Sourcebookof Lesson Plans for Teacher Wiersma, W. 2000.Research Methods in
Education on Cooperative Learning, Education: An Introduction. 7th Edn.,
Singapore:SEAMEO Regional Language Allyn and Bacon.
Center. Qin, Z. 1995. Cooperative Versus Competitive
Johnson, D. & Smith, K. 1987.Academic Efforts and Problem Solving, Review
Conflict Among Students: Controversy of Educational Research.
and Learning. In R. Feldman (Ed.),Social Wardhani, Sri. 2005. Pembelajaran Matematika
Psychological Applications to Education. Kontekstual, Bahan Ajar Diklat di PPPG
Cambridge: Cambridge University Press. Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
Kithen,D & McDougall, D. (1998–1999).
Collaborative learning on the

Journal of Education Science (JES)


Print ISSN: 2442-3106, Online ISSN: 2615-5338
32

Anda mungkin juga menyukai